LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA TIROID DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER
OLEH: Nahdah Khoirotul Ummah, S.Kep. NIM 182311101129
PPROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Ca Tiroid di Ruang Mawar RSD dr. Soebandi Jember telah disetujui dan disahkan pada Hari, Tanggal Tempat
: : Ruang Mawar RSD dr. Soebandi Jember
Jember,
Pembimbing Akademik Stase
Pembimbing Klinik
Keperawatan Bedah
Ruang Mawar
FKep Universitas Jember
RSD dr. Soebandi Jember
Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB
Ns. Suheriyono, S.Kep
NIP 19810319 201404 1 001
NIP 19750101 199803 1 008
ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................... iii LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................. 1 A. Anatomi dan Fisiologi kelenjar tiroid.............................................. B. Definisi Ca Tiroid............................................................................. C. Epidemiologi Ca Tiroid.................................................................... D. Etiologi Ca Tiroid............................................................................. E. Klasifikasi Klinis Ca Tiroid.............................................................. F. Manifestasi Klinis Ca Tiroid............................................................. G. Patofisiologi Ca Tiroid..................................................................... H. Pemeriksaan Penunjang Ca Tiroid................................................... I. Penatalaksanaan Ca Tiroid................................................................. J. Clinical Pathway............................................................................... K. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... 1. Pengkajian/Assesment.................................................................. 2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 3. Intervensi Keperawatan................................................................ 4. Evaluasi Keperawatan.................................................................. 5. Discharge Planning..................................................................... DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
iii
1 5 6 7 8
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN CA TIROID Oleh : Nahdah Khoirotul Ummah, S.Kep A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan Tiroid lazim dikenal sebagai kelenjar gondok (thyroid gland). Kelenjar tiroid pada orang dewasa ukurannya sekitar 5 cm, beratnya kira-kira 10-20 gram. Letak kelenjar ini di leher bagian depan tepat di bawah jakun di depan trakea. Bentuk kelenjar ini menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba. jika membesar tampak seperti ada benjolan di bawah jakun yang bergerak naik ketika menelan sesuatu. Tiroid terdiri dari dua lobus yaitu lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh ismus.
Jaringan tiroid terdiri dari folikel yang dindingnya terdiri dari satu lapis sel folikuler dan berfungsi membuat hormon tiroid. Hormon tiroid mengendalikan kecepatan
metabolisme
tubuh
yaitu
merangsang
pembentukan
protein,
meningkatkan penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh. Jika metabolisme meningkat semakin banyak kalori dari protein yang dibakar sehingga meski makan banyak tetapi berat badan justru menurun. Jika kekurangan hormon tiroid makan badan semakin gemuk dan lemak banyak menumpuk dalam jaringan hati. Selain itu peran hormon tiroid dalam tubuh manusia yaitu menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak; menguatkan otot; memastikan pompa jantung bekerja dengan baik; membantu pencernaan, menguatkan rambut, kulit, dan kuku;
menunjang perkembangan otak; membantu pertumbuhan tulang; dan menyokong kinerja organ-organ tubuh lainnya (Tandra, 2011) B. Definisi Ca Tiroid Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan
membatasikemampuan
menghasilkan
hormon
tiroid,
tetapi
kadang
menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme (Tandra, 2011). C. Epidemiologi Ca Tiroid Suatu catatan statistik di negara Amerika Serikat menyebutkan 95 persen pengidap kanker tiroid bisa hidup selama 5 tahun bahkan 92 persen dikatakan dapat bertahan sampai 20 tahun. Hanya 5 persen yang tumbuhnya cepat yaitu golongan kanker anaplastik. Kanker tiroid jenis ini mudah menyebar dan mematikan. Dari pengalaman para dokter spesialis tirodi di kota besar Indonesia berpendapat bahwa penderita kanker tiroid kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar daripada kanker pada organ tubuh lainnya (Tandra, 2011). D. Etiologi Ca Tiroid Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun. Defisiensi iodin juga dapat meningkatkan 2
risiko perkembangan kanker tiroid karena defisiensi iodin menstimulasi proliferasi dan hiperplasia sel tiroid (Corwin, 2009). Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid: a. kenaikan sekresi hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker. b. penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum; c. faktor genetik. Adanya riwayat keturunan dari keluarga (Gruendemann & Fersebner, 2005). E. Klasifikasi Ca Tiroid Tambayong (2000), Gruendemann & Fersebner (2005), Tandra (2011) menjelaskan bahwa berdasarkan jenis selnya dari hasil pemeriksaan patologi, ada beberapa tipe kanker tiroid yaitu: a. kanker tiroid tipe papiler Pertumbuhannya lambat sekali dan jika dibedah kemungkinan sembuh sangat besar. Pertumbuhan tumor biasanya terbatas di dalam kelenjar tiroid dan ke jaringan perikapsul serta kelenjar leher lateral. Pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan sisa sel kanker juga memberi hasil yang cukup baik. Kanker tipe papiler ini paling banyak dijumpai dan lebih banyak terjadi pada wanita muda. Apabila bermetastasis, paru dan tulang adalah tempat yang tersering. b. kanker tiroid tipe folikuler Kanker ini biasanya dijumpai pada usia di atas 50 tahun dan jenis ini lebih mudah menyebar ke organ tubuh lainnya daripada tipe papiler. Kelenjar tiroid kemunginan besar tetap menghasilkan hormon tiroid (T3 dan T4) dan pada sebagian kasus hal ini dapat menimbulkan hipertiroidisme namun jarang terjadi pembesaran kelenjar limfe. c. kanker tiroid tipe meduler Kanker ini tumbuh dari sel parafolikuler yang disebut juga sel C yang bertugas membuat hormon kalsitonin dengan fungsi mengatur kalsium dalam darah. Kanker ini jarang terjadi hanya 3-4 persen namun pertumbuhannya lebih cepat daripada kanker tipe papiler atau folikuler. 3
Pasien mungkin datang dengan suara serak, disfagia, atau kemerahan, dapat disertai diare juga. Tipe ini bermetastasis ke mediastinum superior dan kemudian ke paru, tulang, dan hati. d. kanker tiroid tipe anaplastik Kanker ini sering muncul di luar kapsul, pertumbuhannya cepat serta menyebar ke organ tubuh lain serta hasil pengobatan dengan kemoterapi juga tidak memberi banyak harapan. Jenis ini sangat jarang yaitu tidak lebih dari 2 persen. Pasien sering memiliki riwayat massa keras yang tumbuh cepat di leher. Metastasis biasanya ke mediastinum dan paru. Pasien datang dengan pembesaran kelenjar tiroid yang nyeri. Pada mulanya pasien hanya mengeluh tentang adanya tumor di daerah tiroid. Dengan menyebarnya kanker ini ke sekitar, timbul suara serak, stridor, dan sukar menelan. F. Manifestasi Klinis Ca Tiroid Tanda pertama adanya suatu tumor tiroid yang mungkin adalah benjolan di leher. Seiring dengan pertumbuhan massa di kelenjar tiroid, dapat terjadi penekanan pada laring, trakea, dan esofagus. Penekanan terhadap struktur tersebut dapat menimbulkan gejala berupa disfonia, dispnea, dan disfagia (Gruendemann & Fersebner, 2005). Tandra (2011) menjelaskan kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah: a. riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga; b. pertumbuhan tumor cepat; c. nodul teraba keras; d. fiksasi daerah sekitar; e. paralisis pita suara; f. pembesaran kelenjar limpa regional; g. adanya metastasis jauh. Kecurigaan sedang adalah: a. usia > 60 tahun; b. riwayat radiasi leher; c. jenis kelamin pria dengan nodul soliter; d. tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar; e. diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik. G. Patofisiologi Ca Tiroid
4
Tambayong (2000), Gruendemann & Fersebner (2005), Tandra (2011) menjelaskan bahwa karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormon tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, laring, faring, esofagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. H. Pemeriksaan Ca Tiroid Menurut Baughman & Hackley (2000), Gruendemann & Fersebner (2005), beberapa pemeriksaan guna mendiagnosis kanker tiroid yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut. a.Laboratorium 1).pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid. 2).untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar kalsitonin dan vma. b.Radiologi 1). foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan posisi leher hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi. 2). dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase dan pendesakkan trakea. 3).esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke esophagus.
5
4). pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau mri untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase terjadi. 5). Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah. 6). Biopsi jarum dari kelenjar tiroid. 7). Ultrasonografi, MRI, pemindai CT, pemindai tiroid, pemeriksaan ambilan iodin radioaktif, dan uji supresi tiroid. I. Penatalaksanaan Ca Tiroid Baughman & Hackley (2000), Brooker (2008) mengatakan bahwa terdapat beberapa penatalaksanaan kanker tiroid yaitu: a. pengobatan pilihan adalah pengangkatan melalui pembedahan (tiroidektomi total atau mendekati total) diikuti dengan pemberian iodium radioaktif; b. diseksi leher radikal ekstensif atau dimodifikasi jika sudah mengenai nodus limfe; c. diberikan hormon tiroid dalam dosis supresif setelah pembedahan untuk menurunkan kadar TSH sampai status eutiroid; d. dibutuhkan tiroksin secara permanen jika jaringan tiroid yang tersisa tidak adekuat menghasilkan hormon; e. terapi radiasi dilakukan melalui beberapa rute; f. kemoterapi hanya digunakan kadang-kadang saja. Tabel 1 Terapi pembedahan yang direkomendasikan untuk karsinoma tiroid Jenis tumor
Ukuran tumor
Terapi anjuran
Papilar tanpa keterlibatan kelenjar limfe
< 1,5 cm
Lobektomi tiroid, tiroidektomi total, pemindaian pascaoperatif
Folikular tanpa keterlibatan kelenjar limfe
1,5-4 cm
Lobektomi tiroid, tiroidektomi total, pemindaian pascaoperatif
Papilar dan folikular dengan keterlibatan kelenjar limfe
Semua pasien
Tiroidektomi total dan diseksi leher, pemindaian pascaoperatif
Medular
Semua pasien
Tiroidektomi total, diseksi radikal atau modifikasi
Anaplastik
Semua pasien
Biopsi, hanya pembedahan paliatif
6
leher
Sumber: Gruendemann & Fersebner (2005).
J. Clinical Pathway Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium
timbul neoplasma, pertumbuhan kecil (nodul) di kelenjar tiroid
Hipotalamus melepas TRH
Hipofisis anterior akan merangsang peningkatan sekresi TSH
T3,T4, Kalsitonin meningkat
massa tiroid meningkat, berdiferensi
memunculkan kanker tiroid
Pembengkakan laring
Kurang pengetahuan
menyebar melalui aliran darah& saluran getah bening
7
Cedera pita suara, serak
Cedera pita suara, serak
meluas dengan metastasis dan Gangguan menelan
invasi kelenjar dan organ hati, paru-paru dan tulang tubuh
Gangguan komunikasi verbal
Nyeri akut
8
K. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1) Identitas klien : terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan, tanggal MRS, tanggal pengkajian dan sumber informasi. 2) Riwayat Kesehatan - Diagnosa Medik : - Keluhan utama yang mungkin muncul yaitu - Riwayat Penyakit Sekarang: - Riwayat Kesehatan Terdahulu : 3) Riwayat Penyakit Keluarga : 4) Pengkajian Keperawatan - Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan : persepsi terhadap kesehatan baik sehingga langsung memeriksakan ke pelayanan kesehatan ketika terdapat keluhan kesehatan. - Pola nutrisi : mengukur antropometri yang terdiri dai BB,TB,IMT mulai sebelum masuk hingga dirawat di RS, biasanya tidak ada masalah. - Pola eliminasi : - Pola aktivitas & latihan : aktivitas yang dapat dilakukan saat mengalami sakit - Pola tidur & istirahat : sering terbangun karena rasa ingin kencing terus menerus ataupun masalah urinary lainnya - Pola Kognitif & perseptual : mudah di ajak berkomunikasi dan kooperatif ketika ditanya terkait pengkajian - Pola persepsi diri : percaya diri dan menerima terhadap kondisi penyakitnya - Pola seksualitas & reproduksi: pola seksualitas biasanya bermasalah - Pola peran & hubungan: memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya
- Pola manajemen koping-stress: Saat mengalami masalah, klien bercerita dengan keluarganya. - Sistem nilai & keyakinan: berkeyakinan bahwa rasa sakit yang saat ini dirasakan merupakan ujian dari Allah yang harus dihadapi. 5) Pemeriksaan fisik - Keadaan umum : lemah - Tanda-tanda vital : dilakukan pengukuran tekanan darah, suhu, nadi RR saturasi oksigen - Pengkajian Fisik Had to toe 1. Kepala & wajah : tidak ada benjolan, bentuk simetris, wajah pucat 2. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, reflk pupil baik 3. Hidung: simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung 4. Bibir : simetris, mukosa bibir kering dan pucat, mulut kurang bersih, reflek menelan kurang baik 5. Telinga: simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik 6. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening 7. Paru-paru Inspeksi: simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, fremitus kanan dan kiri Perkusi : terdengar sonor Auskultasi: tidak ada suara tambahan 8. Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus terapa di RIC 5 Perkusi : batas jantung normal Auskultasi: suara jantung S1 S2 tunggal 9. Abdomen Inspeksi : simetris Auskultasi: bising usus normsl Perkusi: timpani
Palpasi: ada nyeri tekan, 10. Genetalia : biasanya terpasang kateter, apabila menderita BPH maka akan terjadi pembengkakan pada prostat 11. Ekstremitas : kulit teraba kering dan hangat, CRT <2 detik 6) Pemeriksaan Penunjang a. b. c. d. e. f.
BUN (Normal: 10-20 mg/100ml) Tes urin Urinalisis Pemeriksaan dubur digital (DRE) Antigen Spesifik Prostat (PSA) USG: Sistoskopi:
2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul -
Gangguan komunikasi verbal (Domain 3 Kelas 1 Kode Diagnosis
-
00016) Nyeri akut (Domain 3 Kelas 1 Kode Diagnosis 00023) Gangguan menelan (Domain 3 Kelas 1 Kode Diagnosis 00023)
3. Perencanaan Keperawatan No. 1.
Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil
NIC
Keperawatan Hambatan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Bantuan berkemih jam, disfungsi eliminasiurin klien terpenuhi. 1. Pertimbankan kemampuan dalam Urin NOC: Kontinensi urin rangka mengnal keinginan BAK 2. Ajarkan klien secara sengaja untuk Kriteria hasil: menahan urin diantara sesi No Indikator Awal Tujuan 1 2 3 4 5 eliminasi 1. Urin merembes 3. Lakukan pencatatan mengenai ketika berkemih spesifikasi kontinensia selama 3 2. Sisa urin pasca berkemih >100hai untuk mengetahui pola 200ml eliminasi urin Urin merembes 4. Tetapkan interval untuk bantuan dengan peningkatan tekanan berkemih 3. Pakaian basah di 5. Berikan privasi klien siang hari 4. Pakaian basah di malam hari 5. Infeksi saluran kemih Ket : 1 : secara konsisten menunjukkan 2 : sering menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan 4 : jarang menunjukkan 5 : tidak pernah menunjukkan 2.
Retensi Urin
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Urinary Retention Care jam, pengosongan kandung kemis dapat dilakukan 1 Monitor intake dan output dengan tuntas. 2. Monitor penggunaan NOC: Eliminasi Urin
obat
antikolinergik 3. Monitor derajat distensi bladder
Kriteria hasil: Awal
Tujuan
4. Instruksikan
pada
pasien
dan
No
Indikator
1
Pola eliminasi
2
Bau urin
3
Jumlah urin
4
Warna urin
7. Kateterisaai jika perlu
5
Kejernihan urin
8. Monitor tanda dan gejala ISK
6.
Intake cairan
7.
Mengosongkan
1 2 3 4 5
keluarga untuk mencatat output urine 5. Sediakan privacy untuk eliminasi 6. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen.
(panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine)
kantong kemih sepenuhnya 8.
3.
Mengenali keinginan untuk bekemih
Ket: 1. Sangat terganggu 2. Bnyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Urinary Retention Care jam, pengosongan kandung kemis dapat dilakukan 2 Monitor intake dan output dengan tuntas. 9. Monitor penggunaan NOC: Eliminasi Urin
antikolinergik 10. Monitor derajat distensi bladder
Kriteria hasil: No
Indikator
1
Pola eliminasi
2
Bau urin
3
Jumlah urin
obat
Awal
Tujuan 1 2 3 4 5
11. Instruksikan
pada
pasien
dan
keluarga untuk mencatat output urine 12. Sediakan privacy untuk eliminasi 13. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen.
4
Warna urin
14. Kateterisaai jika perlu
5
Kejernihan urin
15. Monitor tanda dan gejala ISK
6.
Intake cairan
7.
Mengosongkan kantong kemih sepenuhnya
8.
Mengenali keinginan untuk bekemih
Ket: 1. Sangat terganggu 2. Bnyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu Tidak terganggu
(panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine)
1. Evaluasi Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pada berdasarkan pengkajian, diagnosa
keperawatan,
intervensi
keperawatan,
dan
implementasi
keperawatan. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format SOAP dimana: S (subjektif) yaitu respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. O (objektif) yaitu data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah dilakukan tindakan keperawatan. A (analisis) yaitu masalah keperawatan pada pasien apakah sudah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru P (planning) yaitu rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan, ditambah, atau dimodifikasi 2. Discharge Planning 1.
Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan
2.
Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan
3.
Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah (misal kunjungan rumah oleh tim kesehatan)
4.
Penunjukkan health care provider yang akan memonitor status kesehatan pasien
5.
Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan mengajarkan tindakan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA Asian
Cancer.
2012.
Pengobatan
Kanker
Kelenjar
Tiroid.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-treatment/thyroid-cancertreatment/. [Diakses tanggal 15 maret 2019]. Baradero, M., Dayrit, M. W., dan Siswadi, Y. 2009. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC. Baughman, D. C. & Hackley, J. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC. Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC. Bulechek, G. M., dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Sixth Edition. United States of America: Elsevier Mosby Corwin, E. J. 2009. Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC. Gruendemann, B. J. & Fernsebner, B. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Volume 2. Jakarta: EGC. Herdman, T. H. 2012. Nanda International Nursing Diagnoses: Definition & Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell. Moorhead, S., dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. United States of America: Mosby Elsevier. Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Tandra, H. 2011. Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid: Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Kelainan Kelenjar Gondok. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.