Lila_pemeriksaan Hba1c.docx

  • Uploaded by: lila
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lila_pemeriksaan Hba1c.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 904
  • Pages: 5
Lila Hidayati

KDK II DM

PO.62.20.1.15.130 Pemeriksaan HbA1c

DIV Keperawatan Reguler II

HBA1C DAN HUBUNGANNYA DENGAN KADAR GLUKOSA Komponen utama hemoglobin adalah hemoglobin A, yaitu 90% dari total komponen hemoglobin. Komponen minor hemoglobin adalah hemoglobin A2 dan F, yang merupakan hasil rantai gen hemoglobin yang berbeda: δ dan

γ . Komponen minor lainnya adalah

modifikasi post-translasional hemoglobin A. Komponen tersebut ditemukan pertama kali oleh Allen, Schroeder dan Balog yang memisahkannya melalui kromatografi

pada resin

pertukaran kation dan disebut sebagai hemoglobin A1a, A1b dan A1c sesuai dengan elusinya. Hemoglobin A1c merupakan komponen minor paling besar dari sel darah manusia, normalnya 4% dari total hemoglobin A. Ketertarikan pada HbA1c dimulai pada saat Rahbar menemukan peningkatan komponen tersebut sebanyak dua sampai tiga kali lipat pada pasien diabetes. HbA1c adalah istilah yang diterima secara internasional untuk GHb. Istilah glycosylated hemoglobin atau dalam istilah laboratorium modern disebut glycated hemoglobin (GHb) tidak digunakan secara umum. Istilah “tes A1C” digunakan oleh ADA (American Diabetes Association) untuk mempermudah komunikasi dengan pasien. Hemoglobin A1 (HbA1) adalah derivat adult hemoglobin (HbA), dengan penambahan monosakarida (fruktosa atau glukosa). Hemoglobin A1c adalah subtipe utama, merupakan fraksi terpenting dan terbanyak yaitu sekitar 4-5% dari total hemoglobin dan paling banyak diteliti di antara tiga jenis HbA1 (HbA1a, b dan c). Hemoglobin A1c merupakan ikatan antara hemoglobin dengan glukosa, sedangkan fraksi-fraksi lain merupakan ikatan antara hemoglobin dan heksosa lain. Struktur molekuler HbA adalah N-(1-doxy)fructosylhemoglobin atau N-(1-deoxyfructose1-yl) hemoglobin beta chain. Hemoglobin A1c 1c adalah glukosa stabil yang terikat pada gugus N-terminal pada rantai HbA0, membentuk suatu modifikasi post translasi sehingga glukosa bersatu dengan kelompok amino bebas pada residu valin N-terminal rantai β hemoglobin. Schiff base yang dihasilkan bersifat tidak stabil, kemudian melalui suatu penyusunan ulang (Amadori rearrangement) yang ireversibel membentuk suatu ketoamin yang stabil. Glikasi juga dapat terjadi pada residu lisin tertentu dari hemoglobin rantai α dan β; glikohemoglobin total atau

total hemoglobin terglikasi yang dapat diukur, dikenal dengan nama HbA1c. Glikasi hemoglobin tidak dikatalisis oleh enzim, tetapi melalui reaksi kimia akibat paparan glukosa yang beredar dalam darah terhadap sel darah merah. Laju sintesis HbA1c merupakan fungsi konsentrasi glukosa yang terikat pada eritrosit, selama pemaparan. Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa darah dan usia eritrosit. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan matematika yang erat antara konsentrasi HbA dan rata-rata kadar glukosa darah. Kadar HbA1c normal adalah 3,5%-5%. Kadar rata-rata glukosa darah 30 hari sebelumnya merupakan kontributor utama HbA1c. Kontribusi bulanan rata-rata glukosa darah terhadap HbA1c adalah: 50% dari 30 hari terakhir, 25% dari 30-60 hari sebelumnya dan 25% dari 60120 hari sebelumnya. Hubungan langsung antara HbA1c dan rata-rata glukosa darah terjadi karena eritrosit terus menerus terglikasi selama 120 hari masa hidupnya dan laju pembentukan glikohemoglobin setara dengan konsentrasi glukosa darah. Pengukuran HbA1c penting untuk kontrol jangka panjang status glikemi pada pasien diabetes. Hubungan antara A1c dan glukosa plasma adalah kompleks. Kadar HbA1c lebih tinggi didapatkan pada individu yang memiliki kadar glukosa darah tinggi sejak lama, seperti pada diabetes mellitus. Banyak penelitian menunjukkan bahwa A1C adalah indeks rata-rata kadar glukosa selama beberapa minggu sampai bulan sebelumnya.

Jumlah HbA1c yang terbentuk dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh rata-rata konsentrasi glukosa darah. HbA1c yang dibentuk dalam tubuh akan terakumulasi dalam sel-sel darah merah dan akan terurai perlahan bersamaan dengan berakhirnya masa hidup sel darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari atau sekitar 3 bulan). Ikatan HbA1c dapat bertahan lama dan jumlah HbA1c yang terbentuk tergantung pada konsentrasi glukosa darah, maka pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama 1-3 bulan. PEMERIKSAAN HBA1C Pemeriksaan HbA1c berbeda dengan pemeriksaan glukosa darah, dimana pada pemeriksaan glukosa darah hanya dapat mencerminkan konsentrasi glukosa darah pada saat diperiksa saja, sedangkan pada pemeriksaan HbA1c dapat memberikan gambaran rata-rata glukosa darah selama 1-3 bulan, dan juga pada pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, olahraga ataupun obat yang dikonsumsi. Jadi meskipun pada saat pemeriksaan konsentrasi glukosa darah puasa/N dan 2 jam sesudah makan/PP dalam rentang normal (untuk pasien DM) belum tentu pengendalian konsentrasi glukosa darahnya baik.

Gambar 2. Mekanisme HbA1c HbA1C dapat diukur kadarnya dengan menggunakan beberapa metode, seperti kromatografi afinitas, metode elektroforesis, immunoassay, atau metode afinitas boronat. Spesimen/sampel yang digunakan untuk Pemeriksaan HbA1C adalah darah kapiler atau vena dengan menggunakan antikoagulan (EDTA, Na sitrat, atau heparin). HbA1c terkandung dalam eritrosit yang hidup sekitar 3 – 4 bulan, maka HbA1c dapat mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 100 – 120 hri sebelumnya. Hal ini lebih menguntungkan secara klinis karena memberikan informasi yang lebih jelas tentang keadaan penderita dan seberapa efektif terapi diabetik yang diberikan. Peningkatan kadar HbA1c > 8% mengindikasikan diabetes mellitus yang tidak terkendali sehingga menyebabkan penderita berisiko tinggi dapat mengalami berbagai macam komplikasi jangka panjang seperti nefropati, neuropati, retinopati, dan/atau kardiopati. Eritrosit yang tua karena berada dalam sirkulasi lebih lama dari pada sel-sel eritrosit yang masih muda memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi. Penurunan hasil palsu kadar HbA1c bisa disebabkan oleh penurunan dari jumlah eritrosit total. Pada penderita dengan gejala hemolisis episodik

atau kronis, darah dapat mengandung lebih banyak eritrosit muda

sehingga jumlah kadar HbA1c dapat dijumpai dalam kadar yang sangat rendah. Adanya Glikohemoglobin total dalam darah merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian terhadap penyakit diabetes pada penderita yang mengalami anemia ataupun kehilangan darah. Referensi: FKUI. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta: Penerbit FKUI. Paputungan, Sri Rahayu & Sanusi, Harsinen. 2014. “Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c pada

Pengelolaan

Diabetes

Melitus”.

(online),

(http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_06_220Peranan%20Pemeriksaan %20Hemoglobin%20pada%20Pengelolaan%20Diabetes%20Melitus.pdf,

diakses

pada tanggal 5 Agustus 2018). Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB Perkeni.

More Documents from "lila"