Lp Istirahat Tidur.docx

  • Uploaded by: Ela Lorenza
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Istirahat Tidur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,022
  • Pages: 30
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY ”S” DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG GILI AIR KELAS III RSUDP NTB DARI TANGGAL 04 FEBRUARI – 09 FEBRUARI 2019

Ela Lorenza 010SYE17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D3 MATARAM 2019

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR Ruangan

: Gili Air

Nama Mahasiswa

: Ela Lorenza

Tanggal

:

Nim/kelompok

: 010SYE17/III

Inisial Pasien : Umur/No.Reg : I. Masalah Keperawatan Dasar Gangguan Kebutuhan Istirahat Tidur II. Landasan Teori A. Anatomi Fisiologi Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur Gambar 1: Komponen utama dari neuromodulator penginduksi siklus tidurbangun.Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuro penghasil GABA dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus mengirimkan sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending arousal system di pons, basis frontalis dan hipotalamus. Sistem ini meliputi; nukleus

tuberomamilarius (TMN) yang terletak di posterior dari hipotalamus yang memproduksi histamin(HIST), sel raphe dorsalis yang memproduksi serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin (Ach) yang terletak di laterodorsal

dari

tegmentum

(LDT),

nukleus

ditegmentum

dari

pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus yang memproduksi noreprinefrin(NA).Sistem lain yang tidak diilustrasikan pada gambar ini meliputi area perifornikal dari hipotalamus yang memproduksi orexin, sel produsen dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon dan serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis (nukleus basalis, pita diagonal dari brocca,dan septum medialis) semua struktur ini memberikan proyeksi ke istem limbik dan korteks (Chiong, 2008). Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan terjadinya proses tidur di medulla oblongata.Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2007, Blumenfeld, 2002, Shneerson, 2005, Aminoff, 2008).

a. Ascending Reticular Activating System (ARAS) ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai promotor dari proses tidur-bangun. Bagian ini terletak di formatio retikularis di batang otak yang terdiri atas beberapa kelompok sel dan nukleus serta sejumlah besar interneuron serta traktus ascenden dan descenden yang saling berhubungan satu sama lain. Sebagian besar dari formatio retikularis terletak di sentral atau tegmentum dari pons dan mesencephalon serta memanjang sampai medula, hipothalamus dan thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang disekresi oleh sebagian besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input sensoris yang masuk melalui batang otak baik stimulus yang berasal dari sistem sensoris,motorik maupun saraf kranial ( Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008). b. Nukleus Traktus Solitarius Bagian

ini

terletak

di

bagian

medulla

oblongata,

bersifat

noradrenergik serta memiliki hubungan dengan pons , hipothalamus dan thalamus. Nukleus ini lebih aktif saat fase NREM dibandingkan pada saat bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005). c. Locus Coeruleus Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi parsial pada fase NREM serta inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi untuk menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005). d. Nucleus Raphe Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat serotonergik. Bagian yang terpenting dari nukleus ini adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini

bersifat aktif saat bangun, tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif saat REM. Kinerja nya di inhibisi oleh neuron GABA-ergik serta jika aktif, berfungsi menghambat aktivitas LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki kontribusi terhadap respon motorik,otonom serta status emosional saat perubahan dari tidur ke bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008 ). e. Laterodorsal Tegmental dan Pedunculopontine Tegmental (LTD/PPT) nuclei Nukleus-nukleus ini terletak di bagian Formasio Retikularis di bagian dorsal dari tegmentum pons serta bersifat kolinergik. Aktivitasnya diinhibisi oleh locus coeruleus, nucleus raphe dan nucleus tubero-mammilary serta berfungsi menghubungkan area-area di batang otak dengan thalamus. LTD/PPT ini merupakan generator dari siklus REM, juga berkontribusi terhadap komponen visual dari mimpi dan halusinasi. Jika nukleus ini aktif, maka akan terjadi inhibisi dari locus coeruleus dan nukleus raphe (Shneerson, 2005). f.

Sistem Mesolimbik Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum mesencephalon, serta memiliki proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami. Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus yang didapat (Posner, 2007, Shneerson, 2005).

g. Nukleus Tubero-Mammilary (TMN) Nuklei ini terletak di bagian posterior dari hipotalamus dan bersifat histaminergik dan hanya menerima input afferen dari ventrolateral preoptic nucleus (VLPO) dan sistem orexin yang berasal dari hipotalamus bagian lateral.Nuleus ini berfungsi menginhibisi VLPO dan LDT/PPT serta bersifat aktif saat bangun, tersupresi parsial pada fase NREM dan inaktif saat fase REM (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).

h. Nuklei Perifornical Terletak di lateral dari hipothalamus, berfungsi mensekresi orexin (hipokretin). Nukleus –nukleus ini memiliki fungsi eksitatorik pada pusat aminergik di batang otak yakni locus coeruleus dan nuklei raphe serta inhibisi terhadap LDT/PPT. Nuklei ini aktif pada saat fase wakefulness dimana juga berfungsi melimitasi durasi fase REM (Posner, 2007, Shneerson, 2005). i. Nukleus Suprakhiasmatik (SCN) Nukleus ini bertanggung jawab terhadap ritme sirkadian serta sebagai promotor bangun. Jika terjadi lesi pada bagian ini maka akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan (Shneerson, 2005). j. Area Preoptik Hipotalamus Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana merupakan pusat integrasi dari homeostasis dan ritme sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang letaknya berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area ini adalah sebagai reseptor osmotik penghasil arginin vasopressin (AVP) (Shneerson, 2005). k. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO) Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel III, dekat dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA dan galanin yang berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus yang mengatur keterjagaan di batang otak yang bersifat aminergik meliputi locus

coeruleus,

nukleus

raphe,

sistem

mesolimbik

dan

nukleus

tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang mempengaruhi banyak kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan reaktivasi dari pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini di inhibisi oleh sistem Keterjagaan yang bersifat aminergik (Posner, 2007, Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Smith, 2008).

Bagian dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM dan bagian medialnya memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sehingga menginduksi fase REM. Kinerja dari VLPO tidak dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun meningkat dengan adanya kekurangan tidur.Nukleus ini aktif pada saat tidur dan inaktif pada saat bangun (Carney, 2005, Chiong, 2008). l. Ventromedial Preoptic Nuclei (VMPO) Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi tidur-bangun (Shneerson, 2005). m. Median Preoptic Nucleus (MPN) Terletak di hipothalamus, di bagian dorsal dari ventrikel III dan bersifat GABA-ergik. Nukleus ini menerima input dari SCN dan memproyeksikannya ke neuron kolinergik di basal dari lobus frontalis dan nuklei perifornical. Nukleus ini aktif saat tidur, terutama fase NREM fase 3 dan 4 (Shneerson, 2005, Chiong, 2008). n. Zona Subparaventrikuler Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang berasal dari bagian ini kemudian akan secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme sirkadian, temperatur (melalui VMPO),perilaku dan fungsi endokrin (Chiong, 2008, Aminoff, 2008). o. Nukleus Dorsomedial Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler serta memberikan proyeksi ke nukleus paraventrikuler dan nukleus perifornikal dan berperan dalam inhibisi VLPO , pengaturan suhu tubuh, perilaku makan dan keterjagaan. (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008) p. Basis Frontalis (Substansia inominata) Lokasinya terdapat pada area preoptik dari Hipotalamus.Terdiri atas nukleus-nukleus penting yang memegang peran penting dalam proses tidur (Shneerson, 2005).

q. Nukleus Basalis dari Meynert Neuron-neuronnya di aktivasi oleh neuron glutamat-ergik yang terletak di pons meliputi locus coeruleus,

nukleus raphe

dan nukleus

perifornical. Neuron dari meynert ini bersifat kolinergik dan dapat di inhibisi oleh akumulasi dari adenosin(Shneerson, 2005, Chiong, 2008) r. Neuron yang berkaitan dengan Amigdala ,Nukleus Accumbens dan Ventral Putamen Nukleus-nukleus in memiliki fungsi yang beragam, beberapa dari mereka bersifat GABA-ergik yang aktif saat fase 3 dan 4 NREM dan memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sedangkan yang lain mensekresi glutamat atau galanin sebagai transmitter (Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Aminoff, 2008). Para nukleus ini memberikan proyeksi yang luas ke SCN dan ke sistem limbik.area yang terletak di basis frontalis ini membentuk jalur ascending menuju ke sistem aktivasi rekular serta menghasilkan relay di ekstra-thalamik ventralis sebelum menuju ke korteks serebri. Area ini aktif pada saat bangun dan fase REM, tetapi inaktif pada fase NREM. Adenosine terakumulasi di ekstraseluler dan menempel pada reseptor A1 dan menginhibisi

kinerja

dari

neuron

basis

frontalis

yang

bersifat

kolinergik,sehingga mencetuskan fase NREM (Shneerson, 2005, Chiong, 2008). s. Sistem Limbik Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif. Area –area yang termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior, girus parahipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbito-frontal di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia grisea dari

periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari saraf simpatis (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005). t. Thalamus Thalamus

merupakan

stasiun

relay

yang

terahkir

yang

menghubungkan jaras informasi dari reseptor ke korteks serebri, kecuali input yang berasal dari regio olfaktorius, sebaliknya pula aktivitas dari thalamus ini sendiri diatur oleh korteks serebri. Thalamus memiliki beberapa kumpulan nukleus yakni nukleus retikuler dari thalamus yang memegang peranan penting dalam proses keterjagaan, bagian ini terdiri atas kelompok neuron eksitatorik yang berfungsi menghasilkan glutamat serta kelompok neuron inibitorik yang menghasilkan GABA,Neuron intratalamikus yang berfungsi memodifkasi aktivitas dari thalamus sedangkan nukleus-nukleus thalamus yang lainnya membentuk jaras proyeksi thalamokortikal (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Aminoff, 2008) Thalamus mengatur aktivitas ARAS dan impuls lainnya yang melewati mesencephalon. Thalamus memodifikasi aktifitas spindel dari mesencephalon serta melalui sistem proyeksinya yang luas bagian ini mampu mengintegrasikan dan mensinkronisasi aktivitas korteks.Sinkronisasi aktivitas dari korteks ini menyebabkan korteks serebri dapat menginisiasi serta mempertahankan fase NREM. Bagian ini secara efektif

memutus

hubungan antara korteks dengan batang otak serta stimulus-stimulus lainya secara reversibel. Melalui neuron pensekresi GABA-nya, thalamus menginhibisi promotor keterjagaan yang terletak di batang otak juga memberikan pengaruh terhadap fase REM melalui proyeksinya ke LDT/PPT. Berikut di bawah ini dapat dilihat tabel-1 tentang beberapa area utama di CNS dan perannya terhadap tidur (Chiong, 2008, Aminoff, 2008). B. Pengertian Istirahat Tidur Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan

minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006). Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522).Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603). Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan (NANDA, 2012). 1. Fisiologi Tidur Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREMNon Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5

disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur

REM

dikarakterisasikan

dengan

meningkatnya

level

aktivitas

dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur a. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan. b. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan menghambat tidurnya. c. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk. d. Kelelahan Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM. e. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya. f. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah. g. Obat-obatan Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).

3. Gangguan Tidur Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari ( Maslow, 2005). a. Insomnia Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun

kuantitas.

Umumnya

ditemui

pada

individu

dewasa.

Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. b. Parasomnia Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak). c. Hipersomnia Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari. d. Narkolepsi Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tibatiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyatayang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak

mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005). e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. f. Mengigau Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM. C. Etiologi Kebanyakan orang dewasa memiliki utang tidur yang signifikan karena ketidakadekuatan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidur malamnya. Selain itu juga dapat disebabkan oleh stres emosional. Gangguan fisik, kecemasan ketakutan, depresi dan perubahan suhu tubuh. D. Tanda dan Gejala 1. Dewasa a. Data Mayor

: Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur

b. Data Minor 1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari 2) Perubahan mood 3) Agitasi 4) Mengantuk sepanjang hari 2. Anak a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam. b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua. c. Sering bangun saat malam hari. E. Patofisiologi Tidur merupakan peangaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun, Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer Endokrin kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal (Robinson 1993,dalam potter). Tiap kejadian tersebut dapat di identifikasi atau di rekam dengan electreoencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukran tonus otot dengan meggunakan elektromiogram(EMG) dan elektroculogram (EOG) untuk mengukur pergeraka mata. Pengaturan dan control tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat oak untuk tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas di yakini mampunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual,audiotori,nyeri dan

ensori

raba.

Juga

menerima

stimulus

dari

korteks

serebri.

(emosi,proses,pikir). Pada keadaan sadar mengkibtkan neuron-neuron dalam RAS melepakan katekolamin misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin di sebabkan oleh pelpasa serum serotinin dari sel-sel spesifikdi pons dan batang otak tengah yaitu

Bulbarsyncronizing regional (BSR) bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus yang di terima dari pusst otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya dan system limbiks seperti emosi. Seseoranng yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.

F. Phatway Obat & Substansi

Stress/ Gaya hidup

emosional

Rutinitas &

Kecemasan

bekerja Nutrisi & kalori

Mengurangi kenyamanan

Sulit tidur

tidur

rotasi

Tegang/fru stasi

Gangguan

Kesulitan

pencernaan

menyesuaikan

Gangguan tidur

kelelahan

tidak nyaman

Mengubah pola tidur

Latihan

Lingkungan

Motivasi tidur

perubahan

Sering

jadwal tidur

terbangun Keinginan menanti tidur

Penyakit infeksi

Gangguan Gangguan Tidur

Lemah&letih

Tidak dapat

Butuh lebih

Tidak dapat tidur

Perbaikan pola

banyak tidur

dengan kualitas baik

tidur

Akibat factor

Akibat factor

eksternal

internal

Kesiapan meningkatkan tidur

Gangguan pola tidur

proses tidur

Insomnia

tidur dalam periode panjang

Deprivasi tidur

G. Klasifikasi a. Tahap Tidur EEG, EMG, DAN EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otak dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda ( Sleep Reseach Society, 1993). Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu pergerakan mata yang tidak cepat ( NREM, tidur nonorapid eye moment), dan pergerakan mata yang cepat ( REM, tidur rapid eye moment). Terdapat 4 tahapan tidur NREM yaitu: 1)

Tahap 1 NREM a)

Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur

b)

Tahap berakhir beberapa menit

c)

Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai degan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolism.

d)

Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.

e) 2)

Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun. Tahap 2 NREM

a)

Merupakan periode tidur bersuara

b)

Kemajuan relaksasi

c)

Untuk terbangun masih relatif mudah

d)

Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

3)

Tahap 3 NREM a)

Tahap awal dari tidur yang dalam

b)

Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak

c)

Otot-otot dalam keadaan santai penuh

d)

Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur

e)

Tahap terakhir 15 hingga 30 menit.

4)

Tahap 4 NREM a)

Tahap tidur terdalam

b)

Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur

c)

Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini

d)

Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding selama jam terjaga

e)

Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit

f)

Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.

5)

Tidur REM a)

Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.

b)

Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur

c)

Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah.

d)

Terjadi tonus otot skelet penurunan

e)

Peningkatan sekresi lambung

f)

Sangat sekali membangunkan orang yang tidur

g)

Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.

H. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap : 1. Pola tidur penderita 2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang 3. Tingkatan stres psikis 4. Riwayat medis 5. Aktivitas fisik. Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut polisomnografi.

Alat

ini

dapat

merekam

elektroensefalogram

(EEG),

elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan

tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur

gerakan

mata

menggunakan

EOG,

perubahan

tonus

otot

menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat (Buysse, 2005).

I. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Terapi Non Farmakologi Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain : a. Terapi relaksasi Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi. b. Terapi tidur yang bersih Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur. c. Terapi pengaturan tidur Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya. d. Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri. e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy) CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga. f. Sleep Restriction Therapy Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita gangguan tidur. g. Stimulus Control Therapy Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat. h. Cognitive Therapy Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur. i. Imagery Training Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan. j. Mengubah gaya hidup Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung. 2. Terapi Farmakologi Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter

yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain: a. Golongan obat hipnotik b. Golongan obat antidepresan c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin. d. Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.

III.

Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab. Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ini antara lain: riwayat tidur, gejala klinis, dan penyimpangan dari tidur (Tarwoto dan Wartonah, 2010). 1. Riwayat tidur Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur. 2. Gejala klinis Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. 3. Penyimpangan tidur Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur. 4. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti : 1) Apa yang dirasakan klien 2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tibatiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan

3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari 4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien. b. Riwayat Penyakit Sekarang Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya

hubungan

dengan

penyakit

yang

sedang

dialami

oleh

klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan. d. Riwayat Penyakit Dahulu Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur. 5. Pemeriksaan fisik a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah. c. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. 1. Data Pemeriksaan Penunjang Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.

2. Pengkajian Psikososial Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. B. Diagnosa Keperawatan 1. Insomnia 2. Deprivasi tidur 3. Kesiapan meningkatkan tidur 4. Gangguan pola tidur C. Rencana Keperawatan No

Diagnosa

1

Insomnia

Tujuan & Kriteria

Intervensi (NIC)

Hasil (NOC)

Rasional

Setelah dilakukan asuhan 1. Peningkatan Koping : 1. Mengurangi keperawatan selama3 x 24

Membantu

jam

untuk

diharapkan

pasien

beradaptasi

tidak mengalami insomnia

dengan

dengan kriteria hasil :

stressor,

1.

Jumlah

jam

tidur

atau

pasien

perubahan

ancaman

yang

mengganggu

24 jam untuk orang

pemenuhan

dewasa.

dan peran hidup. kualitas

3. Perasaan

segar

setelah tidur. 4. Terbangun di waktu yang sesuai.

membuat

pasien

relaksasi

dan

membantu pasien tuntutan

santai. 3. Agar

dan 2. Manajemen

rutinitas tidur.

pasien.

persepsi, 2. Kenyamanan

(sedikitnya 5 jam per

2. Pola,

tekanan pada diri

pasien

mampu

Lingkungan

membangun pola

Kenyamanan:

tidur yang sesuai

Memanipulasi lingkungan pasien

sekitar untuk

meningkatkan kenyamanan

yang

optimal. 3. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi

siklus

tidur-terjaga

yang

teratur. 2

Deprivasi

Setelah

dilakukan

Tidur

asuhan

keperawatan

1. Manajemen Energi : 1. Menghilangkan Mengatur penggunaan

pencetus deprivasi

selama 3 x 24 jam

energi

tidur.

diharapkan pasien tidak

mengatasi

mengalami

mencegah

deprivasi

untuk

tidur dengan kriteria

dan

hasil :

fungsi.

1. Menunjukkan

atau 2. Mengurangi keletihan

gangguan tidur.

mengoptimalkan 3. Membuat

pasien

lebih santai.

2. Manajemen Medikasi : 4. Agar

pasien

Tidur,

yang

Memfasilitasi

mampu

dibuktikan

oleh

penggunaan obat resep

membangun pola

berikut

dan obat bebas yang

tidur yang sesuai

indikator (gangguan

aman dan efektif.

ekstrem,

berat,

3. Manajemen

sedang,

ringan,

Perasaan:

atau

tidak

Alam

Menciptakan

mengalami

keamanan , kestabilan,

gangguan )

pemulihan,

-

Perasaan segar

pemeliharaan

setelah tidur

yang

Pola

disfungsi

-

dan

dan pasien

mengalami alam

kualitas tidur

perasaan baik depresi

-

Rutinitas tidur

maupun

-

Jumlah waktu

alam perasaan.

tidur

-

yang

peningkatan

4. Peningkatan Tidur :

terobservasi

Memfasilitasi

siklus

Terjaga

pada

tidur-bangun

yang

waktu

yang

teratur.

tepat. 2. Melaporkan

penurunan

gejala

Deprivasi

tidur

(misalnya, konfusi, ansietas, mengantuk

pada

siang

hari,

gangguan perseptual,

dan

kelelahan). 3. Mengidentifikasik an dan melakukan tindakan

yang

dapat meningkatkan tidur atau istirahat. 4. Mengidentifikasik an

faktor

yang

dapat menimbulkan Deprivasi

tidur

(misalnya,

nyeri,

ketidakadekuatan aktivitas

pada

siang hari) 3

Kesiapan

Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Energi : 1. Membantu

pola

Meningkat keperawatan selama 3 x

Mengatur penggunaan

tidur yang adekuat

kan Tidur

24 jam diharapkan pasien

energy

pada pasien.

dapat meningkatkan tidur

mengatasi

dengan

mencegah

kriteria

hasil

Pasien akan : 1. Mengidentifikasi

dan fungsi

untuk

atau 2. Kenyamanan keletihan

membuat

pasien

mengoptimalkan

relaksasi

dan

membantu pasien

tindakan yang akan 2. Manajemen

santai.

meningkatkan

LingkunganKenyaman

istirahat atau tidur

an:

2. Mendemonstrasikan kesejahteraan

fisik

dan psikologis

lingkungan

sekitar

pasien

untuk

pasien

mampu membangun pola tidur yang sesuai

meningkatkan

3. Mencapai tidur yang adekuat

Memanipulasi

3. Agar

kenyamanan optimal

tanpa 3. Peningkatan Tidur :

menggunakan obat

Memfasilitasi

siklus

tidur-bangun

yang

teratur

4

Gangguan

Setelah dilakukan asuhan 1. Determinasi efek-efek 1. Mengetahui

Pola Tidur keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan px

medikasi terhadap pola

pengaruh

tidur.

dengan pola tidur

tidak terganggu saat tidur 2. Jelaskan dengan kriteria hasil : 1. Jumlah

jam

pentingnya

tidur yang adekuat. tidur 3. Fasilitas

untuk

obat

pasien. 2. Memberikan informasi kepada

dalam batas normal 6-

mempertahankan

pasien

8 jam/hari.

aktivitas sebelum tidur

keluarga pasien.

2. Pola

tidur,

kualitas

dalam batas normal. 3. Perasaan sesudah

segar tidur

lingkungan

yang nyaman.

6. Diskusikan halyang

meningkatkan tidur.

tidur. 4. Agar periode tidur

obat tidur.

4. Mampu

hal

4. Ciptakan

3. Meningkatkan

atau 5. Kolaborasi pemberian

istirahat.

mengidentifikasi

(membaca).

dan

tidak

terganggu

dan rileks. dengan 5. Mengurangi

pasien dan keluarga

gangguan tidur.

tentang teknik tidur 6. Meningkatkan pasien.

pola tidur yang

7. Instruksikan

untuk

memonitor

tidur

baik mandiri.

secara

pasien.

7. Mengetahui

8. Monitor waktu makan dan

minum

dengan

perkembangan pola tidur pasien.

waktu tidur.

8. Mengetahui

9. Monitor/catat

pengaruh

waktu

kebutuhan tidur pasien

makan dan minum

setiap hari dan jam.

terhadap

pola

tidur pasien. 9. Mengetahui perkembangan pola tidur pasien.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.BukuSaku Diagnosa Keperawatan Edisi 13.Jakarta:EGC Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta: Salemba Medika Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba. Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Related Documents


More Documents from "bambang 90"

Ela Lorenza.docx
May 2020 27
May 2020 21
Clinical Surgery In General
October 2019 58