Lp Dm Gerontik.docx

  • Uploaded by: nova hijjah suryani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Dm Gerontik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,160
  • Pages: 23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

A. Anatomi Fisiologi Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan hormon atau alat yang merangsang keluarnya hormon yang berupa mediator kimia. Sistem endokrin berkaitan dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan homeostasis. Sistem endokrin bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. Kelenjar

terdiri

dari

dua tipe

yaitu endokrin dan eksokrin. Kelenjar

endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.Kelenjar endokrin terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid. Sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ internal (lapisan traktus intestinal-sel APUD). Hormon berfungsi untuk membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif

pada

janin

yang

sedang

berkembang,

merangsang

urutan

perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduksi, memelihara lingkungan internal secara optimal dan melakukan respon korektif dan adaptif ketika terjadi kedaruratan. Terdapat dua klasifikasi pembagian hormon yaitu hormon yang larut dalam air dan lemak. Hormon yang larut dalam air yaitu insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan gastrin. Hormon yang larut dalam lemak yaitu steroid (estrogen, progesteron, testoteron, aldosteron, glukokortikoid) dan tironin (tiroksin). Yang termasuk kelenjar endokrin adalah :

-

Hipotalamus

-

Pulau Langerhans

-

Hipofisis anterior dan posterior

-

Anak ginjal,kortex dan medula

-

Tiroid

-

Gonad (ovarium dan testis)

-

Paratiroid

-

Sel APUD di lambung,usus,dan pankreas

1

1. Hipotalamus Hipotalamus terletak di batang otak (enchepalon). Hormon-hormon hipotalamus terdiri dari : a. ACRH : Adreno Cortico Releasing Hormon ACIH : Adreno Cortico Inhibiting Hormon b. TRH TIH

: Tyroid Releasing Hormon : Tyroid Inhibiting Hormon

c. GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon d. PTRH : Paratyroid Releasing Hormon PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon e. PRH PIH f. GRH GIH

: Prolaktin Releasing Hormon : Prolaktin Inhibiting Hormon : Growth Releasing Hormon : Growth Inhibiting Hormon

g. MRH : Melanosit Releasing hormon MIH

: Melanosit Inhibiting Hormon.

Hipotalamus sebagai bagian sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise.

2. Kelenjar Hipofisis Hipofisis atau disebut juga glandula pituitaria terletak

di sella

Tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii, berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm. Terbagi menjadi lobus anterior dan posterior. Terdiri dari adenohipofisis yang berasal dari orofaring dan neurohipofisis yang berasal dari sistem kantong Ratke. (Ratke adalah seorang ahli anatomi asal Jerman). Hipofise dikenal sebagai master of gland karena kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol aktivitas kelenjar endokrin lain.

2

3. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid terletak di leher bagian depan tepat di bawah kartilago krikoid, antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama juga terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid. Pada orang dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus kanan dan kiri yang dibatasi oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm lebar 2,5 cm dan panjang 4 cm. Terdapat folikel dan para folikuler. Mendapat sirkulasi dari arteri tiroidea superior dan inferior dan dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Pembuluh darah besar yang terdapat dekat kelenjar tiroid adalah arteri karotis komunis dan arteri jugularis interna. Sedangkan saraf yang ada adalah nervus vagus yang terletak bersama di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) atau Tetra Iodotironin. Bentuk aktif hormon ini adalah triyodotironin (T3) yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Yodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Yodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai monoyodotirosin (MIT). Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin (Thytotropine Releasing Hormon (TRH) dari hipotalamus.

3

Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorbsi kalsium dan tulang. Fungsi hormon tiroid : a. Mengatur laju metabolisme tubuh b. Pertumbuhan testis,saraf ,dan tulang c. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin d. Menambah kekuatan kontraksi otot dan irama jantung e. Merangsang pembentukan sel darah merah f. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan,sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan Oksigen akibat metabolisme g. Antagonis insulin.

4. Kelenjar Paratiroid Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid yang berjumlah 4 buah terdiri dari chief cells dan oxyphill cells. Kelenjar paratiroid berwarna kekuningan dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2 mm dengan berat keseluruhan sampai 100 mg. Kelenjar paratiroid mensintesa dan mengeluarkan hormon paratiroid (Parathyroid Hormon,PTH). Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium dalam plasma. Sintesis PTH dihambat apabila kadar kalsium rendah.PTH bekerja pada tiga sasaran utama dalam pengendalian homeostasis kalsium,yaitu di ginjal, tulang dan usus. Di dalam ginjal PTH meningkatkan reabsorbsi kalsium. Di tulang PTH merangsang aktifitas osteoplastik sedangkan di usus PTH meningkatkan absorbsi kalsium.

5. Kelenjar Pankreas Kelenjar pankreas terletak di retroperitoneal rongga abdomen atas dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjangnya sekitar 1020 cm dan lebar 2,5-5 cm. Mendapat asupan darah dari arteri mesenterika superior dan splenikus. Kelenjar pankreas berfungsi sebagai endokrin dan

4

eksokrin. Sebagai organ endokrin karena di pankreas terdapat pulau-pulau Langerhans yang terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel beta (B) 75 %,sel alfa (A) 20 %,dan sel delta (D) 5 %.Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau Langerhans. Setiap pulau Langerhans berdiameter 75-150 mikron. Sel alfa menghasilkan glukagon dan sel beta merupakan sumber insulin, sedangkan sel delta mengeluarkan somatostatin, gastrin dan polipeptida pankreas. Glukagon juga dihasilkan oleh mukosa usus menyebabkan terjadinya glikogenesis dalam hati dan mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah. Fungsi insulin terutama untuk memindahkan glukosa dan gula lain melalui membran sel ke jaringan utama terutama sel otot, fibroblast dan jaringan lemak. Bila tidak ada glukosa maka lemak akan digunakan untuk metabolisme sehingga akan timbul ketosis dan acidosis. Dalam meningkatkan kadar gula dalam darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipopisis (pemecahan lemak). Efek anabolik dari hormon insulin adalah sebagai berikut : a. Efek pada hepar : meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa, menghambat

glikogenolisis,

glukoneogenesis

dan

ketogenesis

meningkatkan sintesa trigelicerida dari asam lemak bebas di hepar. b. Efek pada otot : meningkatkan sintesis protein, meningkatkan transfortasi asam amino dan meningkatkan glikogenesis. c. Efek pada jaringan lemak : meningkatkan sintesa trigelicerida dari asam lemak bebas, meningkatkan penyimpanan trigelicerida dan menurunkan lipopisis.

6. Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar suprarenal atau kelenjar anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan medula.

5

Korteks adrenal mensintesa 3 hormon,yaitu : a. Mineralokortikoid (aldosteron) Mineralokortikoid (aldosteron) berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. b. Glukokortikoid Glukokortikoid (kortisol) berfungsi dalam metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas terhadap stressor. c. Androgen Hormon seks (androgen dan estrogen). Kelebihan pelepasan androgen mengakibatkan virilisme (penampilan sifat laki-laki secara fisik dan mental pada wanita) dan kelebihan pelepasan estrogen mengakibatkan ginekomastia dan retensi natrium dan air.

7. Kelenjar Gonad Kelenjar gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu pertama. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH). Testis terdiri dari dua buah dalam skrotum.Testis mempunyai duafungsi yaitu sebagai organ endokrin dan reproduksi.Menghasilkan hormon testoteron dan estradiol di bawah pengaruh LH. Efek testoteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria.Pada masa pubertas akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder

seperti

tubuh,pembesaran

perkembangan laring,penebalan

bentuk pita

tubuh,distribusi

rambut

suara,pertumbuhan

dan

perkembangan alat genetalia. Ovarium berfungsi sebagai organ endokrin dan reproduksi.Sebagai organ endokrin ovarium menghasilkan sel telur (ovum) yang setiap

6

bulannya pada masa ovulasi siap dibuahi sperma.Estrogen dan progesteron akan

mempengaruhi

perkembangan

seks

sekunder,menyiapkan

endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan laktasi.

8. Sel Apud Sel

endokrin

saluran

cerna

yang

mengeluarkan

hormon

gastrointestinal atau gastroenteropankreas,didapatkan difus di lambung, usus dan pankreas. Sel ini termasuk kelompok sel APUD (Amine Precursor Uptake and Decarboxylation) seperti halnya sel C tiroid, medula anak ginjal, hipofisis, hipotalamus dan melanosit. Sel APUD saluran cerna tidak membentuk suatu kelenjar melainkan tersebar di lambung,usus,dan pankreas.

7

B. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Diabetes melitus ( DM ) dari bahasa Yunani: diabainein yang artinya “tembus” atau “pancuran air”, dan kata Latin mellitus, “rasa manis”, yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Long, 1996). Diabetes Melitus ialah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2005). Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah (Smeltzer, 2002)

2. Etiologi Faktor penyebab diabetes mellitus sesuai klasifikasi penyakit menurut (Smeltzer, 2002) antara lain : a. DM tipe 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan timbulnya reaksi autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte Antigen). b. DM tipe 2 : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM tipe 11 masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun (Suddarth, 2002)

8

Faktor risiko penyakit diabetes mellitus, yaitu: a. Faktor genetic (Keturunan) b. Usia c. Pola makan yang salah d. Stress e. Obesitas

3. Patofisiologi dan WOC Pada

pasien

diabetes

mellitus,

kadar

glukosa

dalam

darah

meningkat/tidak terkontrol akibat rendahnya produk indulin/tubuh tidak dapat menggunakannya sebagai sel stravasi. Bila kadar glukosa meningkat maka akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresis sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa yang terbuang melaui urin yang berlebihan (poliuri) maan tubuh akan kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (polifagi). Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka pasien akan cepat lemah (Smeltzer & Bare, 2001).

9

WOC (Web of Caution) Diabetes Melitus Idiopatik, usia, pola makan yang salah, dll

Reaksi autoimun Sel B pancreas hancur

Jumlah sel pancreas menurun

Diabetes Melitus Hiperglikemia

MK: Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Glukosuri

Hiperosmolalitas

Diuretic osmotic

Kalori keluar

Poliuri

Rasa lapar

Dehidrasi

Polifagi

MK: Hipovolemia

MK: Defisit Nutrisi

10

4. Manifestasi Klinik Keluhan khas : a. Rasa haus berlebihan (polidipsi) b. Sering kencing (poliuri) c. Cepat lapar (polifagi) d. Cepat kehilangan berat badan Keluhan tidak khas : a. Mudah lelah b. Kesemutan pada jari tangan dan kaki c. Gatal – gatal didaerah genital d. Luka sukar sembuh e. Penglihatan kabur f. Keputihan g. Bisul hilang timbul h. Mudah mengantuk i. Pruritus vulva pada wanita

5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain, ( Beare, 2007 ): a. Pemeriksaan gula darah Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua. Penyesuaian batas normal untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah makan yang telah diajukan adalah 140-200 mg/dl. Kadar gula darah puasa yang dapatditerima untuk lansi adalah kurang dari 140 mg/dl. b. Pemeriksaan dengan Hb Dilakukan untuk pengobatan DM jangka lama yang merupakan fib minor sebagai hasil dari glikolisis normal. c. Pemeriksaan urine Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah, tapi biasa nya fungsi ginjal dan kandung

11

kemih berubah membuat tes urine untuk glukosa menjadi kurang dapat diandalkan pada lansia yang berusia diatas 65 tahun.

6. Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan glukosa dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapi dari setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadnya hipoglikemia

dan

gangguan

serius

pada

pola

aktivitas

pasien.

Penatalaksanaan untuk diabetes mellitus terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Smeltzer, 2002). a. Penatalaksanaan secara keperawatan 1) Penyuluhan/pendidikan kesehatan Penyuluhan

tentang

diabetes,

adalah

pendidikan

dan

pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan

untuk

mencapai

keadaan

sehat

optimal,

dan

penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik (Long, 1996) 2) Perencanaan makan Pada

konsensus

perkumpulan

endokrinologi

indonesia

(PERKENI) telah ditetapkan bahwa standart yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi yang seimbang. Pada saat ini, Perhimpunan diabetes

amerika dan

perhimpunan diabetes

amerikan merekomendasikan bahwa untuk semua tingkat asupan kalori, makan 50 % hingga 60 % kalori berasal dari karbohidrat, 20-30 % berasal dari lemak dan 12-20 % lainya berasal dari protein. Rekomendasi ini juga konsisten dengan rekomendasi dari the american heart asociation dan american cancer sosiety. Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75 % juga memberikan hasil yang baik. Terutama

12

untuk golongan ekonomi yang rendah. Jumlah kalori disesuiakan dengan pertumbuhan, usia, statrus gizi, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal (Mirza, 2009) Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara: kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan manis dan perbanyak makanan banyak serat. 3) Latihan/olahraga Latihan atau olahraga selain dapat menurunkan kadar gula darah karena membuat kerja insulin lebih efektif dengan cara meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Olahraga sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress, mengurangi faktor resiko kardiovaskuler dan mempertahankan kesegaran tubuh. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat. b. Penatalaksanaan secara medis 1) Obat Hipoglikemik Oral a) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan. b) Golongan Biguanad /metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.

13

c) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal. 2) Insulin a) Indikasi insulin Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obatobatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet. b) Jenis insulin 

Insulin kerja cepat Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zinc, dan semilente



Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon), globinzinc, lente.



Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin) (Long, 1996)

14

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan a) Pengkajian Keperawatan 1. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. 2. Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. 3. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang keluhan yang dirasakan pasein sekarang seperti lemah, pusing, tidak nafsu makan, nyeri, kesemutan 4. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita. 5. Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung. 6. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. 7. Pemeriksaan Fisik Menurut Marilyn. E. Doenges (2000), data dasar pengkajian pasien dengan Diabetes Melitus, yang perlu dikaji adalah: a. Aktifitas/Istirahat

15

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, keram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat. Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas, letargi atau disorieantasi, koma. b. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi, infark miokar akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun atau tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung. c. Integritas Ego Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang. d. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria ), nokturia. Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih ( infeksi ), ISK baru / berulang, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda

: Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang

menjadi oliguri/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine berkabut, bau busuk infeksi ), abdomen keras, adanya ansietas, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ). e. Makanan / cairan Gejala : Hilang napsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ) Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah ), bau halitosis/manis, bau buah ( napas aseton ).

16

f. Neurosensori Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan,kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan. Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma ( tahap lanjut ), gangguan memori , reflek tendon menurun, kejang. g. Nyeri / kenyamanan Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri ( sedang/berat ) Tanda

: Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-

hati. h. Pernapasan Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen ( tergantung adanya infeksi/tidak ) Tanda : Lapar udara, batuk dengan / tanpa sputum purulen ( infeksi ), frekuensi pernapasan. i. Keamanan Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parestesia / paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan ( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ). j. Seksualitas Gejala : Rabas vagina ( cendrung infeksi ), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita. k. Penyuluhan / pembelajaran Gejala : Faktor resiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik /tiazid, dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).

b) Analisa Data NO.

DATA SENJANG DATA MAYOR

DATA MINOR

ETIOLOGI

MASALAH

17

1.

Ds:

Lelah

atau Ds: Mulut kering, Disfungsi

lesu

haus meningkat

Do: Kadar glukosa Do:

2.

Jumlah

pankreas urin

meningkat

Ds: -

Ds: Cepat kenyang Peningkatan

menurun minimal Do: 10%

Bising

glukosa dalam darah

dalam darah tinggi

Do: Berat badan setelah makan

Ketidakstabilan

Defisit nutrisi

kebutuhan usus metabolisme

dibawah hiperaktif,

rentang ideal

membran

mukosa

pucat, diare 3.

Ds:

Mengeluh Ds:

lelah

Dispnea Kelemahan

saat/setelah

Do:

Frekuensi aktivitas,

Intoleransi aktivitas

merasa

jantung meningkat lemah >20% dari kondisi Do: Tekanan darah istirahat

berubah >20% dari kondisi istirahat

c) Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakstabilan glukosa dalam darah berhubungan dengan disfungsi pankreas 2. Defisit

nutrisi

berhubungan

dengan

peningkatan

kebutuhan

metabolisme 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

18

d) Perencanaan No. 1.

Perencanaan

Diagnosa Keperawatan Ketidakstabila n kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pancreas

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rasional

Intervensi

NOC: Keparahan Hiperglikemia

NIC: Manajemen Hiperglikemia

Setelah dilakukan intervensi keperawatan … x ... menit diharapkan pasien dapat menunjukkan: NOC: Keparahan Hiperglikemia  Ditingkatkan pada level ...  Dipertahankan pada level ...  1 = Berat  2 = Besar  3 = Sedang  4 = Ringan  5 = Tidak ada Dengan kriteria hasil:  [ ] Sakit kepala  [ ] Kehilangan berat badan yang tidak bisa dijelaskan  [ ] Nafas bau buah  [ ] Peningkatan glukosa darah  [ ] Peningkatan haus

1. Monitor kadar sesuai indikasi

gula

darah

2. Monitor tanda hiperglikemia

dan

gejala

3. Monitor tanda-tanda vital 4. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia 5. Antisipasi situasi dimana aka nada kebutuhan peningkatan insulin 6. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl khususnya jika ketonrurin terjadi 7. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes mellitus selama

1. Kadar gula darah dalam tubuh menjadi indicator status glikemik pasien 2. Identifikasi jenis hiperglikemia mempengaruhi intervensi yang akan diberikan 3. Mengetahui keadaan umum pasien 4. Penyebab hiperglikemia dapat membantu menentukan intervensi yang tepat 5. Mencegah terjadinya penurunan kondisi lebih lanjut 6. Mecegah terjadinya pemecahan lemak yang menambah kadar glukosa dan peningkatan kadar insulin 7. Manajeen yang tepat membantu mengontrol kadar gula darah 19

periode sakit, termasuk penggunaan insulin dan/atau obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat dan kapan mencari bantuan petugas kesehatan 8. Ajarkan teknik relaksasi benson

9. Ajarkan senam kaki diabetes melitus 10. Berikan insulin, sesuai resep

3.

Defisi nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (SDKI)

NOC: Status Nutrisi

NIC: Manajemen Nutrisi

Setelah diberikan intervensi keperawatan selama ...x ... diharapkan pasien dapat menunjukkan: NOC: Status Nutrisi  Ditingkatkan pada level ...  Dipertahankan pada level ...  1 = Sangat menyimpang dari rentang normal

1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien 2. Tentukan apa yang menjadi prefensi makanan bagi pasien 3. Timbang berat badan pasien 4. Atur diet yang diperlukan, yaitu diet makanan yang mudah

8. Teknik relaksasi benson dapat mengurangi stres yan terjadi sehingga dapat mengurangi kadar gula darah dalam tubuh 9. Senam kaki memperlancar sirkulasi darah pada kaki 10. Insulin berguna untuk membawa glukosa dan mengontrol kadar glukosa dalam darah

1. Mengurangi factor gangguan nutrisi

risiko

2. Membantu menetuksn diet yang tepat untuk pasien 3. Berat badan merupakan indikator kekurangan nutrisi 4. Memudahkan pencernaan dan penyerapan usus halus

20

 2 = Banyak menyimpang dari rentang normal  3 = Cukup menyimpang dari kisaran normal  4 = Sedikit menyimpang dari kisaran normal  5 = Tidak menyimpang dari kisaran normal Dengan kriteria hasil:  [ ] Asupan makanan  [ ] Asupan cairan  [ ] Energi

dicerna 5. Auskultasi bising usus

6. Libatkan keluarga perencanaan makanan

dalam

7. Cek gula darah sewaktu 8. Observasi tanda hiperglikemia

9. Ajarkan manajemen diabetes mellitus

3.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

NOC: Kelelahan: Mengganggu

Efek

10. Kolaborasi pemberian insulin NIC: yang Manajemen Energi

diet

dalam

1. Kaji tanda-tanda vital pasien Setelah diberikan intervensi keperawatan selama ... x ... menit diharapkan pasien dapat menunjukkan:

2. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan

sehingga mengurangi beban kerja usus halus 5. Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurunkan motilitas atau fungsi lambung 6. Pelibatan keluarga merupakan bentuk dukungan dan kepedulian keluarga terhadap pasien 7. Menunjukkan kadar gula dalam darah 8. Mencegah terjadinya komplikasi dan mempercepat diberikan tindakan 9. Manajemen diet dapat menjaga kadar gula darah 10. Insulin membantu kecukupan hormon yang dibutuhkan dalam tubuh

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien 2. Mengetahui perkembangan yang muncul dan memberikan intervensi yang tepat

21

NOC: Kelelahan: Efek yang Menggangu  Ditingkatkan pada level ...  Dipertahankan pada level ...  1 = Berat  2 = Cukup berat  3 = Sedang  4 = Ringan  5 = Tidak ada Dengan kriteria hasil:  [ ] Penurunan energi  [ ] Gangguan dengan aktivitas sehari-hari  [ ] Gangguan alam perasaan

3. Tentukan jenis dan banyaknya akivitas yang dilakukan 4. Monitor intake/asupan nutrisi

5. Pantau kadargula darah pasien

6. Lakukan ROM aktif/pasif

7. Monitor lokasidan sumber ketidaknyamanan 8. Batasi stimuli lingkungan yang mengganggu 9. Ajarkan senam kaki DM 10. Monitor poladan frekuensi pernapasan

3. Jenis dan banyaknya aktivitas dapat mengoptimalkan energi 4. Nutrisi yang adekuat akan membantu memberikan suplai energi 5. Kadar gula yang tidak stabil dapat menyebabkan kelemahan 6. ROM dapat membantu menghilangkan ketegangan otot 7. Ketidaknyamanan dapat mengganggu energi pasien 8. Stimuli yang mengganggu dapat mengurangi kualitas tidur pasien 9. Senam kaki dapat memperlancar sirkulasi darah 10. Kelelahan dapat meningkatkan pernapasan

22

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. 2004. Nursing Interventions Classification(NIC)(5th.Ed). America: Mosby Elseiver Moorhead, S, Jhonson, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th. Ed). United states of America: Mosby Elsevier Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indiakor Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia Price, S. A & Wilson L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

23

Related Documents

Lp Dm 1.docx
April 2020 15
Lp Dm Permata.docx
May 2020 5
Lp Dm Gerontik.docx
December 2019 7
Lp Dm Fix.docx
August 2019 22
Lp Dm-1.doc
December 2019 20

More Documents from "Inda Febriana Dewi"