1
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH) DI RUANG DAHLIA RSUD KOTA SURAKARTA
Di Susun Oleh: 1. Amini Indah P (P16166) 2. Desy Lestari (P16068)
3. Rysken Prima H (P16045) 4. Tyas Purnawati (P16103)
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2019
2
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH)
A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan 1. Definisi Stroke
adalah
suatu
sindrom
klinis
yang
ditandai
dengan
hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO, 2014 dalam Latifah 2016). Stroke adalah gangguan fungsi otak yang timbulnya mendadak, berlangsung selama 24 jam atau lebih, akibat gangguan peredaran darah di otak (Yayasan Stroke Indonesia, 2010). Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang
mengalami
kelumpuhan
atau
kematian
karena
terjadinya
gangguan perdarahan di otak yang menyebabkan kematian jaringan otak (Batticaca, 2009 dalam Latifah 2016). Stroke
iskemik
atau
non-hemoragik
merupakan
stroke
yang
disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015). Stroke Iskemik atau non-hemoragik merupakan stroke yang disebabkan karena terdapat sumbatan oleh trombus (bekuan)
3
yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak
(Sylvia, 2005 dalam Latifa 2016).
Stroke
ini
ditandai
dengan
kelemahan atau hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pandangan kabur, disfagia 2. Etiologi Menurut Smeltzer dan Bare (2012), stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu : a. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama thrombosis, penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, thrombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari. b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat
arteri
serebral
tengah
atau
cabang-cabangnya
yang
merusak sirkulasi serebral (Valante et al, 2015). c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak (Valante et al, 2015). d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien
4
dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif. Akibat dari keempat di atas maka terjadi penghentian suplai darah
ke
otak,
yang
menyebabkan
kehilangan
smentara
atau
permanen fungsi otak dalam pergerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi. 3.
Manifestasi klinik Menurut Smeltzer dan Bare (2012), tanda dan gejala dari stroke : a. Hipertensi b. Gangguan
motorik
yang
berupa
hemiparesis
kelumpuhan salah satu sisi tubuh) c. Gangguan sensorik d. Gangguan visual e. Gangguan keseimbangan f. Nyeri kepala (migran atau vertigo) g. Mual muntah h. Disatria (kesulitan berbicara) i. Perubahan mendadak status mental j. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
(kelemahan
dan
5
4.
Patofisiologi Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adedaknya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli,
gangguan
umum
perdarahan, (hipoksia
dan
karena
spasmevaskular) gangguan pant
atau dan
karena jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi. (Tarwoto&Wartonah, 2008) Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
6
berada pada pembuluh darah yang tersumbat, menyebabkan dilatasi aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskuler karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. (Tarwoto&Wartonah, 2008)
7
Pathway Faktor Faktor Resiko Stroke
aterosklerosis, hiperkoagulasi, artesis
trombosis serebral
katup jantung rusak miokard, infark, fibrilasi, endokarditis
aneurisma, malformasi, ateriovenous
penyumbatan pembuluh darah ke otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara
perdarahan intra serebral
emboli serebral
perembesan darah ke dalam parenkim otak penekanan jaringan otak
pembuluh darah oklusi iskemik jaringan otak edema dan kongesti jaringan sekitar
stroke (cerebro vascular accident)
infark otak,edema, dan hemiasi otak
Defisit neurologis
infark serebral
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
tirah baring lama
gangguan integritas kulit
kehilangan kontrol volunter
hemiplegi dan hemiparesis
hambatan mobilitas fisik
kemampuan batuk menurun kurang mobilitas fisik dan produksi sekret
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
disfungsi bahasa dan komunikasi
disartria, disfasia/afasia, apraksia
hambatan komunikasi verbal
Gambar 2.1 Pathway (Tarwoto&Wartonah, 2008)
8
5.
Komplikasi Menurut Wijaya dan Putri (2013), terdapat beberapa kemungkinan komplikasi yang timbul karena stroke. Komplikasi ini dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu : a. Berhubungan dengan immobilisasi 1) Infeksi saluran pernapasan atau respiratory tract infections adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan manusia. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri atau virus. 2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan 3) Konstipasi atau sembelit adalah frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dari biasanya. Jarak waktu buang air besar pada setiap orang berbeda-beda. 4) Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah balik (vena), yang memicu terbentuknya gumpalan darah pada satu vena atau lebih. b. Berhubungan dengan mobilisasi 1) Nyeri pada daerah
punggung yang terjadi pada tulang belakang
dengan jaringan sekitarnya. 2) Dislokasi sendi adalah cedera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari posisi normalnya.
9
c. Berhubungan dengan kerusakan otak 1) Epilepsiadalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal, sehingga menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran. 2) Sakit kepala adalah rasa sakit yang muncul di kepala. 3) Kraniotomi adalah proses pembedahan otak yang dilakukan dengan membuka tulang tengkorak untuk memperbaiki gangguan yang terjadi.
6.
Pemeriksaan diagnostik Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan penunjang untuk stroke adalah: a. Sinar x tengkorak Menggambarkan
perubahan
kelenjar
lempeng
puneal
yang
berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada
trombus
serebral,
klasifikasi
persial
dinding
aneurisma pada perdarahan sub arrachnoid. b. CT-Scan Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
10
c. MRI Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada emboli, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragi sub arachnoid/ perdarahan intrakranial. d. Pemeriksaan foto thorak Memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar daerah berlawanan dari massa yang meluas.
7.
Penatalaksanan Menurut Setyopranoto (2011), penatalaksanaan stroke adalah: a. Penatalaksanaan Keperawatan 1) Ubah posisi miring kanan 2) Bebaskan jalan nafas usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah 3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter 4) Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal 5) Suhu tubuh harus dipertahankan 6) Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menenurun, dianjurkan pasang NGT
11
7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika ada kontraindikasi b. Penatalaksanaan medis 1) Trombolitik (streptokinase) 2) Anti plalelet/ anti trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol) 3) Antikoagulan (heparin) 4) Hemorrhage (pentoxyfilin) 5) Antogonis serotonim (noftidrofuryl) 6) Antagonis calcium (nomodipin, piracetam) c. Penatalaksanaan khusus/ komplikasi 1) Atasi kejang (antikonvulsan) 2) Atasi tekanan intrakranil
yang
meninggi
turosemid, intubasi, steroid, dll) 3) Atasi dekompresi (kraniotomi) a) Atasi hipertensi (anti hipertensi) b) Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia) c) Atasi hiperuridemia (anti hiperurisemia)
(manitol,
gliserol,
12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Pengkajian a. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat, agama, suku, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis. b. Keluhan utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan dalam kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran. c. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler, obesitas, riwayat diabetes militus, riwayat aterosklerosis, merokok, riwayat
konsumsi
alkohol. d. Riwayat kesehatan sekarang Kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, gangguan motorik, merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot).
13
e. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga, apakah ada riwayat penyakit genetik (stroke). 1) Riwayat psikososial dan spiritual Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan, dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari – hari. 2) Aktivitas/ istirahat a) Merasa
kesulitan
untuk
melakukan
aktifitas
karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralisis (hemiplegia) b) Mudah merasa lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot). c) Gangguan tonus otot (flaksid, spatik, paralitik hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum d) Gangguan penglihatan 3) Sirkulasi a) Adanya penyakit jantung (misal : Reumatik/ penyakit jantung vaskuler, endokarditis, polisitemia, riwayat hipotensi postural).
14
b) Hipotensi
arterial
berhubungan
dengan
embolisme/
malformasi vaskuler. c) Frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidakefektifan fungsi/ keadaan jantung. 4) Integritas ego a) Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa. b) Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan gembira c) Kesulitan untuk mengekpresikan diri. 5) Eliminasi a) Perubahan pola berkemih seperti : inkontinensia urin, anuria b) Distensi abdomen, bising usus (-) 6) Makanan/ cairan a) Nafsu
makan
hilang, mual
muntah
selama
fase
akut/
peningkatan TIK. b) Kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi, dan tengkorak). c) Disfagia, riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah. d) Kesulitan
menelan
(gangguan
pada
reflek
palatum
dan
faringeal), obesitas. 7) Neurosensori a) Adanya sinkope atau pusing, sakit kepala berat. b) Kelemahan, kesemutan, kebas pada sisi terkena seperti mati atau lumpuh.
15
c) Pengelihatan
menurun : buta
total, kehilangan
daya
lihat
(kebutuaan monokuler), penglihatan ganda (diplopia). d) Sentuhan : hilangnya rangsangan sensori kontra lateral (ada sisi tubuh yangberlawan atau pada ekstermitas dan kadang pada wajah). e) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman. f) Status mental atau tingkat kesadaran : koma pada tahap awal hemoragik, tetap sadar jika trombosis alami. g) Gangguan fungsi kognitif : penurunan memori. h) Ekstermitas : kelemahan dapat
menggenggam,
atau reflek
paralise tendon
(kontralateral), tidak melemah
secara
kontralateral. i) Afasia : gangguan
fungsi
bahasa, afasia
motorik (kesulitan
mengucapkan kata) atau afasia sensorik (kesulitan memahami kata-kata bermakna). 8)
Nyeri a) Sakit kepala dengan intensitas berbeda (karena arteri karotis terkena. b) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan pada otot / fasia.
9)
Pemeriksaan neurologis a) Status mental
16
(1) Tingkat kesadaran : kualitatif dan kuantitatif (2) Pemeriksaan kemampuan bicara (3) Orientasi (tempat, waktu, orang) (4) Pemeriksaan daya pertimbangan (5) Penilaian daya obstruksi (6) Penilaian kosakata (7) Penilaian respon emosional (8) Pemeriksaan daya ingat (9) Pemeriksaan kemampuan berhitung b) Nervus kranialis (1) Olfaktorius : penciuman (2) Optikus : penglihatan (3) Okulomotorius : gerak mata, konstriksi pupil akomodasi (4) Troklear : gerak mata (5) Trigeminus : sensasi umum pada wajah, kulit kepala, gigi, gerak mengunyah (6) Abducen : gerak mata (7) Fasialis : pengecap,
sensasi
umum
pada
palatum
dan
telinga luar, sekresi kelenjar lakrimialis, submandibula, sublingual dan ekspresi wajah. (8) Vestibulokoklearis : pendengaran dan keseimbangan (9) Aksesoris spinalis : fonasi, gerakan kepala, leher dan bahu.
17
c) Fungsi motorik Massa otot, kekuatan otot dan tonus otot. Pada pemeriksaan ini ekstermitas diperiksa lebih dahulu. d) Fungsi sensori Sentuhan ringan, sensasi
nyeri, posisi
dan
getaran
serta
lokalisasi taktil. e) Fungsi serebelum (1) Tes
jari
meluruskan
hidung : meminta pasien menutup mata dan lengan
ke
samping lalu
meminta
pasien
menyentuh hidungnya. (2) Tes
tumit
lutut :pasien berbaring dengan kedua tungkai
diluruskan, kemudian diminta menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain. Pasien diminta menggerakkan tumit naik turun tanpa mengenai lutut. (3) Gerakan berganti : pasien diminta menggerakkan pronasi dan supinasi bergantian cepat dengan kondisi siku diam. (4) Tes Romberg : pasien diminta berdiri tegak dengan kedua tumit saling bertemu. Pertama dengan mata terbuka, kedua dengan mata tertutup selama 20 detik. (5) Gaya
berjalan : pasien diminta berjalan dalam garis lurus
dengan rumit saling menyentuh jari kaki lain. f) Reflek
18
(1) Reflek Biceps: (a) Posisi
: Dilakukan dengan pasien duduk, dengan
membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku. Minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal. (b) Cara
: Ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. (c) Respon
: Fleksi lengan pada sendi siku
(2) Reflek Triceps (a) Posisi
: Dilakukan dengan pasien duduk. dengan
Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku (b) Cara
: Ketukan pada tendon otot triceps, posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi (c) Respon
: Ekstensi lengan bawah pada sendi siku
(3) Reflek brachioradialis
19
(a) Posisi
: Dapat dilakukan dengan duduk. Lengan
bawah harus beristirahat longgar di pangkuan pasien (hampir sama dengan posisi pada reflek biceps). (b) Cara
: Ketukan pada tendon otot brachioradialis
(Tendon melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. (c) Respon
: Fleksi pada lengan bawah, supinasi pada siku
dan tangan (4) Reflek patella (a) Posisi
: Dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlentang (b) Cara
: Ketukan pada tendon patella
(c) Respon
: Ekstensi tungkai bawah karena kontraksi
m.quadriceps femoris
(5) Reflek achiles (a) Posisi
: Pasien duduk dengan posisi kaki
menggantung di tepi meja atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki di atas kaki yang lain. (b) Cara
: Ketukan hammer pada tendon achilles
20
(c) Respon
: Plantar fleksi kaki krena kontraksi
m.gastroenemius 10) Pemeriksaan fisik a) Kepala Pernah
mengalami
trauma
kepala,
adanya
hemato
atau
riwayat operasi. b) Mata Penglihatan
adanya
kekeburam
akibat
adanya
gangguan
nervus, gangguan dalam mengangkat bola mata. c) Hidung Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius. d) Mulut Adanya
gangguan
pengecapan
(lidah)
akibat
kerusakan
nervus vagus, dalam kesulitas menelan. e) Dada Inspeksi
: bentuk simetris
Palpasi
: tidak adanya massa dan benjolan
Perkusi
: nyeri tidak ada bunyi jantung lupdup
Auskultasi: nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan II murmur atau gallop f) Abdomen
21
2.
Inspeksi
: bentuk simetris, tidak ada pembesaran
Auskultasi
: bising usus agak lemah
Perkusi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri perut
Palpasi
: tidak ada benjolan
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke menurut Herdman dan Kamitsuru (2017) : 1) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah arteri. 2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun, perubahan tingkat kesadaran. 3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi dan cidera otak. 4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama. 5) Hambatan
komunikasi
neuromuskuler.
verbal
berhubungan
dengan
kerusakan
22
3.
Perencanaan Keperawatan Nursing Outcome Classification (NOC) Moorhead, et al (2013) dan Nursing Intervention Classification (NIC) Bulechek, et al (2013) adalah : No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC :
1.Pantau
a) Status Sirkulasi
vital.
Keperawatan 1.
Ketidakefektifan perfusi
jaringan
tanda-tanda
serebral berhubungan dengan
gangguan
aliran darah arteri.
(0401)
2.
b) Status Neurologi (0909)
dengan
kepala sedikit
ditinggikan
Kriteria hasil : a) Tekanan
Posisikan
( elerasi 30°). sistol
dapat 3.
Beri
lingkungan
23
meningkat dari deviasi berat skala yang
tenang,
1 ke deviasi normal skala 5 bantasi (040101) b) Tekanan
dan
pengunjung
atau aktivitas. diastol
dapat 4.
Beri
oksigen
ditingkatkan dari deviasi berat tambahan. skala 1 ke deviasi normal skala 5 (040102) c) Tekanan
5. nadi
Kolaborasikan
dapat dengan
dokter
ditingkatkan dari deviasi berat pemberian
anti
skala 1 ke deviasi normal skala 5 koagulan,
anti
(040103)
anti
d) Tingkat dipertahankan
hipertensi, pernafasan pada
dapat konvulsan. tingkat
normal skala 5 (040104) e) Suhu tubuh dapat ditingkatkan dari deviasi berat skala 1 ke deviasi normal skala 5 (090901)
2.
Ketidakefektifan bersihan nafas
jalan
a) Status respirasi : ventilasi (0403) b) Status respirasi : jalan nafas
a)
Kaji kondisi jalan
nafas
24
berhubungan
paten (0410)
dengan
Kriteria hasil :
akumulasi sekret,
a) Akumulasi
paten b) Lakukan sputum
dari
penghisapan
kemampuan
sangat berat skala 1 ke tidak
lender
batuk
ada skala 5 (040331)
diperlukan
menurun,
perubahan
jika
b) Tidak
ada
dispneu
saat
tingkat kesadaran
istirahat
dari
sangat
berat
(00031)
skala 1 ke tidak ada skala 5
jika
(040313)
memungkinka
c) Tidak
ada
dispneu
saat
c) Berikan minum hangat keadaan
n
latihan dari sangat berat skala
d) Ajarkan
1 ke
teknik efektif
tidak
ada
skala
5
(040313)
dengan benar
d) Frekuensi deviasi
pernafasan
berat
ditingkatkan
skala
menjadi
dari 1
deviasi
normal skala 5 (040301)
dan tepat e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat bronkodilator sesuai
25
indikasi.
3.
Hambatan mobilitas
a) Pergerakan Sendi (0206) fisik
berhubungan
1.
Kaji kemampuan
b) Perawatan Diri : Aktivitas fungsi
dan
luas
Sehari Hari (0313)
hambatan saat pertama
dengan
c) Ambulasi (0200)
kali dan semua teratur.
hemiparesis,
d) Toleransi
kehilangan
Terhadap 2.
Aktivitas (0005)
keseimbangan
dan
Kriteria hasil:
koordinasi
dan
a)
cidera otak.
Mulai
rentang
gerak aktif
atau pasif ke semua
Kekuatan tubuh bagian ekstremitas.
atas dapat ditingkatkan dari 3. sangat
terganggu
skala
Bantu
skala 5 (000516) Kemudahan
melakukan harian
dari
klien
1 mengembangkan
menjadi tidak ada gangguan keseimbangan
b)
Latihan
saat
duduk. dalam 4. Dorong klien untuk
aktivitas
hidup membantu
sangat
banyak pergerakkan.
terganggu skala 1 menjadi tidak 5. Beri relaksasi otot ada gangguan skala 5 (000518)
dan
antispasmodik
sesuai indikasi. 4.
Gangguan integritas
a) Integritas Jaringan : Kulit &
a) Ajarkan
pasien
26
kulit
berhubungan
Membran Mukosa (1101)
melakukan
dengan tirah baring
Kriteria hasil:
aktif-pasif
lama.
a) Sensasi
pada
ditingkatkan
kulit dari
dapat sangat
terganggu skala 1 ketidakada gangguan skala 5 (110102)
ditingkatkan
dari
sangat
terganggu skala 1 ketidakada gangguan skala 5 (110103) c) Temperatur pada kulit dapat ditingkatkan
dari
sangat
terganggu skala 1 ketidakada gangguan skala 5 (110101) d) Hidrasi
pada
ditingkatkan
kulit dari
dapat sangat
terganggu skala 1 ketidakada gangguan skala 5 (110104) e) Lesi
pada
ditingkatkan
kulit dari
b) Ubah posisi setiap 2 jam sekali c) Jaga kulit
b) Elastisitas pada kulit dapat
dapat sangat
terganggu skala 1 ketidakada
ROM
kebersihan
27
gangguan skala 5 (110115) f) Perfusi
jaringan
ditingkatkan
dari
dapat sangat
terganggu skala 1 ketidakada gangguan skala 5 (110111)
5.
Hambatan
a) Kontrol
komunikasi
Kecemasan
verbal
(1402)
a) Diri
b) Koping (1302)
dengan
Kriteria hasil:
neuromuskuler.
pasien. b)
a) Mempertahankan hubungan
kemampuan komunikasi
berhubungan
kerusakan
Kaji
sosial
Berikan
penguatan positif terhadap
sering
dari tidak pernah
atas
upaya
dilakukan skala 1
pasien
untuk
menjadi
berkomunikasi.
dilakukan secara
c)
Dorong
konsisten skala 5
pasien
(140211)
berkomunikasi
b) Mengendalikan respon
secara
untuk
perlahan
lahan dan untuk
28
kecemasan dapat
mengulangi
ditingkatkan dari
permintaan.
tidak
pernah
d)
Libatkan
dilakukan skala 1
pasien
menjadi
keluarga
secara
dan dalam
konsisten
mengembangkan
dilakukan skala 5
rencana
(140217)
komunikasi.
29
4.
Implementasi Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau
mendokumentasikan
rencana
keperawatan
serta
melanjutkan
pengumpulan data (Mitayani, 2009). 5.
Evaluasi Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai sejauh mana masalah dapat teratasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi (Mitayani, 2009).
30
DAFTAR PUSTAKA Batticaca, B. (2008). AsuhanKeperatan Klien Dengan Gangguan Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika. Gofir, A. (2013). Manajemen Stroke; Hal 19-43. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Pres. Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. (2017). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &Klasifikasi 2015-2017. Ahli Bahasa Budi Anna Keliat. Jakarta : EGC. Hidayat, A. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Latifah, L, N. (2016). Pemenuhan Kebutuhan Activities Of Daily Living (ADL) Pasien Stroke Oleh Perawat Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dan Gamping. Naskah Publikasi. Yogyakarta: FKIK UMY. Maimurahman, H., & Cemy, F. (2012). Keefektifan Range Of Motion ROM (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke. Jurnal Profesi Kesehatan Islami, Vol. 9. Surakarta: Akper Muhammadiyah. M.Bulechek, G. (2016). edisi enam Nursing interventions classification ( N I C ). singapore: elsevier Global rights Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
31
Moorhead, S., Johnson M., Mass, L, M., Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Sixth Edition. Editor Bahasa Indonesia Intisari Nurjannah Dan Rossxsana Devi Tumanggor. Jakarta :EGC. Nanda. (2018).Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika. Perry, P., & Potter. (2009). Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar: Alih Bahasa: Editor Bahasa Indonesia, Monica Ester-Edisi 5. Jakarta: EGC. Rahayu, A. (2014). Modul Statistika Untuk Ilmu Keolahragaan. Bandung: All right Reserved. Rico, J,S., Suharyo, H., & Endang, K. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Pada Usia Muda Kurang Dari 40 Tahun. Jurnal Epidemiologi . Setyopranoto. (2011). Stroke Gejala dan Penatalaksanaan. Jakarta: Continuing Medical Education. Smeltzer.,& Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan Suddarth (Ed. 8, Vol. 1,2). Jakarta: EGC. Tarwoto,.& Wartonah. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Tarwoto,.& Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan .Jakarta: Salemba Medika. Wijaya, A, S., & Yesi, M, P. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah ( Keperawatan Dewasa ). Yogyakarta: Nuha Medika.
32
World Health Organization (WHO). (2015). Health Topic: Stroke, Cerebrovascular Accident. Diakses Pada Tanggal 11 November 2018. Yayasan Stroke Indonesia. (2012). Tahun 2020, Penderita Stroke Meningkat 2 Kali. Yayasan Stroke Indonesia.