LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL (ANSIETAS)
Untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Stase Kesehatan Jiwa Masyarakat di Puskesmas Lawang, Malang
Oleh: PERMATA PUTRI NADYA PRAMESTI NIM 1601470032
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN MALANG PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG MARET 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL (ANSIETAS)
A. KONSEP TEORI 1. DEFINISI Menurut Lynn S.Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri. Bagi sebagian klien, kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.” Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990). Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998). Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan: ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat. Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas. Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah: 1. konsentrasi dan perhatian berkurang; 2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang; 3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; 4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; 5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. 7.
tidur terganggu; nafsu makan berkurang. Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan. Tingkat kecemasan sebagai berikut: 1. Kecemasan ringan. Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. 2. Kecemasan sedang. Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. 3. Kecemasan berat. Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain. 4. Tingkat panik dari kecemasan. Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apaapa lagi walaupun sudah diberi pengarahan. 2. RENTANG RESPON KECEMASAN
Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990). 3. ETIOLOGI / PENYEBAB Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut : Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan , antara lain faktor organ biologi, faktor psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan. a) Faktor Predisposisi Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b) Faktor presipitasi Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi: Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil). Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. 2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya. 4. TANDA DAN GEJALA KECEMASAN Respons fisik: 1) Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi cepat. 2) Pernafasan: napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah 3) Neuromuskular: refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal 4) Gastrointestinal: anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pd abdomen 5) Traktur urinarius: sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing 6) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit Respons Kognitif: Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Respons Perilaku: Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman Respons Emosi: Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
5. PENATALAKSANAAN KECEMASAN Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut: 1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara: Makan makanan yang bergizi dan seimbang Tidur yang cukup Olahraga yang teratur Tidak merokok dan tidak minum minuman keras 2) Terapi psikofarmaka Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam. 3) Terapi somatic Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan. 4) Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain: Psikoterapi suportif Psikoterapi re-edukatif Psikoterapi re-konstruktif Psikoterapi kognitif Psikoterapi psikodinamik Psikoterapi keluarga 5) Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN 1) Faktor Predisposisi. Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas: a. Teori Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya
b.
c.
d.
e.
seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Teori Interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat. Teori Perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Kajian Keluarga. Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Kajian Biologis. Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu, telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Faktor Presipitasi. Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori: a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari. b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3) Perilaku. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan. Sistem Tubuh Kardiovaskuler
Pernafasan
Neuromuskular
Gastrointestinal
Perkemihan Kulit
Respons • Palpitasi. • Jantung berdebar. • Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun. • Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan. • Napas cepat. • Pernapasan dangkal. • Rasa tertekan pada dada. • Pembengkakan pada tenggorokan. • Rasa tercekik. • Terengah-engah. • Peningkatan reflek. • Reaksi kejutan. • Insomnia. • Ketakutan. • Gelisah. • Wajah tegang. • Kelemahan secara umum. • Gerakan lambat. • Gerakan yang janggal. • Kehilangan nafsu makan. • Menolak makan. • Perasaan dangkal. • Rasa tidak nyaman pada abdominal. • Rasa terbakar pada jantung. • Nausea. • Diare. • Tidak dapat menahan kencing. • Sering kencing. • Rasa terbakar pada mukosa. • Berkeringat banyak pada telapak tangan. • Gatal-gatal. • Perasaan panas atau dingin pada kulit.
•
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas. Sistem Perilaku
Kognitif
Afektif
Respons • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Gelisah. Ketegangan fisik. Tremor. Gugup. Bicara cepat. Tidak ada koordinasi. Kecenderungan untuk celaka. Menarik diri. Menghindar. Terhambat melakukan aktifitas. Gangguan perhatian. Konsentrasi hilang. Pelupa. Salah tafsir. Adanya bloking pada pikiran. Menurunnya lahan persepsi. Kreatif dan produktif menurun. Bingung. Khawatir yang berlebihan. Hilang menilai objektifitas. Takut akan kehilangan kendali. Takut yang berlebihan. Mudah terganggu. Tidak sabar. Gelisah. Tegang. Nervous. Ketakutan. Alarm. Tremor. Gugup. Gelisah.
Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.
4) Sumber Koping. Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. 5) Mekanisme Koping. Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping: a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress. b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress. Sebuah sumber menjelaskan bahwa ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi ansietas: a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction). Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu: 1. Perilaku menyerang (agresif). Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan. 2. Perilaku menarik diri. Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis. 3. Perilaku kompromi. Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan. b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction). Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan. Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1. Kompensasi. Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya. 2. Penyangkalan (Denial). Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif. 3. Pemindahan (Displacemen). Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya. 4. Disosiasi Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya. 5. Identifikasi (Identification). Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut. 6. Intelektualisasi (Intelektualization). Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. 7. Introjeksi (Intrijection). Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego). 8. Fiksasi. Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya terhalang. 9. Proyeksi. Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi. 10. Rasionalisasi. Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri. 11. Reaksi formasi. Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya. 12. Regressi. Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13. Represi. Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya. 14. Acting Out. Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang. 15. Sublimasi. Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal. 16. Supresi. Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadangkadang dapat mengarah pada represif berikutnya. 17. Undoing. Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif. 2. DIAGNOSA Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah: 1) Penyelesaian kerusakan. 2) Kecemasan. 3) Pola napas tidak efektif. 4) Koping individu tidak efektif. 5) Diam. 6) Gangguan pembagian bidang energi. 7) Ketakutan. 8) Inkontinensial. 9) Stres. 10) Cedera resiko terhadap...... 11) Perubahan nutrisi. 12) Respon pasca trauma. 13) Ketidakberdayaan. 14) Gangguan harga diri. 15) Gangguan pola tidur. 16) Isolasi sosial. 17) Perubahan proses berfikir. 18) Gangguan eliminasi urine.
3. INTERVENSI. Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik. Tujuan khusus : Klien mampu untuk: • Membina hubungan saling percaya. • Melakukan aktifitas sehari-hari. • Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya. • Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas. • Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya. • Klien terlindung dari bahaya. 1.
Ansietas Ringan. Deskripsi Ansietas ringan adalah ansietas normal dimana motivasi individu pada keseharian dalam batas kemampuan untuk melakukan dan memecahkan masalah meningkat.
Batasan Karakter a) Tidak nyaman. b) Gelisah. c) Insomnia ringan d) Perubahan nafsu makan ringan e) Peka f) Pengulangan pertanyaan g) Perilaku mencari perhatian h) Peningkatan kewaspadaan i) Peningkatan persepsi pemecahan masalah j) Mudah marah.
Intervensi a) Gerakan tidak tenang b) Perhatikan tanda peningkatan ansietas c) Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif d) Gunakan obat bila perlu e) Dorong pemecahan masalah f) Berikan informasi akurat dan fuktual g) Sadari penggunaan mekanisme pertahanan h) Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil i) Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu j) Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi
2.
3.
Ansietas Sedang. Deskripsi Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan penyempitan lapangan persepsi sehngga individu kehilangan pegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan orang lain.
Ansietas Berat Deskripsi Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang sangat kecil saja dan mengabaikan hal
Batasan Karakter a) Perkembangan dari ansietas ringan b) Perhatian terpilih dari lingkungan c) Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu d) Suara bergetar e) Ketidaknyamanan jumlah waktu yang digunakan f) Takipnea g) Takikardia h) Perubahan dalam nada suara i) Gemetaran j) Peningkatan ketegangan otot k) Menggigit kuku, memukul-mukulkan jari, menggoyangkan kaki dan mengetukkan jari kaki
Intervensi a) Pertahankan sikap tidak tergesagesa, tenang bila berurusan dengan klien b) Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan c) Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana d) Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan e) Dengarkan klien f) Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan klien g) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi h) Ajak klien untuk mengungkapkan perasaannya i) Bantu klien mengenali dan menamai ansietasnya
Batasan Karakter a) Perasaan terancam b) Ketegangan otot yang berlebihan c) Diaforesis d) Perubahan pernapasan e) Napas panjang f) Hiperventilasi
Intervensi a) Isolasi klien dalam lingkungan yang aman dan tenang b) Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan
yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat memusatkan pada daerah lain.
4.
g) Dispnea h) Pusing i) Perubahan gastrointestinalis j) Mual muntah k) Rasa terbakar pada ulu hati l) Sendawa m) Anoreksia n) Diare atau konstipasi o) Perubahan kardivaskuler p) Takikardia q) Palpitasi r) Rasa tidak nyaman pada prekokardia s) Berkurangnya jarak persepsi secara berat t) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi u) Rasa terbakar v) Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan w) Aktivitas yang tidak berguna x) Bermusuhan
c) Berikan obatobatan klien melakukan hal untuk dirinya sendiri d) Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi. e) Jangan mennyentuh klien tanpa permisi f) Yakinkan klien bahwa dia aman g) Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
Panik. Deskripsi Adalah tingkat dimana individu berada pada bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain serta dapat menjadi diam atau menyerang dengan cara kacau.
Batasan Karakter a) Hiperaktif / imobilitasi berat b) Rasa terisolasi yang ekstrim c) Kehilangan desintegrasi kepribadian d) Sangat goncang dan otot-otot tegang e) Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap
Intervensi a) Tetap bersama klien ; minta bantuan b) Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari lingkungan c) Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara yang rendah
f) Distori persepsi dan penilaian yang tidak realistis terhadap lingkungan dan ancaman g) Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri h) Menyerang
d) Katakan pada klien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya sendiri atau orang lain e) Isolasikan klien pada daerah yang aman dan nyaman f) Lanjut dengan perawatan ansietas berat
DAFTAR PUSTAKA Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai FKUI.
Penerbit
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit Aesculapius. Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC. Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC