Li Nisa.docx

  • Uploaded by: Nurul Anisa Vuruda
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Li Nisa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,194
  • Pages: 8
Nurul Anisa | 04011181520070 | ALPHA 2015 Learning Issue ANATOMI

1. Usus Halus

Memanjang dari pilorus hingga cecum. Pada neonatus memiliki panjang 275 cm dan tubuh mencapai 5 sampai 6 meter pada dewasa. Epitel usus halus tersusun atas lapisan tunggal sel kolumnar disebut juga enterosit. Permukaan epitel ini menjadi 300 kali lebih luas dengan adanya vilus dan kripta. Vilus berada berbeda dalam bentuk dan densitas pada masing-masing regio usus halus. Di duodenum vilus tersebut lebih pendek, lebih lebar dan lebih sedikit; menyerupai bentuk jari dan lebih tinggi pada jejunum; serta menjadi lebih kecil dan lebih meruncing di ileum. Densitas terbesar didapatkan di jejunum. Di antara vilus tersebuht terdapat kripta (Lieberkuhn) yang merupakan tempat proliferasi enterosit dan pembaruan epitel. Terdapat perbedaaan tight junction antara jejunum dan ileum, tight junction ini

berperan penting dalam regulasi permeabilitas epitel dengan melakukan kontrol terhadap aliran air dan solut praseluler.

2. Usus besar

Terdiri atas sekum, apendik, kolon, rektum, dan anus. Mukosa usus besar bertambah dengan adanya plika semilunar yang irreguler dan adanya kripta tubuler Liberkuhn. Tidak terdapat vilus pada usus besar. Baik permukaan mukosa dan kripta dilapisi oleh sel epitel kolumnar (kolonosit) dan sel goblet yang membatasi

dari jaringan mesenkim lamina propria. Kolonosit memiliki mikrovilus lebih sedikit dan lebih pendek daripada usus halus. Epitel bagian bawah kripta terdiri atas proliferasi sel kolumnar yang tidak berdiferensiasi, sel goblet, dan sedikit sel endokrin. Morfologi sel goblet dan sel endokrin mirip seperti pada usus halus. Sel kolumnar penyerap berasal dari sel imatur bagian bawah kripta yang berdiferensiasi dan bermigrasi ke bagian atas kripta, akhirnya akan dilepaskan dari permukaan mukosa ke dalam lumen. Proses siklus pembaharuan sel ini berlangsung 3 sampai 8 hari pada manusia. Kripta dikelilingi oleh sarung fibroblas dalam lamina propria, mengalami proliferasi dan migrasi secara sinkron dengan migrasi sel epitel. Jumlah total sel terbanyak pada kripta kolon desenden, menurun secara progresif di sepanjang kolon transversum dan kolom desenden dan meningkat lagi pada sekum.

3. Gaster

Sel-sel epitel di gaster adalah merupakan kelenjar gaster. Terdapat 3 tipe kelenjar yaitu: cardiac, oxyntic, dan pyloric. Cardiac merupakan penghasil mukus yang terletak pada perbatasan cincin

gaster sampai esofagus. Oxyntic merupakan yang paling banyak dan didapatkan pada fundus. Tipe ketiga yaitu pyloric merupakan 10% permukaan mukosa gaster, ditandai adanya pits yang dalam. Dua tipe sel yang utama adalah sel penghasil mukus dan sel penghasil gastrin.

DIARE AKUT Definisi Diare akut adalah buang air besar pada bati atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan sarah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minus ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare. Klasifikasi Berdasarkan waktu •

Diare akut: diare yang berlangsung kurang dari 14 hari



Diare persisten: diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

Berdasarkan mekanisme terjadinya •

Diare osmotic: merupakan diare yang disebabkan adanya perbedaan tekanan osmotic antara lumen usus dan darah. Hiperosmolaritas lumen usus (biasanya akibat bahan makanan yang gagal diserap, sehingga menimbulkan lingkungan intralumen yang hipertonis) akan menyebabkan perpindahan air ke arah lumen. Jumlah air yang melebihi kemampuan absorpsi air oleh kolon inilah yang akhirnya akan menimbulkan hiperperistaltis usus dan berakhir menjadi diare.



Diare sekretorik: terjadinya hiperplasi kripta akibat rusaknya sel-sel vili usus. Rusaknya sel vili usus akan menyebabkan terjadinya hyperplasia kripta. Telah disebutkan di atas kalau kripta adalah kumpulan sel-sel yang bleu terdiferensiasi dengan baik. Sel kripta

yang merupakan cikal bakal sel vili, namun masih belum terdiferensiasi dengan baik secara fungsional, “dipaksa naik” ke atas menggantikan sel-sel vili yang sudah rusak. Fungsi sel kripta imatur adalah sekresi air dan ion-ion penting di dalam tubuh. Sehingga jika banyak sel kripta (hyperplasia) yang naik ke permukaan, akan banyak pula sekresi air dan ion tubuh ke dalam lumen usus, yang menyebabkan diare sekretorik. Di samping hyperplasia kripta, toksin dari mikroorganism\e seperti virus dan bakteri, juga dapat mengaktifkan sistem second messenger yang beard di enterrait usus, yang akan merangsang terbukanya gerbang-gerbang ion yang akhirnya akan menyebabkan sekresi ion-ion penting ke dalam lumen usus. •

Diare inflamasi atau diare campuran sekretorik dan osmotic

Berdasarkan temuan klinis •

Diare akut bercampur air (kolera dkk). Biasanya bersifat non-invasif. Tidak ditemui darah.



Diare akut bercampur darah (disentri). Dapat ditemukan lendir dan darah pada tinja.



Diare dengan malnutrisi berat.

Berdasarkan etiologi •

Infeksi: dapat disebabkan oleh bacteria (E. coli, Clostridium dificile, Salmonella, Shigella, Vibrio cholera dll) ole virus (Astrovirus, norovirus, rotavirus, Norwalk virus, coronavirus) parasit (Balantidium, malabsorpsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, obat-obatan, defek sistem imun)

DIAGNOSIS BANDING

Analisis Masalah Yesterday, he looked worsening, lethargic, didn’t want to drink, still had diarrhea but no vomiting. The amount of urination in 8 hours ago was less than usual 2. Bagaimana patofisiologi dari produksi urin yang berkurang? Jawaban : Pengeluaran urin berkurang pada Amir dikarenakan telah banyaknya air yang dikeluarkan bersama tinja (akibat diare yang berat yang menyebabkan dehidrasi berat) akibatnya volume darah yang biasanya diekskresi oleh ginjal sekitar 1 L / hari berkurang dehidrasi berat volume darah yang melalui filtrasi ginjal ↓ produksi urin ↓. Pengeluaran urin yang berkurang ini juga diengaruhi oleh adanya kompensasi tubuh akibat kekurangan cairan dengan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan kerja ADH mereduksi produksi urin.

3. Mengapa Amir terlihat letargi? Jawaban :

Dehidrasi akan menyebabkan hilangnya ion-ion penting seperti sodium dari dalam tubuh. Sodium dan potassium dibutuhkan oleh sel-sel neuron untuk bekerja dengan optimal. Penurunan kadar air dan elektrolit tubuh akan menyebabkan gangguan fungsi sel saraf dan menyebabkan anak terlihat lemas.

4. Mengapa Amir menolak untuk minum? Jawaban : Hal ini berkaitan dengan progesivitas dari infeksi rotavirus, semakin lama pajanan rotavirus di sekitar sel usus halus menyebabkan semakin banyak juga sel usus halus yang mengalami kerusakan (semakin banyak villi yang atrofi) sehingga sistem hemostatis tubuh juga tidak bisa lagi mempertahankan, akibatnya semakin banyak makanan dan cairan yang tidak bisa diabsorbsi, oleh karena itu diare akan bertambah berat sehingga banyak kehilangan elektrolit (esp. Na+) dari diare yang dialami serta tidak adekuat suplai cairan pengganti elektrolit yang diberikan (hanya air biasa), membuat Amir berada dalam keadaan hiponatremia. Amir mengalami muntah-muntah karena pada awalnya Rotavirus menginfeksi mukosa lambung dengan enterotoxin. Enterotoxin itu sendiri adalah salah satu protein yang di kode Rotavirus, yaitu NSP4. Akibatnya, ujung-ujung saraf yang menstimulasi muntah terangsang dan terjadilah muntah. Demikian halnya juga terjadi muntah saat toxin ini mengiritasi mukosa duodenum. Jadi, muntah sebagai bagian dari pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari lambung dan duodenum (GIT atas)

Daftar Pustaka A.D.A.M. Interactive Anatomy (AIA) & 3D Library Volume 1 & 2 Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2 Edisi 15. Jakarta:EGC. Harryanto Reksodiputro…[et al]. Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. Aru W. Sudoyo…[et al] -ed.5- Jakarta: Interna Publishing;2009 Isselbacher,dkk. 2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 4. ed 13. Jakarta: EGC

Related Documents

Li
August 2019 58
Vat Li
June 2020 24
Li Hongzhang
May 2020 19
Li Pairman
October 2019 42
Li Nisa.docx
May 2020 18
16_lu Li
November 2019 33

More Documents from ""