BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Pada pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi terlihat sel darah putih muda, besar-besar dan selnya masih berinti (disebut megakariosit) putih (neoplasma hematology). Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai keganasan sel darah putih (neoplasma hematology). Leukemia ini sering berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa bisa bertahan lama dengan pengobatan yang intensif. Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.
1
1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah masalah ini antara lain: 1. Apa Definisi dari Leukemia pada Anak ? 2. Apa Etiologi dari Leukemia pada Anak ? 3. Bagaimana Patofisiologi dari Leukemia pada Anak ? 4. Apa saja Manifestasi klinis dari Leukemia pada Anak ? 5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Leukemia pada Anak ? 6. Bagaimana Penatalaksanaan dari Leukemia pada Anak ? 7. Bagaimana Pathway dari Leukemia pada Anak ? 8. Bagaimana Pengkajian dari Leukemia pada Anak ? 9. Apa saja Diagnosa Keperawatan dari Leukemia pada Anak 10. Bagaimana Rencana Keperawatan dari Leukemia pada Anak ? 11. Bagaimana Implementasi dari Leukemia pada Anak ? 12. Bagaimana Evaluasi dari Leukemia pada Anak ?
1.3 Tujuan Masalah Adapun tujuan masalah ini antara lain: 1. Mengetahui Apa Definisi dari Leukemia pada Anak 2. Mengetahui Apa Etiologi dari Leukemia pada Anak 3. Mengetahui Bagaimana Patofisiologi dari Leukemia pada Anak 4. Mengetahui Apa saja Manifestasi klinis dari Leukemia pada Anak 5. Mengetahui Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Leukemia pada Anak 6. Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan dari Leukemia pada Anak 7. Mengetahui Bagaimana Pathway dari Leukemia pada Anak 8. Mengetahui Bagaimana Pengkajian dari Leukemia pada Anak 9. Mengetahui Apa saja Diagnose Keperawatan dari Leukemia pada Anak 10. Mengetahui Bagaimana Rencana Keperawatan dari Leukemia pada Anak 11. Mengetahui Bagaimana Implementasi dari Leukemia pada Anak 12. Mengetahui Bagaimana Evaluasi dari Leukemia pada Anak
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit. Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organorgan lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996). Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.
2.2 Etiologi Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang berperan antara lain: 1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri). 2. Faktor endogen seperti ras 3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur). 4. Faktor predisposisi:
Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. 3
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
Kelainan kromosom
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
2.3 Patofsiologi Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat selsel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu: Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.
2.4 Manifestasi klinis
Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
4
Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
Penurunan nafsu makan
Kelemahan dan kelelahan fisik
Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan perdarahan disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta limfadenopati. Perdarahan dapat didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi, dsb. Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral.
2.5 Pemeriksaan Penunjang o Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur. o Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat o Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum. o Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis. o Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang. o Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik. o Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302). 5
2.6 Penatalaksanaan Program terapi Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu: Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
Pengobatan spesifik Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
3 Fase Pelaksanaan Kemoterapi : Fase Induksi Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%. Fase profilaksis sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortisone melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi cranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
6
Konsolidasi Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi. Pengobatan Imunologik Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
7
2.7 Pathway
8
BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1. Identitas. Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakankelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaanlain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukanpada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yangmelebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997). 2. Riwayat Keperawatan. a) Keluhan utama. Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang seringditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir),perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare. b) Riwayat penyakit sekarang. Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi seringmengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selamabeberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada jugayang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam.Diare berbau busuk dapat terjadi. c) Riwayat penyakit dahulu. Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung. d) Riwayat kesehatan keluarga. Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya. e) Riwayat kesehatan lingkungan. Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.
9
f) Imunisasi. Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung. g) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. h) Nutrisi. 3. Pemeriksaan fisik. a) Sistem kardiovaskuler. Tidak ada kelainan. b) Sistem pernapasan. Sesak napas, distres pernapasan. c) Sistem pencernaan. Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitandan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinjayang menyemprot. d) Sistem genitourinarius. e) Sistem saraf. Tidak ada kelainan. f) Sistem lokomotor/muskuloskeletal. Gangguan rasa nyaman. g) Sistem endokrin. Tidak ada kelainan. h) Sistem integumen. Akral hangat. i) Sistem pendengaran. Tidak ada kelainan
3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul a
Risiko Perdarahan d.d gangguan koagulasi
b Risiko Infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder c
Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan
d Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis e
Risiko Defisit Nutrisi d.d peningkatan kebutuhan metabolisme
f
Risiko Hipovolemia d.d kehilangan cairan secara aktif
g Gangguan Citra Tubuh b.d efek tindakan/pengobatan 10
h Hipertermia b.d respon trauma i
Defisit Pengetahuan tentang penyakit prognosis dan perawatan b.d kurang terpapar informasi
3.3 Rencana Keperawatan No. 1.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
Risiko Perdarahan
Setelah dilakukan
Pencegahan Perdarahan
d.d gangguan
intervensi selama
Observasi
koagulasi
3x24 jam, maka
-
Kategori : Fisiologis
tingkat perdarahan
Subkategori :
menurun, dengan
Sirkulasi
kriteria hasil :
hematokrit/hemoglobin sebelum
D.0149
-
dan setelah kehilangan darah
membran
Berisiko mengalami
mukosa
kehilangan darah
meningkat
baik internal (terjadi
-
di dalam tubuh) maupun eksternal
-
(terjadi hingga keluar tubuh)
-
-
-
Monitor nilai
Monitor tanda-tanda vital ortostatik
-
Monitor koagulasi (mis. prothrombin time (PT), partial
kulit meningkat
thromboplastin time (PTT),
Hemoptisis
fibrinogen, degradasi fibrin
menurun
dan/atau platelet)
Hematemesis
Terapeutik
menurun
-
Hematuria -
Batasi tindakan invasif, jika perlu
-
Hematokrit membaik
Pertahankan bed rest selama perdarahan
Hemoglobin membaik
-
-
Kelembapan
menurun -
perdarahan
Kelembapan
Definisi :
Monitor tanda dan gejala
Gunakan kasur pencegah dekubitus
-
Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi -
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
-
Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
11
-
Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
-
Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
-
Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vtamin K
-
Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi -
Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
-
Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
-
Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
2.
Risiko Infeksi d.d
Setelah dilakukan
Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
ketidakadekuatan
intervensi selama
Observasi
pertahanan tubuh
3x24 jam, maka
-
sekunder
tingkat infeksi
Kategori :
menurun, dengan
Lingkungan
kriteria hasil:
Subkategori :
-
Keamanan dan Proteksi
-
Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
-
Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. reaksi
Demam
anafilaksis terhadap vaksin
menurun
sebelumnya dan atau sakit parah
Kemerah
dengan atau tanpa demam)
D.0142
an
Definisi :
menurun
setiap kunjungan ke pelayanan
Nyeri
kesehatan
Berisiko mengalami
-
peningkatan terserang organisme patogenik
-
-
Identifikasi status imunisasi
menurun
Terapeutik
Bengkak
-
menurun
12
Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
-
Kadar sel
-
Dokumentasikan informasi
darah
vaksinasi (mis. nama produsen,
putih
tanggal kedaluwarsa)
membaik
-
Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi -
Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
-
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. Hepatitis B, BCG, difetri, tetanus pertusis, H. influenza, polio, campak, measles, rubela)
-
Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah (mis. influenza, pneumokokus)
-
Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. rabies, tetanus)
-
Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal imunisasi kembali
-
Informasikan penyedia layanan Pekan Imunisasi Nasional yang menyediakan vaksin gratis
3.
Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan
Manajemen Energi
b.d kelemahan
intervensi selama
Observasi
Kategori : Fisiologis
3x24 jam, maka toleransi aktivitas
13
Subkategori:
meningkat, dengan
Aktivitas/Istirahat
kriteria hasil :
tubuh yang mengakibatkan
D.0056
-
kelelahan
Ketidakcukupan
-
energi untuk melakukan aktivitas
Frekuensi nadi meningkat
Definisi :
-
sehari-hari
-
- Identifikasi gangguan fungsi
- Monitor kelelahan fisik dan
Keluhan lelah
emosional
menurun
- Monitor pola dan jam tidur
Dispnea saat
- Monitor lokasi dan
aktivitas
ketidaknyamanan selama
menurun
melakukan aktifitas
Dispnea setelah
Terapeutik
aktivitas
-
menurun
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
-
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
-
Berikan aktvitas distraksi yang menenangkan
-
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi -
Anjurkan tirah baring
-
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
-
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
-
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi -
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
14
4.
Nyeri Akut b.d agen
Setelah dilakukan
Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis
intervensi selama
Observasi
Kategori :
3x24 jam, maka
-
Psikologis
tingkat nyeri
durasi, frekuensi, kualitas,
Subkategori : Nyeri
menurun, dengan
intensitas nyeri
dan Kenyamanan
kriteria hasil :
D.0077
-
Keluhan
Definisi :
nyeri
Pengalaman sensorik
menurun
atau emosional yang
-
berkaitan dengan kerusakan jaringan
-
Sikap
verbal -
-
Identifikasi factor yang
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
-
Gelisah menurun
-
Identifikasi respons nyeri non
nyeri
menurun
berintensitas ringan
-
menurun
fungsional, dengan
lambat dan
Identifikasi skala nyeri
memperberat dan memperingan
protektif
-
-
Meringis
actual atau
onset mendadak atau
Identifikasi lokasi, karakteristik,
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
-
Kesulitan
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
hingga berat yang
tidur
berlangsung kurang
menurun
komplementer yng sudah
Frekuensi
diberikan
dari 3 bulan
-
nadi
-
-
membaik
Monitor keberhasilan terapi
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik -
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
-
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
15
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) -
Fasilitasi istirahat dan tidur
-
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi -
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
-
Jelaskan strategi meredakan nyeri
-
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
-
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
-
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi -
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5.
Risiko Defisit
Setelah dilakukan
Manajemen Gangguan Makan
Nutrisi d.d
intervensi selama
Observasi
peningkatan
3x24 jam, maka
-
kebutuhan
status nutrisi bayi
makanan dan cairan serta
metabolisme
membaik, dengan
kebutuhan kalori
Kategori : Fisiologis
kriteria hasil :
Subkategori :
-
Berat
Monitor asupan dan keluarnya
Terapeutik -
Timbang berat badan secara
Nutrisi dan Cairan
badan
rutin
D.0032
meningka -
Diskusikan perilaku makan dan
Definisi :
t
jumlah aktivitas fisik (termasuk
Panjang
olahraga) yang sesuai
Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak
-
badan
cukup untuk
16
memenuhi
meningka -
Lakukan kontrak perilaku (mis.
kebutuhan
t
target berat badan, tanggung
metabolisme
jawab perilaku) -
Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali makanan
-
Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
-
Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
-
Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis. medis, konseling)
Edukasi -
Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)
-
Ajarkan pengaturan diet yang tepat
-
Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi -
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan
6.
Risiko Hipovolemia
Setelah dilakukan
Manajemen Hipovolemia
d.d kehilangan
intervensi selama
Observasi
17
cairan secara aktif
3x24 jam, maka
Kategori : Fisiologis
status cairan
hipovolemia (mis. frekuensi nadi
Subkategori: Nutrisi
membaik, dengan
meningkat, nadi teraba lemah,
dan Cairan
kriteria hasil :
tekanan darah menurun, tekanan
Periksa tanda dan gejala
Kekuatan
nadi menyempit, turgor kulit
Definisi :
nadi
menurun, membrane mukosa
Berisiko mengalami
meningka
kering, volume urin menurun,
penurunan volume
t
hematokrit meningkat, haus,
Turgor
lemah)
D.0034
cairan intravascular,
-
-
-
interstisial, dan/atau
kulit
intraseluler
meningka Terapeutik
-
-
-
t
-
Hitung kebutuhan cairan
Output
-
Berikan posisi modified
urine
Trendelenburg
meningka -
Berikan asupan cairan oral
t
Edukasi
Ortopnea
-
menurun -
Dispnea
-
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Membran Kolaborasi mukosa
-
mebaik -
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
menurun -
Monitor intake dan output cairan
Tekanan
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
-
Kolaborasi pemberian cairan IV
darah
hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
membaik
NaCl 0,4%) -
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
-
Kolaborasi pemberian produk darah
18
7.
Gangguan Citra
Setelah dilakukan
Promosi Citra Tubuh
Tubuh b.d efek
intervensi selama
Observasi
tindakan/pengobatan
3x24 jam, maka
-
Kategori :
citra tubuh
berdasarkan tahap
Psikologis
meningkat,
perkembangan
Subkategori:
dengan kriteria hasil
Integritas Ego
:
D.0083
-
Identifikasi harapan citra tubuh
Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
-
Melihat
tubuh
Definisi :
bagian
Perubahan persepsi
tubuh
tubuh yang mengakibatkan
tentang penampilan,
meningka
isolasi social
struktur dan fungsi
t
fisik individu
-
-
-
-
-
Identifikasi perubahan citra
Monitor frekuensi pernyataan
Menyent
kritik terhadap diri sendiri
uh bagian -
Monitor apakah pasien bisa
tubuh
melihat bagian tubuh yang
meningka
berubah
t
Terapeutik
Verbalisa
-
Diskusikan perubahan tubuh dan
si
fungsinya
kecacatan -
Diskusikan perbedaan
bagian
penampilan fisik terhadap harga
tubuh
diri
meningka -
Diskusikan perubahan akibat
t
pubertas, kehamilan dan
Verbalisa
penuaan
si
-
Diskusikan kondisi stress yang
kehilanga
mempengaruhi citra tubuh (mis.
n bagian
luka, penyakit, pembedahan)
tubuh
-
Diskusikan cara
meningka
mengembangkan harapan citra
t
tubuh secara realistis
19
-
Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi -
Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
-
Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
-
Anjurkan menggunakan alat bantu (mis. pakaian, wig, kosmetik)
-
Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok sebaya)
-
Latih fungsi tubuh yang dimiliki
-
Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
-
Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
8.
Hipertermia b.d
Setelah dilakukan
Manajemen Hipertermia
respon trauma
intervensi selama
Observasi
Kategori :
3x24 jam, maka
-
Lingkungan
termoregulasi
hipertermia (mis. dehidrasi,
Subkategori:
neonatus membaik,
terpapar lingkungan panas,
Keamanan dan
dengan kriteria hasil
penggunaan incubator)
Proteksi
:
-
Monitor suhu tubuh
Menggigi -
Monitor kadar elektrolit
Definisi :
l
Monitor haluaran urine
Suhu tubuh
meningka -
Monitor komplikasi akibat
meningkat di atas
t
hipertermia
D.0130
-
Identifikasi penyebab
20
-
rentang normal
-
tubuh
Suhu
Terapeutik
tubuh
-
menurun -
Suhu
dingin -
kulit menurun
Sediakan lingkungan yang
Longgarkan atau lepaskan pakaian
-
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
-
Berikan cairan oral
-
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hipehidrosis (keringat berlebih)
-
Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
-
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
-
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi -
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi -
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
9.
Defisit Pengetahuan
Setelah dilakukan
Edukasi Kesehatan
tentang penyakit
intervensi selama
Observasi
prognosis dan
3x24 jam, maka
-
perawatan b.d
tingkat
kurang terpapar
pengetahuan
informasi
meningkat, dengan
dapat meningkatkan dan
Kategori : Perilaku
kriteria hasil :
menurunkan motivasi perilaku
-
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Perilaku sesuai
21
-
Identifikasi factor-faktor yang
hidup bersih dan sehat Terapeutik
Subkategori:
anjuran
Penyuluhan dan
meningka
Pembelajaran
t
D.0111
-
-
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
-
Verbalisa
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Definisi :
si minat
Ketiadaan atau
dalam
kurangnya informasi
belajar
kognitif yang
meningka -
Jelaskan factor resiko yang
berkaitan dengan
t
dapat mempengaruhi kesehatan
topic tertentu
-
Kemamp
-
bertanya Edukasi
-
uan menjelas
dan sehat -
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetah
perilaku hidup bersih dan sehat
tentang suatu topik meningka t Kemamp uan menggam barkan pengalam an sebelumn ya yang sesuai dengan topik -
Ajarkan perilaku hidup bersih
kan
uan
-
Berikan kesempatan untuk
Persepsi yang
22
keliru terhadap masalah menurun
3.4 Implementasi Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda lakukan atau tindakan pada pasien. 3.5 Evaluasi Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan tindakan yangdiberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat dihentikan. Jikasebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan harus mengalamiperubahan atau perbaikan
23
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.
4.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah: 1.
Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dengan masalah keperawatan tentang penyakit Leukemia pada Anak dan juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. 2.
Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada Anak dengan penyakit
Leukemia harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada Anak yang perlu di tekankan.
24
DAFTAR PUSTAKA Suriadi,Skp,MSN,Yulianni Rita,Skp,M.Psi.(2006).Asuhan Keperawatan Pada Anak (Ed 2).Jakarta:PT.PERCETAKAN PENEBAR SWADAYA Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001. Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed.Jakarta : EGC; 19994. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed.Jakarta : EGC; 19945. Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001 Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells,1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC. Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. Ø Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep-leukemia.html http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-leukimia.html http://www.pdfcoke.com/doc/9501526/ASKEP-LEUKIMIA
25