Lp Bronchos.docx

  • Uploaded by: yuni fitria
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Bronchos.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,288
  • Pages: 22
LAPORAN PENDAHULUAN “CA BRONKHOS” Makalah ini sebagai salah satu tugas dari Praktik Klinik Keperawatan Kritis di RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh: YUNI FITRIA NIM 18650050

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Keluarga Oleh : YUNI FITRIA Judul

: LP BRONKHOS

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktek Klinik Keperawatan Kritis, mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 25 Maret – 31 Maret 2019 di RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG. Pembimbing Lahan

Pembimbing Institusi

(...............................)

(.................................)

Penyusun

(................................)

Laporan Pendahuluan Ca Bronko A. Anatomi fisiologi

1. Anatomi Paru Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian atas, bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh mediastinum yang berisi jantung dan pembuluh darah. Paru kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus dan horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya masing-masing. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri mempunyai sembilan segmen (Syaifuddin, 2011). Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan elastis, dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi rongga dada dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura bergerak selama bernafas dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu rongga pleura juga berfungsi menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar masuk dari paru. Paru dipersarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal tiap paru. Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut simpatis

(dari truncus simpaticus) dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus ini mempersarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari membran mukosa bronkioli dan alveoli (Sari & Purwoko, 2015). a. Saluran pernafasan atas terdiri dari : 1) Hidung: Hidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara keluar melalui sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengah. Lapisan mukus hidung adalah sel epitel bersila dengan sel goblet yang menghasilkan lendir dan juga sebagai sistem pembersih pada hidung (Asih, 2003: 2). Zat mukus yang disekresi hidung mengandung enzim lisosom yang dapat membunuh bakteri (Alsagaff, 2006: 9). 2) Faring: Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lain nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring terletak di belakang rongga nasal, orofaring terletak di belakang mulut sedangkan laringofaring terletak di belakang laring (Asih, 2003: 5). 3) Laring: Laring menghubungkan trakhea dengan faring (Underwood, J.C.E,: 1999: 14). Laring sering disebut kotak suara fungsinya untuk berbicara, selain itu juga untuk mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia, kartilago laring tersusun 9 buah, kartilago yang terbesar adalah kartilago tiroid atau disebut dengan buah jakun pada pria, terkait di puncak tulang rahang tiroid terdapat epiglotis yang fungsinya membantu menutup laring sewaktu orang menelan makanan. Pita suara terletak di kedua sisi selama bernafas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis sehingga untuk dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara otot intrinsik laring menarik pita suara untuk menghasilkan bunyi yang

selanjutnya diubah menjadi kata-kata. Saraf kranial motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesorius(Asih, 2003: 5). b. Saluran pernafasan bawah terdiri atas 1) Trakhea (pipa udara): Adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 13 cm. Trakhea terletak di depan esofagus, tepat di permukaan leher. Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos dan serat elastik. Cincin kartilago berbentuk kaku guna mencegah agar tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam trakhea dilapisi membran mukosa bersilia (Asih, 2003: 5). 2) Bronkhial: Ujung distal trakhea terbagi menjadi bronkhus primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada yang kiri. Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli agar jalan udara tetap terbuka dan bersih (Pearce, 2006: 215). 3) Alveoli: Alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paruparu orang dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah. Alveoli dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas satu lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat cairan khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid yang disebut surfaktan. Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, tanpa surfaktan tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan alveoli (Asih, 2003: 3-8). Surfaktan adalah suatu zat campuran antara lemak fosfat, lemak jenis lain, protein dan karbohidrat yang disekresi oleh epitel alveol tipe II, surfaktan berperan menurunkan tegangan permukaaan pada cairan alveol sehingga alveol lebih mudah berkembang pada waktu inspirasi dan mencegah alveol menutup pada akhir respirasi. Faktor yang dapat mempengaruhi sintesa surfaktan adalah hormon tiroid dan hormon kortikosteroid (Alsagaff, 2006: 12).

4) Paru-paru: Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak atas diafragma, bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonasi ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang membentuk jutaan alveoli, jaring-jaring kapiler dan jaringan ikat. Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri 2 lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Lobus kemudian dibagi lagi menjadi segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus yang masing-masing mempunyai bronkhiale, arterioale, venula dan pembuluh limfatik. Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleura. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru. Rongga pleura ini mengandung cairan yang dihasilkan sel-sel serosa di dalam pleura. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleuritis dan terasa sangat nyeri karena membran pleura saling bergesekan (Asih, 2003: 9). 5) Toraks: Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut mediastinum. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang tidak terletak di dalam mediastinum adalah paruparu. (Asih, 2003: 9). 2. Fisiologi Paru Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara

darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida (Guyton, 2007). Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paruparu utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paruparu (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis (Syafrullah, 2015). Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini terdiri dari 4 tahap yaitu (Guyton, 2007): 1. Pertukaran udara paru: yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk mengaerasikan darah 2. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah 3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel-sel 4. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan. Menurut Guyton (2007) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali pernafasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa.

2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml. 3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ± 1100 ml. 4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml. Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu (Guyton, 2007): 1. Kapasitas Inspirasi sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ±3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup

seseorang

mulai

pada

tingkat

ekspirasi

normal

dan

mengembangkan paru sampai jumlah maksimum. 2. Kapasitas Residu Fungsional sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu.Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal. 3. Kapasitas Vital sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya. 4. Kapasitas Paru Total sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya±5800ml,

adalah

volume

maksimal

dimana

paru

dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa. B. Definisi Karsinoma metastasis

atau

bronkogenik

atau

kanker

paru dapat

berupa

lesi primer. Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh

mana saja. Metastasis pada kolondan ginjal merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan di klinik, keduanya dapat menyebabkan tumor paru. Metastasis tumor paru sering ditemukan terlebih dahulu sebelum lesi primernya diketahui. Hal yang berbahaya adalah pada keadaan klinis lokasilesi primer sering tidak diketahui selama hidup klien (Muttaqin, 2007).

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010). C. Etiologi Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka

panjang

dari

bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa

mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi ataupun

suku

bangsa/ras

serta

status

hubungan

keluarga

immunologis. Bahan inhalasi

karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok. 1. Pengaruh Rokok: Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain: polomium 210 dan

3,4

benzypyrene.

Penggunaan filter

dikatakan

dapat

menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi di banding dengan bukan perokok. Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok 1-10 batang/hari meningkatkan resiko 15 kali. 20-30 batang/hari meningkatkan resiko 40-50 kali. 40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali. 2. Pengaruh Industri: Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industribahan-bahan radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun. 3. Pengaruh Penyakit Lain: Tuberkulosi

paru

banyak

karsinoma brinkogenik, karsinoma

dikaitkan

melalui

sebagai

mekanisme

faktor

predisposisi

hyperplasi-metaplasi-

insitu-karsinoma-bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan

parut tuberkulosis. 4. Pengaruh Genetik dan Status imunologis Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat

bahwakarsinoma bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal. D. Manifestasi Klinis 1. Adenokarsinoma dan Bronkoalveolar 1) Nafas dangkal 2) Batuk 3) Penurunan nafsu makan 4) Trosseau syndrome 2. Karsinoma Sel Skuamosa 1) Batuk 2) Dyspnea 3) Nyeri dada 4) Atelektasis 5) Pneumonia postobstruktif 6) Mengi 7) Hemoptisis 8) Kelelahan 9) Penurunan berat badan 3. Karsinoma Sel kecil 1) SIADH 2) Sindrom chusing 3) Hiperkalsemia 4) Batuk 5) Stridor 6) Nafas dangkal 7) Sesak nafas 8) Anemia

4. Karsinoma Sel besar 1) Batuk berkepanjangan 2) Nyeri dada saat menghirup 3) Suara serak 4) Sesak napas E. Patofisiologi Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma, 2015). Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih

awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010). F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk (Purba & Wibisono, 2015): a. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru; b. kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas; c. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ lainnya; dan d. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba & Wibisono, 2015): 1. Radiologi Pemeriksaan

radiologi

adalah

pemeriksaan

yang

paling

utama

dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain. 2. Sitologi Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker

maupun kanker. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. 3. Bronkoskopi Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop. 4. Biopsi Transtorakal Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. 5. Torakoskopi Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak. G. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Non bedah a. Terapi Oksigen Jika terjadi hipoksemia perawat dapat memberikan oksigen via masker/ nasal kanula sesuai dengan permintaan. b. Terapi Obat Jika klien mengalami bronkospasme dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kartikosterid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi dan edema. c. Kemoterapi Kemoterapi

merupakan

pilihan

pengobatan

pada

klien

dengan

kanker paru, terutama pada small cell ling cancer karena metastasis. kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat

kemoterapi

yang biasanya diberikan untuk menangani

kanker, tumor, termasuk kombinasi dari obat-obat tersebut.

a) Cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan procarbazine b) Etoposidedan cisplatin c) Mitomycin, vinblastine, dan cisplatin. a. Imunoterapi Banyak

klien

kanker

paru

mengalami

gangguan

imun.

Obat

imunoterapi (cytokin) biasa di berikan. b. Terapi Radiasi Terapi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut : a) Klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan∙ b) Klien adenokarsinoma / sel skuomosa inoperable yang mengalami pembesaran

kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan

mediastinal. c) Klien dengan Ca. Bronkus dengan oat cell. d) Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi. 2. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkinfungsi paru-paru yang tidak terkena kanker. a. Toraktomi eksplorasi: Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. b. Pneumonektomi pengangkatan paru): Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru): Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois. d. Resesi segmental: Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

e. Resesi baji.Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradanganyang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentukbaji (potongan es). f. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura viscelaris)

H. Pathway

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Bronko A. Pengkajian 1. Identitas pasien: nama,usia, jenis kelamin,tanggal lahir,alamat,nomer register 2. Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang diderita pasien misalnya nyeri pada dada, dan sesak nafas. 3. Riwayat kesehatan masa lalu: Apakah dahulu pasien mempunyai penyakit paru obstruksi menahun 4. Riwayat kesehatan keluarga: Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit paru 5. ADL (activity dialy lifing) 1) Aktivitas/ istirahat. Gejala: Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas. Tanda: Kelesuan (biasanya tahap lanjut). 2) Sirkulasi. Gejala: JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung: gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi/disritmia. Jari tabuh. 3) Integritas ego. Gejala: Perasaan taku. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/potensi keganasan. Tanda: Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang. 4) Eliminasi. Gejala: Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid) 5) Makanan/ cairan. Gejala: Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan. Tanda: Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).

6) Nyeri / kenyamanan. Gejala: Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.

Nyeri

bahu/tangan

(khususnya

pada

sel

besar

atau

adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul. 7) Pernafasan. Gejala: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, Serak,paralysis pita suara. Riwayat merokok. Tanda: Dispnea, meningkat dengan kerja Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi) Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis. 8) Keamanan. Tanda:

Demam

mungkin

ada

(sel

besar

atau

karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil). 9) Seksualitas. Tanda: Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)

Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma

sel kecil). 10) Penyuluhan. Gejala: Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik. B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan

pertukaran

gas

berhubungan

dengan

himoptosis

atau

bronkiektasis dan atelektasis 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus 3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkus atau sumbatan parsial pada intrapulmoner proksimal 4. Nyeri kronis berhubungan dengan penyebaran neoplastic ke mediastinum

5. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis C. Intervensi NO

Diagnosa

NOC

NIC

Manajemen Jalan nafas a) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi b) Identifikasi Kebutuhan aktual/potensial untuk memasukkan alat dan membuka jalan nafas c) Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan d) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menuurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan e) Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya Terapi Oksigen 1. Bersihkan mulut dan hidung 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas 3. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier 4. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan 5. Monitor alat pemberian oksigen 6. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat Manajemen Jalan Nafas 1. Instruksikan klien bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif 2. Kolaborasi pemberian bronkodilator sebagaimana

Keperawatan 1.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan himoptosis atau bronkiektasis dan atelektasis

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien gangguan pertukaran gas pada klien dapat teratasi Kriteria Hasil: 1) Saturasi oksigen dari skala 1 menjadi skala 2) Keseimbangan ventilasi dan perfusi dari skala 1 menjadi skala 5 3) Dispnea saat istirahat dari skala 1 menjadi skala

2.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam tidak ada sumbatan pada jalan nafas klien Kriteria Hasil:

produksi Mucus

3.

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkus atau sumbatan parsial pada intrapulmoner proksimal

1. Frekuensi pernafasan dari 2. Irama pernafasan dari skala 1 menjadi skala 5 3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari skala 1 menjadi skala 4 4. Akumulasi sputum dari skala 1 menjadi skala 4 5. Suara nafas tambahan dari skala 1 menjadi skala 5

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam status pola nafas klien efektif Kriteria Hasil: Status Pernafasan 1. Frekuensi pernafasan dari skala 1 menjadi skala 5 2. Kapasitas vital dan volume tidal dari skala 1 menjadi skala 4 3. Suara auskultasi nafas dari skala 1 menjadi skala 4 4. Irama pernafasan dari skala 1 menjadi skala 5

mestinya 3. Berikan skala 1bantuan menjaditerapi skalanafas 5 (nebulizer) jika diperlukan 4. Posisikan klien untuk meringankan sesak nafas Terapi Oksigen 1. Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas 3. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier 4. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan 5. Monitor alat pemberian oksigen 6. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat Manajemen Jalan nafas 1. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan 3. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya 7. Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat 8. Pertahankan kepatenan jalan nafas 9. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humidifier 10. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan 11. Monitor alat pemberian oksigen 12. Monitor efektifitas terapi

4.

Nyeri kronis berhubungan dengan penyebaran neoplastik ke mediastinum

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 3x24 klien sedikit atau tidak menunjukkan nyeri Kriteria Hasil: 1605. Kontrol Nyeri 1. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 1 menjadi skala 3 2. Menggambarkan faktor penyebab nyeri dari skala 1 menjadi skala 3 3. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri (tanpa analgesik) dari skala 1 menjadi skala 3 4. Melaporkan nyeri terkontrol dari skala 1 menjadi skala 4 2102. Tingkat Nyeri 1. Nyeri yang dilaporkan 2. Ekspresi wajah nyeri dari skala 1 menjadi skala 3

oksigen dengan tepat Pemberian Analgesik 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati klien 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 3. Cek adanya riwayat alergi obat 4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik 5. Berikan analgesik sesuai dengan waktu paruhnya Manajemen Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif dengan teknik PQRST 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri 3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa dari nyeri skalaakan 1 menjadi skala 4 lama dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri 5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat. 6. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim

5.

Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 3x24 klien sedikit atau tidak menunjukkan tanda ansietas Kriteria Hasil: 1211. Tingkat Kecemasan 1. Perasaan gelisah dari skala 1 menjadi skala 5 2. Rasa cemas yang disampaikan secara lisan dari skala 1 menjadi skala 5 3. Peningkatan frekuensi nadi dari skala 1 menjadi skala 5 4. Gangguan tidur dari skala 1 menjadi skala 5

kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri sesuai kebutuhahan. Pengurangan Kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. 2. Jelaskan penyebab nyeri 3. Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis. 4. Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi 5. Kolaborasi penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat 6680. Monitor Tanda-Tanda Vital 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan 2. Monitor irama dan tekanan jantung 3. Monitor nada jantung. 4. Monitor irama dan laju pernafasan. 5. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tandatanda vital

status

DARTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20152017. Edisi 10. Jakarta: EGC Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018) Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Interventions Classification Edisi 6 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER. Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisi 5 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER. Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013Juli 2014. http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018) Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_220101 1 1120052_Lap.KTI_Bab2.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018) Stoppler, M.C. 2010. Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada 15 Januari 2018) Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation https://emedicine.medscape.com/article/279960-clinical. (Diakses pada 22 Januari 2018

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Lp Bronchos.docx
December 2019 4
Lp Ca Colon.docx
June 2020 10
Rpp K5 T4 St4 P 1-6
October 2019 8
Lanjutno,editen.docx
July 2020 35
Instalasi Listrik.pptx
December 2019 46