Meningkatkan Mutu Pembelajaran Matematika Dengan Model Problem Based Learning Melalui Pendekatan Diskusi
Oleh : Mayo Teodormanshah A, S.Pd Guru SMPIT Nurul Fikri DEPOK 2008
1
Abstraksi
Mayo. Meningkatkan Mutu Pembelajaran Matematika Dengan Model Problem Based Learning Melalui Pendekatan Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan mutu pembelajaran matematika dengan model problem based learning. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada bulan September 2008. Data Penelitian ini adalah hasil tes terhadap siswa kelas IX yang berjumlah 28 dengan mengambil Pokok Bahasan Bangun Ruang. Bentuk test berupa isian dengan jumlah soal sebanyak lima pertanyaan. Adapun materinya meliputi Mencari diagonal ruang, persegi panjang dan segitiga pada kubus. Hasil test menunjukan ada peningkatan prestasi pembelajaran siswa.
2
Daftar Isi Abstraksi Lembar Pengesahan Kata Pengantar Dafrtar Isi
I Pendahuluan Latar BelakangMasalah……………………………………….......................................6 Identifikasi Masalah…………………………………………………………………….7 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………….7 II Kerangka Teori ………………………………………………………………………..8 Rencana Penelitian …………………………………………………………………..11 Metode Diskusi………………………………………………………………………... III Metodologi Penelitian………………………………………………………………..16 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………………….16 Instrument Penelitian IV Hasil Penelitian……………………………………………………………………….17 Deskripsi data Keterbatasan V Kesimpulan, Saran dan Penutup…………………………………………………….. 22 Daftar Pustaka Lampiran : Video Proses Penelitian Tindakan Kelas, dengan durasi 15-20 menit
3
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga selalu terlimpah bagi Rosulullah SAW, keluarga, sahabat dan orang orang yang menghidupkan sunnahnya sampai hari akhir. Alhamdulillah berkat pertolongan Allah SWT laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat disusun dengan segala keterbatasannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Drs. Suharyono yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian ini, Moch. Sholeh, Amd, dan Drs. Ibrahim yang telah membantu penulis dalam mempersiapkan berbagai keperluan dalam proses Penelitian Tindakan Kelas. Serta tak lupa kepada rekan-rekan guru di SMPIT Nurul Fikri. Harapan penulis dengan kerendahan hati, semoga Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia
Depok, Oktober 2008
4
Persetujuan Sekolah
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah SMPIT Nurul Fikri
Nama Kepala Sekolah
Tanda Tangan
Drs. Suharyono _______
____________
Tanggal
5
BAB I
PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat dan bangsa Indonesia perlu dipersiapkan memasuki milenium ketiga dengan tuntutan-tuntutan global. Pembelajaran konvensional yang sifatnya searah yaitu dari guru ke siswa sekarang dianggap cara yang kurang tepat lagi. Diperlukan model pembelajaran yang lebih efektif yaitu membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk maksud ini adalah Model Problem Based Learning. Kurikulum sekolah menengah pertama di Indonesia seyogyanya diarahkan untuk Model Problem Based Learning yang dilakukan melalui teori-teori ilmu pengetahuan diorganisasikan di seputar masalahmasalah nyata, melalui mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan. Secara umum, penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan kata lain, siswa belajar teori dan metode
6
ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya (I Wayan Dasna dan Sutrisno, 2007
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1 Apakah model PBL dapat diaplikasikan untuk segala bentuk mata pelajaran? 2 Bagaimana pengimplementasian model Problem Based Learning pada Matematika?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, sebagai berikut: 1.Memahami konsep pembelajaran Problem Based Learning. 2.Memahami langkah pembelajaran PBL dalam menyelesaikan suatu masalah. 3.Menerapkan model PBL dalam kerjasama kelompok.
7
BAB II KERANGKA TEORI
2.1. Definisi Problem Based Learning PBL adalah model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Menurut Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity.H.S. Barrows (1982). PBL adalah sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan knowledge baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong 8
keilmuannya. PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan PBL ini, siswa akan bekerja secara kooperatif dalam menyelesaikan masalah dan yang paling penting membina kemahiran untuk menjadi siswa yang belajar secara sendiri
Di dalam melaksanakan proses pembelajaran PBL ini, Bridges (1992) dan Charlin (1998) telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama yang perlu ada di dalamnya seperti berikut: 1.Pembelajaran berpusat atau bermula dengan masalah. 2.Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kehidupan mereka di masa depan. 3.Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa semasa proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
9
4.Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu: 1.Mengidentifikasi masalah, 2.Mengumpulkan data, 3.Menganalisis data, 4.Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, 5.Memilih cara untuk memecahkan masalah, 6.Merencanakan penerapan pemecahan masalah, 7.Melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, dan 8.Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. Langkah mengidentifikasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yangmencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru pada tahap ini.
10
Walaupun guru tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi dapat memfokuskan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan agar siswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang dipilih. Dalam hal ini guru harus berperan sebagai fasilitator agar pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakan. Namun yang harus dicapai pada akhir pembelajaran adalah kemampuannya untuk memahami permasalahan dan alasan timbulnya permasalahan tersebut serta kedudukan permasalahan tersebut dalam tatanan sistem yang sangat luas.Mendorong para siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang diperlukan selanjutnya. Guru umumnya diharapkan untuk menahan diri tidak memberikan informasi, sebaliknya mendorong dilakukannya diskusi dan pembelajaran antar para siswa. Walaupun peran guru tidak lagi dominan dalam pelaksanaan pembelajaran ber- PBL, namun tetap guru bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk itu secara berkelanjutan, guru perlu mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan melakukan perbaikan segera bilamana diperlukan baik dari sisi content maupun proses.Berdasarkan kutipan tersebut di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajar, adalah untuk merubah atau membuat siswa agar siswa lebih cepat berhasil.
11
2.2. Rencana Penelitian
Setiap proses belajar mengajar, baik di dalam kelas mupun di luar kelas, tidak dapat terlepas dari penggunaan berbagai metode, ada yang menggunakannya secara bervariasi dan ada juga yang menggunakannya hanya satu metode saja dalam melaksana proses. Hal itu memang sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai metode mengajar. Karena setiap guru harus berasumsi, bahwa tidak ada metode yang sesuai untuk semua tujuan pengajaran, oleh karena itu akan lebih baik hasil belajar bila guru dapat menggunakannya secara bervariasi.
2.3 Metode Diskusi
Metode apapun yang digunakan dalam proses belajar mengajar, tujuannya adalah untuk merobah tingkah laku siswa ke taraf yang lebih sempurna dari semula. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh guru sangat menentukan berhasil atau tidaknya perubahan yang diharapkan terjadi pada siswa.
Dalam kaitan ini Jusuf Djajadisastra mengemukakan sebagai berikut : Pada pihak guru kita lihat suatu usaha untuk menimbulkan perubahan pada siswa, sedangkan pada siswa sendiri kita lihat suatu keinginan untuk berubah atau merubah diri. Oleh sebab itulah pengetahuan tentang metode-metode mengajar atau metodogi pengajaran sangat diperlukan oleh para pendidik. Berhasil tidaknya siswa dalam belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. 12
Dalam pelaksanaan metode mengajar harus mengikuti prinsipnya sebagai salah satu presedur, dalam hubungan ini Engkoswara mengemukakan pendapat Tb. Bachtiar Rifai sebagai berikut : Ada 5 prinsip yang menjadi pedoman pelaksanaan metode mengajar : 1. Azas maju berkelanjutan yang artinya memberi kemungkinan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya. 2. Penekanan pada belajar sendiri, artinya siswa diberikan kesempatan mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran lebih banyak lagi dari pada yang diberikan oleh guru. 3. Bekerja secara team, dimana anak-anak dapat mengerjakan suatu pekerjaan yang memungkinkan anak-anak bekerja sama. 4. Multidisipliner, artinya memungkinkan anak-anak untuk mempelajari sesuatu meninjau dari berbagai sudut 5. Fleksibel dalam arti dapat dilakukan menurut keperluan dan keadaan.
Sebagai salah satu metode mengajar, metode diskusi dapat merubah tingkah laku siswa sesuai dengan sifat-sifat yang terkandung di dalamnya, dalam kaitan ini Ny. Roestiyah NK, menegaskan sebagai berikut : Mengajar dengan metode diskusi berarti : 1. Dapat mempertinggi prestasi siswa secara individu. 2. Dapat mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan. 3. Dapat mengembangkan rasa sosial mereka 4. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat. 5. Menanam rasa demokratis. 6. Memperluas pandangan. 13
7. Menghayati kepemimpinan bersama- sama. 8. Membentuk mengembangkan kepemimpinan. Di samping itu Fred Percival menegaskan, Metode diskusi juga dapat menumbuhkan sikap percaya diri bagi setiap anggota diskusi oleh karena itu metode diskusi digunakan sebagai salah satu metode mengajar matematika
Selain memiliki sifat-sifat positif, metode diskusi juga memiliki sifat negative yang harus diwaspadai kemungkinan terjadinya. Sifat negatif yang dimaksud adalah, seperti pemborosan waktu. Dalam hubungan ini Jusuf Djajadisastra menegaskan, Diskusi yang mendalam memakan waktu yang banyak. Orang tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu selama ia berdiskusi. Perasaan dibatasi waktu hanya menimbulkan kedangkalan diskusi yang hasilnya tidak bermanfaat.
Siswa yang pendiam dan pemalu serta yang pikirannya agak kurang, tidak dapat belajar seiring dengan siswa yang lain yang agak pandai, dengan kata lain siswa yang bodoh akan terus tertinggal. Dalam kaitan ini Jusuf Djajadisastra menegaskan, Pembicaraan dalam diskusi mungkin dan didominasi oleh siswa-siswa yang berani dan biasa berbicara. Siswa yang pemalu dan yang biasa pendiam tidak akan menggunakan kesimpatan untuk kesempatan untuk berbicara
Lebih lanjut Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar yang diperoleh siswa yang diajar dengan PBL yaitu: 1. Inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah,
14
2. Belajar model peraturan orang dewasa dan 3. Keterampilan belajar mandiri .
Inkuiri dan keterampilan proses dalam pemecahan masalah telah dipaparkan sebelumnya. Siswa yang melakukan inkuiri dalam pembelajaran akan menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi juga bertujuan untuk membantu siswa belajar secara mandiri. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: 1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. 2. Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung. 3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan 15
inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Gejala umum yang terjadi pada siswa pada saat ini adalah malas berpikir mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya terhadap pendapat tersebut. Bila keadaan ini berlangsung terus maka siswa akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, pelajaran di kelas adalah untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan dengan tingkat pemahaman mereka. Oleh sebab itu, model PBL mungkin dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong siswa berpikir dan bekerja dibanding menghafal dan bercerita. Model ini dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, banyak kerja sama dan interaksi, mendiskusikan hal-hal yang tidak atau kurang dipahami serta berbagi peran untuk melaksanakan tugas dan saling melaporkan. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL. Menurut Duch (1995), PBL adalah model pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi
16
masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek.
BAB III METODE PENULISAN 3.1. Waktu dan Tempat Penulisan Penulisan dilaksanakan pada bulan September tahun 2008. Penelitian Tindakan Kelas ini bertempat di SMP Islam Terpadu Nurul Fikri, Depok Jawa Barat. 3.2. Metode Penulisan Metode penulisan yang dilakukan pada karya tulis ini adalah dengan cara penelusuran data. Informasi pada karya tulis ini 17
merupakan data primer yang diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas . Selain itu, pengumpulan refrensi dilakukan juga melalui pencarian artikel yang terdapat di internet yang memuat informasi mengenai model Problem Based Learning baik pengaruh maupun pengaplikasiannya. Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan diantaranya sebagai berikut : 1. Mengamati dan menelaah mengenai PBL. 2. Pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan melalui studi literature di internet. 3. Analisis informasi yang meliputi : a. Klasifikasi data, yaitu pengelompokkan data berdasarkan permasalahan yang akan dibahas. b. Klarifikasi data, yaitu membandingkan data yang sama dari narasumber yang berbeda kemudian menentukan data yang digunakan berdasarkan informasi yang paling akurat c. Menginterpretasikan data berdasarkan hubungan antara data yang satu dengan data yang lainnya. d. Penulisan laporan, dimana hasil interpretasi data dari sumbersumber yang ada dirangkai secara sistematis dan logis dalam bentuk karya tulis
BAB IV 18
HASIL PENELITIAN Sistem penilaian atau disebut juga evaluasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiataan belajar mengajar. Baik buruknya atau berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat dilihat melalui hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir kegiatan belajar mengajar. Evaluasi adalah suatu usaha penilaian terhadap suatu proses atau kegiatan. Dalam kaitan ini Ny. Roestiyah NK, memberikan beberapa batasan pengertian evaluasi sebagai berikut : a. Evaluasi adalah suatu proses memahami atau memberi arti mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. b. Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data sualuasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan stabilitas siswa, guna mengtahui sebab akibat dan hasil belajar siswa, yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. c. Dalam rangka pengembangan sistim instruksional evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa program telah berjalan seperti yang telah direncanakan. d. Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan.
Berdasarkan kutipan tersebut di atas, dapat disimpulkan, bahwa evaluasi adalah suatu sistim penilaian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan sisitem pendidikan dan pengajaran atau untuk mendapat umpan balik bagi kepentingan guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.
19
Dalam kaitan ini Ny.Roestiyah NK, menyebutkan beberapa tujuan pelaksanaan evaluasi atau penilaian, adalah sebagai berikut : Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut, : a. Memperoleh hasil yang diperlukan untuk meningkatkan produktifitas, serta efektifitas belajar siswa. b. Memperoleh bahan feed back c. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiku, dan menyempunakan kegiatan mengajar guru. d. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki, menyempurnakan serta mengembangkan program.
Oleh karena itu masalah penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak dapat diabaikan dalam proses pendidikan dan pengajaran, ia suatu ketentuan yang dapat memberikan dan pengajaran, ia suatu ketentuan yang dapat memberikan gambaran tentang baik buruknya atau berhasil atau tidaknya proses pengajaran yang telah dijalankan.
Secara umum kedua system penilaian yang dikemukakan di atas, dapat digunakan sebagai suatu system penilaian terhadap hasil proses belajar mengajar matematika lewat metode diskusi. Namun yang lebih tepat untuk penilaian ini adalah system penilaian kualitatif, karena tingkah laku yang diharap dari proses belajar mengajar lewat metode diskusi lebih bersifat kualitatif, seperti melatih siswa untuk salang berkerjasama, mengeluarkan pendapat dan lain yang sulit dinilai dengan nilai angka.
20
Bertolak dari tujuan dan system penilaian dalam proses belajar mengajar, maka dalam usaha pelaksanaan system penilaian dapat dilakukan melaluai dua system.
Adapun system penilaian yang dimaksud, dikemukakan oleh Nana Sujana, adalah system Criterion Referenced dan Norm Referenced Test, merupakan system penilaian yang dapat digunakan dalam pendidikan dan pengajaran. a. Norm Referenced Test Norm referenced Test adalah system penilaian yang menitik beratkan status individu di dalam kelompok" .Standar yang dipergunakan dalam system ini adalah standar kelompok dan individu. Dengan demikian system penilaian norm referenced test dapat dipergunakan sebagai alat penilaian kegiatan belajar mengajar lewat metode diskusi. Dalam melaksanakan system penilaian corm referenced test terhadap proses belajar mengajar lewat metode diskusi, dapat dilakukan melalui pemberian nilai terhadap kelompok dan individu.Contoh : Dalam satu kelas maksimum ada siswa sebanyak 28 orang dan dibagi menjadi 5 kelompok kecil, jadi setiap kelompok 5-6 orang siswa. Dalam kaitan ini guru menjalankan tugasnya sebagai penilai dan sampai kepada kelompok terakhir, guru telah memberi skor kepada masing-masing kelompok yang terdiri kelompok A, B, C, D dan kelompok E.
Kemudian dalam penilaian hasil proses belajar mengajar guru tidak hanya memberi nilai terhadap kelompok saja, tetapi juga harus dapat menilai secara individu, karena setiap individu dalam satu kelompok tidak sama kemampuan yang dimilikinya. Nilai individu lebih objektif dibandingkan dengan nilai kelompok. Untuk mendapatkan nilai indivudu dalam satu kelompok diskusi, ada segi-segi 21
kemampuan yang dapat dinilai ketika diskusi sedang berlangsung, seperti kemampuan berbicara dalam kelompok, kerja sama dalam kelompok.
Contoh cara penilaian individu dalam diskusi : Asma anggota kelompok A, ia mendapat skor untuk masing-masing kemampuan tersebut di atas : - Kemampuan berbicara = 80 - Kerjasama = 85 - Test = 80
Dengan demikian nilai Asma dalam kelompok A adalah 80 + 85 + 80 = 245 : 3 = 82, ditambah dengan nilai kelompok dan dibagi dua sama dengan nilai individu. ( 93 + 82 =175 : 2 =87,5 ) jadi nilai Asma secara individu adalah 87,5.
Contoh lain dalam kelompok A adalah Nihlah, ia mendapat score masing masing sbb:
- Kemampuan berbicara = 85 - Kerjasama = 85 - Test = 100
Dengan demikian nilai Nihlah dalam kelompok A adalah 85 + 85 + 100 = 270 : 3 = 90, ditambah dengan nilai kelompok dan dibagi dua sama dengan nilai individu. ( 93 + 90 =183 : 2 = 92 ) jadi nilai Nihlah secara individu adalah 92.
22
nilai individu tidak sama dan tergantung dari kemampuannya di dalam kelompok. Perlu diketahui bahwa untuk menilai proses belajar mengajar melalui metode diskusi, guru dapat menilai cukup dengan alat test pengamatan dan problem set saja. Test pengamatan adalah test yang dilakukan melalui pengamatan seorang penilai.
23
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Secara umum model belajar PBL ini mulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Infrastruktur harus dipersiapkan dalam pelaksanaan PBL dengan baik. Institusi, siswa, pengajar masingmasing mempunyai peran yang saling menunjang. Para pengajar, terutama memberikan inspirasi agar potensi siswa dimaksimalkan. 5.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis, antara lain: 1.Diperlukan penerapan metode Problem Based Learning (PBL) di berbagai pelajaran sehingga dapat dihasilkan siswa yang kompeten, mampu berkompetisi, cerdas, kreatif, peka terhadap perubahan di lingkungan, serta mampu mencari solusi pemecahan masalah. 2.Kurikulum sekolah Menengah Pertama di Indonesia seyogyanya diarahkan untuk model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan melalui teori-teori ilmu pengetahuan diorganisasikan diseputar masalah-masalah yang nyata.
24
Biodata Nama Jabatan Tempat dan tanggal lahir Jenis kelamin Agama Mata Pelajaran Masa Kerja Guru Judul Naskah Lomba Pendidikan terakhir Fakultas Status perkawinan
: Mayo Teodormanshah A, SP.d : Guru Matematika : Jakarta 25 Mei 1977 : Laki-laki : Islam : Matematika : 8 tahun : Meningkatkan Mutu Pembelajaran Matematika Model Problem Based Learning Melalui Pendekatan Diskusi : S1 Universitas Negeri Jakarta : FPMIPA : Kawin
Sekolah Nama Sekolah Alamat Kelurahan Kecamatan Kota Propinsi Kode Pos Telepon
: SMPIT Nurul Fikri : Jl. Lucki Abadi No 116, : Tugu : Cimanggis : Depok : Jawa Barat : 16951 : 021-8708300
Alamat Rumah Kelurahan Kecamatan Kota Propinsi Kode Pos HP
: Jl. Kemanggisan Ilir VI no 11Rt 004/Rw 012 : Palmerah : Palmerah : Jakarta Barat : DKI Jakarta : 11480 : 0856-94755999 Depok, Oktober 2008
Mengetahui : Kepala Sekolah SMPIT Nurul Fikri
Peserta Lomba, 25
Drs. Suharyono
Mayo T. A, S.Pd
Surat Pernyataan Penulis
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Mayo Teodormanshah A., S.Pd
Pekerjaan
: Guru SMPIT Nurul Fikri
Dengan ini menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini hasil karya sendiri dan belum pernah dilombakan. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui: Kepala Sekolah SMPIT Nurul Fikri
Drs. Suharyono
26