Lo Sken 3.docx

  • Uploaded by: Yogi Setiawan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lo Sken 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,902
  • Pages: 43
Medical Terminology

Metastasis

:

Penyebaran Kanker dari suat organ ke organ lain

Mastektomi radikal : pengangkatan seluruh payudara dengan otot yang mendasari sampai ke bagian kelenjar getah bening axilla Kemoterapi : metode untuk membunuh perkembangan sel tumor dengan zat kimiawi tertentu ke dalam tubuh berupa prosedur oral ataupun injeksi Radioterapi : terapi untuk mendiagnosis dengan radiasi berupa pancara gelombang elegtromagnetik yang mampu menembus partikel biologis tubuh. Contoh sinar pengion, sinar x dan sinar gamma. Program preventif : usaha yang dilakukan untuk mencegah suatu penyakit terjadi berupa kegiatan imunisasi, vaksisnasi, dan pemeriksaan berkala Benjolan

:

suatu massa yang bersifat abnormal

Stadium terminal

:

stadium akhir dari tumor ganas

Pemeriksaan SADARI berdiri

pemeriksaan payudara sendiri dengan cara berbaring dan

Learning Objectives 1. Prinsip dasar Radioterapi dan Kemoterapi 2. Efek Radioterapi dan Kemoterapi terhadap Pasien Tumor 3. Tujuan dan Cara Terapi Gen 4. Penanganan dari Stadium Terminal 5. Macam Program Preventif 6. Jenis-jenis Kemoterapi yang dilakukan pada Ca Payudara 7. Jelaskan tentang Terapi Hormonal 8. Evaluasi terapi pasien dan rehabilitasinya serta Terapi Nutrisi 9. Program pencegahan Ca yang ada di Indonesia 10. Penanganan nyeri pada Ca 11. Prinsip dasar pebedahan Onkologi

Jawaban 1. Prinsip dasar Radioterapi dan Kemoterapi RADIOTERAPI :  Tujuan pengobatan : kuratif, paliatif, simptomatis, emergency.  Diupayakan mencapai Therapeutic Ratio yang baik : Eradikasi tumor semaksimal mungkin, efek samping jar. sehat seminimal mungkin Meningkatkan kontrol lokal, survival rate dan memperbaiki kualitas hidup pasien  Sinar Pengion setelah mengenai materi biologi akan mengionisasi sel/ jaringan sehingga menimbulkan efek biologis.  Sasaran utamanya adalah DNA  kerusakan sel, dengan cara :  direct merusak rantai DNA dan  indirect via hidrolisis air  terbentuk radikal hidroksil (free)  rusak DNA. Target :  Lokal + regional  Lokoregional :  Tumor primer/ tumor bed  Invasi tumor ke sekitarnya  Kelenjar getah bening regional  Kadang-kadang metastasisnya terutama metastasis ke tulang Cara Penyinaran :  Teletherapy / Ext.irradiation: sumber radiasi berada pd jarak tertentu terhadap target mis. Cobalt-60 80 cm, Linac 100 cm, menggunakan satuan cGy atau Gy

 Brachytherapy (BT): Sumber radiasi diletakkan di dalam atau dekat dgn target radiasi -interstitial BT (diletakkan di dalam), plesio BT (dekat dgn) Satuan cGy atau Gy  Internal Therapy : sumber diberikan secara sistemik oral/ intravena. Satuan mCi atau Ci Tingkat sensitivitas Tumor terhadap radiasi  Radiosensitif : eradikasi dgn 30-40 Gy dalam 3-4 minggu mis.limfoma maligna, leukemia, Ewing  Radioresponsif : eradikasi dgn 40-50 Gy dalam 4-5 minggu mis. Karsinoma Anaplastik, Karsinoma Sel Skuamosa  Radioresisten : eradikasi > 60 Gy, mis Sarcoma jar. Lunak. Untuk mencapai Therapeutic Ratio yg baik maka RadioTerapi bisa bertujuan :

 Kuratif : 5 tahun survival rate mis. KNF (sendiri), Ca Payudara (kombinasi bedah), leukemia (kombinasi kemo)  Paliatif/ Simptomatis : menahan pertumbuhan tumor, mengurangi keluhan/ penderitaan pasien  Emergency : menghindari bahaya yang mengancam (mis : impending fracture) Tingkatan Peran Radio Terapi  RadioTerapi alone tujuan kuratif misalnya : NPC, leher rahim, lidah dini, larings dini  RadioTerapi kombinasi mod.lain untuk mencapai tujuan terapi kuratif mis. Radiasi pada BCT, pasca bedah pada H&N tumor, prabedah pd Ca.Rekti  RadioTerapi adjuvant mis. Ca.mammae lokal lanjut pasca radikal mastektomi, Ca.Cervix uteri std.dini pasca op.dgn high risk factor. Kombinasi Radioterapi dan Bedah : Radiasi pra bedah, Radiasi intra operatif , Radiasi peri operatif, Radiasi pasca bedah Kombinasi Radioterapi dan Kemoterapi : Neo adjuvant chemotherapy, Concomitant/ Concurrent Chemoirradiation, Adjuvant Chemotherapy Sumber : Kuliah Pakar Prinsip Radioterapi oleh dr. Mashita KEMOTERAPI : TUJUAN KEMOTERAPI Untuk mencegah sel-sel KANKER : Bereplikasi, Menginfasi, Metastasis ,Menyebabkan kematian pasien Kebanyakan obat kemoterapi yang digunakan saat ini bekerja dalam siklus pembelahan sel

Juga mempengaruhi sel-sel normal yang bereplikasi dengan cepat seperti sumsum tulang dan sel membran mukosa. Obat kemoterapi yang efektif adalah obat yang bisa menghambat perkembangan sel-sel kanker dengan efek yang MINIMAL terhadap sel normal. Kemoterapi menghambat sel kanker dengan cara : Menghambat sintesis dan fungsi dari makromolekul Menghambat transduksi sinyal dan organisasi dalam sitoplasma Menghambat fungsi dari membran sel dan reseptor permukaan Mempengaruhi lingkungan dari sel kanker Sel kanker telah kehilangan kontrol terhadap proses pertumbuhannya  pertumbuhan ↑↑ dari sel normal  lebih sensitif terhadap kemoterapi Konsep dasar Kemoterapi 1. Hipotesis kematian sel secara fraksional Setiap kali pemberian kemoterapi, sejumlah proporsi yang tetap, bukan sejumlah yang absolut, dari sel kanker akan mati 2. Prinsip ”3 log kill, 1 log regrowth” Pada tumor dengan jumlah sel 10 -10, setiap siklus kemoterapi akan membunuh 10 -3 sel, kemudian tumbuh 10 -1 sel diantara siklus.

Pemilihan Obat Terapi Harus memperhatikan pedoman ”lima tepat dan satu waspada” : 1. Tepat indikasi.

Indikasi kemoterapi adalah kanker sistemik, yaitu kanker yang telah menyebar atau diduga telah menyebar tetapi masih subklinik atau mikroskopik dan kanker limphopoitik dan hemopoitik. 2. Tepat jenis Terapi utama harus diberikan obat yang sensitif terhadap kanker itu (kemosensitif), untuk terapi tambahan diberikan obat yang kemoresponsif. 3. Tepat dosis Karena sifatnya yang sangat toksik dan harus diberikan mendekati dosis toksik maka perhitungan dosis harus tepat. Dosis pada umumnya dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh. 4. Tepat waktu Diberikan sesuai jadwal tiap siklusnya 5. Tepat cara Cara pemberian harus tepat sesuai jenis obat 6. Waspada ESO Kombinasi lebih efektif dibandingkan obat tunggal, karena: 1. Mencegah klon resisten Jika 1 dalam 10 5 sel resisten terhadap obat A dan 1 dalam 10 5 sel resisten terhadap obat B  1 dalam 10 10 sel yang resisten terhadap kedua obat Dapat mencegah timbulnya klon resisten 2. Sitotoksik terhadap sel yang istirahat dan membelah Kombinasi dari obat yang fase spesifik dan non spesifik dapat membunuh sel yang membelah lambat seefektif sel yang membelah cepat Penggunaan obat non fase spesifik juga dapat meningkatkan aktivitas pembelahan sel, sehingga lebih sensitif terhadap obat fase spesifik. 3. Peningkatan efek biokimiawi a. Kombinasi obat yang secara individu efektif yang bekerja dengan mekanisme berbeda dapat saling memperkuat. b. Meningkatkan kadar obat atau metabolit aktif dalam sel, baik dengan meningkatkan influk atau mengurangi efluk ( Ca channel blocker pada pasien dengan overekspresi Pglycoprotein) c. Menurunkan inaktivasi metabolit dalam tubuh

d. Meningkatkan kerja obat dengan menghambat zat yang berkompetisi KERJA KEMOTERAPI PADA PROSES DALAM SEL Kerja kemoterapi berdasarkan atas gangguan pada salah satu proses dalam sel yang esensial Karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dan sel normal maka semua antikanker bersifat mengganggu sel normal, bersifat sitotoksik, bukan kankerotoksik yang selektif Sumber : dr.CahyoNovianto,MSi.Med,SpB(K)Onk 2. Efek Samping Radioterapi dan Kemoterapi terhadap Pasien Tumor Radio Terapi : 

Gejala umum pd pasien : lemas, mual, muntah, sakit kepala dll tgt pada dosis, luas lapangan, area yg diradiasi, sensitivitas pasien



Efek samping akut : terjadi selama radiasi - beberapa minggu setelah radiasi selesai misalnya mucositis, hiperpigmentasi, dermatitis



Efek samping lambat/ kronis (late effect) : terjadi beberapa bulan - tahun setelah radiasi; bisa terjadi pada berbagai organ teradiasi sep. teleangiectasis pd kulit, fibrosis pd paru & sal.cerna, anemia aplastik pd sistem hemopoetik, myelitis pd sistem saraf danlain-lain

Sumber : Kuliah Pakar Prinsip Radioterapi oleh dr. Mashita Kemoterapi merupakan obat yang indeks terapinya sempit  dapat menyebabkan efek toksik berat Efek samping terutama mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi : hematopoetik dan gastrointestinal. Supresi hematopoetik : leukopeni, trombositopeni, anemia Leukopenia (<2000/mm3) dan trombositopeni (<100.000/mm3)  petunjuk penghentian terapi Supresi dapat terus berlanjut setelah obat dihentikan. Umumnya pemulihan terjadi 2 minggu setelah penghentian terapi. Alkilator dapat menyebabkan depresi hematopoetik yang ireversibel, terutama bila diberikan setelah kemoterapi lain atau setelah radiasi Sebagian besar kemoterapi bersifat teratogenik pada binatang  pada manusia belum terbukti  tidak dianjurkan pada trimester pertama

 kemungkinan efek toksik pada janin. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, dan stomatitis, perforasi dan diare hemoragik. Hampir semua kemoterapi menyebabkan efek samping ini, tetapi jarang sampai menimbulkan kematian. Reaksi kulit dapat berupa eritem, urtikari dan erupsi makulopapular sampai sindrom Steven Johnson Siklofosfamid, vinkristin, vinblastin, metotreksat, daktinomisin, fluorourasil dan kelompok antrasiklin sering menyebabkan alopesia. Rambut umumnya tumbuh kembali setelah pengobatan dihentikan. Sumber : dr.CahyoNovianto,MSi.Med,SpB(K)Onk 3. Tujuan dan Cara Terapi Gen Terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan. Pendekatan ini yang paling umum : a)

Sebuah gen abnormal bisa ditukar gen normal melalui rekombinasi homolog.

b) Gen abnormal bisa diperbaiki melalui mutasi reverse selektif, yang mengembalikan gen berfungsi normal. c)

Peraturan (sejauh mana gen diaktifkan atau dimatikan) gen tertentu dapat diubah.”’

d) Spindle transfer digunakan untuk menggantikan seluruh mitokondria yang membawa DNA mitokondria cacat Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk memasukkan gen baru ke dalam sel. 1.

Terapi Gen Ex Vivo Sel dari sejumlah organ atau jaringan ( seperti kulit, system hemopoietik, hati ) atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untu kterapi penyakit itu. Kemudian diikuti dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan tidak ada respon imun yang merugikan setelah infuse atau transplantasi. Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis, kebanyakan menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke dalam sel penerima.

2.

Terapi Gen In Vivo

Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi gen somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain dengan memberikan gen tertentu baik secara local maupun sistemik. Penggunaan vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan yang merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan tidak membelah. Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system vector virus maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. System penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun ada perubahan kondisi Virus sebagai vektor dalam terapi gen Semua virus mengikat tuan rumah mereka dan memperkenalkan materi genetik mereka ke dalam sel inang sebagai bagian dari siklus replikasi mereka. Bahan genetik ini berisi dasar ‘petunjuk’ tentang bagaimana untuk menghasilkan lebih banyak salinan virus ini, pembajakan produksi normal tubuh mesin untuk melayani kebutuhan virus. Sel inang akan melaksanakan petunjuk dan menghasilkan salinan tambahan virus, menyebabkan sel lebih dan lebih menjadi terinfeksi. Beberapa jenis gen virus memasukkan mereka ke genom inang. Lain menembus membran sel menyamar sebagai molekul protein dan masuk ke dalam sel. Sesaat setelah memasukkan DNA-nya, virus dari siklus litik cepat menghasilkan lebih banyak virus, meledak dari sel dan menginfeksi sel lebih. Virus lisogenik DNA mengintegrasikan mereka ke dalam DNA sel inang dan dapat hidup dalam tubuh selama bertahun-tahun sebelum menanggapi pemicu. Virus mereproduksi sebagai sel dilakukan dan tidak menimbulkan kekerasan fisik sampai dipicu. Pemicunya melepaskan DNA dari bahwa dari penderita dan mempekerjakan untuk menciptakan virus baru.

Terapi Gen untuk penyakit kanker Pengobatan dengan terapi gen telah berkembang dengan pesat sejak clinical trial terapi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990. Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gengen yang cacat yang bertanggung jawab terhadap suatu penyakit. Selama ini pendekatan terapi gen yang berkembang adalah menambahkan gen-gen normal ke dalam sel yang mengalami ketidaknormalan.

Pendekatan lain adalah melenyapkan gen abnormal dengan gen normal dengan melakukan ekombinasi homolog. Pendekatan ketiga adalah mereparasi gen abnormal dengan cara mutasi balik selsektif, sedemikian rupa sehingga akan mengembalikan fungsi normal gen tersebut. Selain pendekatan-pendekatan tersebut ada pendekatan lain untuk terapi gen tersebut, yaitu mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut. Saat ini para ilmuwan sedang mencoba beberapa cara kerja terapi gen untuk pengobatan kanker: 1.

2.

3.

4. 5. 6.

Menambahkan gen sehat pada sel yang memiliki gen cacat atau tidak lengkap. Contohnya, sel sehat memiliki “gen penekan tumor” seperti p53 yang mencegah terjadinya kanker. Setelah diteliti, ternyata pada kebanyakan sel kanker gen p53 rusak atau bahkan tidak ada. Dengan memasukkan gen p53 yang normal ke dalam sel kanker, diharapkan sel tersebut akan normal dan sehat kembali. Menghentikan aktivitas “gen kanker” (oncogenes). “Gen kanker” merupakan hasil mutasi dari sel normal, yang menyebabkan sel tersebut membelah secara liar menjadi kanker. Ada juga gen yang menyebabkan sel kanker bermetastase (menjalar) ke bagian tubuh lain. Menghentikan aktivitas gen ini atau protein yang dibentuknya, dapat mencegah kanker membesar maupun menyebar. Menambahkan gen tertentu pada sel kanker sehingga lebih peka terhadap kemoterapi maupun radiasi, atau menghalangi kerja gen yang dapat membuat sel kanker kebal terhadap obat-obat kemoterapi. Juga dicoba cara lain, membuat sel sehat lebih kebal terhadap kemoterapi dosis tinggi, sehingga tidak menimbulkan efek samping. Menambahkan gen tertentu sehingga sel-sel tumor/kanker lebih mudah dikenali dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, menambahkan gen pada sel-sel kekebalan tubuh sehingga lebih mudah mendeteksi dan menghancurkan sel-sel kanker. Menghentikan gen yang berperan dalam pembentukan jaringan pembuluh darah baru (angiogenesis) atau menambahkan gen yang bisa mencegah angiogenesis. Jika suplai darah dan makanannya terhenti, kanker akan berhenti tumbuh,bahkan mengecil lalu mati. Memberikan gen yang mengaktifkan protein toksik tertentu pada sel kanker, sehingga sel tersebut melakukan aksi “bunuh diri” (apoptosis). Satu dari banyak tantangan dalam pengembangan pendekatan DNA rekombinan adalah bagaimana mengantarkan “gen pembunuh” hanya ke dalam sel tumor dan tidak ke sel normal.

Sejak kanker diketahi sebagai suatu penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi atau perubahan – perubahan lain pada gen. penggunaan teknik DNA rekombinan semakin sering digunakan dalam menghambat perkembangan penyakit tersebut. Salah satu metode yang sering diandalkan adalah pendekatan terapi gen.. Sejak diketahui bahwa kanker merupakan penyakit akibat mutasi gen, para ahli mulai berfikir bahwa terapi gen tentu efektif untuk mengobatinya. Apalagi kanker jauh lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan penyakit keturunan akibat kelainan genetis yang selama ini diobati dengan terapi gen.

Terapi gen yang dilakukan adalah yang menggunakan pendekatan ex vivo (di luar organisme hidup), di mana sel dipindahkan dari tubuh, dimanipulasi, dan selanjutnya dikembalikan ke tubuh, tetapi pendekatan ex vivo tidak dapat digunakan pada sel tumor karena sel tumor tidak dapat dipindahkan secara total dari tubuh.Walau demikian, suatu pendekatan in vivo (di dalam organisme hidup) yang menjanjikan telah berhasil dilakukan dalam mengatasi sel tumor, yaitu menggunakan gen virus herpes simplex-timidin kinase (HSV-tk) sebagai “gen pembunuh”. Terapi gen pada prinsipnya adalah menyisipkan materi genetik ke dalam sel kanker di tubuh untuk mengganti atau memperbaiki gen yang rusak/tidak normal karena kanker dalam rangka pengobatan penyakit. Materi genetik atau gen yang berupa kumpulan asam amino disintesa di laboratorium. Untuk memasukkan gen ke tubuh digunakan pelbagai bahan pembawa yaiyu virus(vektor). Bahan itu antara lain protein yang sesuai dengan sel organ yang dituju. Materi genetik ditempelkan ke protein kemudian dimasukkan tubuh lewat mulut, injeksi maupun inhalasi (dihirup). Dalam tubuh protein akan menempel ke reseptor sel organ sehingga DNA bisa masuk ke dalam sel kanker. Sebagaimana untuk imunisasi, kemampuan bereplikasi virus dihilangkan untuk mencegah infeksi. Prosedur dan proses terapi gen Terapi genetik adalah pengobatan yang dilakukan setelah menentukan tempat yang menjadi penyebab kanker secara tepat ( tempat ini dapat berupa molekul protein dalam sel tumor, dan juga dapat berupa bagian dari gen ), lalu dirancang obat yang efektif untuk pengobatan jenis tumor tersebut, setelah obat masuk ke dalam tubuh akan secara otomatis memilih tempat yang menjadi penyebab kanker dan membunuh sel tumor, tanpa merusak atau mempengaruhi jaringan normal sekitarnya. Tahap-tahap medis dalam terapi gen menggunakan gen HSV-tk untuk mematikan sel-sel kanker melalui suatu pendekatan in vivo (di dalam organisme hidup) karena sel sisa tumor oleh penyakit kanker tidak dapat dipindahkan secara total dari tubuh, secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: 

Operasi pembuangan bagian sel tumor dari penyebab kanker yang dapat dibuang dari organ tubuh.



Pemasukan sel penghasil vektor yang membawa gen pembunuh (gen HSV-tk) secara injeksi atau implantasi sisa tumor yang tidak dapat dibuang dari organ tubuh. 1. Pengantaran “gen pembunuh” (gen HSV-tk) secara selektif ke sel-sel kanker memerlukan vector suatu retrovirus (virus berselubung yang genomnya berupa RNA untai tunggal) 2. Di dalam vektor retrovirus yang akan digunakan untuk membawa gen HSV-tk ke dalam sel kanker, beberapa “gen non-esensial”, mengkode protein-protein capsid, enzim-enzim untuk replikasi serta protein-protein pada selubung, digantikan oleh gen HSV-tk. 3. VPC berisi gen HSV-tk (vektor retroviral rekombinan ) yang mengode suatu “prodruk” (HSV-tk) kemudian dimasukkan ke dalam sel kanker dengan cara disuntikkan. 4. Gen HSV-tk yang telah berhasil masuk ke dalam sel kanker selanjutnya terekspresi dan menghasilkan HSV-tk (enzim virus yang berperan sebagai katalisator reaksi fosforilasi). 5. HSV-tk di dalam sel kanker berubah sensitivitasnya terhadap “drug” ganciclovir (GCV) yang dimasukkan secara intra-venous (infus) ke dalam tubuh pasien. 6. GCV-P selanjutnya diubah oleh enzim kinase dalam sel menjadi ganciclovir trifosfat (GCV-PPP), suatu inhibitor poten terhadap enzim DNA polymerase. 7. Kematian sel kanker terjadi karena DNA polimerase yang memiliki fungsi vital pada proses replikasi DNA di dalam sel kanker terhambat oleh GCV-PPP. 8. Retrovirus menginfeksi hanya sel-sel yang sedang membelah, tetapi tidak menginfeksi sel-sel otak terdiferensiasi normal. 9. Selanjutnya GCV-PPP berdifusi dari sel-sel terinfeksi ke sel-sel kanker tetangga yang belum terinfeksi dan mematikan sel-sel kanker tetangga sampai semua sel-sel tumor mati.

 

Pemulihan setelah operasi serta pemeriksaan hasil menggunakan Magnetik Resonance Imaging-Scan (MRI-Scan) Pemberian ganciclovir (GCV / turunan Acyclovir untuk pengobatan infeksi virus herpes simplex) secara intra-venous sesuai dosis.

GCV merupakan turunan Acyclovir untuk pengobatan infeksi virus herpes simplex. Obat ini merupakan analog nukleosida yang dapat difosforilasi oleh kinase timidin virus menjadi bentuk GCV-monofosfat.kemudian enzim seluler dapat mengubah bentuk monofosfat itu menjadi bentuk GCV-di dan trifosfat yang bersifat toksik, dengan fungsi sebagai terminator sintesis DNA yang berarti menghambat polimerasi DNA. Resiko Terapi Gen 1) Virus yang disuntikkan ke dalam tubuh bisa saja virus tersebut memasuki sel tubuh yang lain (bukan hanya sel kanker seperti yang diharapkan) dan bila mengenai sel reproduksi, maka mutasi ini akan diturunkan juga pada keturunan penderita 2) Gen yang ditransfer dan menempel pada lokasi yang salah dalam rantai DNA, bisa menimbulkan mutasi genetik yang berbahaya merusak DNA, bahkan kanker jenis baru. 3) Gen yang ditransfer bila bereaksi berlebihan di lingkungan barunya (sel kanker) sehingga akan menimbulkan peradangan, atau memicu reaksi pertahanan/perlawanan sel kankernya. 4) Terapi gen melalui virus vector dapat menyebabkan infeksi dan / atau peradangan dari jaringan, dan pengenalan buatan virus ke dalam tubuh dapat memulai proses penyakit lain.

Sumber : Achamadullah.2007.Penggunaan Terapi Gen Sebagai Pengobatan Kanker.Bandung : Buletin Biotehnologi dan Genetika Mulyadi, Masan.2007.Buku Patologi dan Kedokteran II.Semarang : PT.Karya Toha Putra 4. Penanganan dari Stadium Terminal Panduan Prosedur Tindakan Terapi Paliatif Pada Kanker Serviks Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya. Tujuan Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker pada stadium terminal. Upayanya adalah dengan pencegahan, deteksi dini, serta mengatasi gejala dan masalah psikososial. Indikasi Pedoman terapi paliatif sebaiknya digunakan untuk meningkatkan harapan hidup dan terapi antikanker paliatif jika prognosis hidupnya tinggal 1 tahun atau kurang. Indikator yang potensial adalah pasien pada akhir tahun masa hidupnya termasuk penurunan keadaan umum (ECOG >3 atau karnofsky 50) hiperkalsemia, metastasis ke SSP, sindrom vena kava superior, kaekeksia, efusi ganas, gagal hati, gagal ginjal, atau kondisi komorbiditas lain yang berat. Kriteria skrining terakhir adalah permintaan khusus untuk terapi paliatif. Kontraindikasi Pasien atau keluarga menolak. Prosedur Tindakan Manajemen yang dilakukan adalah: - Perawatan untuk mencegah timbulnya gejala serta keluhan klinis, dan langkah-langkah untuk mengatasinya - Penanggulangan nyeri - Penanganan praktis masalah klinis perawatan paliatif - Memberikan dukungan emosional, sosial, dan spiritual Perawatan untuk mencegah timbulnya gejala serta keluhan klinis, dan langkah-langkah untuk mengatasinya: 1. Nutrisi - Melakukan intervensi program pengaturan nutrisi yang adekuat untuk mengurangi gejala penyakit, meningkatkan kenyamanan, mencegah atau sebagai terapi malnutrisi. - Manajemen nutrisi yang diberikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara mengurangi gejala hipoproteinemia dan mengurangi edema perifer sehingga dapat memaksimalkan stamina. - Mempertimbangkan: cara pemberian makanan, masalah psikologis dan klinis, serta yang penting adalah ekonomis. Cara pemberian bila memungkinkan adalah enteral dan bila tidak

adalah parenteral. Pemberian deksametason atau progesteron sebagai stimulasi nafsu makan dapat dipertimbangkan walaupun hasilnya sangat terbatas. 2. Terapi oksigen Memberikan wawasan tentang pemanfaatan - Memberikan petunjuk teknis perawatan peralatan oksigenasi

oksigen

secara

efektif

3. Pengobatan simtomatik - Pendekatan terhadap keluhan nyeri ataupun keluhan lainnya, berdasarkan tahapan eveluasi berkala pada pasien - Terapi individu: bisaberupa terapi fisikatau psikologis, dan farmakologis ataupun nonfarmakologis - Supervisi: pencatatan rencana terapi, riwayat terapi, perjalanan penyakit, hasil evaluasi, dll. 4. Rehabilitasi - Membawa dan membimbing penderita untuk mencapai pemenuhan kualitas hidup sampai akhir hayatnya - Melakukan upaya reintegrasi dari kondisi fisik, psikis, sosial, dan spiritual untuk menuju kesatuan yang harmonis sehingga adaptasi terhadap kehidupan setelah mengalami sakit atau trauma dapat diperoleh 5. Psikoterapi - Melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya gangguan psikososial Sumber : Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Apa akibatnya bila kanker sudah stadium lanjut ? Kanker tentunya sudah menyerang dan menyusup, mengakar ke organ dan jaringan penting atau vital sekitar dia tumbuh, lalu merusaknya tanpa peduli sedikitpun. Selain itu kanker juga menyebar ke tempat jauh seperti ke paru-paru, liver , tulang, otak dan lainnya melalui pembuluh getah bening ataupun pembuluh darah. Rasa sakit akan timbul bila kanker makin membesar ukurannya karena peregangan , bisa juga karena saraf-saraf tepi di daerah tersebut sudah terserang kanker. Perdarahan akan terjadi bila pembuluh darah sudah termakan kanker atau bisa karena pembuluh darah baru yang dibentuk oleh kanker yang bersifat rapuh menjadi pecah karena tekanan atau trauma ringan. Bau busuk terjadi karena kanker memerlukan makanan yang banyak untuk pertumbuhannya. Pada suatu keadaan dimana ukurannya sudah demikian besar, maka pada bagian tengah kanker tidak mendapat makanan yang cukup, akibatnya bagian tengahnya mengalami nekrosis atau membusuk, kemudian pecah dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Selain itu ada juga jenis kanker yang memang sifat dasarnya mengeluarkan bau yang tak sedap. Bila kanker sudah menyerang ke paru-paru dan selaput paru juga sudah terkena, maka akan keluar dan terkumpul cairan di rongga paru yang tidak dapat diserap lagi seperti pada paru-paru normal, akibatnya penderita sesak nafas. Bila kanker menyebar ke tulang, maka tulang tersebut dapat hancur dimakan kanker. Bisa menyebabkan nyeri pada tulang yang terkena, bisa adanya gangguan pergerakan , sampai kelumpuhan . Penyebaran kanker ke tempat lain akan menyebabkan adanya keluhan yang sesuai dengan fungsi organ yang terkena tersebut, contohnya bila menyerang mata, maka akan terjadi gangguan penglihatan.

Pada keadaan-keadaan tersebut diatas, untuk mencapai kesembuhan sudah tidak memungkinkan. Oleh karena itu diupayakan agar keluhan atau gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan akibat pertumbuhan kanker tersebut dapat diobati. Bila ada perdarahan maka harus dihentikan, dan bila kekurangan darah dapat ditambah dengan transfusi darah. Bila ada borok yang sangat berbau maka sedapat mungkin borok itu dihilangkan. Bila ada cairan di rongga paru yang menyebabkan sesak, maka cairannya harus dikeluarkan agar sesak berkurang. Bila rasa sakit tidak dapat ditahan maka harus diberi obat penghilang rasa sakit. Semua itu adalah upaya pengobatan paliatif, agar minimal penderita dapat melakukan aktivitas kesehariannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Berbagai cara pengobatan paliatif dapat dipilih berdasarkan indikasi penyakit kanker, kemampuan penderita keluarga dan sarana yang ada. Dapat dengan cara penyinaran atau radioterapi misalnya pada kanker dengan borok , kanker dengan perdarahan , atau pada kanker dengan nyeri tulang yang hebat. Sayangnya sarana ini belum ada di Pontianak. Bila tidak ada radioterapi, dapat dengan cara operasi untuk kasus yang memang masih memungkinkan dan dapat dioperasi. Alternatif lain dengan cara kemoterapi atau terapi hormon . Pada kondisi tertentu atau yang sering disebut stadium terminal, artinya penderita tidak memungkinkan mendapatkan pengobatan tersebut karena keadaannya yang sudah terlalu lemah , maka dapat saja dirawat dirumah berkumpul dengan keluarga untuk mempersiapkan penderita kanker ini mengakhiri hidupnya tanpa penderitaan . Sumber : PENGOBATAN PALIATIF PADA PENDERITA KANKER dr. Yusuf

5. Macam Program Preventif

Pencegahan Primer adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi paparan karsinogenik dan faktor resiko pada setiap individu serta meningkatkan resistensi mereka dengan program seperti imunisasi atau penyuluhan kesehatan dan mencegah individu mencapai Event A. Pencegahan Sekunder (aplikasi selama fase Pre Klinik) adalah deteksi awal dan penanganan penyakit secara dini. Aktivitas screening merupakanan komponen yang penting. Dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan sadari oleh setiap individu. Pada poin B indikasi poin pada waktu penyakit pertama kali terdeteksi dengan skrinning. Pencegahan Tersier (pada fase klinik) adalah dengan menggunakan program perawatan, pengobatan dan rehabilitasi untuk perbaikan hasil penyakit yang berefek pada setiap individu. Sumber : Kuliah Pakar IKM UGM Kondisi di mana operasi profilaksis dapat mencegah kanker Pokok KONDISI

ASOSIASI KANKER

PROPHYLAC TIC BEDAH

Kriptorkismus

Testis

Orchiopexy

Poliposis coli

Usus Besar

Kolektomi

Kanker usus besar keluarga

Usus Besar

Kolektomi

Ulserative kolitis

Usus Besar

Kolektomi

MEN tipe 2 dan 3

Kanker tiroid meduler

Tiroidektomi

Kanker payudara familial

Payudara

Mastektomi

Kanker ovarium familial

Indung telur

Ooforektomi

Sumber : Kuliah Pakar Prinsip Onkologi Bedah, dr. Asri Sp.B Langkah Pemeriksaan Sadari 1. Berdirilah tegak menghadap cermin dalam kondisi terang. Amati jika adanya perubahan pada bentuk, permukaan kulit payudara, terjadi pembengkakan, atau perubahan pada bagian puting. 2. Angkat kedua lengan dan letakkan di belakang kepala. Setelah itu, dorong siku ke depan dan amati payudara Anda. Dorong juga siku ke belakang dan amati bentuk serta ukuran payudara. Ketika melakukan gerakan ini, otot dada akan berkontraksi. 3. Letakkan kedua tangan pada pinggang, lalu condongkan bahu ke depan. Kembali dorong kedua siku ke depan dengan kuat sehingga membuat otot dada berkontraksi. Amati apabila terdapat perubahan pada payudara Anda. 4.Angkat lengan kiri ke atas dan tekuk siku. Sementara itu, gunakan tangan kanan untuk meraba dan menekan area payudara. Cermati seluruh bagian kedua payudara dan raba hingga ke area ketiak. Raba lah dengan gerakan lurus dari atas ke bawah payudara dan sebaliknya. Kemudian lakukan gerakan melingkar di payudara. Lakukan juga dengan gerakan lurus dari tepi lingkaran payudara ke daerah puting dan sebaliknya. 5.Cubit kedua puting. Lalu, cermati apakah ada cairan yang keluar dari puting payudara Anda. 6. Lakukan dalam posisi tidur. Letakkan bantal di bawah pundak kanan dan angkat lengan kiri ke atas. Kemudian amati payudara sebelah kanan sambil melakukan gerakan meraba seperti langkah keempat. Gunakan jari-jari Anda untuk tekan seluruh bagian payudara hingga daerah ketiak. Lakukan pula pada payudara sebelah kiri. Langkah pemeriksaan kanker payudara sendiri ( SADARI ) ini sebaiknya dilakukan 1 sampai 3 bulan sekali dan sebaiknya pemeriksaan dilakukan antara 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi. Sebab, saat itu kepadatan payudara sedang berkurang. Untuk yang telah menopause, lakukan SADARI ( pemeriksaan payudara sendiri ) pada tanggal yang sama setiap bulan atau tiga bulan sekali.

Dan ketika anda mendapati adanya perubahan pada payudara anda yang mengarah kepada gejala kanker payudara maka segera lakukan pemeriksaan serta konsultasi kepada dokter sehingga segala bentuk atau dampak buruk dari gejala tersebut dapat segera diatasi. Deteksi Dini Kanker Payudara Dalam dekade terakhir penanganan kanker payudara telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti. Di negara maju angka kematian akibat kanker payudara telah menurun 40%. Hal ini terjadi karena kanker payudara telah dapat ditemukan lebih dini, sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Di negara maju tersebut ‘program deteksi dini’ telah menjadi suatu keharusan. Program ‘Deteksi Dini Kanker Payudara’ yang dianjurkan oleh American Cancer Society

Dengan ditemukannya kanker payudara dalam stadium yang lebih dini, harapan sembuh akan lebih besar dan wanita tidak perlu kehilangan payudara (Cancer Journal 77/I, January 15, 1996: pada stadium dini tingkat keberhasilan pengobatan kanker payudara mencapai 95,1%). Pemeriksaan Payudara Oleh Dokter Dokter yang terlatih mempunyai kepekaan yang lebih tinggi dalam mengetahui adanya kelainan pada payudara. Umumnya benjolan yang dapat diraba oleh dokter berukuran lebih dari 1 cm, sedikit lebih kecil dari yang dapat dirasakan oleh penderita. Berbeda dengan di negara barat, data di RS.Onkologi Surabaya menunjukkan wanita Asia terkena kanker payudara pada usia lebih muda, sehingga dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter 6 bulan sekali. Bila dokter tidak menemukan adanya kelainan dalam payudara, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan mammografi (skrining mammografi). Sedangkan bila ditemukan kelainan, maka akan dirujuk ke dokter bedah dan dilakukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan jenis kelainannya Skrining Mammografi Mammografi adalah foto payudara dengan sinar X dosis rendah. Pada mammografi dapat dilihat gambaran payudara secara keseluruhan.

Tujuan Skrining Mammografi: Mendeteksi kelainan yang belum teraba (ukuran kurang dari 10 mm) Memberikan gambaran yang khas pada kelainan tertentu (jinak atau ganas) Persiapan Skrining Mammografi: Tidak dalam keadaan hamil Daerah payudara dan ketiak, bebas dari bedak dan parfum Mammografi dilakukan 7-10 hari setelah selesai menstruasi Hasil Pemeriksaan Mamografi Hasil Skrining Mammografi Akan Menunjukkan Apakah: 1. Payudara normal (tidak ditemukan kelainan) Akan dianjurkan untuk kembali melakukan deteksi dini 1 tahun lagi (sesuai petunjuk dokter) 2. Terdapat kelainan yang tidak ganas Akan dilakukan pemeriksaan tambahan, yaitu USG (Ultra Sonografi) payudara untuk memastikan jenis kelainannya (padat atau berisi cairan) 3. Terdapat kelainan yang mungkin ganas pada payudara (suspicious/ dicurigai) Pada keadaan ini diperlukan tindakan khusus untuk kepastian diagnosa o o

Biopsi (pengambilan jaringan dengan jarum khusus) atau dengan tuntunan USG Prosedur lokalisasi (pengambilan jaringan dengan Hook Wire dan Stereotactic Aparatus) dengan tuntunan mammografi.

Gambar panah menunjukkan tumor dalam foto mammografi yang tidak teraba. Prosedur Deteksi Dini Kanker Payudara SADARI Periksa Payudara Sendiri LIHAT

Berdirilah di depan cermin dengan posisi seperti pada gambar. Kedua lengan tergantung lemas di sisi tubuh. Lihat: Apakah kedua payudara simetris? Adakah penonjolan/ lekukan/ tarikan pada kulit? Adakah perubahan warna kulit? Apakah puting payudara tertarik masuk?

Angkat kedua tangan anda ke atas kepala, kemudian turunkan perlahan. Lihat: Apakah kedua payudara bergerak bersama dengan tarikan lengan? Atau salah satu payudara tampak tertinggal?

Bertolak pinggang dan tekan kedua tangan pada pinggul untuk mengencangkan otot dada. Lihat: Adakah perubahan bentuk? Adakah penonjolan/ penarikan/ lekukan pada kulit? RASAKAN

Berbaringlah dengan beralas bantal tipis pada bahu pada sisi payudara yang akan diperiksa dan letakkan lengan di belakang kepala

Gunakan sisi datar jari-jari tangan yang berlawanan dengan sisi payudara yang akan diperiksa dan tekanlah dengan lembut, usahakan agar seluruh area payudara terperiksa

Akhirnya turunkan lengan anda sejajar tubuh dan rasakan kekenyalan payudara yang terletak di lipatan ketiak. Ulangi pemeriksaan pada sisi yang lainnya. Sumber : Terakreditasi penuh tingkat copyright 2015 Rumah Sakit Onkologi Surabaya

dasar

(No:

YM.01.10/III/5889/10)

6. Jenis-jenis Kemoterapi yang dilakukan pada Ca Payudara Ada beberapa kasus dimana kemoterapi dapat digunakan. Kemoterapi ajuvan: Kemoterapi ajuvan diberikan pasca operasi pembedahan untuk jenis kanker payudara yang belum menyebar dengan tujuan untuk mengurangi risiko timbulnya kembali kanker payudara. Bahkan pada tahap awal penyakit ini, sel-sel kanker dapat melepaskan diri dari tumor payudara asal dan menyebar melalui aliran darah. Sel-sel ini tidak menyebabkan gejala, mereka tidak muncul pada sinar-X, dan mereka tidak dapat dirasakan pada saat pemeriksaan fisik. Tetapi jika mereka memiliki peluang untuk tumbuh, mereka bisa membentuk tumor baru di tempat lain dalam tubuh. Kemoterapi ajuvan dapat diberikan untuk mencari dan membunuh sel-sel ini. Neoadjuvant kemoterapi: Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi disebut kemoterapi neoajuvan. Manfaat utamanya adalah untuk mengecilkan kanker yang berukuran besar sehingga mereka cukup kecil untuk operasi pengangkatan (lumpektomi). Keuntungan lain yang mungkin adalah bahwa dokter dapat melihat bagaimana kanker merespon kemoterapi. Jika tumor tidak menyusut, maka obat yang berbeda mungkin diperlukan. Sejauh ini, tidak jelas bahwa kemoterapi neo-ajuvan meningkatkan kelangsungan hidup, tetapi setidaknya bekerja juga sebagai terapi ajuvan paska operasi. Kemoterapi untuk kanker payudara stadium lanjut: Kemo juga dapat digunakan sebagai pengobatan utama untuk wanita dengan kanker yang telah menyebar di luar payudara dan daerah ketiak pada waktu ditemukan, atau jika kankernya menyebar setelah pengobatan pertama. Bagaimana kemoterapi diberikan? Dalam banyak kasus kemoterapi bekerja lebih baik, dalam bentuk oplosan (lebih dari 1 jenis obat). Dokter memberikan kemoterapi dalam siklus/putaran, diikuti masa jedah/istirahat. Intervalnya sekitar 2 atau 3 minggu dan bervariasi sesuai dengan obat atau kombinasi obat yang digunakan. Periode

pengobatan total biasanya berlangsung selama 3 sampai 6 bulan. Pengobatan kemoterapi mungkin lebih lama lagi untuk kanker payudara stadium lanjut. Densitas dosis kemoterapi: Dokter telah menemukan bahwa memberikan siklus kemoterapi lebih dekat bersama-sama dapat menurunkan kemungkinan kanker kembali dan meningkatkan kelangsungan hidup pada beberapa perempuan. Hal ini biasanya berarti memberikan kemoterapi sama yang biasa diberikan setiap 3 minggu, menjadi setiap 2 minggu. Obat yang bernama faktor pertumbuhan (growth factor) juga diberikan untuk membantu meningkatkan jumlah sel darah putih. Pendekatan ini dapat mengakibatkan efek samping lebih banyak dan lebih sulit untuk diambil, sehingga hanya digunakan untuk pengobatan ajuvan pada wanita beresiko tinggi kankernya kambuh kembali. Kemungkinan efek samping kemoterapi Efek samping kemoterapi tergantung pada jenis obat yang digunakan, jumlah yang diberikan, dan lama pengobatan. Anda dapat mengalami beberapa efek samping jangka pendek, seperti: o o o o o o o o

rambut rontok sariawan hilangnya nafsu makan mual dan muntah risiko tinggi infeksi (dari rendah jumlah sel darah putih) perubahan dalam siklus haid (ini bisa menjadi permanen) mudah memar atau pendarahan (dari jumlah trombosit darah rendah) menjadi mudah lelah (karena rendahnya jumlah sel darah merah atau alasan lain)

Sebagian besar efek samping ini hilang pada saat pengobatan selesai. Misalnya, rambut anda akan tumbuh kembali dan jumlah darah akan kembali normal. Jika Anda memiliki masalah dengan efek samping, beritahukan dokter Anda. Perubahan siklus menstruasi sebagai efek samping kemoterapi: Bagi wanita muda, perubahan pada periode menstruasi adalah efek samping lain yang mungkin dari kemoterapi. Efek samping permanen dapat mencakup perubahan menopause lebih awal dan tidak dapat hamil (infertilitas). Tapi berada dalam kemoterapi tidak selalu dapat mencegah kehamilan dan hamil pada saat kemoterapi dapat menjurus ke arah cacat lahir. Jika Anda ingin berhubungan seks, Anda harus mendiskusikan perihal pengendalian kelahiran dengan dokter kanker Anda. Jika Anda sedang hamil ketika Anda terkena kanker payudara, Anda masih dapat diobati. Kemo dapat secara aman diberikan selama 2 trimester terakhir kehamilan. Neuropati: Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati kanker payudara dapat merusak saraf. Hal ini kadang-kadang dapat menyebabkan gejala (terutama di tangan dan kaki) seperti nyeri, terbakar atau kesemutan, sensitive terhadap dingin atau panas, atau kelemahan. Dalam kebanyakan kasus ini akan hilang setelah pengobatan dihentikan, tapi mungkin bisa bertahan lama pada beberapa wanita. Kerusakan Hati: Beberapa obat dapat menyebabkan kerusakan hati jika digunakan dalam periode yang panjang atau dalam dosis tinggi. Dokter berhati-hati untuk mengontrol dosis obat-obatan dan memberi perhatian atas tanda-tanda masalah. Kemo otak: Banyak wanita yang pernah dikemo mengamati perubahan konsentrasi dan memori. Hal ini sering disebut "kemo otak." Ini mungkin bertahan lama. Namun, kebanyakan wanita berfungsi dengan baik setelah kemo. Dalam studi yang telah menemukan kemo otak sebagai efek samping pengobatan, kebanyakan gejala ini berlalu dalam beberapa tahun. Peningkatan resiko leukemia: Sangat jarang, tahun-tahun setelah pengobatan kanker payudara, obat kemoterapi tertentu dapat menyebabkan kanker lain yang disebut leukemia myeloid akut (AML). Tetapi bagi sebagian besar wanita, manfaat dari melawan kanker ini jauh lebih besar daripada resiko ini. Merasa kurang fit atau lelah: Banyak wanita tidak merasa sehat setelah kemo seperti sebelumnya. Kelelahan ekstrim dapat menjadi masalah yang muncul dalam periode lama bagi para wanita yang menjalani kemo. Ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun, namun dapat dibantu. Bicaralah dengan dokter Anda jika hal ini terjadi.

1. Inhibitor Mitosis Inhibitor mitosis berasal dari divat alkaloid tanaman dan produk alam lainnya. Kemoterapi jenis ini bekerja dengan cara menghentikan proses mitosis dan menghambat reproduksi sel. Kemoterapi jenis ini dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam kanker. 2. Antibiotik Antitumor Antibiotik antitumor, seperti anthracyclines, adalah antibiotik yang ditujukan untuk menyerang tumor. Kemoterapi jenis ini memiliki cara kerja dengan memengaruhi enzim yang terlibat dalam proses replikasi DNA. Namun menurut American Cancer Society dosis tinggi anthracyclines dapat merusak jantung secara permanen. 3. Agen Alkylating Cara kerja agen alkylating adalah dengan merusak DNA sel kanker secara langsung, sehingga mencegah sel kanker berkembang biak dan efektif untuk semua fase siklus sel. Agen Alkylating dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker, termasuk penyakit Hodgkin, multiple myeloma, leukemia akut dan kronis, lymphoma, kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker ovarium. Kerja alkilator melalui pembentukan ion karbonium atau komplek lain yang sangat reaktif Ikatan kovalen (alkilasi) akan terjadi dengan berbagai nukleofilik dalam tubuh Efek sitotoksik maupun efek sampingnya berhubungan langsung dengan terjadinya alkilasi DNA dalam sel  kerusakan pada fungsi DNA. Tipe alkilator Alkyl sulfonate Derivat Ethylenimine Garam logam Nitrogen mustard

Nitrosurea Triazene

Obat Busulfan Thiotepa Carboplatin(Carbosin®), cisplatin(Platosin®), oxaliplatin Chlorambucil, cyclophosphamide, estramustine, ifosfamid, mechlorethamine, melphalan Carmustine, Iomustine, streptozocin Dacarbazine, temozolamide

4. Antimetabolites Antimetabolites digunakan untuk mengobati berbagai jenis leukemia, serta tumor yang ditemukan di saluran payudara, ovarium, dan usus.

Cara kerja antimetabolites adalah dengan merusak sel-sel kanker selama fase S, sehingga tidak memungkinkan sel kanker untuk hidup atau berkembang. Antipurin dan antipirimidin mengambil tempat purin dan pirimidin dalam pembentukan nukleosida. Metabolisme purin dan pirimidin lebih tinggi pada sel kanker lebih tinggi dibandingkan sel normal, sehingga hambatan sintesis DNA sel kanker lebih dari terhadap sel normal. Antagonis folat menghambat dihidrofolat reduktase, enzim yang mengkatalis dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat merupakan metabolit aktif dari asam folat yang berperan sebagai kofaktor penting dalam berbagai reaksi transfer satu atom karbon pada sintesis protein dan asam nukleat. Tipe

Obat

Antagonis purin

Cladribine, mercaptopurine, clofarabine, fludarabine, nelarabine

Antagonis pirimidine

Azacitdine, capecitabine, cytarabine, decitabine, fluorourasil, gemcitabine

Antagonis folat

Metotrexate, pemetrexed, raltitrexed, trimetrexate

5. Kortikosteroid

Kortikosteroid sering digunakan untuk mencegah muntah atau reaksi alergi yang berhubungan dengan kemoterapi. Namun, American Cancer Society juga menyebutkan bahwa kortikosteroid juga terkadang dapat digunakan untuk langsung membunuh sel kanker atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi jenis ini terdiri dari hormon alami dan obat yang menyerupai hormon.[]

Alkaloid Vinka Jenis ini berikatan secara spesifik dengan tubulin, komponen protein mikrotubulin, spindel mitotik, dan memblok polimerisasinya Akibatnya terjadi disolusi mikrotubulus, dan sel terhenti dalam metafase (spindle poison) Sumber : Kemoterapi Kanker Payudara, dr.CahyoNovianto,MSi.Med,SpB(K)Onk 7. Jelaskan tentang Terapi Hormonal

HORMON REPLACEMENT THERAPHY (HRT) Definisi TSH/HRT merupakan terapi hormon dalam bentuk kombinasi antara estrogen dan progestin atau hanya estrogen. Terapi hormonal digunakan untuk menangani gangguan fungsi reproduksi seorang wanita dalam bidang gynekologi tetapi juga bidang obstetri. Penggunaan Hormon sebagai terapi: 1. Terapi substitusi Adalah penggantian hormon yang tidak dibentuk oleh penderita dengan hormone dari luar. Pemberian hormon terapi ini bukan untuk menyembuhkan tetapi untuk mengurangi keluhan yang ada. Pemberian cara ini lama dan dapat berlangsung seumur hidup. Contoh: terapi estrogen atau estrogen-progesteron untuk wanita menapous. 2. Terapi stimulasi Adalah memacu alat tubuh untuk meningkatkan produksi hormonnya. Cara ini tidak hanya dipakai untuk keperluan pengobatan, tetapi juga untuk diagnosis (test fungsional). Contoh: penggunaan hormone gonadotropin untuk keperluan diagnosis dan terapi untuk merangsang ovarium sehingga alat tersebut membentuk estrogen dan progesteron. 3. Terapi inhibisi Adalah pemberian hormon pada hiperfungsi suatu kelenjar endokrin atau menekan fungsi yang tidak diinginkan. Contoh: inhibisi ovulasi dengan memberikan kombinasi estrogenprogesteron pada kontrasepsi pil. 4. Cara pemberian a. Per Oral b. Per Parenteral c. Topikal berupa krim atau pesarium d. Transdermal berupa plester e. Penanaman pellet estrogen (implant) 5. Syarat-syarat sediaan hormone yang dipakai a. Tidak merugikan atau menyebabkan kelainan pada janin jika wanita hamil b. Tidak menyebabkan efek samping atau reaksi alergik c. Daya kerja dapat ditentukan d. Kemurnian kimianya dapat dijamin

e. Dosis harus berdasarkan atas berat badan atau kesatuan standar biologic f. Tidak mudah rusak dan tidak seberapa mahal g. Cara pemberian yang mudah TERAPI HORMONE ESTROGEN 1. Pengertian Estrogen adalah hormon seks yang mengendalikan siklus haid, pertumbuhan dan fungsi rahim dan dinding rahim, dan cirri seks sekunder (seperti perkembangan payudara, sekresi vagina, dan gairah seks). Hormon ini dibagi menjadi dua yaitu: a. Estrogen alamiah seperti estradiol, estriol, dan estron b. Estrogen sintetik seperti etinil estradiol, mestranol, dan sebagainya. Estrogen sintetik yang tidak memiliki sifat steroid adalah klomifen sitrat dan siklofenil. Estrogen dibentuk pada: a. Fase folikuler b. Fase luteal c. Kelenjar suprarenal d. Jaringan lemak e. System saraf pusat 3. Manfaat estrogen secara fisiologis a. Memicu pertumbuhan payudara b. Poliferasi endometrium c. Meningkatkan kerja organ seperti uterus, tuba dan vagina d. Perubahan selaput lendir, memperbanyak sekresi, meningkatkan asam laktat pada vagina. e. Merubah konsistensi lendir serviks 4. Khasiat pemberian Estrogen Khasiat estrogen pada masing-masing organ adalah : a. Ovarium : memicu pematangan folikel dan ovum b. Uterus : memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus c.

Vagina : menyebabkan perubahan selaput lendir vagina, memperbanyak sekresi, dan meningkatkan kadar glikogen

d. Serviks : memperbanyak sekresi seluler serviks, mengubah konsentrasi lendir pada saat ovulasi e. Payudara : menyebabkan terjadinya proliferasi pada mammae 5. Kontraindikasi Penggunaan Estrogen Sintetik Untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi selama penggunaan estrogen perlu terlebih dahulu kontraindikasi pemberian estrogen antara lain : a. Kontraindikasi Absolut antara lain : Kehamilan, Tromboemboli, Tromboflebitis, Riwayat appoleksi cerebral, Gangguan sirkulasi darah perifer, Gangguan fungsi hati berat, Sindrom Dubin Johnson dan Rator, Anemia hemolitik, Tekanan darah diatas 160/95mmHg, Diabetus mellitus, Karsinoma mammae dan endometrium, Melanoma, Hodgkin disease, semua jenis tumor yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh estrogen, perdarahan pervaginam, migren yang berhubungan dengan siklus haid. b. Kontraindikasi Relatif antara lain : Penyakit hati akut maupun kronik, penyakit saluran empedu, Pankreatis, Edema, Diabetus mellitus, Mastopati, Hiperplasia endometrium, Varises, Laktasi, Siklus haid, Wanita yang kurang bergerak, dan sebagainya. 6. Indikas Penghentian Segera Penggunaan Estrogen antara lain : Kehamilan, Perdarahan pervaginam yang banyak, sakit yang hebat dan mendadak, Alergi, Varises, 6 minggu sebelum perencanaan suatu tindakan operatif. 7. Penggunaan Estrogen dalam Pengobatan a.

Pada hipoplasia genetalis, estrogen sering kali diberikan dengan harapan bahwa alat-alat genetalia dapat tumbuh normal dan berfungsi normal

b.

Penggunaan estrogen pada disgenesis ovarii (sindrom tumer) merupakan pengobatan penting

c.

Untuk mencegah laktasi setelah partus dengan memberikan estrogen per Os selama 1 minggu

d. Sebagai kontrasepsi baik sendiri maupun dikombinasi dengan progesteron e. Pada wanita dengan dismenorea primer diberi terapi kombinasi estrogen + progesteron f. Menghentikan perdarahan disfungsional dengan meningkatkan kadar estrogen dalam darah g. Pengobatan sindroma klimaterik h. Pengobatan kasus I gangguan haid dengan dikombinasi estrogen + progesteron. TERAPI HORMON GESTAGEN

Pengertian : Gestagen adalah hormon steroid yang menyebabkan terjadinya transformasi sekretorik pada endometrium dan sekaligus mempertahankan kehamilan.Progesteron adalah hormone steroid seks dengan 21 atom C yang pada pemberian per Oral sangat cepat dimetabolisme oleh hati, sehingga untuk keperluan terapi harus diproduksi secara sintetik. Gestagen dibagi menjadi 2 yaitu : a.

Gestagen alamiah yaitu progesteron

b.

Gestagen sintetik yaitu turunan nortestosteron turunan progesteron.

Fungsi Fisiologis Progesteron antara lain : a.

Perubahan sekretorik pada endometrium

b.

Mengurangi kontraksi miometrium

c.

Rangsangan terhadap pusat panas

Kekuatan gestagen sintetik terhadap reseptor uterus pada manusia. Cara yang dapat untuk menilai khasiat gestagen sintetik dengan memudarkan siklus haid, dosis transformasi dan menghambat ovulasi. Kontaindikasi absolut pemberian gestagen sintetik : Kehamilan, hemolisis darah tumor yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh progesteron, melenomia, perdarahan pervaginam, anemia kronik. Khasiat pemberian progesteron Adapun khasiat progesteron pada masing-masing organ sasaran adalah : a.

Mengakibatkan perubahan sekretorik pada endometrium

b.

Mengurangi secret, peningkatan viskositas, dan menurunkan spinnbarkeit pada serviks

c.

Mengurangi tonus sehngga kontraksi miometrium berjalan lambat, dalam kehamilan progesterone membuat uterus menjadi tenang

d. e.

Progesteron merangsang pusat panas di otak sehingga meningkatkan suhu 0.4 - 0,6 o C Pada payudara setelah pertumbuhannya dimulai oleh estrogen maka progesteron ikut serta dalam pembentukan lobules dan alveolus

f.

Mencegah pertumbuhan folikel dan terjadinya ovulasi pada ovarium.

Dasar umum dalam pemakain estrogen dan progesterone a.

Sebelum diberikan harus mengenal indikasi maupun kontraindikasinya

b.

Sebaiknya harus didahulukan jenis hormin alamiah terlebih dahulu

c.

Jenis estrogen kuat tidak boleh diberikan lebih dari 14 hari, dan jika diberikan harus selalu ditambah progesteton dengan lama pemberian 10 – 14 hari

d.

Setiap pemberian estrogen jangka panjang harus selalu dikombinasikan setelah beberapa bulan pengobatan atau setelah dosis di naikkan keluhan masih ada maka pengobatan harus dihentikan

e.

Pemberian pada wanita usia lebih dari 35 tahun harus dilakukan pengawasan yang ketat dn setiap terjadin perdarahan atipik harus dilakukan tindakan diagnostic

f.

Pemberian selalu di mulai dengan dosis rendah yang efektif dan di usahakan selalu pemberian secara siklik

g.

Tidak boleh diberikan pada wanita hamil

Penggunaan progesteron dalam pengobatan a.

Perdarahan disfungsional dapat dihentikan dengan pemberian progesteron atau derifatnya

b.

Pada amenoria patologik, progesteron diberikan sebagai withdrawal test dikenal dengan uji P, dalam usaha mencari sebab symptom tersebut

c.

Progesterone dalam kombinasi dengan estrogen atau sendiri memegang peranan penting sebagai obat untuk obat kontrasepsi

d.

Progesterone ternyata sangat bermanfaat pada pengobatan terhadap endometriosis, walaupun sekarang banyak diganti oleh obat baru yaitu Gn-RH

e.

Mastitis dapat bereaksi baik terhadap pemberian progesteron

f.

Infertilitas dapat disebabkan antara lain oleh gangguan fase luteal siklus haid

g.

Progesteron sebagai medroksi progesterone asetat atau medrogeston dapat diberikan pada penderita dengan residif karsinema endometrii atau jika timbul metastasis

h.

Progesterone sebagai medroksi progesterone asetat dapat digunakan untuk mengubah siklus haid

TERAPI ANDROGEN Pengertian : Androgen adalah hormone yang memicu pertumbuhan dan pembentukan sifat kelamin laki-laki, serta merupakan hormon steroiddengan 19 atom C. Androgen yang aktif bekerja adalah dehidrotestosteron (DHT) dan testosteron (T). selain itu ada jenis androgen lain seperti dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) sifat androgeniknya sangat lemah.pada wanita testosterone dibuat oleh ovarium (20-30%) dalam sel-sel hilus dan dalam kelenjar korteks adrenal, testosterone dihasilkan dari DHEAS 20% dan androstenedion 60%. Androstenedion memiliki kemampuan mengikat estrogen reseptor di mammae dan uterus. Androgen berperan dalam pematangan folikel dan penapisan folikel dominan. Folikel-folikel yang cairannya banyak mengandung androgen tidak dapat tumbuh lebih lanjut (atresia). Antiandrogen telah dipastikan

memperlambat proses terjadinya atresia. Produk metabolism androgen yaitu androstenedion dan etikonolon. - Dehidroepiandrosteron Sulfat : DHEA dan DHEAS akan diubah mejadi estrtogen (estron dan estradiol) sehingga pada wanita hiperplasia endometrium akan dijumpai kadar DHEA 100% dan DHEAS 85% serta testosteron 100%. Androgen akan meningkat yang berasal dari tumor sedangkan adenoma dan karsinoma adrenal akan mengeluarkan DHEAS. - Androgen dalam Pengobatan :Androgen sudah tidak dianjurkan lagi sebagai terapi, namun terapi androgen dalam pengibatan dapat mengatasi gangguan libido, menghilangkan rasa cemas, perasaan lelah, dan meningkatkan konsentrasi berfikir. Androgen hanya dapat digunakan dalam beberapa hal misalnya klimakterik dan gangguan libido. TERAPI Kortison Kortison adalah jenis glukokortikosteroid yang dinuat oleh kelenjar adrenal. Berdasarkan formula stukturnya termasuk golongan pregnan yang terdiri atas 21 atom C. penggunaan kortison ini pada penderita dengann sindroma adrogenital. ANTIESTROGEN, ANTIANDROGEN DAN ANTIGESTAGEN Beberapa jenis steroid seks yang dapat menigkatkan atau mengahambat steroid seks lain. Gestagen memiliki khasiat androgen Spirosteronasetat memiliki khasiat antiandrogen. siklofenil selain memiliki pemicuan ovulasi juga memiliki khasiat antigestagen, sedangkan klomifen dan tamoksifen memiliki khasiat antiestrogen yang dapat digunakan pengobatan kanker payudara. TERAPI HORMON GONADOTROPIN Kimia Gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang ektrasi dan isolasi dari urin wanita pasca menopause human menopause gonadotropin (hMG) dan dari urin wanita hamil human korionik gonadotropin (hCG). Sediaan hMG mengandung FSH dan elemen dengan perbandingan (UI) 75 : 75 sedangkan hCG (500, 1000, 1500, 10000) UI mempunyai khasiat LH. Mekanisme Kerja Human menopause gonadotropin (hMG) dan human korionik gonadotropin (hCG) bekerja langsung terhadap ovarium dan dapat digunakan pada wanita yang dilakukan pengangkatan hipofisis. Pemberian hMG dengan dosis yang sesuai akan memicu pertumbuhan folikel hingga saat akan terjadi ovulasi, sedangkan hCG untuk memicu pelepasan ovum. Indikasi Human menopause gonadotropin (hMG) dan dari urin wanita hamil human korionik gonadotropin (hCG) diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ovarium yang disebabkan

oleh gangguan system hipotalamus – hipofisis. Yang dapat diobati dengan menghambat prolaktin (bromokriptin). Penyulit yang terjadi pada pengobatan gonadotropin adalah a.

Sindrom hiperstimulasi ovarium

b.

Kehamilan ganda

c.

Abortus HORMON PELEPAS GONADOTROPIN DAN ANALOGNYA

Susunan asam aminonya adalah piro-asam glutamin-histidin-triptofan-serin-tirosin-glisin-leusinarginin-prolin-glisin (NH2/ LH-RH/ FSH-RH). Didalam jaringan hipotalamus kadar hormon Gn-RH sangat sedikit, sehingga sulit diekstraksi. Oleh karena itu untuk pemakaian dalam pengobatan LH-RH dibuat secara sintetik. Mekanisme Kerja Gn-RH dikeluarkan melalui hipotalamus memicu pengeluaran gonadotropin LH-FSH dihipofisis anterior, yang selanjutnya akan merangsang ovarium, sehingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel yang pada akhirnya akan diikuti ovulasi. Indikasi Digunakan untuk memicu ovulasi pada anovulasi karena kelainan sentral, selain itu untuk pengobatan amenoria gangguan hipotalamus untuk keberhasilan perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut : a.

Hipofisis harus cukup menyediakan gonadotropin

b.

Ovarium harus cukup ,enghasilkan estrogen

Efek Samping

Dugaan penyebab

Saran pengobatan

Akne,hirsustisme,

Nortestosteron

Ganti dengan sediaan 17

perubahan

suara,

kulit Testosteron

berminyak Haid

banyak,

asektosi =gestagen ganti dengan DHEAS

lendir Terlalu banyak estrogen

serviks berlebihan

Estrogen

dikurangi,

gestagen turunan Nortestosteron

Haid sedikit

Amenorea

Kekurangan gestagen

Estrogen lebih banyak

Terlalu banyak aestrogen

Gestagen dikurangi

Terlalu sedikit estrogen

Estrogen lebih banyak

Terlalu banyak gestagen

dan gestagen dikurangi

Spotting

Terlalu sedikit estrogen

Konseling saja

Kloasma

Terlalu lama pemberian Stop pemberian steroid

Sementara

Depresi dan penambahan Terlalu banyak gestagen

Kurangi

berat

dosis

badan

secara



lahan

perlahan (peningkatan

pemakaian

/

gestagen

diturunkan

nafsu

makan)

Terlalu banyak estrogen

Penambahan berat badan

Kurangi estrogen

secara tepat (retensi cairan)

Terlalu banyak estrogen

Pigmentasi kulit

Penggunaan

estrogen

pada malam hari dan Terlalu sedikit estrogen Nyeri senggama

Pemberian Terlalu banyak estrogen

Vagina

kering

hindari sinar matahari

dan

estrogen

lama/ dosis dinaikkan Kurangi gestagen, lebih

gangguan libido

dianjurkan

gestagen

Terlalu banyak estrogen

nortestosteron/ DHEAS

Mastopati, nyeri payudara

Terlalu banyak estrogen

Kurangi estrogen

Migren

Terlalu banyak estrogen

Kurangi estrogen

Pembesaran uterus

Terlalu banyak estrogen

Kurangi estrogen

Edema

Terlalu banyak gestagen

Kurangi estrogen

Mual, muntah, varikosis

Kurangi gestagen/ pakai MPA (Medrokasi Progesteron Steroid turunan

Pruritus Sumber: : 8. Evaluasi terapi pasien dan rehabilitasinya serta Terapi Nutrisi

Asetat) Stop pemberian

Evaluasi : Evaluasi adalah proses penilaian tujuan serta pengkajian ulang rencana. Evaluasi juga merupakan proses yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar / kriteria yang telah ditetapkan. Prinsip evaluasi diantarnya adalah obyektifitas : mengukur keadaan yang sebenarnya, dimana keputusannya sama dengan keputusan orang banyak. Realibilitas : ketepatan, hasil ukuran yang diperoleh bila diulang oleh orang lain hasil itu tetap sama. Validitas : mengukur dengan tepat, mengukur apa yang akan diukur sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan menggunakan kriteria pengukur yang tepat. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa : Ansietas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker) Kriteria evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2) Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, (4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif, (5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan skunder terhadap tindakan pembedahan. Kriteria evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker. Kriteria evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa: Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan cairan. Kriteria evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. (3) intake dan out put seimbang. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa : Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi. Kriteria evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan, (2) Melakukan aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa: Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologis Kriteria evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat, (2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit. Rehabilitasi : Rehabilitasi Onkologi Klinik Spesialis (ROCS)

Terapi Nutrisi : McGill Kanker Program Rehabilitasi Nutrisi 1. Mengembangkan dan mengelola gizi dan rehabilitasi program untuk pasien kanker yang menderita nafsu makan yang buruk, kekurangan gizi, penurunan berat badan, kelelahan dan hilangnya fungsi. 2. Melakukan penelitian yang bertujuan untuk memahami alasan biologis yang mendasari mengapa beberapa kanker pasien menderita gejala di atas. 3. Mendidik pasien, perawat keluarga dan kesehatan profesional dengan cara baru untuk mengelola ata gejala. Sumber : Kuliah Pakar IKM UGM 9. Program pencegahan Ca yang ada di Indonesia PROGRAM KERJA YAYASAN KANKER INDONESIA I. BIDANG PENYULUHAN DAN PENERANGAN MASYARAKAT. A. Tujuan. 1. Tujuan Umum. Mengupayakan masyarakat agar peduli dan pro aktif dalam penanggulangan kanker. 2. Tujuan Khusus. - Terlaksananya kegiatan promosi / penyuluhan kesehatan dan penyebar luasan informasi, melalui berbagai metoda dan teknologi media yang tepat guna. - Terlaksananya pengembangan materi penyuluhan kanker yang sesuai dengan sasaran dan sarana pendukungnya.

- Terlaksananya program penyuluhan kesehatan dan penerangan masyarakat secara bertahap untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian dan kesepakatan untuk pro aktif dengan perubahan perilaku dalam mencegah dan deteksi dini kanker. B. Strategi. 1. Melakukan advokasi kepada para pembuat kebijakan, DPRD, Pemda, lintas sektor, dan LSM. 2. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku sehat untuk mengurangi resiko kanker, dengan penyuluhan dan penyebaran informasi melalui multi media. 3. Mengembangkan jaringan kemitraan dengan mitra potensial seperti media massa, media iklan, LSM, dunia usaha dan organisasi profesi. 4. Menciptakan opini publik melalui kampanye yang optimal tentang pencegahan dan deteksi dini kanker. 5. Mengembangkan teknologi, metoda dan materi penyuluhan serta penerangan untuk pengembangan yang bersifat spesifik lokal disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya setempat. C. Kegiatan. 1. Advokasi kepada penentu kebijakan. Melaksanakan advokasi tentang penanggulangan dan deteksi dini kanker kepada kelompok pembuat kebijakan, DPRD, Pemda, lintas sektor, dan LSM. 2. Pengembangan Materi. Mengembangkan materi, media dan metoda serta teknologi promosi dan komunikasi atas dasar buku Informasi Dasar Tentang Kanker dan Informasi Dasar Tentang Kanker Pada Anak serta tentang penanggulangan dan deteksi dini kanker lainnya. 3. Memperluas komunikasi dan kemitraan. - Mengembangkan Forum Komunikasi dan Kemitraan dengan kelompok potensial sosial, politik, agama, professional, LSM, wanita, pemuda, dunia usaha dan media. - Menyelenggarakan forum tentang upaya penanggulangan dan deteksi dini kanker pada berbagai kelompok sasaran. - Mengadakan jaringan kemitraan dengan media massa, kelompok - kelompok profesi untuk penyuluhan dan penyebarluasan informasi tentang pencegahan dan deteksi dini kanker. 4. Kampanye. Menyelenggarakan Kampanye Lokal dalam rangka upaya penanggulangan dan deteksi dini kanker dengan menggunakan hari-hari khsusus yang dapat digunakan untuk kampanye dan promosi kesehatan seperti Hari Tanpa Tembakau, Hari Kesehatan Sedunia, Hari Kanker Nasional, dan lain-lain melalui multi media dan multi metode. 5. Pemberdayaan. Memberdayakan jajaran Yayasan Kanker Indonesia dan masyarakat yang pro aktif dalam upaya penanggulangan kanker. 6. Menyebarluaskan informasi tentang kanker melalui website (www.cancerindojogja.net) II. BIDANG PELAYANAN DAN REHABILITASI. A. Tujuan. 1. Tujuan Umum. Meningkatkan kualitas hidup penderita kanker dengan memberdayakan kemampuan masyarakat. 2. Tujuan Khusus. Terlaksananya kegiatan deteksi dini dan pelayanan pendukung. B. Strategi. 1. Memberdayakan potensi masyarakat / sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga medis, paramedik, dan sukarelawan. 2. Optimalisasi sarana dan system pelayanan yang telah ada. C. Kegiatan. 1. Klinik Deteksi Dini.

Melayani konsultasi dan pemeriksaan pap-smear 2. Sasana Marsudi Husada. Meningkatkan dan mengoptimalisasikan Sasana Marudi Husada 3. Program Sitostatika. - Melanjutkan program bantuan sitostatika sesuai kemampuan - Melanjutkan program penyaluran sitostatika dengan harga pokok YKI dengan cara memberikan resep YKI 4. Bantuan Khusus. Membantu pengobatan kanker stadium dini sesuai dengan kemampuan YKI 5. Program Hospice Home Care. Merencanakan program Hospice Home Care (HHC) dengan menggunakan pedoman dari YKI Pusat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi 6. Program Reach To Recovery. Merencanakan program Reach To Recovery dengan menggunakan pedoman dari YKI Pusat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi 7. Program Indonesia Ostomy Association (InOA). Melanjutkan Indonesia Ostomy Association (InOA) dibawah naungan YKI Cabang DIY sesuai pedoman YKI Pusat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi III. BIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI. A. Tujuan. 1. Tujuan Umum. Meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang penanggulangan kanker. 2. Tujuan Khusus. Meningkatkan pengetahuan & ketrampilan tenaga kesehatan dan non kesehatan tentang kanker. B. Strategi. 1. Kajian dan disain modul pelatihan. - Kajian pelatihan untuk kebutuhan peningkatan kualitas SDM. - Penyusunan modul pelatihan 2. Kerjasama dengan instansi terkait dan instansi pendidikan. Membangun kerjasama dengan instansi terkait serta organisasi dan lembaga pendidikan di dalam negeri dan luar negeri. 3. Inventarisasi dan penyebarluasan kegiatan pendidikan dan latihan. Melakukan inventarisasi kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan dan latihan di dalam maupun di luar negeri (UICC, APFOCC, KWF, dll). 4. Seminar dan Pelatihan. Menyelenggarakan kegiatan seminar, simposium, lokakarya, kursus dan pelatihan. 5. Kepustakaan. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kepustakaan YKI. C. Kegiatan. 1. Menyelenggarakan kursus, simposium, seminar dan pelatihan tentang deteksi dini serta penanggulanggan kanker antara lain : Inspeksi Visualisasi dengan asam asetat (IVA), Pap-Smear, untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku bagi tenaga medis dan paramedis. 2. Menyelenggarakan simposium, lokakarya, dan pelatihan tentang penanggulangan kanker bagi pekerja sosial. 3. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan ilmiah tentang onkologi bekerjasama dengan ikatan Profesi (spesialis). 4. Melengkapi perpustakaan dengan buku, majalah, jurnal, CD, dan berbagai kepustakaan

lainnya yang berkaitan dengan kanker. IV. BIDANG PENELITIAN DAN REGISTRASI KANKER. A. Tujuan. 1. Tujuan Umum. Tersedianya data dasar untuk mendukung Program YKI. 2. Tujuan Khusus. Tersedianya data dasar tentang perilaku, faktor resiko, dampak penyuluhan, deteksi dini dan obat tradisional dari 10 jenis kanker dengan prevalensi tertinggi. B. Strategi. 1. Pendekatan Kemitraan. Pendekatan kemitraan dengan Fakultas Kedokteran UGM dan Dinas Kesehatan D. I. Yogyakarta dalam hal penyelenggaraan dan pendataan penelitian. 2. Penelitian. - Melakukan penelitian sendiri - Bekerjasama dengan instansi lain - Membantu penelitian yang dilakukan oleh instansi lain (mendanai) 3. Mengembangkan Registrasi. Mengembangkan registrasi kanker di Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM dan Dinas Kesehatan D. I. Yogyakarta C. Kegiatan. 1. Penelitian. Melakukan penelitian yang berkaitan dengan perilaku, dampak penyuluhan, faktor resiko, deteksi dini, dan obat tradisional dari 10 jenis kanker prioritas. 2. Registrasi. - Memantau kegiatan registrasi pathology based, hospital based dan population based semua jenis kanker yang ditemukan. - Bersama mitra potensial memantau registrasi kanker, hospital based dan population based termasuk tindak lanjutnya. V. BIDANG ORGANISASI A. Tujuan. 1. Tujuan Umum. Meningkatkan kemampuan dan mengembangkan organisasi Yayasan Kanker Indonesia. 2. Tujuan Khusus. a. Rekonstrukturisasi Kepengurusan YKI sesuai dengan AD & ART baru. b. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kegiatan organisasi. c. Mengembangkan kegiatan Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) B. Strategi. 1. Meningkatkan koordinasi YKI Pusat dan YKI Cabang dalam pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan. 2. Memantapkan dan memperkuat kemitraan YKI dengan sektor terkait (Pemerintah, LSM, Organisasi Profesi) di dalam dan di luar negeri. C. Kegiatan. 1. Menyusun struktur organisasi sesuai dengan AD & ART . 2. Kerjasama dan koordinasi antar pelaksana kegiatan Pengurus YKI Cabang se D. I. Yogyakarta 3. Menjalin kemitraan dengan sektor terkait baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kerjasama di dalam negeri:

     

dengan beberapa Fakultas Kedokteran, seperti FKUI dengan perkumpulan profesi, seperti Perhimpunan Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Perkumpulan Onkologi Indonesia (POI) dengan Rumah Sakit Pemerintah, seperti: Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo dengan Kementerian dan Lembaga Nasional Pemerintah, seperti: Kementerian Kesehatan, BKKBN dengan perusahaan-perusahaan farmasi dan beberapa mitra lainnya.

YKI juga merupakan anggota Komisi Nasional Pengendalian Tembakau. Kerjasama dengan mitra organisasi di luar negeri antara lain: 

menjadi anggota UICC (Union Internationale Contre le Cancer / Union for International Cancer Control) yang berkedudukan di Geneve, Suisse  anggota APFOCC (Asia Pacific Federation of Organizations for Cancer Research and Control)  anggota IOA (International Ostomy Association). Fasilitas Deteksi Dini:  Vaksinasi Kanker Servix  Konsultasi dokter umum & spesialis  Pap Smear  Laboratorium sitologi  Rontgen umum  Mammografi  USG Payudara, Tiroid, Abdomen, Prostat  Kolposkopi  Biopsi Jarum Halus  Pelayanan Informasi  Konsultasi berhenti merokok.

Fasilitas Suportif: Tahun 1982 diresmikan Sasana Marsudi Husada (SMH) bagi pasien dari luar Jakarta yang perlu menjalani rawat jalan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, jika fasilitas pengobatan itu tidak terdapat di daerah tempat tinggal mereka. SMH terdapat pula di Bandung, Surabaya, Semarang , D.I. Yogyakarta, Bali, Palembang dan Banjarmasin. Pelayanan suportif lain:  Hospice

terminal

Home Care, yaitu pelayanan kunjungan ke rumah untuk pasien kanker yang sudah

 Reach

to Recovery, yaitu pelayanan untuk membantu pasien kanker payudara yang memerlukan dukungan medis, psikologis, moril, emosional, dan informasi  Indonesian Ostomy Association (InOA) adalah suatu wadah bagi para penyandang stoma (ostomate). Kegiatan InOA antara lain mendistribusikan kantong stoma bantuan dari luar negeri dan memberi pelayanan luka dan stoma  Perempuan Peduli Kanker Serviks (PPKS) yaitu pelayanan untuk membantu pasien kanker serviks yang memerlukan dukungan medis, psikologis, moril, emosional, dan informasi.  YKI menyalurkan obat sitostastika (obat anti-kanker) hanya dengan resep dokter ahli kanker (onkolog). Sumber : Yayasan Kanker Indonesia DIY Sendowo G-1B, Sleman, Yogyakarta (Kompleks UGM kearah barat) BPJS : Adapun yang termasuk program promotif preventif adalah imunisasi dasar lengkap dan vaksinasi, program Keluarga Berencana (KB), dan screening kesehatan. Khusus program terakhir yakni screening kesehatan terdiri dari diabetes mellitus, hipertensi, deteksi kanker serviks dan kanker payudara. Tanggal 4 Februari setiap tahun, diperingati sebagai World Cancer Day atau Hari Kanker SeDunia. Peringatan Hari Kanker Sedunia 2015 mengambil tema Kanker Bukan di luar Kemampuan Kita. Bertepatan dengan peringatan tersebut, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), mencanangkan Komitmen Penanggulangan Kanker di Indonesia di Kantor Kemenkes, Jakarta, Rabu (4/2). Penandatangan komitmen dilakukan bersama-sama dengan Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN), Prof. Dr. dr. Soehartati G, Sp.Rad(K)Onk.Rad; perwakilan dari organisasi profesi Wakil Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI),. Bersamaan dengan pencanangan komitmen tersebut, juga dilakukan peluncuran website kanker.kemkes.go.id yang berisi data kanker di Indonesia dan akan dikelola oleh KPKN. Isi Komitmen Penguatan Kegiatan Penanggulangan Kanker di Indonesia, yaitu: 1) Menjadikan kanker sebagai salah satu prioritas masalah kesehatan nasional; 2) Bersatu dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kanker, baik oleh pemerintah, organisasi profesi dan masyarakat; 3) Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat tentang kanker dan pola hidup sehat sebagai upaya pencegahan; 4) Merencanakan dan mengimplementasikan program kerja secara paripurna dan berkesinambungan yang mencakup deteksi dini, tatalaksana, rehabilitatif dan paliatif; 5) Mendorong terbentuknya regulasi publik yang mendukung hidup sehat hindari kanker. Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menkes mengimbau kepada jajaran kesehatan, masyarakat, dan stakeholders lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di Indonesia, dengan memberikan perhatian khusus pada: 1) Peningkatan upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan awareness masyarakat tentang kanker; 2) Pengembangan upaya deteksi dini dalam rangka menurunkan angka kematian akibat kanker; 3) Obati kanker sesuai standar, diperlukan pengawasan dan evaluasi tentang efektifitas pengobatan alternatif yang banyak ditawarkan melalui media massa maupun elektronik; 4) Peningkatan kualitas hidup pasien kanker melalui upaya paliatif yang efektif; 5) Dukungan semua elemen masyarakat dalam mengendalikan kanker secara komprehensif dan berkesinambungan. Kanker Bisa Dicegah

WHO menyatakan bahwa 43% kanker dapat dicegah. Kanker sebenarnya dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjauhkan diri dari faktor risiko terserang kanker. Terjadinya penyakit kanker terkait dengan beberapa faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, menjadi perokok pasif, kebiasaan minum alkohol, kegemukan, pola makan yang tidak sehat, perempuan yang tidak menyusui, dan perempuan melahirkan di atas usia 35 tahun. Jika kita menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka risiko atau kemungkinan untuk terserang kanker akan berkurang, kata Menkes. Perilaku yang perlu diterapkan yaitu: 1) melakukan aktifitas fisik secara benar, teratur dan terukur; 2) makan makanan bergizi dengan pola seimbang, cukup buah dan sayur; serta 3) mengelola stres dengan tepat dan benar. Untuk memudahkan, ingatlah kata CERDIK menjauhkan diri dari kanker, tandas Menkes. CERDIK merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin aktivitas fisik; Diet sehat dengan kalori seimbang; Istirahat cukup; dan Kelola stres. Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indoesia, 4 Februari 2015 10. Penanganan nyeri pada Ca Nyeri kanker sering merupakan kombinasi nyeri akibat tumornya sendiri, segala sesuatu yang berkaitan dengan tumor dan akibat pengobatan. Tempat tumbuhnya tumor adalah juga tempat berlangsungnya inflamasi, yang ditandai dengan peninggian kadar COX-2. Nyeri kanker selalu ditanggulangi dengan memberikan analgetik opiat dan non-opiat dari golongan antiinflammasi non-steroid (AINS) atau kombinasinya. Sediaan ini bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (cyclooxygenase, COX), apakah isoenzim COX-1 atau COX-2 atau keduanya, dalam pembentukan prostanoid prostaglandin (PG), prostacyclin dan tromboxan. Prostaglandin tidak hanya mampu menaikkan kepekaan nosiseptor, mediator ini juga diperlukan dalam hal keutuhan mukosa saluran cerna, fisiologi organ tubuh lainnya. Bila intensitas nyeri kanker makin meningkat (sedang sampai berat), peningkatan dosis AINS tidak diikuti dengan peningkatan khasiat analgetiknya. Peningkatan dosis dan frekwensi pemberian AINS secara linear akan meningkatkan kejadian efek samping. Pertimbangan apa saja yang harus diperhitungkan dalam pemilihan AINS sebagai antinyeri kanker? Sebagai analgetik, AINS hendaklah mampu menghambat aktivitas COX dengan hambatan COX-2 lebih besar daripada hambatan COX-1. AINS yang lebih bersifat asam akan memiliki nilai tambah dalam hal penetrasinya ke jaringan yang mengalami inflamasi. Selagi kejadian hypercoagulation selalu terjadi pada penderita kanker, AINS yang digunakan tidak memperberat hypercoagulation yang ada, misalnya peningkatan trombosis bila menggunakan AINS yang sangat selektif menghambat COX-2. AINS yang terbukti berkhasiat antipyretic akan memberikan nilai tambah, mengingat demam merupakan keluhan penyerta yang umum pada penderita kanker. Badan Kesehatan Dunia WHO menganjurkan penggabungan analgetik opiate (misalnya kodein) dan AINS terhadap penderita kanker dengan tingkat nyeri menengah sampai berat. Oleh karena biotransformasi kodein menjadi morfin sangat bergantung dengan aktivitas enzyme sitokrom P4502D6 (CYP2D6), penggunaan AINS yang tidak membutuhkan CYP2D6 merupakan sediaan pilihan.

Pendahuluan Nyeri sebagai pengalaman yang tak menyenangkan pada penderita kanker, maka dalam penanggulangannya dicapai dengan merubah pengalaman penderita sendiri. Salah satu pendekatan yang berterima adalah memberikan analgetik non-opiat. Namun analgetik opiate morfin masih tetap sebagai baku emas dalam penanggulangan nyeri kanker. Morfin harus digunakan dengan benar, termasuk pengaturan dosis morfin yang diberikan (hendaknya dibawah kadar sedasi). Bila nyeri neuropatik dijumpai pada penderita kanker dan tidak memberikan respon terhadap morfin, maka diperlukan penambahan bahan tertentu (antidepresan, antikonvulsan, gabapentin dan sebagainya). Pertimbangan apa saja yang harus diperhitungkan dalam pemilihan AINS sebagai antinyeri kanker?

1 Pastikan mampu menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2 Pannuti dkk (1999) mengkaji perbedaan khasiat analgetik dan toksisitas AINS yang lebih selektiv menghambat COX-1 ketorolak dengan yang agak selektif menghambat COX-2 diclofenak dalam menanggulangi nyeri kanker. Kedua sediaan ternyata menunjukkan khasiat analgetik dan toksisitas yang sepadan, sebagaimana ditunjukkan oleh area under the pain-intensity time curve (AUC0-8), efek maksimum,atau masa kerja ke dua sediaan. Yang menarik adalah peningkatan gangguan lambung setelah ketorolak diberikan pada mereka yang sebelumnya diterapi dengan AINS lain. Medhurst dkk (2002) mengkaji modulasi nyeri akibat kanker tulang pada hewan coba tikus. Setelah penyuntikan intra-tibia “syngeneic MRMT-1 mammary gland carcinoma cells” tumor segera merebak dan merusak tulang tikus, sementara itu secara perlahan muncul alodinia dan hiperalgesia mekanik. Pengobatan akut dengan analgetik opiat morfin secara subkutan memberikan pengurangan nyeri sesuai dengan dosis yang diberikan. Namun pengobatan akut dengan analgetik non-opiat AINS yang sangat selektif menghambat COX-2 celecoxib yang juga diberikan secara sub-kutan tidak mempengaruhi alodinia mekanik (Medhurst dkk, 2002). Dari temuan diatas, hambatan spesifik pada COX-2 tidak mampu meniadakan modulasi nyeri alodinia akibat kanker. Kemampuan menghambat aktivitas COX-1 ternyata berbeda diantara AINS. Berdasarkan laporan van Hecken dkk (2000) diketahui urut persentase hambatan aktivitas COX-1 pasca pemberian rofecoxib (1 x 12.5 mg, 7,98%), rofecoxib (1 x 25 mg, 6,65%), meloxicam (1 x 15 mg, 53,3 %), diclofenac (3 x 50 mg, 49,5 %), ibuprofen (3 x 800 mg, 88,7%) dan naproxen (2 x 550 mg, 94,9 %). 2 Sifat keasaman OAINS Sifat keasaman suatu AINS mutlak menjadi pertimbangan dalam pemilihannya sebagai analgetik anti-inflamasi pada penderita kanker. Capone dkk (2003) menyatakan bahwa sediaan AINS yang lebih bersifat asam akan memiliki nilai tambah dalam hal penetrasinya ke jaringan yang mengalami inflamasi dengan sendirinya akan memperbaiki manfaat klinis AINS bersangkutan. Sebagai contoh, ratio konsentrasi AINS bersifat asam meloxicam di cairan sinovium : plasma lebih besar pada saat inflamasi akut (0,58) dibandingkan bila tanpa ada inflamasi (0,38) (Lapicque dkk, 2000). 3 Tidak memperberat hypercoagulation yang ada pada penderita kanker Seperti telah diketahui bahwa keadaan hyprecoagulable dapat sebagai akibat penyakit cancernya sendiri, yaitu inflammation, protein abnormal dan stasis serta terapi anticancer, pembedahan, kemoterapi dan terapi hormone (Caine dkk, 2002). Sediaan yang sangat selektif menghambat COX-1 (COX-1 inhibitor, seperti asetosal) akan menghambat pembentukan tromboxan yang diikuti dengan tercegahnya agregasi trombosit. Khasiat ini diindikasikan dalam penanggulangan penyakit jantung koroner dan strok non-hemoragik. Sedangkan sediaan yang sangat selektif menghambat COX-2 (COX-2 inhibitor, seperti celecoxib dan rofecoxib) akan menyebabkan peningkatan aktivitas COX-1 diikuti dengan peningkatan pembentukan tromboxan dan agregasi trombosit. Bersamaan dengan vasokonstriksi meningkat yang diikuti dengan peningkatan kejadian trombosis, penyumbatan aliran darah, infark miokard dan strok non-hemoragik. Crofford dkk (2000) menemukan beberapa kasus yang mengalami trombosis setelah diterapi dengan celecoxib. Apa yang akan terjadi bila penderita kanker dengan nyeri yang bersangatan diatasi dengan AINS penghambat selektif COX-2? Becerra dkk (2003) menemukan bahwa rofecoxib menjadi tidak berkhasiat dan malah toksisitasnya makin meningkat, sehingga uji klinik fase II pengobatan kanker colorectal metastase dengan gabungan rofecoxib dan kemoterapi 5-fluorourasil harus dihentikan ditengah jalan. 4 Sesuaikan pola keluhan gejala penyerta pada penderita kanker

Penderita kanker tidak selamanya hanya mengeluhkan nyeri. Demam merupakan keluhan yang umum pada penderita kanker. Laporan dari kajian tentang khasiat antipiretik pada penderita kanker sangat terbatas. Hasil penelitian Oborilova dkk (2002) menunjukkan bahwa khasiat antipiretik metamizol (2500 mg or 1000 mg, IV infusion) dan AINS diklofenak (75 mg, IV infusion) lebih nyata daripada propacetamol (prodrug paracetamol, 2000 mg atau 1000 mg, IV injection atau IV infusion) pada 254 penderita kanker darah. 5 Mampu meningkatkan khasiat anti-nyeri opiate

Penanggulangan nyeri yang sempurna merupakan suatu yang penting dalam pengobatan penderita kanker. Petunjuk Badan Kesehatan Dunia WHO membolehkan kombinasi analgetik opiate dan non-opiat terhadap penderita kanker dengan tingkat nyeri menengah sampai berat. Penggabungan beberapa jenis analgetik (opiate dan non-opiat) dengan mekanisme kerja berbeda akan meningkatkan khasiat dan keamanannya dalam pengobatan nyeri kanker (Ladner dkk, 2000). Salah satu gabungan yang dapat dilakukan adalah kombinasi analgetik opiate lemah kodein dengan analgetika non-opiat AINS. Beberapa pertimbangan perlu dikemukakan sebelum menggabungkan kodein dengan AINS, diantaranya biotransformasi kodein menjadi morfin yang sangat bergantung dengan aktivitas enzyme sitokrom P4502D6 (CYP2D6) yang secara diturunkan berbeda antar individu (polimorfisme). Sekitar 7-10% ras Kaukasian kekurangan CYP2D6, tapi sampai 29% bangsa Ethiopia memetabolisir dengan sangat cepat. Dari kajian farmakologi diketahui ada beberapa obat-obatan yang dapat mengurangi kerja CYP2D6 (Cascorbi, 2003). Polimorfisme CYP2D6 dapat meningkatkan atau menurunkan laju eliminasi suatu obat. Populasi dengan fenotip CYP2D6 lambat jarang dijumpai pada orang Asia (Thailand 1%) dibandingkan orang Barat (Kaukasian 10%) (Kitada, 2003). Hasil kajian Ismail dkk (2000) menunjukkan bahwa msyarakat Melayu dengan fenotip CYP2D6 lambat lebih banyak daripada masyarakat turunan Cina. Salah satu sediaan yang mampu menghambat kerja CYP2D6 adalah AINS celecoxib. Werner dkk (2003) mendapati bahwa celecoxib menghambat metabolisme beta-blocker metoprolol (substrat CYP2D6) yang ditandai dengan peningkatan area under the plasma concentration-time curve metoprolol. Hal yang sama diperkirakan akan terjadi bila digabungkan celecoxib dengan kodein (substrat CYP2D6), yang pada gilirannya akan tercegah biotransformasi kodein menjadi morfin. Berbeda halnya dengan diclofenak yang merupakan substrat CYP2C9 (Damkier dkk, 1999), penggabungan kodein dengan dikofenak akan meningkatkan khasiat analgetik (Breivik dkk, 1999). Kesimpulan AINS merupakan sediaan terpilih dalam penanggulangan nyeri kanker, karena di tempat tumbuhnya tumor berlangsung proses inflamasi, yang ditandai dengan peninggian kadar COX-2. AINS menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (cyclooxygenase, COX), apakah isoenzim COX-1 atau COX-2 atau keduanya, dalam pembentukan prostaglandin sehingga kepekaan nosiseptor berkurang. Namun, bila intensitas nyeri kanker makin meningkat (sedang sampai berat), peningkatan dosis AINS tidak diikuti dengan peningkatan khasiat analgetiknya. Peningkatan dosis dan frekwensi pemberian AINS secara linear akan meningkatkan kejadian efek samping.

Pertimbangan farmakologi yang harus diperhitungkan dalam pemilihan AINS sebagai anti-nyeri kanker adalah pastikan AINS berkhasiat analgetik yang lebih menghambat aktivitas COX-2 daripada hambatan COX-1. AINS yang lebih bersifat asam akan memiliki nilai tambah dalam hal penetrasinya ke jaringan yang mengalami inflamasi. Selagi kejadian hypercoagulation selalu terjadi pada penderita kanker, AINS yang digunakan tidak memperberat hypercoagulation yang ada, misalnya peningkatan trombosis bila menggunakan AINS yang sangat selektif menghambat COX-2. AINS yang terbukti berkhasiat antipyretic akan memberikan nilai tambah, mengingat demam merupakan keluhan penyerta yang umum pada penderita kanker. Jika AINS akan digabungkan dengan analgetik opiate kodein dan AINS yang digunakan tidak membutuhkan CYP2D6 dalam biotransformasinya. Oleh karena biotransformasi kodein menjadi morfin sangat bergantung dengan aktivitas CYP2D6. Dari uraian diatas AINS yang tergolong ”preferential COX-2 inhibitor“ memberikan keuntungan yang nyata dalam penanggulangan nyeri kanker. Sumber : Keuntungan Sediaan ”Preferential COX-2 Inhibitor“ Dalam Penanggulangan Nyeri Kanker oleh Aznan Lelo, D.S. Hidayat Tri Widyawati Fakultas Kedokteran Bagian Farmakologi dan Terapeutik Universitas Sumatera Utara 11. Prinsip dasar pebedahan Onkologi PRINSIP UMUM PENATALAKSANAAN TUMOR I. Menegakkan diagnosis II. Menentukan stadium tumor III. Penentuan status penampilan (Performace status) IV. Perencanaan pengobatan ( terapi ) V. Pelaksanaan (implementasi) terapi VI. Evaluasi JENIS-JENIS PEMBEDAHAN TUMOR  Pembedahan Defenitif  Pembedahan Preventif atau Profilaksis  Debulking  Metastasektomi  Pembedahan Kedaruratan Onkologis  Pembedahan Paliatif  Pembedahan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Terapi Tambahan  Adjuvan Operatif  Adjuvan Khemoterapi  Adjuvan Radioterapi  Adjuvan Hormonalterapi  TERAPI TAMBAHAN LAIN 1. Fraktur : Reposisi – fiksasi – immobilisasi 2. Obstruksi :

a. Usus  reseksi usus atau bypass b. Trachea  tracheostomi c. Urethra  dauer catheter atau cystostomi 3. Perdarahan : a. Transfusi b. Tampon c. Ligasi arteri 4. Infeksi: Antibiotika 5. Nyeri : a. Analgetika b. Narkotika c. Hyponase d. Akupuntur e. Manipulasi saraf  1. 2. 3. 4. 

TERAPI BANTUAN Nutrisi, untuk memperbaiki fisik penderita Transfusi untuk koreksi anemia Fisioterapi  memperbaiki fisik penderita Psikoterapi menguatkan mental penderita TERAPI SEKUNDER Terapi untuk penyakit-penyakit yang menyertai (Commobiditas)

Sumber : Kuliah Pakar Prinsip Onkologi Bedah, dr. Asri Sp.B

Related Documents

Lo Sken 3.docx
May 2020 13
Lo 4 Sken 4.docx
April 2020 6
Lo Lo Lo Lo
December 2019 84
Lo
November 2019 59
Lo
October 2019 93
Lo
April 2020 36

More Documents from "AP7B"

Skenario 3.docx
April 2020 16
Dm Type 1.pptx
May 2020 14
Executive Summary
October 2019 32
Tutorrr Blok 10.docx
May 2020 20
Lo Sken 3.docx
May 2020 13