Lp Hipertensi.docx

  • Uploaded by: Ilham Sultomy
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Hipertensi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,796
  • Pages: 15
LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI

Oleh HARITS ARKAN NIM 1601100085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN D-III KEPERAWATAN MALANG

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan .......................................................................dan Asuhan Keperawatan pada ......................... dengan ......................................... .......................... di..................... ....................................... Nama

: Harits Arkan

NIM

: 1601100085

Prodi

: D-III Keperawatan Malang

Malang,

Pembimbing Klinik/CI,

Pembimbing Institusi,

(

)

(

)

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI

Oleh Harits Arkan NIM 1601100085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN D-III KEPERAWATAN MALANG

I. KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin, 2007 ). Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa bermanfaat (Gleadle, 2005 ). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke, aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006). Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)

Normal

< 120 dan < 80

Pre-Hipertensi

120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi Stadium I

140- 159 atau 90 – 99

Hipertensi Stadium II

> 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung. Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam

mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

B. ETIOLOGI Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi

antara

lain

stress,

kegemukan

(obesitas),

pola

makan,

merokok

(M.Adib,2009).

C. PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang

dapat

memperkuat

respons

vasokonstriktor

pembuluh

darah.

Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008). D. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007). Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung). E. PENATALAKSANAAN 1. Terapi tanpa obat a. Mengendalikan berat badan b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)

c. Berhenti merokok d. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. e. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat. f. Teknik-teknik mengurangi stress g. Manfaatkan pikiran 2. Terapi dengan obat a.

Penghambat saraf simpatis

b. Beta Bloker c. Vasodilator d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor e. Calsium Antagonis f. Antagonis Reseptor Angiotensin I g. Diuretic

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.

Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah

2. Glukosa darah 3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum 4. EKG 5. Hemoglobin/Hematokrit 6. BUN/kreatinin 7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). 8. Kalium serum 9. Kalsium serum 10. Kolesterol dan trigliserida serum 11. Pemeriksaan tiroid 12. Kadar aldosteron urin/serum 13. Urinalisa 14. Asam urat 15. Foto dada 16. CT Scan

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1. Nama kepala keluarga (KK) 2. Alamat dan telfon 3. Pekerjaan kepala keluarga 4. Pendidikan kepala keluarga 5. Komposisi keluarga Hub No Nama JK

dng

Umur Pendidikan

Status Imunisasi

Ket

KK

BCG

Polio

DPT

Hepa titis

Campak

6. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut . 7. Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut berkait dengan kesehatan. 8. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. 9. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lain. Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga, barang yang dimiliki keluarga. 10. Aktifitas rekreasi keluarga 

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi.



Nonton TV.

Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga 11. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti 12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 13. Riwayat keluarga inti (tinggal dalam satu rumah) Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber Yankes yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap Yankes. 14. Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. Pengkajian Lingkungan 15. Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septik tank, jarak septik tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. 16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. 17. Mobilisasi geografis keluarga Mobilisasi geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. 18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat. 19. Sistem penduduk keluarga 

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.



Fisik, psikis atau dukungan dari anggota keluarga.



Sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

Struktur Keluarga 20. Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 21. Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. 22. Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. 23. Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Fungsi Keluarga 24. Fungsi efektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 25. Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi / hubungan dalam keluarga sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. 26. Fungsi perawatan kesehatan 

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.



Kesanggupan keluarga melaksakan 5 tugas kesehatan.

Hal-Hal Yang Dikaji Sejauh Mana Keluarga Melakukan Pemenuhan Tugas Perawatan Keluarga adalah : a. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga mengenal masyarakat kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masyarakat.

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah : 

Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.



Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.



Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masyarakat yang dialami.



Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit.



Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.



Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.



Apakah keluarga kurang mempercayai terhadap tenaga kesehatan.



Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah : 

Sejauh mana

keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran,

komplikasi, prognosa dan cara perawatannya). 

Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.



Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.



Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial, fasilitas fisik, psiko sosial).



Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah : 

Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki.



Sejauh mana keluarga melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan.



Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi.



Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.



Sejauh mana sikap / pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.



Sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga.

e. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan dimasyarakat yang perlu dikaji adalah : 

Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan.



Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang diperoleh fasilitas kesehatan.



Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.



Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.



Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

27. Fungsi reproduksi a. Berapa jumlah anak b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga. c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. 28. Fungsi ekonomi a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. Stres Dan Koping Keluarga 29. Stressor jangka pendek dan panjang a. Stressor jangka pendenk adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan. b. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. 30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi / stressor. 31. Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila mengalami permasalahan. 32. Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi masalah.

33. Pemeriksaan Fisik 

Memeriksa fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.



Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

34. Harapan Keluarga Pada akhirnya pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas yang ada. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN - Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi

C. INTERVENSI DX. KEPERAWATAN Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi

TUJUAN

Tujuan umum : Setelah dilakukan kunjungan ke rumah selama 4 hari diharapkan keluarga dapat mengenal masalah Hipertensi Tujuan khusus: Setelahdilakukan tindakan keperawatan selama 4x60 menit keluarga mampu: 1. Mengenal masalah kesehatan 2. Mengambil keputusan 3. Merawat anggota keluarga yang sakit 4. Memodifikasi lingkungan 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

KRITERIA EVALUASI

RENCANA INTERVENSI

Respon verbal 1. Mengetahui sejauh mana keluarga mengenal penyakit Hipertensi. 2. Keluarga dapat mengenal pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, penyebab, dan komplikasi dari Hipertensi. 3. Membantu keluarga mengambil keputusan yang tepat. 4. Keluarga dapat merawat Tn. Z dengan Hipertensi. 5. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dengan menurunkan tingkat stress drumah. 6. Keluarga mau membawa dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Sap Dm.docx
December 2019 5
Bab I Komunitas.docx
November 2019 9
Lp Hipertensi.docx
December 2019 3
Leaflet Senam Oa.docx
December 2019 8
Majapahit
April 2020 20