LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS KATARAK DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA INAKAKA AMBON
DISUSUN OLEH :
NATASSIA F.C. LEKATOMPESSY NPM. 1490118049
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MALUKU HUSADA TAHUN 2018
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT
I. Konsep Teori Lansia
1.1 Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi : 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
1.2 Proses Menua Pada yang
hakekatnya
menjadi
tua
merupakan
proses
alamiah
berartiseseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa
anak, masa dewasa danmasa berbeda
baik
secara
tua
biologis
(Nugroho,
1992).
Tiga
tahap
ini
maupunpsikologis.Memasuki masa tua
berarti mengalami kemuduran secara fisik maupunpsikis.Kemunduran fisik ditandai
dengan
pendengaran,
kulit
yang
penglihatan
mengendor, memburuk,
rambut gerakan
memutih,penurunan lambat,
kelainan
berbagaifungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidakharus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal inidiartikan : 1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan social 2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari 3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996) Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang menuntutdirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diridengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979)seperti dikutip oleh
MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu: 1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain 2) Ketidakpastian
ekonomi
sehingga
memerlukan
perubahan
total
dalam pola hidupnya 3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah 4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak 5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
denganperubahan
fisk,
Hurlock
mengemukakan
bahwa
perubahan fisik yang mendasaradalah perubahan gerak. Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makinbertambah.Kedua semakin
berkurang.Ketiga
minat
terhadap
penampilan
minatterhadap uang semakin meningkat,
terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992) Dalam
menghadapi
perubahan
tersebut
diperlukan
penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah :
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. 2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi 3) Selalu mengingat kembali masa lalu 4) Selalu khawatir karena pengangguran 5) Kurang ada motivasi 6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik 7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan. Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yangkuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasilkerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla terhadap diri dan orang lain.
1.3 Teori Proses Menua 1. Teori – teori biologi a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimiayang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnyaakan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel –sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel) b) Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak) c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zatkhusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebutsehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory) Sistem
imune
menjadi
efektif
dengan
bertambahnya
usia
danmasuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh. e) Teori stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.Regenerasi
jaringan
tidak
dapat
mempertahankan
kestabilan
lingkunganinternal,
kelebihan
usaha
dan
stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. f) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikalbebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahanorganik
seperti
karbohidrat
dan
protein.Radikal
bebas ini dapatmenyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. g) Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnyaelastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. h) Teori program Kemampuan
organisme
untuk
menetapkan
jumlah
sel
yangmembelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan social a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secaralangsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalahmereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetapstabil dari usia pertengahan ke lanjut usia b. Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakanbahwa yang
lanjut
perubahan
usia
yang terjadi
pada
seseorang
sangatdipengaruhi oleh tipe personality yang
dimiliki. c. Teori pembebasan (disengagement theory) Teori
ini
menyatakan
seseorangsecara
bahwa
berangsur-angsur
dengan mulai
bertambahnya melepaskan
diri
usia, dari
kehidupan sosialnya.Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secarakualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (tripleloss), yakni : 1. kehilangan peran 2. hambatan kontak sosial 3. berkurangnya kontak komitmen
1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia Berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan
pencapaian
kesejahteraanlanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42) 1) Permasalahan umum a. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan. b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusialanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. c. Lahirnya kelompok masyarakat industri. d. Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjutusia. e. Belum
membudaya
dan
melembaganya
kegiatan
pembinaan
kesejahteraan lansia 2) Permasalahan khusus : a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun sosial. b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. c. Rendahnya produktifitas kerja lansia. d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakatindividualistik. f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggukesehatan fisik lansia 1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan a) Hereditas atau ketuaan genetic b) Nutrisi atau makanan c) Status kesehatan
d) Pengalaman hidup e) Lingkungan f) Stres 1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia a) Perubahan fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,diantaranya
sistim
kardiovaskuler,sistem
pernafasan,
pengaturan
pendengaran,
tubuh,
penglihatan,
muskuloskeletal,
gastro
intestinal, genito urinaria,endokrin dan integumen. b) Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1. Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa. 2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan 4. Keturunan (hereditas) 5. Lingkungan 6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. 7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. 8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan temandan famili. 9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri c) Perubahan spiritual Agama
atau
kepercayaan
makin
terintegrasi
dalam
kehidupannya(Maslow, 1970).Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihatdalam berfikir dan bertindak dalam seharihari (Murray dan Zentner, 1970)
1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macampenyakit lansia, yaitu : 1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran 3) Bronkhitis kronis 4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan. 5) Gangguan pada koksa / sendi pangul 6) Anemia 7) Demensia
II.
KONSEP PENYAKIT KATARAK A. DEFINISI Katarak berangsur
–
adalah
kekeruhan
pada
lensa
tanpa
nyeri
yang
angsurpenglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima
cahaya (Barbara C.Long, 1996). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadiakibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital ). Dapatjuga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, pengguanan kortikosteroidjangka penyakit
sistemis
seperti
Diabetes
mellitus
panjang, atau
hipoparatiroidisme,pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar matahari (sinar ultraviolet), atau kelainanseperti uveitis anterior.
B. Etiologi 1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis 2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar Xatau benda – benda radioaktif. 3. Penyakit mata seperti uveitis. 4. Penyakit sistemis seperti DM. 5. Defek congenital
C. KLASIFIKASI KATARAK 1. katarak kongenital Adalah katarak sebagian pada lensa yang sudah idapatkan pada waktu lahir.Jenisnya adalah: a) Katarak lamelar atau zonular. b) Katarak polaris posterior.
c) Katarak polaris anterior d) Katarak inti (katarak nuklear) e) Katarak sutural 2. Katarak juvenile Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir. 3. Katarak senil Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapamacam yaitu: a) katarak nuclear : Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa b) Katarak kortikal : Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa c) Katarak kupliform :Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium : a) katarak insipiens Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. b) katarak imatur Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenaiseluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih padalensa. c) katarak matur Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran airbersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul. d) katarak hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dandapat keluar melalui kapsul lensa.
4. Katarak traumatic :Terjadi akibat ruda paksa.
D. FAKTOR RESIKO Perokok dan peminum alcohol
E. KOMPLIKASI 1. Komplikasi preoperasi katarak antara lain :
glaukoma sekunder uveitis dislokasi lensa. 2. Komplikasi postoperasi katarak antara lain : Afakia (iris tremulans, +10 sampai +13 diopter dengan adisi 3 diopter untuk penglihatan dekat). Pseudofakia (dengan pemasangan IOL).
F. PERUBAHAN SISTEM PENGLIHATAN
Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :
Perubahan Normal yang b.d Penuaan Penurunan kemampuan akomodasi.
Implikasi Klinis Kesukaran
dalam
membaca
huruf-
huruf yang kecil Kontriksi pupil sinilis
Penyempitan lapang pandang
Peningkatan kekeruhan lensa dengan
Sensitivitas terhadap cahaya
perubahan warna menjadi menguning.
Penurunan
penglihatan
pada
malam hari dengan persepsi kedalamam
Perubahan sistem indera Penglihatan pada penuaan :
Perubahan Morfologis Penurunan jaringan lemak sekitar mata Penurunan
elastisitas
dan
Penurunan
koordinasi
gerak
bola mata
kekeuatan
otot
Distorsi bayangan Pandangaan biru-merah
mata Penurunan ketajaman kornea
Compromised night vision
Degenerasi pada sclera, pupil
Penurunan
dan iris
ketajaman
mengenali warna hijau, biru dan
Peningkatan frekuensi proses
densitas
ungu Kesulitan mengenali benda yang
terjadinya penyakit Peningkatan
jarak
dekat
tonus jaringan Penurunan
Perubahan Fisiologis Penurunan penglihatan
dan
bergerak
rigiditas lensa Perlambatan proses informasi dari system saraf pusat
3. PATOFISIOLOGI Lensa yang normal adalah posterior iris yang jernih, transparan berbentukseperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.Lensa mengadung tigakomponen
anatomis.Pada
zona
sentral
terdapat nucleus, di perifer ada korteks danmengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usianukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitasterdapat densitas
seperti
duri
di anterior
dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsulposterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna tampak seperti Kristal saljupada jendela. Perubahan
fisik
dan
kimia
dalam
lensa
mengakibatkan
hilangnya transparansi.Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari bada silier kesekitar luar
lensa
misalnya
dapat
daerah
menyebabtkan
yang
berada
di
penglihatanmengalami
distorsi.Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyeb abkan koagulasisehingga
mengabutkan
pandangan
dengan
menghambat
jalannya cahaya ke retina.Salahsatu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influx air ke dalamlensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa daridegenerasi. Jumlah enzim akan menurun seiring dengan bertambahnya usia dan tidak adapada kebanyakan pasien yang menderita katarak.Katarak biasanya terjadi mempunyai kejadian
kecepatan trauma
yang berbeda.Dapat maupun
sistemis,
bilateral, disebabkan seperti
namun oleh diabetes
namunsebenarnya merupakan suatu konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakankatarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh.
Katarak
dapat
bersifat
congenital
dan
harus
diidentifikasi
awal, karena bila tidakterdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.Faktoryang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes dan asupan vitamin anti oksidan yang kurangdalam jangka waktu yang lama.
4. WOC(web of caution
5. MANIFESTASI KLINIS Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif .biasanya pasien mengatakanpenurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajattertentu yang diakibatkan karena kehilangan tadi. Temuan seperti
mutiara
objektif
biasanya
meliputipengembunan
keabuan pada pupil sehingga
tak
akan tampak
denganoftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak akan di pendarkan dan bukannya di transmisikandengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah
pandangan
kaburatau redup, menyilaukan
yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihatdi malam hari. Pupil, yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak terjadi biasanya bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangatmemburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas akan mengembangkan strategi secara
khas
untukmenghindari
silau
yang
menjengkelkan
yang
disebabkan oleh cahaya yang salah arah.Misalnya, ada yang mengatur ulang perabot rumahnya Sehingga sinar tidak akan langsungmenyinari mata mereka. Ada yang menggunakan topi berkelepak lebar atau kaca matahitam dan menurunkan pelindung cahaya pada saat mengendarai mobil pada siang hari.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) kartu mata snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentralpenglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atauvitreus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit system
saraf ataupenglihatan keretina atau
jalan optic. 2) pengukuran tonografi : mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mm hg). 3) pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofilempeng
optic,
papiledema,
pendarahan
retina,
dan
mikroaneurisme. dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnose katarak. 4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikanaterosklerosis, PAK.
7. PENATALAKSANAAN Tidak diambil
ada
terapi
obat
denganpembedahan
penelitian
mengenai
untuk
katarak
laser.Namun
masih
dan
tak
terus
dapat
dilakukan
kemajuanprosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukanpenghisapan keluar melalui kanula.bila penglihatan dapat
diperiksa dengan dilator
pupil
dan refraksi kuatsampai ke titik dimana pasien melakukan aktifitas hidup sehari-hari maka penangananbiasanya
konservatif.
Penting
dikaji
efek katarak terhadap kehidupan sehari-haripasien.Mengkaji derajat gangguan
fungsi
sehari-hari,
seperti
berdandan,
ambulasi,aktifitas
rekreasi, menyetir mobil dan kemampuan bekerja sangat penting untukmenentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akutuntuk diindikasikan
bila
bekerja
koreksi
ataupun
keamanan.
Biasanya
tajampenglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bilaketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup atau bila visualisasisegmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakitretina atau saraf optikus seperti pada diabetes dan glaucoma. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan padaorang yang berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengananestesia local berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu di rawat pengemballian
penglihatan
pasien.pengambilan sangat
bila adaindikasi medis. Keberhasilan
yang
keputusan
bermanfaat untuk
dicapai
menjalani
individualsifatnya, dukungan financial
pada95
%
pembedahan
dan psikososial
dan
konsekwensi pembedahan harusdievaluasi karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.kebanyakan operasi dilakukan dengan
anestesia
local
(retrobulbar)
atauperibulbar. Yang dapat
mengimobiiisasi mata.Obat penghilang cemas dapat diberikanuntuk mengatasi perasaan kloustrofobia sehubungan dengan draping bedah. Anastesiumum diperlukan bagi yang tak bisa menerima anestesia local yang tak mau bekerjasama dengan alasan fisik atau psikologis atau yang tidak berespon terhadap anastesilocal. Ada
dua
macam
tekhnik
pembedahan
tersedia
untuk
pengangkatan katarak :ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi
intervensi
mempengaruhi
bedah aktifitas
adalah normal
hilangnyapenglihatan pasien
atau
yang katarak
yangmenyebabkan glaucoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lainseperti retinopati diabetika.
BAB II KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KLIEN DENGAN KATARAK 1. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. 2. Makanan / Cairan : Mual, muntah 3. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda :Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan, Peningkatan penyebab katarak mata. 4. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala. 5. Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori dari organ penerima 2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik 3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit 4. Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
5. Resiko Cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang yang ditandai dengan
DAFTAR PUSTAKA
Maryam
RS,ekasari,MF,dkk
.2008.mengenal
usia
lanjut
dan
perawatannya.Jakarta:salemba medika Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan.Jakarta:salemba medika Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC