Lp Balita.docx

  • Uploaded by: Ekki Noviana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Balita.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,099
  • Pages: 15
LAPORAN PENDAHULUAN

A. BALITA SEHAT 1. Pengertian Kementerian kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan bahwa balita merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. 2. Karakteristik Balita Manurut Hockenberry (2016) mengatakan bahwa anak mulai mengeksplorasi lingkungan secara intensif seperti mencoba mencari tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau terjadi. Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki karakteristik yang berbeda beda disetiap tahapannya. Karakteristik perkembangan pada balita secara umum dibagi menjadi 4 yaitu negativism, ritualism, temper tantrum dan egocentric. Negativisme adalah anak cenderung memberikan respon yang negatif dengan mengatakan kata tidak. Ritualism adalah anak akan membuat tugas yang sederhana untuk melindungi diri dan meningkatkan rasa aman. Temper tantrum adalah sikap dimana anak memiliki emosi yang cepat sekali berubah. Anak akan menjadi cepat marah jika dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan. Egocentric merupakan fase diperkembangan psikososial anak, ego anak akan menjadi bertambah pada masa balita. Berkembangnya ego ini akan membuat anak menjadi lebih percaya diri,

dapat

membedakan

dirinya

dengan

orang

lain,

mulai

mengembangkan kemauan dan mencapai dengan cara yang tersendiri serta anak juga menyadari kegagalan dalam mencapai sesuatu. (Hockenberry (2016) 3. Pola Pemberian Makan Balita Usia

Bentuk Makanan

Frekuensi

0-6 bulan

ASI Eksklusif

Sesering

mungkin

minimal 8 kali sehari 6-9 bulan

Makanan lumat/lembek

2 kali sehari, 2 sendok makan makan

setiap

kali

9-12 bulan

Makanan lembek

3 kali sehari plus 2 kali makanan selingan

1-3 tahun

Makanan keluarga 1-1 ½ piring

3 kali sehari plus 2

Nasi/pengganti

kali makanan selingan

2-3 potong sedang lauk hewani 1-2 potong sedang lauk nabati ½ mangkuk sayur 2-3 buah potong buah-buahan 1 gelas susu 4-6 tahun

1-3 piring nasi/pengganti

3 kali sehari plus 2

2-3 potong lauk hewani

kali makanan selingan

1-2 potong lauk nabati 1-1 ½ mangkuk sayur 2-3 potong buah 1-2 gelas susu (Kemenkes, 2016) 4. Pertumbuhan a) Kenaikan berat badan Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua ajringan yang ada pada tubuh (tulang,otot, lemak, cairan tubuh)sehingga akan diketahui tatus gizi anak atau tumbuh kembang anak. BB dapat juga ebagai menghitung dosis obat. Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS, berdasarkan tinggi badan menurut WHO dan NCHS yaitu persentil ke 75-25 dikatakan normal, persentil 10-5 malnutrii sedang dan kurang. Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke 10 Umur 10 hari : BBL Umur 5 bulan : 2X BBL Umur 1 tahun : 3 X BBL Umur 2 tahun : 4 X BBL Pra Sekolah

: Meningkat 2 kg/tahun

Adolecent

: Meningkat 3-3,5 kg/tahun

b) Tinggi badan Pertambahan panjang badan pada tahun pertama kehidupan berkisar antara: 2,5 sampai 4 cm pada bulan pertama sampai bulan ke empat 5 cm pada usia 4 sampai 7 bulan Meningkat 50% dengan rata-rata 72,5 cm pada usia 8 sampai 12 bulan c) Lingkar kepala Antara usia 0 dan 6 bulan lingkar kepala meningkat 1,32 cm per bulan hingga ukuran rata-rata 37,4 cm Antara usia 6 sampai 12 bulan lingkar kepala meningkat 0,4 cm per bulan hingga mencapai ukuran rata-rata 45 cm pada usia 12 bulan lingkar kepada meningkat sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali dari berat lahir

B. IMUNISASI Menurut Kemenkes (2015) imunisasi adalah upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Sedangkan vaksin adlah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh bagiannya yang telah diolah berupa toksin yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu. Jenis imunisasi (Kemenkes, 2015) a. Imunisasi wajib 1) Imunisasi rutin a) BCG Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang dimatikan. Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis. Diberikan sebanyak 0,05 ml, yang hanya diberikan satu kali, disuntikkan secara intra kutan didaerah lengan kanan atas. Menimbulkan efek samping pada 2-6 minggu setelah imunisasu BCG daerah bekas suntikan

timbul bisul kevil(papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi disersi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan ukuran 210 mm. (Kemenkes, 2015) Menurut panduan imunisasi Australia (2010) mengatakan bahwa imunisasi BCG ditunda jika bayi baru lahir tidak sehat dan atau berat <2500 gram, anak yang dilahirkan dari ibu positif HIV dan keadaan bayi belum diketahui, anak yang demam atau sakit parah. Jurnal yang ditulis oleh Garcia (2013) menyampaikan bahwa anak

dengan

konsumsi

antibiotic

yang

tidak

rutin

mengonsumsinya dan diberikan imunisasi BCG maka akan menimbulkan bayi akan terserang penyakit lain. b) Vaksin DPT HB HiB Vaksin ini digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi Haemophilus influenze tipe b secara stimulan. Vaksin diberikan di paha atas/lengan dengan dosis 0,5 ml. menimbulkan efek samping sementara bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam. (Kemenkes, 2015) c) Hepatitis B Vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non infeksius berasal dari HbsAg. Pemberian dengan dosis 0,5 ml secara intra muscular di paha. Dosis pertama 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimal 4 minggu. Efek samping yang ditimbulkan yaitu nyeri, kemerahan dan bengkak disekitar tempat penyuntikan biasanya hilang dalam 2 hari. (Kemenkes, 2015) d) Polio oral Vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 yang sudah dilemahkan, yang digunakan untuk kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. Diberikan secara oral 2 tetes sebanyak 4 kali pemberian dengan interval minimal 4 minggu. Sangat jarang terjadi efek samping yang terjadi. (Kemenkes, 2015)

e) Inactive Polio Vaccines (IPV) Untuk

pencegahan

poliomyelitis

pada

bayi

dan

anak

immunicompromised, kontak dilingkungan keluarga dan pada individu dimana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi. Disuntikkan secara intramuscular dengan dosis pemberian 0,5 ml. Efek samping yaitu nyeri, kemerahan, indurasi dan bengkak. (Kemenkes, 2015) f) Campak Vaksin virus hidup yang dilemahkan untuk kekebalan aktif terhadap campak. Diberikan 0,5 ml disuntikkan dilengan kiri atas. Efek samping hingga 15% pasien mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. (Kemenkes, 2015) Menurut Arianto (2018), mengatakan bahwa ada beberapa factor yang terbukti menjadi factor risiko terjadinya campak pada balita yaitu tidak diimunisasi campak, rumah yang tidak sehat dan pengetahuan ibu kurang. Penelitian Lestari (2017) menemukan hubungan antara ketepatan vaksinasi campak dengan kejadian campak. Anak yang tidak mendapatkan vaksinasi tepat waktu berisiko 7 kali dibandingkan anak yang melakukan vaksinasi tepat waktu. 2) Jadwal Pemberian Imunisasi a) Imunisasi Dasar Umur

Jenis

0-24 jam

Hepatitis B

1 bulan

BCG, polio 1

2 bulan

DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan

DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan

DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV

9 bulan

Campak

(Permenkes No. 12 tahun 2017)

Interval

1 bulan

b) Imunisasi lanjutan Umur

18 bulan

Jenis

Interval

DPT-HB-Hib

12 bulan dari DPT-HB-Hib 3

Campak

6 bulan dari campak dosis pertama

(Permenkes No. 12 tahun 2017) b. Imunisasi pilihan Imunisai pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melingungi yang bersangkitan dari penyakit menular tertentu yaitu MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus dan HPV.

C. TEORI KEBIDANAN BAYI Manajemen

kebidanan

adalah

proses

pemecahan

masalah

kebidanan yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada pasien (Varney,1997 dalam Sulistyawati, 2009). Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah Berikut merupakan langkah-langkah manajemen kebidanan yang dijelaskan oleh Varney: 1. Langkah I (Tahap Pengumpulan Data) Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu: a. Riwayat kesehatan. b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan. c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya. d. Meninjau data laboraturium dan membandingkannya dengan hasil studi (Saminem, 2010). 2. Langkah II (Interpretasi Data) Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang dikupulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan profesi

(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah: a.

Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

b.

Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan

c.

Memiliki ciri khas kebidanan

d.

Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan dapat

diselesaikan dengan pendekatann managemen kebidanan (Saminem, 2010). 3. Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial) Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benarbenar terjadi (Saminem, 2010). 4. Langkah IV (Menetapkan Konsultasi dan Kolaborasi) Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter segera melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah

keempat

mencerminkan

kesinambungan

dari

proses

penatalaksanaan kebidanan. Dalam melakukan tindakan, bidan harus bisa memprioritaskan masalah/ kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/ masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan kedaruratan atau segera untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Tindakan segera bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan terjadi (Saminem, 2010). 5. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh) Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan

secara efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, tugas bidan dalam langkah ini adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan klien yang kemudian membuat kesepakatan sebelum melaksanakannya terjadi (Saminem, 2010). 6. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman) Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab dalam penatalaksanaan asuhan klien sesuai rencana asuhan bersama yang menyeluruh. Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Bidan sebaiknya mengkaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan (Saminem, 2010). 7.

Langkah VII (Evaluasi) Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang

sudah diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai diagnosis dan masalah. Rencana dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksanaannya. Ada kemungkinan sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses penatalaksanaan asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan sehingga perlu mengulangi kembali setiap asuhan yang tidak efektif serta melakukan penyesuaian rencana (Saminem, 2010). Pendokumentasian

atau

catatan

manajemen

kebidanan

dapat

diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data Subyektif, O adalah data Obyektif, A adalah Analysis/ Assasement dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan. Untuk penjelasan tentang SOAP dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat

sebagai

kutipan

langsung

atau

ringkasan

yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosis. b. Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau oranglain dapat dimasukkan dalam data obyektif ini sebagai data penunjang. c. Analysis/ Assessment, merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/ tindakan yang tepat. d. Planning/ Perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Meskipun secara istilah, P adalah Planning/ Perencanaan saja, namun P dalam SOAP ini juga mengandung implementasi dan evaluasi (Purwandari, 2008).

1. Pengkajian a. Biodata bayi 1) Nama Dikaji untuk mengenal pasien 2) Tanggal lahir Dikaji tanggal lahir untuk menentukan asuhan kebidanan pada bayi sehat yaitu imunisasi. (Proverowati, 2010) 3) Jenis Kelamin Untuk mengetahui identitas, selain itu untuk pemeriksaan klinis b. Biodata orang tua 1) Nama Berisi siapa nama ibu bayi/balita, dikaji untuk mengenal ibu pasien. 2) Umur Tua atau mudanya orang tua bayi/balita turut mempengaruhi pola pengasuhan bayi/balita. 3) Agama

4) Suku/bangsa Ini perlu dikaji karena tiap suku bangsa memiliki adat istiadat yang berlaku sendiri. 5) Pendidikan Pendidikan orang tua dikaji sejauhmana pengetahuan orang tua. 6) Pekerjaan Ditanyakan

untuk

mengetahui

kemungkinan

pengaruh

pekerjaan orang tua terhadap permasalahan kesehatan yang mungkin terjadi pada bayi. 7) Alamat Ditanyakan dengan maksud untuk mempermudah hubungan bila diperlukan dalam keadaan mendesak. c. Keluhan Utama Berisi apa yang sedang dialami oleh bayi yang berhubungan dengan tumbuh kembang bayi/balita. d. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan bayi/balita Ini perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang sedang dialami

bayi/balita

yang dapat

mempengaruhi

tumbuh

kembang bayi/balita. 2) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan bayi/balita. e. Riwayat Persalinan Riwayat bersalin sangat berpengaruh untuk perkembangan bayi/balita karena dengan diketahui kondisi bayi/balita pada saat lahir akan turut pada menentukan bagaimana perawatan bayi/balita selanjutnya. f. Riwayat Imunisasi Ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah bayi/balita telah diberikan imunisasi yang dapat mencegah penyakit-penyakit yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kematian pada bayi/balita.

g. Data ekonomi, sosial dan budaya Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui berapa pendapatan keluarga tiap bulan dan apakah pendapatan sebanyak itu sudah dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga karena pendapatan keluarga juga turut menentukan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan bayi/balita. h. Data ekonomi, sosial dan budaya Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui berapa pendapatan keluarga tiap bulan dan apakah pendapatan sebanyak itu sudah dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga karena pendapatan keluarga juga turut menentukan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan bayi/balita. 2. Data Objektif a. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum 1) Keadaan umum Apakah bayi/balita sadar penuh atau hanya sadar bila dirangsang dengan rangsangan nyeri atau bayi/balita tidak sadar sama sekali. 2) Tanda vital (1) Suhu : berapa suhu tubuh bayi/balita (2) Nadi : berapa banyak denyut nadi bayi/balita tiap menit Nadi yang normal pada bayi/balita yaitu 100-120 x/menit (3) Pernafasan/respirasi: berapa banyak pernafasan bayi/balita tiap menit Respirasi yang normal pada bayi/balita 16-20 x/menit 3) Antropometri Normalnya, lingkar kepala lebih besar daripada lingkar dada, abdomen buncit, dan tonus fleksi b. Pemeriksaan Fisik a) Kulit Yang dikaji warna, sianosis, ikterus, hemangioma, pucat, purpura, eritema, macula, papula, vesikula, ulkus, nodul subkutan, turgor kulit, struktur, suhu, kelembaban, edema. (Aziz Alimul, 2008).

b) Kepala Lingkar kepala pada bayi umur 6 bulan rata-rata 44 cm dan umur 1 tahun 47 cm. Lingkar kepala mencerminkan volume intra cranial dipakai untuk mendeteksi pertumbuhan otak, apabila otak tidak tumbuh maka kepala akan kecil. (Aziz Alimul, 2008). c) Rambut Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan, distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut. Rambut

kepala

normal

berkilauan

seperti

sutra

dan

kuat.Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan gizi. (Aziz Alimul, 2008). d) Mata Pada pemeriksaan apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran dan simetris atau tidak, kornea dan retina. (Aziz Alimul, 2008). e) Hidung Apakah membengkak, ada cairan, warna, kemungkinan infeksi jalan nafas. (Aziz Alimul, 2008). f) Telinga Pada pemeriksaan telinga, apakah simetris, ada infeksi atau tidak seperti otitis media dan berbau. (Aziz Alimul, 2008). g) Mulut dan tenggorokan Apakah ada tonsil tekak, osofaring dengan menyuruh anak mengucapkan kata-kata, apakah ada pembengkakan, merah, dan sebagainya. (Aziz Alimul, 2008). h) Leher Pembesaran kelenjar limfe, infeksi mulut dan saluran pernafasan, vena leher yang membesar, biasanya terdapat gangguan pernafasan dan ekspirasi seperti asma.Pembengkakan kelenjar tiroid yang terdapat pada dasar leher bila diraba apakah membesar atau tidak. (Aziz Alimul, 2008). i) Dada Cara dalam melakukan pemeriksaan dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam melakukan pemeriksaan

hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada, adanya deformitas atau tidak, adanya penonjolan serta adanya pembengkakan atau kelainan yang lain (Aziz Alimul, 2008). j) Perut (1) Inspeksi Untuk menilai ukuran dan bentuk perut membuncit, simetris

atau

tidak.

Apabila

membuncit

asimetris,

kemungkinan dijumpai poliomyelitis, pembesaran organ intraabdominal, ileus, dan lain-lain (2) Auskultasi Dilakukan menggunakan stetoskop, dapat diketahui adanya suara peristaltik usus.Normalnya terdengar setiap 10-30 detik. (3) Perkusi Dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju ke bagian bahwa abdomen.Normalnya (bunyi timpani) adalah bila terdengar pada seluruh lapangan abdomen. (4) Palpasi Dapat dilakukan dengan cara satu tangan (monomanual) atau dua tangan (bimanual). Yang dinilai adalah apakah ada pembesaran pada organ hati, limpa, dan ginjal (Aziz Alimul, 2008: 88). k) Genetalia Pada laki-laki: apakah glands penis baik bentuknya, bagaimana testis apakah sudah turun, bagaimana BAK lancar atau tidak, penyumbatan atau tidak, skrotum sintesis atau tidak. Pada wanita: ada sekret atau tidak, labia minora dan klitoris menonjol atau tidak, masa daerah inguinal ada atau tidak. (Aziz Alimul, 2008). l) Anus Keadaan lubang anus, adakah haemoroid, prolaps, dan sebagainya.

m) Tulang belakang/punggung Pemeriksaan yang dilakukan dengan inspeksi, yang dinilai adalah adanya kelainan tulang belakang seperti lordosis, kifosis, dan skoliosis (Aziz Alimul, 2008) n) Ekstremitas Simetris atau tidak, lengkap atau tidak, kebersihan kuku bersih atau tidak. 3. Analisa Assesment

merupakan

pendokumentasian

hasil

analisis

dan

interpretasi dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan atau tindakan yang tepat. 4. Planning Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang, untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjada atau mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien menjacapi kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, dkk. 2018. Beberapa Faktor Risiko Kejadian Campak Pada Balita. Jurnal Nasional Epidemiologi Kesehatan Komunitas Aziz Alimul. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC Garcia. 2013. Treating BCG induced desease in Children Jurnal Internasional Cocrane Library Hockenberry, dkk. 2016. Wong’s Essensials Pediatric Nursing. Elsevier Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku Saku Pemantauan Status Gizi dan Indikator Kinerja Gizi Lestari, Anggraeni Budi, dkk. 2017. Ketepatan Waktu Vaksinasi Campak Sebagai Faktor Preventif Kejadian Campak. Jurnal Kedokteran Masyarakat Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Panduan Imunisasi Australia. 2010. Lembar Fakta Imunisasi BCG Permenkes No. 12 tahun 2017. Penyelenggaraan Imunisasi Proverowati. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika Saminem. 2008. Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta: EGC Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"