Lp Bendungan Asi.docx

  • Uploaded by: cindy rahayu putri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Bendungan Asi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,012
  • Pages: 23
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan perubahan fisiologi yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluaran lochia, laktasi atau pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikis (Saifuddin, 2009; h.122). Masalah yang sering menyertai pada masa nifas diantaranya infeksi nifas, septikemia, piemia, parametritis, peritonitis, salfingitis, sub involusi uterus, perdarahan nifas sekunder, flegmasia alba dolens, Nekrosishipofisis lobus anterior postpartum, pembendungan air susu, mastitis, galaktokel dan kelainan putting susu (Mochtar, 2012; h. 281-287). Bendungan ASI merupakan bendungan yang terjadi akibat peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi (menyusui). Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi (Saifuddin, 2009, h. 262). Menurut penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibuibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui Depkes RI (2012). Dengan adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian bendungan ASI. Selain itu juga penyebab bendungan ASI terjadi karena posisi menyusu yang tidak baik, membatasi menyusu, membatasi waktu bayi dengan payudara, memberikan suplemen susu formula untuk bayi, menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai berlebih, dan implant payudara (Kemenkes, 2003; h. 227). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-2013 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami payudara bengkak dan mastitis, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan (Depkes RI, 2012). Sedangkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 2011-2012 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet. 1

Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh darah limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kadang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Akibatnya bayi akan kurang minum atau dehidrasi yang menyebabkan kulit atau bibir kering, jarang buang air kecil, mata cekung, nafas cepat, lesu, dan mengantuk. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhirnya terjadi mastitis (Manuaba, 2010; h. 313). Bila terjadi pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Definisi dari Pembendungan ASI ? 2. Apa Manifestasi Klinis dari Pembendungan ASI? 3. Apa Etiologi dari Pembendungan ASI? 4. Apa Patofisiologi dari Pembendungan ASI? 5. Bagaimana Pencegahan terjadinya Pembendungan ASI ? 6. Apa Komplikasi dari Pembendungan ASI? 7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Pembendungan ASI? 8. Bagaimana Peran Perawat pada Ibu Nifas dengan Pembendungan ASI?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Definisi dari Pembendungan ASI 2. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Pembendungan ASI 3. Untuk mengetahui etiologi dari Pembendungan ASI 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Pembendungan ASI 5. Untuk mengetahui Pencegahan terjadinya Pembendungan ASI 6. Untuk mengetahui komplikasi dari Pembendungan ASI 2

7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Pembendungan ASI 8. Untuk mengetahui Peran Perawat pada Ibu Nifas dengan Pembendungan ASI

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams) Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI. Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap. Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah : a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan. b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

4

2.2 Manifestasi Klinis Bedakan antara payudara dengan bendungan ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara bengkak : a. Payudara udem b. Sakit c. Putting susu kencang d. Kulit mengkilap merah e. ASI tidak keluar f. Badan menjadi demam setelah 24 jam.(Vivian nanny, 2011) Pada payudara dengan bendungan ASI : a. Payudara terlihat bengkak. b. Payudara terasa panas. c. Payudara terasa keras. d. Terdapat nyeri tekan pada payudara. (Prawirohardjo, 2005)

2.3 Etiologi Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009) Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: 1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di

5

dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). 2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI). 3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI). 4) Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). 5) Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

2.4 Patofisiologi Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak

6

lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)

2.5 Pencegahan terjadinya bendungan ASI 1)

Gunakan teknik menyusui yang benar

2)

Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui

3)

Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat

4)

Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan

5)

Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand)

6)

Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi

7)

Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169)

8)

Menyusui yang sering

9)

Hindari tekanan local pada payudara

2.6 Komplikasi a. Payudara bengkak (Engorgement) Payudara terasa lebih penuh/ tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan akibat statis di vena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk pada payudara sehingga aerola mamae menjadi lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara Nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali. 7

b. Saluran ASI tersumbat (Obstruktive Duct) Terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran air susu yang dapat disebabkan tekanan jari waktu menyusui . pemakaian BH terlalu ketat, maupun komplikasi payudara bengakak yang berlanjut sehingga ASI dalam saluran air susu tidak segera dikeluarkan dan menjadi sumbatan c. Radang payudara (Mastitis) Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minghu setelah persalinan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya diawali dengan putingsusu lecet/ luka. Gejala yang biasa diamati kulit merah, payudara lebih keras, serta nyeri dan berbenjolbenjol d. Abses payudara Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan. Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah mengkilat, benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh atau bengkak berisi cairan.

2.7 Penatalaksanaan 1. Jika ibu menyusui: a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahanlahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras. b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif. c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu. e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui. 8

f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. g. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2. Jika ibu tidak menyusui : a. Gunakan bra yang menopang b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri. c. Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya

3. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah : Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara : a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara. b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan. c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

4. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah: a. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care c. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri d. Gunakan BH yang menopang e. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

9

Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

2.8 Peran perawat 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan Perawat komunitas memberikan pelayanan keperawatan semaksimal mungkin pada ibu nifas dengan bendungan asi untuk mengatasi masalah dengan seefesien mungkin dengan merujuk pada asuhan keperawatan yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan klien, 2. Sebagai advocate Perawat komunitas berperan sebagai pembela kelompok ibu nifas dengan bendungan asi jika terjadi suatu masalah seperti membantu dalam mendapatkan fasilitas kesehatan seoptimal mungkin untuk mengatasi masalah yang terjadi. 3. Sebagai educator Perawat komunitas memberikan penyuluhan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ibu nifas dengan bendungan asi meliputi segala fakta yang ada dan meluruskan mitos-mitos yang salah kaprah telah berkembang di masyarakat. Memberikan edukasi atau penyuluhan berdasarkan teori dan segala sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan 4. Sebagai coordinator Perawat komunitas berperan sebagai koordinasi untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah pada ibu nifas dengan bendungan asi, dibutuhkan keahlian koordinasi yang baik untuk hasil yang diharapkan sesuai dalam penyelesaian masalah yang ada. 5. Sebagai kolabolator Perawat komunitas berkolaborasi dengan semua aspek untuk mengatasi masalah pada ibu nifas dengan bendungan asi, kolaborasi diharapkan mampu untuk mengatasi masalah yang ada. Disini masing-masing peran sangat penting dan berkesinambungan. Keluarga dan masyarakat serta petugas kesehatan lainnya diharapkan dapat bekerja menyelesaikan masalah pada ibu nifas dengan bendungan asi. 10

sama dalam

6. Sebagai konsultan Peran perawat komunitas disini diharapkan mampu memberikan konsultasi terbaik pada semua aspek yang bersangkutan dengan ibu nifas dengan bendungan asi. Hal ini dikarenakan masalah dapat diselesaikan apabila semua pihak ikut berperan aktif.

11

BAB 3 KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PADA AGREGAT IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI

1. Pengkajian Data dasar anggota kelompok Identitas anggota kelompok Meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, Pendidikan, pekerjaan, agaima, dan suku Status kesehatan anggota kelompok a) Keadaan umum Pada umumnya ibu nifas dengan bendungan asi mengeluh payudara panas, bengkak, terasa nyeri dan pengeluaran ASI hanya sedikit. Tanda-tanda vital Pada umumnya ibu nifas dengan bendungan asi tidak mengalami perubahan abnormal pada tanda-tanda vital. Tekanan darah dalam keadaan, nadin normal, frekuensi nafas serta sushu normal. b) Status gizi Status gizi pada ibu nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena pengaruh dari keinginan menyusui bayinya sehingga mengalami peningkatan berat badan. c) Konjungtiva Konjungtiva normal, tidak anemis d) Riwayat penyakit Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya pada ibu nifas seperti penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin atau abortus, riwayat lalu tidak pernah menderita.

12

2. Komponen sub system a. Lingkungan a) Lingkungan fisik Pada umumnya lingkungan fisik di kalangan ibu nifas di komunitas masih dalam batasan normal, tidak ada kondisi spesifik atau khusus yang membedakan dengan lingkungan fisik kelompok khusus lainnya. Keluarga tetap menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. b) Lingkungan psikologis Dalam lingkup ini peran lingkungan psikologis sangat penting bagi ibu nifas. Seperti kurangnya dukungan dari keluarga dikarenakan kurangnya pengetahuan, anggapan bahwa susu formula lebih bagus daripada ASI, adanya kecemburuan ibu dikarenakan merasa suami dan keluarga lebih memperhatikan dan terfokus pada bayi, hal itu dapat mempengaruhi kondisi psikologis sang ibu yang pada akhirnya menyebabkan stress, hal ini merupakan salah satu fakor yang dapat mempengaruhi terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas. Serta adanya kecemasan yang muncul dari diri ibu sendiri seperti merasa takut jika menyusui akan merusak bentuk payudara, ibu merasa khawatir produki asinya tidak cukup dan sebagainya. b. Pendidikan Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi bukan hanya karena rendahnya pendidikan dari seorang ibu maupun dari keluarga. Pada faktanya meskipun pendidikan ibu dan keluarga tergolong tinggi namun asumsi mereka masih bisa dikalahkan oleh kebudayaan atau kepercayaan yang dianut orangtua selama ini. Misalnya pantangan memakan sesuatu, padahal makanan tersebut baik untuk kelancaran ASI, penggunaan gurita yang sampai saat ini masih diterapkan, hal ini dapat menyebabkan bayi merasa kurang nyaman sehingga dapat mempengaruhi hisapan bayi menjadi kurang aktif yang dapat menimbulkan terjadinya bendungan asi. c. Keamanan dan transportasi Transportasi yang sering dipakai oleh ibu nifas sebagian besar adalah sepeda motor dan sebagian kecil menggunakan mobil. Ibu nifas kurang memperhatikan keamanan pada dirinya, karena faktanya memang tidak ada kendaraan atau alat khusus di kendaraan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan pada ibu nifas. 13

d. Politik dan pemerintahan Upaya pemerintah dalam penanganan masalah kesehatan pada ibu nifas diantaranya yaitu : a) Safe motherhood (gerakan sayang ibu) b) Making pregnancy saver (MPS) e. Pelayanan kesehatan dan sosial a)

Posyandu Pada era saat ini posyandu yang dikhsuuskan untuk ibu nifas masih jarang ditemui terutama di desa-desa yang yang jauh dari pusat kota, mespikun ada, namun masih kurang maksimalnya peran serta fungsi posyandu ibu nifas tersebut. Hal ini dikarenakan berbagai factor seperti kurang meratanya tenaga kesehatan, jarak posyandu yang terlalu jauh, kurangnya dukungan keluarga yang menyebabkan kurangnya motivasi ibu nifas untuk mengikuti kegiatan posyandu dan sebagainya.

b)

Tenaga kesehatan yang berpraktik Berbagai macam tenaga kesehatan yang berpraktik dalam komunitas seperti bidan, perawat komunitas, dan dokter. Namun bidan masih merupakan primadona di kalangan ibu nifas.

c)

Puskesmas dan jaringannya Sampai saat ini pelayanan kesehatan yang berada di lingkup puskesmas seperti posyandu dan pustu belum banyak yang berfokus kepada ibu nifas itu sendiri.

d)

Klinik dan Rumah Sakit Sudah banyak klinik maupun rumah sakit di komunitas, namun faktana pemanfaatannya belum digunakan secara optimal oleh ibu nifas, karena mayoritas ibu nifas menganggap keluhan yang dialaminya tersebut bukanlah suatu hal yang serius, mereka lebih percaya kepada nasihat orangtua terdahulu.

e)

Sosial Adanya kepercayaan bahwa ibu dalam masa nifas tidak diperbolehkan keluar rumah sebelum 40 hari sedangkan faktanya tidak ditemukan dampak positif sama sekali melainkan adana dampak negative seperti ibu nifas dan bayi baru lahir tidak bisa memperoleh imunisasi atau pelayanan kesehatan yang seharusnya didapatkan.

14

f. Ekonomi Status ekonomi merupakan symbol status social di masyarakat, pendapatan yang tinggi menunjukkan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan gizi untuk ibu nifas. Sedangkan kondisi ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan gizi yang tercukupi, sehingga kurang optimalnya produksidan kelancaran ASI yang dikeluarkan. g. Komunikasi Tidak ada komunikasi khusus yang membedakan antara ibu nifas dengan kelompok khusus lainnya. Alat komunikasi yang digunakan seperti HP, tlevisi, koran, radio, dsb. h. Rekreasi Berkaitan dengan adanya kepercayaan bahwa ibu nifas tidak diperbolehkan keluar rumah selama 40 hari, menyebabkan media rekreasi ibu nifas hanya terbatas di dalam rumah sepeti menonton televisi, terapi music serta tingkah lucu anak ataupun anggota yang lainnya.

3. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan bendungan ASI 2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan pembengkakan payudara 3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan payudara

4. Intervensi keperawatan No 1.

Diagnosa Gangguan nyaman

NOC

NIC

rasa Setelah dilakukan :

Manajemen nyeri

nyeri kunjungan rumah

1. Lakukan pengkajian

berhubungan dengan selama 3x dalam

nyeri komprehensif yang

bendungan ASI

seminggu, klien dapat

meliputi, karakteristik,

mencapai kriteria hasil

onset atau durasi,

sebagai berikut :

frekuensi, kualitas,

Kontrol Nyeri

intensitas atau beratnya

1. mengenali

kapan

nyeri terjadi (4) 15

nyeri dan faktor pencetus.

2. Menggambarkan faktor penyebab (4) 3. Menggunakan

2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai

tindakan

ketidaknyamanan

penyegahan (4)

terutama pada mereka

4. Menggunakan

yang tidak dapat

tindakan

berkomunikasi secara

pengurangan (nyeri)

efektif.

tanpa analgesik (4) 5. Menggunakan analgesik

3. Berikan informasi mengenai nyeri,seperti

yang

penyebab nyeri, berapa

direkomendasikan

lama nyeri akan

(4)

dirasakan, dan antisipasi

6. Menggunakan

dari akibat

sumber daya yang

ketidaknyamanan dari

tersedia (4)

prosedur. 4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya : suhu ruangan, pencahayaan, suara bising) 5. Kurangi atau eliminasi faktor ang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri (mis : ketakutan, kelelahan, keadaan monoton dan kurang pengtahuan)

16

6. Ajarkan penggunaan Teknik non farmakologi (seperti : bio feedback, TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipasif, terapi musif, terapi bermain, terapi aktivitas, akrupessure, aplikasi panas atau dingin dan pijatan sebelum dan sesudah, jika memungkingkan, ketika melakukan aktifitas yang menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkan ; dan bersamaan dengan tindakan penurunan rasa nyeri lainnya) 7. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika memungkinkan. 8. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga erhadap penurunan nyeri.

17

2.

Ketidakefektifan pemberian

Setelah dilakukan ASI kunjungan rumah

Konseling Laktasi 1. Berikan informasi

berhubungan dengan selama 3x dalam

mengnai manfaat

pembengkakan

seminggu, klien dapat

kegiatan menyusui baik

payudara

mencapai kriteria hasil

fisiologis maupun

sebagai berikut :

psikologis

Keberhasilan

2. Berikan materi

Menyusui : Bayi

Pendidikan kesehatan

1. Menyusui minimal

sesuai kebutuhan

5-10 menit per payudara (5) 2. Minimal 8x menyusui per hari (5)

3. Dorong kehadiran ibu di kelas menyusui dan berikan dukungan kelompok 4. Jelaskan tanda baha bayi

3. Kesejajaran tubuh

membutuhkan makan

yang sesuai dan

(misalmya : refleks),

bayi menempel

rooting, menghisap serta

dengan baik (5)

diam dan terjaga

4. Genggaman tangan

5. Bantu menjamin

bayi pada areola

aadanya kelekatan bayi

dengan tepat (5)

ke dada dengan cara

5. Kompresi pada areola dengan tepat 6. Reflex menghisap (5) 7. Terdengar menelan (5) 8. Penempatan lidah yang tepat (5)

18

yang tepat (misalnya : monitor posisi tubuh bayi dengan cara yang tepat, bayi memegang dada ibu serta adanya kompresi dan suara yang terdengar atau suara menelan)

6. Intruksikan posisi menyusui yang bervariasi 7. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap 8. Tunjukkan latihan menghisap jika di perlukan 9. Instruksikan pada ibu untuk melakukan perawatan puting susu 10. Monitor nyeri yang dirasakan pada putting susu dan adanya gangguan integritas kulit pada putting susu 11. Diskusikan Teknik untuk menghindari atau meminimalkan pembesaran dan rasa tidak naman terkait hal ini ( misalnya :sering memberikan air susu, pijat payudara, kompres hangat, mengeluarkan air susu es diaplikasikan setelah menusui dan di berikan obat anti inflamasi) 12. Diskusikn stratregi ang bertujuan untuk 19

mengoptimalkan air susu (misalnya : pijatan paudara, seringkali mengeluarkan air susu, mengeluarkan air susu, perawatan kangguru, dan pengobatan) 13. Rujuk dengan konsultan laktasi, jika diperlukan 3.

Ansietas

Setelah dilakukan

berhubungan dengan kunjungan rumah kurang tentang payudara

pengetahuan selama 3x dalam perawatan seminggu, klien dapat mencapai kriteria hasil

Pengurangan Kecemasan 1. Gunakan yang

pendekatan tenang

dan

meyakinkan 2. Berikan

informasi

sebagai berikut :

faktual; terkait diagnosis,

Tingkat Kecemasan

perawatan dan prognosis

1. Perasaan gelisah (4) 3. Dorong keluarga untuk 2. Wajah tegang (4)

mendampingi

3. Peningkatan

dengan cara yang tepat

tekanan darah (5) 4. Berkeringat dingin (5) 5. Gangguan tidur (5)

klien

4. Dengarkan klien 5. Dorong

verbalisasi

perasaan, persepsi dan ketakutan 6. Berikan

aktivitas

pengganti

yang

bertujuan

untuk

mengurangi tekanan 7. Dukung

penggunaan

mekanisme koping yang sesuai

20

8. Intruksikan klien untuk menggunakan

teknik

relaksasi 9. Jelaskan

pada

ibu

tentang penyebab dan cara

mengatasi

bendungan ASI 10. Anjurkan ibu dan ajari ibu

untuk

melakukan

perawatan payudara 11. Ajari ibu meneteki yang benar. 12. Anjurkan

ibu

menyusui lebih kedua

untuk bayinya

sering

payudaranya

secara bergantian.

21

pada

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan Bendungan ASI adalah pembendungan air susu yang disebabkan oleh penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar karena asi tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu maupun faktor dari bayi.bendungan asi dapat dicegah dengan Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan, Susui bayi tanpa dijadwal (on demand), Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi, Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169), Menyusui yang sering, Memakai kantong yang memadai, Hindari tekanan local pada payudara.

4.2 Saran 1. Tenaga Kesehatan a. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui secara eksklusif. b. Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang sudah memenuhi standard. 2. Pasien a. Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan. b. Hendaknya pasien secara rutin control ke petugas kesehatan

22

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009, Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Jakarta: EGC Dewi, Vivian Nanny Lia, 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Jakarta : Salemba Medika 23 Gand, MacDonald, Cunningham, 1995, Obsteri Williams Edisi 18,Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Masruroh. 2013, Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas,Jakarta: Parama Publishing. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Abdul Bari Saifuddin. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternitas dan Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawiroharjo Arif Mansjoer. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius Carpenito, Linda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC Doenges, E. Marilynn. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien.Jakarta: EGCHanifa Wiknjosastro. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo Manuaba, I.B.G. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Gynekologi dan KB .Jakarta: EGC

23

Related Documents

Lp Bendungan Asi.docx
June 2020 17
Sop Bendungan Asi.doc
May 2020 25
Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74

More Documents from ""