Lp Ckd.docx

  • Uploaded by: Syahrul
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Ckd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,962
  • Pages: 18
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK (CKD)

DISUSUN OLEH :

SYAHRURAMADHOAN NPM: 018.02.0867

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM TAHUN AJARAN 2019/2020

7

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisiten dan irreversible (Mansjoer, dkk, 2000). Gagal

ginjal

kronik

merupakan

perkembangan

gagal

ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa

tahun).

Gagal

ginjal

kronik

terjadi

setelah

berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal (Nurarif dan kusuma, 2013). B. Etiologi Menurut Kowalk, Welsh, dan Mayer (2011) penyebab dari gagal ginjal kronik adalah: 1. Penyakit glomerulus yang kronis (Glumerulonefritis) 2. Infeksi

kronis

(seperti

Pielonefritis

kronis

dan

tuberkulosis) 3. Anomali kongenital (penyakit polikistik ginjal) 4. Penyakit vaskuler (hipertensi, nefrosklerosis) 5. Obstruksi renal (batu ginjal) 6. Penyakit kolagen (lupus eritematosus) 7. Preparat nefrotoksik (terapi aminoglikosid yang lama) 8. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)

8

C. Tanda dan Gejala Menurut Smeltzer dan Bare (2002) manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah: 1. Kardiovaskuler a. Hipertensi b. Pitting edema c. Edema periorbital d. Pembesaran vena leher e. Friction rub perikardial 2. Pulmoner a. Krekels b. Nafas dangkal c. Kusmaul d. Sputum kental dan liat 3. Gastrointestinal a. Anoreksia, mual dan muntah b. Perdarahan saluran GI c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut d. Konstipasi / diare e. Nafas berbau ammonia 4. Muskuloskeletal a. Kram otot b. Kehilangan kekuatan otot c. Fraktur tulang d. Foot drop

9

5. Integumen a. Warna kulit abu-abu mengkilat b. Kulit kering, bersisik c. Pruritus d. Ekimosis e. Kuku tipis dan rapuh f. Rambut tipis dan kasar 6. Reproduksi a. Amenore b. Atrofi testis D. Fatofisiologi Penurunan

GFR

dapat

dideteksi

dengan

mendapatkan

urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat. Gangguan klirens renal. Banyak masalah muncul pada gagal

ginjal

glumeruli

yang

sebagai

akibat

berfungsi,

dari

yang

penurunan

menyebabkan

jumlah

penurunan

klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal). Retensi

cairan

dan

natrium.

Ginjal

kehilangan

kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara

normal.

Terjadi

penahanan

cairan

dan

natrium;

10

meningkatkan

resiko

terjadinya

edema,

gagal

jantung

kongestif dan hipertensi. Anemia

terjadi

eritropoetin

yang

sebagai

tidak

akibat

adekuat,

dari

memendeknya

produksi usia

sel

darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan

turun.

Dengan

menurunnya

GFR,

maka

terjadi

peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi tubuh

paratormon, tidak

parathormon, menyebabkab

namun

dalam

berespon

terhadap

akibatnya

kalsium

perubahan

pada

kondisi

tulang

gagal

ginjal,

peningkatan

sekresi

di

tulang

menurun

dan

penyakit

tulang

(Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut Aspiani (2008), kegagalan ginjal ini bisa terjadi

karena

serangan

penyakit

dengan

berbeda-beda yaitu: 1. Stadium

I (Penurunan cadangan ginjal)

2. Stadium II (Insufisiensi Ginjal) 3. Stadium III (Payah ginjal stadium akhir) 4. Stadium IV (Tidak terjadi homeostasis)

stadium

yang

11

Patofisiologi Pathway

Kelebihan volume cairan

Gangguan pertukaran gas Nyeri akut

12

E. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan

Laboratorium

menunjang,

kemungkinan

yang

adanya

umumnya suatu

dianggap

Gagal

Ginjal

Kronik : a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. b. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah. c. Ureum

dan

kreatinin

perbandingan

antara

:

ureum

Meninggi, dan

biasanya

kreatinin

lebih

kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar

luas,

pengobatan

steroid,

dan

obstruksi

saluran kemih. d. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun. e. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan. f. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis. g. Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK. h. Fosfatase

lindi

meninggi

akibat

tulang,

terutama

Isoenzim

metabolisme

gangguan fosfatase

lindi tulang. i. Hipoalbuminemis

dan

Hipokolesterolemia;

umumnya

13

disebabkan

gangguan

metabolisme

dan

diet

rendah

protein. j. Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer) k. Hipertrigliserida,

akibat

gangguan

lemak,

disebabkan,

peninggian

hormon

somatotropik

dan

metabolik

dengan

metabolisme

hiormon

menurunnya

inslin,

lipoprotein

lipase. l. Asidosis

kompensasi

respirasi

menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang

menurun,

disebabkan

PCO2

retensi

yang

menurun,

asam-asam

organik

semuanya pada

gagal

ginjal. m. Pemeriksaan Lab. CCT(Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui rumus:

filtrasi

glomerulus

dapat

menggunakan

CCT (ml/ menit) = (140-umur)x BB(kg) 72 x creatinin serum

2. Pemeriksaan Radiologi Berberapa

pemeriksaan

radiologi

yang

biasa

digunanakan utntuk mengetahui gangguan fungsi ginjal antara lain: a. Flat-Plat

radiografy/Radiographic

keadaan

ginjal,

uereter dan vesika urinaria untuk mengidentifikasi bentuk,

ukuran,

ginjal.

Pada

posisi,

gambaran

ini

dan

kalsifikasi

akan

terlihat

dari bahwa

14

ginjal

mengecil

yang

mungkin

disebabkan

karena

adanya proses infeksi. b. Computer Tomograohy (CT) Scan

yang digunakan untuk

melihat secara jelas sturktur anatomi ginjal yang penggunaanya

dengan

memakai

kontras

atau

tanpa

kontras. c. Intervenous

Pyelography

(IVP)

digunakan

untuk

mengevaluasi keadaan fungsi ginjal dengan memakai kontras. IVP biasa digunakan pada kasus gangguan ginjal

yang

anomali

disebabkan

kongental,

ginjal,

abses

/

oleh

trauma,

kelainan

batu

pembedahan,

prostat,

calculi

ginjal,

serta

obstruksi

digunakan

untum

mengetahui

saluran kencing. d. Aortorenal

Angiography

sistem aretri, vena, dan kepiler pada ginjal dengan menggunakan

kontras

dilakukan

pada

aneurisma

ginjal,

.

Pemeriksaan

kasus

renal

ini

arteri

arterovenous

biasanya stenosis,

fistula,

serta

digunakan

untuk

beberapa gangguan bentuk vaskuler. e. Magnetic

Resonance

Imaging

(MRI)

mengevaluasi kasus yang disebabkan oleh obstruksi uropathi,

ARF,

proses

infeksi

pada

ginjal

serta

post transplantasi ginjal. 3. Biopsi Ginjal Untuk mengambil

mengdiagnosa jaringan

kelainann

ginjal

lalu

ginjal

dengan

dianalisa.

Biasanya

15

biopsi neprotik

dilakukan

pada

sindom,

penyakit

kasus

golomerulonepritis,

ginjal

bawaan,

ARF,

dan

perencanaan transplantasi ginjal.

F. Penatalaksanaan Medis Menurut

Kowalk,

Welsh,

dan

Mayer

(2011)

penatalaksanaan gagal ginjal kronik adalah: 1. Diet

rendah

protein

untuk

membatasi

produk

akhir

metabolisme protein yang tidak dapat diekskresi oleh ginjal. 2. Diet

tinggi

protein

bagi

pasien

yang

menjalani

dialisis peritonial secara kontinue 3. Diet

tinggi

kalori

untuk

mencegah

ketoasidosis

dan

atrofi jaringan 4. Pembatasan asupan natrium dan kalium untuk mencegah kenaikan kadar kedua mineral ini 5. Pembatasan

cairan

untuk

mempertahankan

kesimbangan

cairan 6. Obat-obat golongan loop diuretics, seperti furosemid (lasid), untuk mempertahankan keseimbangan cairan 7. Obat-obat golongan glikosid kardiak, seperti digoksin untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema 8. Kalsium

karbonat

(caltrate)

atau

kalsium

asetat

(phoslo) untuk mengatasi osteodistrofi renal de3ngan pengikatan fosfat dan suplementasi kalsium

16

9. Obat-obat

antihipertensi

untuk

mengontrol

tekanan

darah edema 10. Obat-obat

antiemetik

untuk

mengendalikan

mual

dan

muntah 11. Famotidin

(pepcid)

atau

ranitidin

(zantac)

untuk

mengurangi iritasi lambung 12. Metilselulosa atau dukosat untuk mencegah konstipasi 13. Suplemen

besi

dan

folat

atau

trasfusi

sel

darayh

merah untuk mengatasi anemia 14. Pemberian eritropoietin sintesis untuk menstimulasi sumsum

tulang

agar

memproduksi

sel

darah

merah,

suplemen zat besi, preparat estrogen, dan desmopresin untuk mengatasi efek he3matologi 15. Obat-obat (temaril)

anti atau

pruritus,

seperti

difenhidramin,

untuk

trimeprazin

meredakan

rasa

gatal 16. Gel

aluminium

hidroksida

untuk

mengurangi

kadar

fosfat serum 17. Suplemen vitamin, khususnya vitamin B dan D serta asam amino esensial 18. Dialisisa

untuk

mengatasi

hiperkalemia

dan

ketidakseimbangan cairan 19. Perikardiosentesis

darurat

atau

pembedahan

darurat

untuk penanganan kor temponade 20. Dialisis intensif dan torakosentesis untuk mengurangi edema paru dan efusi pleura

17

21. Dialisis peritonial atau hemodialisis untuk membantu mengendalikan penyakit ginjal terminal 22. Transplatasi

ginjal

(yang

biasa

merupakan

terapi

pilihan bila donor tersedia).

G. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin dan retensi cairan serta natrium. 2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah, dan perubahan membran mukosa mulut 3. Intoleransi oksigenasi

aktifitas jaringan

b.d

tidak

keletihan,

adekuat,

retensi

anemia, produk

sampah.

H. Intervensi 1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin dan retensi cairan dan natrium. a. Tujuan Mempertahankan

berat

tubuh

ideal

tanpa

kelebihan cairan b. Hasil yang diharapkan 1) Menunjukan perubahan-perubahan berat badan yang lambat 2) Mempertahankan pembatasan diet dan cairan 3) menunjukakan turgor kulit normal tanpa edema

18

4) menunjukkan tanda-tanda vital normal 5) menunjukkan tidak adanya distensi vena leher 6) melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi nafas pendek 7) melakukan hygiene oral dengan sering 8) melaporkan penurunan rasa haus 9) melaporkan berkurangnya kekeringan pada membrane mukosa mulut c. Rencana tindakan 1) Kaji

status

cairan:

timbang

BB

harian,

keseimabngan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah, denyaut dan irama nadi R/:Pengkajian

merupakan

berkelanjutan

untuk

dasar

dan

memantau

data

dasar

perubahan

dan

mengevaluasi intervensi 2) Batasi masukan cairan R/:Pembatasan cairan akan menentukn berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respons terhadap terapi 3) Identifikasi sumber potensial cairan R/:Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi 4) Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional dari pembatasan

19

R/:Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan 5) Bantu

pasien

dalam

menghadapi

ketidaknyamanan

akibat pembatasan cairan R/:Kenyamanan

pasien

meningkatkan

kepatuhan

terhadap pembatasan diet 6) Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering R/:Hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut 2. Ketidakseimbangan

nutrisi;

kurang

dari

kebutuhan

tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah, dan perubahan membran mukosa mulut. a. Tujuan Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat b. Hasil yang diharapkan 1) Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet 2) Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang 3) Melaporkan peningkatan nafsu makanan 4) Menunjukkan

tidak

adanya

pertambahan

atau

penurunan berat badan yang cepat 5) Menunjukkan

turgor

kulit

yang

normal

edema, kadar albumin plsma dapat diterima

tanpa

20

c. Rencana tindakan 1) Kaji

status

pengukuran

nutrisi:

Perubahan

antropometrik,

berat

nilai

badan,

laboratorium

(elektrolit serum, BUN,kreatinin,dan kadar besi) R/:Menyediakan

data

dassar

untuk

memantau

perubahan dan mengevaluasi intervensi 2) Kaji pola diet nutrisi: Riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori R/: Pola

diet

dahulu

dan

sekarang

dapat

dipertimbangkan dalam menyusun menu 3) Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi

:

Anoreksia,

mual,

atau

muntah,

diet

yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi, kurang memahami pembatasan diet, stomatitis. R/:Menyediakan yang

dapat

informasi diubah

mengenai

atau

factor

dihilangkan

lain untuk

meningkatkan masukan diet. 4) Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan. R/:Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energi, membagi protein

untuk

pertumbuhan

dan

penyembuhan

jaringan 5) Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan.

21

R/:Ingesti

medikasi

sebelum

makan

menyebabkan

anoreksia dan rasa kenyang 6) Jelaskan

rasional

hubungannya

pembatasan

dengan

penyakit

diet

dan

ginjal

dan

peningkatan urea dan kadar kreatinin R/:Meningkatkan

pemahaman

pasien

tentang

hubungan antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal 7) Ciptakan

lingkungan

yang

menyenangkan

selama

makan R/:Faktqor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan 8) Timbang berat badan harian R/:Untuk memantau status cairan dan nutrisi 3. Intoleransi oksigenasi

aktifitas jaringan

b.d

tidak

keletihan,

adekuat,

retensi

anemia, produk

sampah. a. Tujuan Berpartisipasi

dalam

aktifitas

yang

dapat

ditoleransi b. Hasil yang diharapkan 1) Berpartisipsi

dalam

meningkatkan

aktivitas dan latihan 2) Melaporkan peningkatan rasa sejahtera

tingkat

22

3) Melakukan

istirahat

dan

aktivitas

secara

bergantian 4) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih c. Rencana tindakan 1) Kaji factor yang menimbulkan keletihan: Anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk sampah, depresi. R/:Menyediakn informasi tentang indikasi tingkat keletihan 2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri

yang

dapat

ditoleransi;

bantu

jika

keleetihan terjadi R/:Meningkatkan

aktivitas

ringan/sdang

dan

memperbaiki harga diri. 3) Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat. R/:Mendorong latihan dan aktivitas dalam batasbatas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat 4) Anjurkan untuk beristirahat setalah dialysis Rasional: Istirahat setelah

yang

adekuat

dialysis,yang

pasien sangat melelahkan.

dianjurkan

bagi

banyak

23

DAFTAR PUSTAKA Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta: Medica Aesculpalus Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013.

Aplikasi

Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC Mayer.,

Welsh

dan

Kowalak,

2011.

Buku

Ajar

Patofisiologi. Jakarta: EGC. Bare

&

Smeltzer.2002.Buku

Ajar

Keperawatan

Medikal

Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Lk Ppok.docx.doc
November 2019 48
Bab I,v.pdf
June 2020 25
Ilmu Dari Sudut Islam
June 2020 20
16365-16363-1-pb
May 2020 27
Lp Ckd.docx
November 2019 45