BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sel adalah unit terkecil dari kehidupan, yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda tergantung tempat dan fungsi dari jaringan yang disusunnya. Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Sel dalam bahasa Latin adalah cellula yang artinya bilik kecil. Mengapa disebut sebagai bilik kecil? Pada awal sel ditemukan, yang terlihat adalah sel gabus yang tampak hanya seperti bilik, karena sel gabus yang diamati adalah benda mati. Dalam perkembangannya, Hooke melihat perbedaan antara sel gabus dengan sel yang hidup. Di dalam sel hidup terdapat cairan kental yang kemudian disebut protoplasma. Dengan ditemukannya mikroskop elektron (Electron Mycroscope/EM) yang mulai dikenal dalam ilmu biologi pada tahun 1950 an, sel dapat terlihat hingga kepada komponen sel yang lebih rinci lagi. Ditemukan pula bahwa ternyata sel merupakan tempat yang berongga (cytos dalam bahasa Yunani), dan kantong yang berisi (cella dalam bahasa Romawi).
Tidak semua makhluk hidup mempunyai jumlah sel yang sama, ada beberapa makhluk hidup yang hanya memiliki satu sel (unicellular), ada pula yang memiliki banyak sel (multicellular). Makhluk hidup seluler baik yang bersel tunggal maupun yang bersel banyak berdasarkan pada beberapa sifatnya, antara lain ada tidaknya endomembran, dikelompokkan ke dalam 2 tipe sel, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik, merupakan tipe sel yang tidak mempunyai sistem endomembran, sehingga sel tipe ini memiliki materi inti yang tidak dibatasi oleh sistem membrane, tidak memiliki organel yang dibatasi oleh sistem membrane. Sel prokariotik terdapat pada bakteri dan protozoa. sel eukarotik adalah tipe sel yang mempunyai sistem endomembran. Pada sel eukariotik, inti tampak jelas karena dibatasi oleh sistem membrane. Sel tipe ini terdapat pada sebagian besar makhluk hidup, contohnya manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun, bentuk sel antara sel hewan dan tumbuhan pun terdapat beberapa perbedaan, walaupun keduanya termasuk ke dalam tipe sel yang sama. Karena beberapa perbedaan inilah, sehingga dilakukan praktikum ini, sehingga dapat dibedakan antara bentuk sel hewan dan tumbuhan serta dapat mengetahui makhluk hidup yang mempunyai sel tunggal (unicellular) serta makhluk hidup yang bersel banyak (multicellular).
B. Tujuan Berikut ini adalah beberapa tujuan dari praktikum ini. Menggambarkan bentuk sel tumbuhan, hewan, protozoa, dan mikroorganisme. Menjelaskan struktur sel tumbuhan, hewan, protozoa, dan mikroorganisme. Mendemontrasikan sifat permeabilitas dari membrane sel.
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Ubi Kayu
1. Klasisfikasi dan Morfologi Ubi kayu berasal dari Brazilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun 1827 (Allem, 2002). Klasifikasi Ilmiah Tanaman Ubi kayu Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Euphorbiaceae Subfamili : Crotonoideae Bangsa : Manihoteae Genus : Manihot Spesies : Manihot esculenta Crantz Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara – negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009). Batang tanaman singkong berkayu, beruas – ruas, dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih – putihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus.
2. Kandungan Gizi Singkong memiliki kandungan nutrisi yang berbeda pada setiap bagiannya. Komposisi kimia singkong pada beberapa bagian-bagiannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Kandungan nutrisi Proten kasar Serat kasar Ekstrak eter Abu Ekstrak tanpa N Ca P Mg Energi metabolis
Daun (%) 23,2 21,9 4,8 7,8 42,2 0,972 0,576 0,451 2590
batang (%) 10,9 22,6 9,7 8,9 47,9 0,312 0,341 0,452 2670
Umbi (%) 1,7 3,2 0,8 2,2 92,1 0,091 0,121 0,012 1560
Kulit umbi (%) 4,8 21,2 1,22 4,2 68 0,36 0,112 0,227 2960
Sumber: Davendra (1977) dalam Hasrianti (2012).
B. Bawang Merah 1. Botani Bawang Merah Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan sayuran umbi yang cukup populer di kalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi, bawang merah juga berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan ebagai bahan obat tradisional atau bahan baku farmasi lainnya.
Deskripsi dari bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum), habitus termasuk herba, tanaman semusim, tinggi 40-60 cm. Tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Berumbi lapis dan berwarna merah keputih-putihan. Daun tunggal memeluk umbi lapis, berlobang, bentu lurus, ujung runcing. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai silindris, panjang ± 40 cm, berwarna hijau, benang sari enam, tangkai sari putih, benang sari putih, kepala sari berwarna hijau, putik menancap pada dasar mahkota, mahkota berbentuk bulat telur, ujung runcing (Silalahi, 2007).
Tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) dapat ditanam di dataran randah maupun di dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 01.000 m dpl. Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) adalah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahan organik yang cukup, dan pH-nya antara 5,6-6,5. Syarat lain, penyinaran matahari minimum 70 %, suhu udara harian 25-32oC, dan kelembaban nisbi sedang 50-70 % (Silalahi, 2007).
Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) termasuk family Liliaceae dan sistimatika klasifikasinya secara rinci sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spematophyta Kelas : Monocotyledonal Ordo : Liliaceae 7 Famili : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium cepa var. ascalonicum Sumber : Rahayu dan Berlian (1999) dalam Dewi (2012)
2. Kandungan Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Dalam setiap 100 gram umbi bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) mengandung 39,0 kalori, protein 1,5 gram, lemak 0,3 gram, karbohidrat 0,2 gram, karbohidrat 36,0 mg, fosfor 40,0 mg, zat besi 0,8 mg, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 2,0 mg, dan air 88,0 mg. Selain kayaakan kandungan gizi, umbi bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) juga banyak mengandung senyawa kimia. Adapun senyawasenyawa kimia yang terkandung dalam bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum), antara lain proponaldehida, metil alkohol, dan propil merkapan.
Di dalam bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) terdapat ikatan asam amino yang tidak berbau, tak bewarna dan larut dalam air. Ikatan asam amino ini disebut aliin. Dimana senyawa tersebut dapat berubah menjadi
alicin. Bersama dengan tiamin (vitamin B), alicin dapat membentuk allitiamin, senyawa bentukan ini ternyata lebih mudah diserap oleh tubuh daripada viamin B sendiri. Dengan demikian, alicin dapat membuat vitamin B lebih efisien dimanfaatkan oleh tubuh.
C. Hydrilla Vertilicata Hydrilla verticillata adalah tumbuhan spematophyta yang hidup di air, sehingga memiliki bentuk adaptasi yang berbeda dengan spermatophyta darat. Diding selnya tebal, yang bertujuan untuk mencegah osmosis air yang dapat menyebabkan lisisnya sel. Sel hidrilla berbentuk segiempat beraturan yang tersusun seperti batu bata. Memiliki kloroplas dan klorofil yang terdapat didalamnya (Kimball, 2002) Pada daun Hydrilla verticillata dapat pula diamati proses aliran sitoplasma yaitu pada bagian sel- sel penyusun ibu tulang daun yang memanjang di tengah- tengah daun. Pada Hydrilla verticillata juga terdapat trikoma yang berfungsi untuk mencegah penguapan yang berlebih.Aliran sitoplasma dalam tumbuhan akan menggerakkan plastid melewati beberapa vakuola ke segala arah yang disebut dengan sirkulasi, aliran ini biasanya terdapat pada tumbuhan yang masih muda, karena dalam tumbuhan muda sel- sel masih dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masih membutuhkan bahan- bahan organik untuk sintesis komponen- komponen sel. Sedang aliran sitoplasma yang mengelilingi vakuola disebut aliran rotasi, terjadi pada sel tua karena sel tua sudah tidak terlalu banyak membutuhkan senyawa organik lagi, maka bahan organik tersebut dibawa ke vakuola untuk disimpan sebagai cadangan makanan, jika suatu saat tumbuhan membutuhkannya, misalnya dalam kondisi kekeringan atau musim kemarau (Kimball, 2002).
D. Sel Selaput Rongga Mulut (sel epitel) Jaringan epitel (epithelium) disusun oleh sel-sel sejenis yang menutupi atau membalut permukaan luar dan dalam organ tubuh yang berbentuk tubule (saluran) maupun cavum (rongga). Sel-sel epitel juga diketahui dapat berproliferasi menumbuhkan folikel kelenjar, seperti folikel rambut. Epitel permukaan organ tubuh terdiri dari kumpulan atau deretan sel-sel yang sangat
rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran atau lapisan yang substansi interselulernya sangat sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit. Epithelium berasal dari kata epi yang berarti di atas dan thele berarti punting (nipple). Istilah persebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu lapisan pada permukaan bibir yang tembus cahaya. Dibawah lapisan tersebut terdapat punting-punting (papilae) jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah. Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di bawah deretan sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis Membrana basalis ini dahulu dianggap sebagai kondensasi substitusi dasar jaringan ikat di bawah epitel yang langsung berhubungan dengan jaringan epitel. Sekarang membrana basalis dianggap sebagai hasil produksi langsung sel epitel. Membrana ini bersifat amorf, mengandung kolagen tipe IV. Membrana basalis tidak dapat dilihat dengan mikroskop optic dengan teknik pewarnaan Haematoksilin-Eosin (H.E.), tetapi dapat diidentifikasi bila diwarnai dengan reagen PAS atau pewarna perak. Pembuluh darah dan limfe tidak dapat menembus membran basalis, dia bersifat permeable sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya dapat merespon dan dikirim ke jaringan epitelium melalui proses difusi dari jaringan ikat di bawahnya.
E. Darah Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit (Baldy, 2006). Darah mempunyai fungsi penting dalam sirkulasi. Secara umum fungsi darah adalah sebagai alat transportasi oksigen, karbondioksida, zat gizi, dan sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengatur cairan jaringan dan cairan ekstra sel, mengatur suhu tubuh, dan sebagai pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih (Goorha et al, 2003). Sel-sel darah tersebut mempunyai umur tertentu, sehingga dibutuhkan pembentukan sel-sel darah baru yang disebut hematopoesis.
Proses
ini
berlangsung
apabila
terjadi
pendarahan
atau
penghancuran sel, yang terjadi pada sumsum tulang, kemudian setelah dewasa bermigrasi ke darah perifer. Terdapat 2 stem sel yang berperan dalam pembentukan sel darah yaitu stem sel mieloid dan stem sel limfoid. Stem sel limfoid terkait dengan thymus dimana sel limfosit dihasilkan. Stem sel mieloid jauh lebih kompleks dari stem sel limfoid. Stem sel mieloid sedikitnya memiliki
enam garis keturunan yang berbeda yaitu garis keturunan eritrosit, trombosit, neutrofil, eosonofil, basofil, dan monosit/makrofag. Sel-sel ini terbentuk sebelum menjadi matang (dewasa) terjadi di sumsum tulang. Tahap akhir garis keturunan mieloid ini terdapat dalam sel darah perifer normal (Wellman, 2010). Stem sel mieloid jauh lebih kompleks dari stem sel limfoid. Stem sel myeloid sedikitnya memiliki enam garis keturunan yang berbeda, yaitu garis keturunan (sel darah merah) eritrosit, trombosit, monosit, eosinofil, basofil, dan neutrofil/makrofag. Proses terbentuknya eritrosit, trombosit, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil sebelum menjadi matur (dewasa) terjadi di dalam sumsum tulang seperti . Tahap akhir dari garis keturunan mieloid ini terdapat dalam sel darah perifer normal. Sumsum tulang dan timus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah. Apabila kebutuhan sel darah dalam tubuh berkurang, timus dan sumsum tulang akan memproduksi sel-sel darah tersebut (Wellman 2010).
F. Protozoa Protozoa dianggap sebagai subkingdom dari kerajaan Protista, meskipun dalam sistem klasik mereka ditempatkan di kerajaan Animalia. Lebih dari 50.000 spesies telah dijelaskan, sebagian besar merupakan organisme hidup bebas; protozoa ditemukan di hampir semua habitat yang mungkin. Rekaman fosil dalam bentuk cangkang di batuan sedimen menunjukkan bahwa protozoa hadir di era Pra-Kambrium. Anton van Leeuwenhoek adalah orang pertama yang melihat protozoa, menggunakan mikroskop yang dia bangun dengan lensa sederhana. Antara 1674 dan 1716, ia menjelaskan, di samping protozoa yang hidup bebas, beberapa spesies parasit dari hewan, dan Giardia lamblia dari kotorannya sendiri. Hampir semua manusia memiliki protozoa yang hidup di dalam atau di tubuh mereka pada suatu waktu, dan banyak orang terinfeksi dengan satu atau lebih spesies sepanjang hidup mereka.
Beberapa spesies dianggap sebagai commensal, yaitu, biasanya tidak berbahaya, sedangkan yang lain adalah patogen dan biasanya menghasilkan penyakit. Penyakit protozoa berkisar dari yang sangat ringan sampai yang mengancam jiwa. Individu yang pertahanannya mampu mengendalikan tetapi tidak menghilangkan infeksi parasit menjadi pembawa dan merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Di wilayah geografis prevalensi tinggi, infeksi yang
ditoleransi dengan baik sering tidak diobati untuk membasmi parasit karena pemberantasan akan menurunkan kekebalan individu terhadap parasit dan menghasilkan kemungkinan reinfeksi yang tinggi.
G. Permeabilitas membrane sel Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yangberair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas. Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membrane mempunyai ciri-ciri yang sama,yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (facilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun symport.
juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan
Permeabilitas membran tergantung pada fluiditas inti hidrofobik
membran dan aktivitas protein pengangkutnya. Oleh karena itu, keadaan lingkungan yang dapat mengganggu keduanya akan mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu solusi.
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Waktu :
Hari dan tanggal : jum’at, 28 September 2018
Pukul
: 15.00 – 17.20 WITA
Tempat : Laboratorium lingkungan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako. B. Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1. Pipet tetes
1. Ephitelium rongga mulut
2. Scalpel
2. Darah manusia
3. Silet/cutter
3. Alium cepa
4. Jarum/lanset
4. Manihot esculenta
5. Gelas pengaduk
5. Hydrila vertilicata
6. Gelas arloji
6. Alamanda cataria
7. Pinset
7. Alcohol 70%
8. Gelas objek
8. Kapas
9. Gelas penutup
9. Kertas isap
10. Mikroskop
10. Pewarna (eosin atau
11. Cawan petri 12. Tusuk gigi 13. Botol Erlenmeyer 14. Stoples dan penutupnya (telur harus muat dalam stoples) 15. Pita ukuran yang lentur (pita ukuran untuk menjahit)
metilen blue)
C. Prosedur Kerja 1. Pengamatan penampang melintang empulur batang ubi kayu (manihot esculenta). Membuat potongan melintang empulur batang ubi kayu setipis mungkin. Meletakkan potongan kecil tersebut pada gelas objek dan jaga jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan. Menambahkan satu atau dua tetes air, kemudian menutup dengan gelas penutup Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran paling lemah ( 10 X), kemudian menggambar beberapa sel.
2. Pengamatan struktur sel umbi lapis bawang merah (allium cepa). Memotong suing bawang merah segar. Mengambil salah satu lapisan suing yang berdaging. Kemudian mematahkan lapisan tersebut, sehingga bagian yang cekung tampak adanya epidermis tipis. Dengan menggunakan pinset menjepit epidermis tersebut dan melepaskan dari umbinya dengan perlahan-lahan. Meletakkan potongan kecil epidermis pada gelas objek dan jaga jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan. Menambahkan satu atau dua tetes air, kemudian menutup dengan gelas penutup. Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran paling lemah (10 X), kemudian menggambar beberapa sel dan bagian-bagiannya. Meneteskan satu tetes zat warna yodium di salah satu tepi gelas penutup dan isaplah dengan kertas penghisap pada sisi yang berlawanan, kemudian mengamati dengan pembesaran yang lebih besar (40 X) sehingga terlihat dengan jelas bagian-bagiannya. Menggambar sel tersebut dengan bagian-bagian yang bisa dikenali.
3.
Pengamatan sel daun Hydrilla vertilicata Mengambil selembar daun yang muda Hydrilla vertilicata yang telah disiapkan, kemudia letakkan diatas kaca objek dalam posisi bentangan membujur yang rata lalu tetesi dengan air. Menutup daun dengan kaca penutup dengan hati-hati jangan samapai terbentuk gelembung udara.
Mengamati sel tumbuhan dibawah mikroskop Memperhatikan bentuk sel dan bagian-bagiannya seperti butir-butir kloroplaskloroplas dan vacuola pada sitoplasma sel. Menggambar sel lengkap dengan bagian-bagiannya.
4. Pengematan struktur sel selaput rongga mulut atau sel epitel Dengan menggunakan ujung tumpul scalpel atau ujung jari atau sebuah tusuk gigi. Keruklah epitel pada bagian dalam dinding pipi anda. Menebarkan epitel yang diperoleh ke dalam setetes air pada kaca objek. Menutup sediaan dengan kaca penutup Meneteskan metilen biru secara hati-hati pada salah satu tepi gelas penutup Menghisap metilen biru dengan menggunakan kertas hisap melalui kertas hisap (tissue) melalui sisi yang berlawanan dengan tempat meneteskan metilen biru. Mengamati preparat tersebut dibawah mikroskop yang dimulai dengan pembesaran lemah (10 X), kemudian pembesaran kuat (40 X) Menggambar struktur sel epitel.
5. Pengamatan sel darah manusia Menyediakan kaca objek dan kaca penutup yang bersih Merendam lanset dengan alcohol 70% dalam kaca arloji. Membersihkan jari telunjuk dengan alcohol 70% Dengan menggunakan lanset tusuk jari telunjuk dengan hati-hati dan oleskan darah tersebut pada kaca objek dengan membuang tetesan darah yang pertama. Mengamati sediaan apusan darah tersebut dibawah mikroskop yang dimulai dengan pembesaran lemah kemudian pembesaran kuat. Memperhatikan dan menggambar sel.
6. Pengamatan sel protozoa Menyediakan kaca objek dan kaca penutup yang bersih Meneteskan air got atau air kolam ke atas kaca objek kemudian tutup dengan kaca penutup. Jangan diteka karena sel protozoa akan hancur. Mengamati dibawah mikroskop
7. Pengamatan sifat permeabilitas membrane sel. Mengukur dan mencatat garis tengah telur di sekeliling bagian tengahnya Mencatat bagaimana bentuk telur Memasukkan telur ke dalam stoples. Jangan sampai kulitnya pecah Menuangkan cuka ke dalam stoples sampai seluruh telur terendam kemudian stoples ditutup Mengamati perubahan yang terjadi pada telur secara periodic selama 72 jam. Mengeluarkan telur setelah 72 jam dan mengukur garis tengahnya. Membandingkan bentuk dan ukuran telur sebelum dan sesudah direndam di dalam cuka.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Sel ubi kayu (manihot esculenta) Dinding sel
2. Sel bawang merah (alium cepa) Sebelum diwarnai
3. Sel hydrilla vertilicata
4. Sel darah
Sesudah diwarnai
5. Sel selaput rongga mulut
6. Sel protozoa
B. Pembahasan 1. Pengamatan empulur batang ubi kayu (manihot esculenta) Dari hasil pengamatan yang didapatkan, dapat dilihat bahwa pada sel empulur batang ubi kayu atau sel tumbuhan terdapat beberapa bagian-bagian sel seperti dinding sel, gelembung udara dan ruang antara sel. Dinding sel adalah bagian sel yang menjadi pembeda antara sel hewan dan sel tumbuhan, yang dimana hanya dimiliki oleh sel tumbuhan seperti tumbuhan ubi kayu contohnya. Bagian dinding sel dapat terlihat jelas, sedangkan gelembung udara yang terlihat pada mikroskop disebabkan karena pada saat meletakkan sampel pada kaca objek masih terdapat gelembung udara. Ruang antar sel juga terlihat pada mikroskop, karena tumbuhan merupakan sel multiseluler yang artinya bersel banyak sehingga dapat terlihat ruang antar sel.
2. Pengamatan sel pada bawang merah (allium cepa) Dalam pengamatan kali ini kita mengamati bagian pada bawang merah untuk mengetahui bentul sel tumbuhan, berbeda dengan pengamatan pada empulur batang ubi kayu, pada pengamatan kali ini ditambahkan larutan iodine pada preparata, hal ini bertujuan untuk memperjelas bayangan/ hasil yang didapatkan. Dari hasil yang dilihat dibawah mikroskop didapatkan bahwa sel bawang merah terdiri dari dinding sel dan inti sel. Setiap hasil yang didapatkan
oleh setiap kelompok relative sama karena setiap kelompok sama-sama menggunakan sampel yang sama yaitu bawang merah.
3. Pengamatan sel selaput rongga mulut/ sel epitel Sel epitel adalah sel yang berada dalam rongga mulut. Pada penelitian kali ini kita menggunakan sel epitel sebagai sampel untuk mengetahui bagaimana bentuk sel epitel ronngga mulut. Hasil yang didapatkan setiap kelompok relative berbeda karena sampel yang digunakan juga berbeda untuk setiap orangnya.
4. Pengamatan bentuk sel daun Hydrilla vertilicata Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa bentuk sel dari daun Hydrilla mempunyai struktur yang sama sepertidaun tumbuhan yang lain pada umumnya. Bagian-bagian sel yang dapat terlihat pada mikroskop adalah dinding sel, ruang antar sel, dan kloroplas.hasil yang didapatkan juga relative berbeda karena perrbedaan sampel.
5. Pengamatan sel darah Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengamati bentuk sel darah manusia, maka dari pengamatan dibawah mikroskop didapatkan hasil terdapat plasma darah dan sel darah merah sebagai bagian dari sel darah manusia. Plasma berada pada sekitaran sel darah merah dan mempunyai warna berwarna kuning, sedangkan sel darah merah berwarna merah dengan bentuk bulat agak pipih.
6. Pengamatan sel protozoa Air kolam dan air got digunakan sebagai sampel pada pengamatan ini, setiap kelompok berhak memilih di antara kedua sampel tersebut, karena perbedaan pemilihan sampel inilah yang menyebabkan hasil antar kelompok berbeda. Hasil pengamatan yang didapatkan berupa protozoa dengan jenis euglena . euglena memiliki sel tunggal karena protozoa atau euglena merupakan mikroorganisme bersel uniseluler. Selain memiliki sel tunggal, euglena juga memiliki flagella, sitosol, folikel, cairan sitoplasma, dan inti sel sebagai bagian dari Euglena.
7. Pengamatan sifat permeabilitas sel Karena kendala satu dan lain hal sehingga hasil pengamatan pada pengamatan kali ini, memiliki hasil yang tidak signifikan atau tidak dapat diketahui kelanjutan hasilnya. Salah satu sifat permeabilitas sel yang berhasil diamati ialah sel dapat mengalami osmosis. Pada keadaan ini telur mengalami pembesaran volume yang dikarenakan adanya pemasukan cairan atau air ke dalam sel telur, hal ini terjadi karena osmosis adalah perpindahan zat pelarut (H2O) dari konsentrasi tinggi dalam hal ini cuka ke konsentrasi rendah.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil jika melihat dari banyaknya pengamatan dan pembahasan diatas, dan kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah : 1. Sel pada empulur batang ubi kayu mempunyai bagian-bagian berupa dinding sel dan ruang antar sel. 2. Sel yang dimiliki oleh bawang merah memilikibagian yang relative sama dengan ubi kayu 3. Sel yang dimiliki oleh daun Hydrilla memiliki struktur yang sama dengan daun tumbuhan pada umumnya. 4. Bagian-bagian sel darah adalah plasma darah dan sel darah merah 5. Protozoa adalah mikroorganisme bersel tunggal atau uniseluler 6. Membrane sel dapat mengalami osmosis karena sifat permeabilitasnya.
B. Saran Sebaiknya saat melakukan penelitian dengan menggunakan mikroskop haruslah benar-benar teliti dan harus tetap menjaga kebersihan selama berada dalam laboratorium, serta tetap berhati-hati dengan alat-alat atau larutan dalam laboratorium yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
---.2015. Permeabilitas membrane sel. Di akses pada 26 november 2018. https://Dokumen.tips