PERKEMBANGAN ISLAM DI KESULTANAN MALUKU (1257-1357) DI INDONESIA KARYA TULIS ILMIAH
OLEH: 1) 2) 3) 4) 5)
Erwin Hasfi S (XIPA2/38)(moderator) Muhammad Farid J. (XIPA2/36)(moderator) Naufal Ulum (XIPA2/21)(pencarian sumber) Ragil Rozzaq (XIPA2/1)(ketua) Retno Elvinawati (XIPA2/29)(notulen )
PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 MALANG Kampus I: Jl. Danau Grati No. 01 Telp. 0341 - 719300, Fax.0341 – 717300 Malang 65139 Kampus II: Jl. Raya Tlogowaru Telp./ Fax. 0341 – 2993153 Malang 65133 Website : www.sman10malang.com, www.sman10sa.org Email :
[email protected]
Lembar Pengesahan Karya Tulis yang berjudul “Perkembangan Islam di Kesultanan Maluku” yang dibuat oleh 1) Erwin Hashfi S (XIPA2/38) Moderator 2) Muhammad Farid J. (XIPA2/36) Moderator 3) Naufal Ulum (XIPA2/21) Pencarian sumber 4) Ragil Rozzaq (XIPA2/1) Ketua 5) Retno Elvinawati (XIPA2/29) Notulen Telah disahkan dan di setujui pada……
Pembimbing pembuat Karya Tulis Ilmiah,
Mengatahui Kepala SMA Negeri
10 Malang
M. Ismail S,pd S,pd
Niken Asih Santjojo
ABSTRAKSI Fari ,Erwin ,Ragil ,Retno , Ulum 2014,perkembangan islam di kesultanan maluku karya tulis SMA 10 NEGERI MALANG,pembimbing M.Ismail S,pd Kata kunci : Kesultanan ,Metode Pendekatan Kesultananan maluku adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh sultan / raja atau ratu yang semua rakyatnya patuh dan tunduk pada perintah dan aturan aturan kesultanan / kerajaaan .Kepala Negaranya adalah seorang raja/ratu bergelar sultan,dan keapala pemerintahannya bias oleh perdana meneteri ataupun raja sendriri .dalam kerajaan posisi raja adalah menjabat seumur hidup,artinya sampai dia mangkat/mengundurkan diri maka dia akan tetap menjadi raja dan penerusnya nantipun harus berasal dari kerabat dekat si raja. Kesultanan sendiri adalah wilayah /kerajaan yang sudah bercorak islam.Penjabaran metode pdkt dari penulis adalah dengan metode historigrafi serta beberapa sumber. Karna peristiwa tersebut jauh dari waktu yang lampau serta jauh dari Narasumber Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai “The Spicy Island”. Rempahrempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pada abad ke 14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri 4 kerajaan yaitu Jailolo,Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang kolano. Keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu JAFAR SADIK,
seorang bangsa Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Kemajuan Ternate membuat iri kerajaan lainnya. Beberapa kali keempat kerajaan tersebut terlibat perang memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Namun, akhirnya mereka dapat mengakhirinya dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam persetujan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat. Kerajaan- kerajaan di Maluku sangat akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa sejak zaman Majapahit. Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban. Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempahrempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama islam di Indonesia. Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan, berdatangan pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan agama Islam.Salah seorang mubaligh yang berjasa menyiarkan agama islam di Maluku ialah Sunan Giri dari Gresik, Jawa Timur. Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Pusat pemerintahan Ternate terdapat di Sampalu. Raja ternate yang pertama ialah Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja Ternate yang terkenal ialah Sultan Harun. Hasil utama Ternate waktu itu ialah cengkeh dan pala. Penelitian yang kami lakukan tentang kesultanan Maluku agar pembaca mengetahui lebih dalam tentang kesultanan Maluku yang banyak orang tidak tahu .
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-nya sehingga makalah tentang “Perkembangan islam di kesultanan Maluku” dapat terselesaikan untuk memenuhi tugas Sejarah. Melalui makalah ini kami bermaksud memberikan sekilas informasi mengenai kehidupan politik, kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial budaya serta tokoh-tokoh yang memimpin kesultanan tersebut. Dalam penyelesaian makalah ini kami banyak mendapatkan kesulitan. Berkat buku dan referensi yang kami baca dapat membantu kami untuk menyusun makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Dan kami mengerjakan makalah ini dengan sepengatahuan :
Niken Asih Santjojo S,pd
M. Ismail S,pd
Orang Tua
Kami yakin makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan komentar, kritik serta saran demi penyempurnaan makalah ini. semoga makalah ini bermanfaat. Wassalamu’alaikum wr.wb
Malang, 2 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
A. HALAMAN PENGESAHAN………………………………. B. HALAMAN ABSTRAKSI…………………………………. C. KATA PENGANTAR………………………………………. D. DAFTAR ISI……………………………………………….. E. BAB I (PENDAHULUAN) i) Latar belakang………………………………………… 1 ii) Rumusan masalah……………………………………. 1 iii) Tujuan penelitian……………………………………….2 iv) Metode penelitian………………………………………2 v) Ruang lingkup…………………………………………..2 F. BAB II (KAJIAN PUSTAKA) i) Kerajaan ternate………………………………………..3 ii) Kerajaan tidore………………………………………….4 G. BAB III (METODE PENELITIAN) i) Jenis penelitian……………………………………….. 6 ii) Lokasi penelitian.......................................................6 iii) Pengumpulan data…………………………………….6 iv) Instrument penelitian………………………………….7 v) Analisa data…………………………………………….7 H. BAB IV (ANALISIS DATA/ PEMBAHASAN) I. BAB V (PENUTUP) i) Kesimpulan……………………………………………14 ii) Saran…………………………………………………...14 J. DAFTAR PUSTAKA………………………………………15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kapan masuknya islam dikepulauan Maluku? Siapa saja yang menyebarkan islam dikesultanan Maluku? Serta bagaimana awal perkembangan islam? Masih merupakan pertanyaan semua orang pemerhati sejarah islam dan membutuhkan jawaban pasti. Kepulauan Maluku yang terkenal kaya dengan hasil bumi yang melimpah membuat wilayah ini sejak zaman antik dikenal dan dikunjungi para pedagang seantero dunia. Karena status itu pula Islam lebih dulu mampir ke Maluku sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan lainnya. Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram. Ada juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama berdiri pula Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.
1.2.
Rumusan Masalah a) Bagaimana pemerintahan Kesultanan Maluku ? b) Bagaimana kehidupan social, dan budaya di kesultanan Maluku? c) Bagaimana sejarah kerajaan Islam di Maluku? d) Bagaimana mata pencaharian masyarakat Maluku ?
1
1.3
Tujuan penelitian Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis sejarah
dan perkembangan islam di Maluku mulai dari titik awal penyebaran hingga perkembangannya dalam proses Islamisasi di Maluku dan sekitarnya, menjelaskan perkembangan Islam di kerajaan-kerajaan khusunya kerajaan Islam di Maluku dan sekitarnya serta peninggalan-peninggalan yang sangat melekat dikalangan masyarakat Maluku. Tujuan khususnya yaitu untuk memenuhi tugas ilmu Sejarah. 1.4
Metode penulisan metode penulisan ini kami menggunakan historis serta interpretasi melalui
beberapa buku sumber referensi sejarah. 1.5 Ruang lingkup Ruang lingkup masalah merupakan hal yang sangat penting untuk ditentukan terlebih dahulu sebelum sampai pada tahap pembahasan selanjutnya,agar pembahasan masalah lebih terarah maka penulis memberikan batasan permasalahan pada penelitian ini,adapun batasan masalah tersebut adalah : 1. pemerintahan kesultanan Maluku 2. kehidupan social, ekonomi, budaya 3. masa kejayaan Kesultanan Maluku
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3.1 Kasultanana Maluku A. Kerajaan Ternate Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing. 1. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas. 2. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat. Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
3
3. Kemunduran Kerajaan Ternate Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat
B. Kerajaan Tidore Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab. 1. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersamasama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
4
2. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehariharinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsabangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda. 3. Kemunduran Kerajaan Tidore Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
5
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan ini sependapat dengan yaitu Ali Imron (2002, h 29) pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Penelitian dilakukan melalui pencarian diberbagai buku sejarah, rumusan masalah juga web internet dari berbagai sumber. 3.2 LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ialah tempat atau letak dimana peneliti melakukan penelitian untuk mengungkap kebenaran dari obyek yang diteliti. Penulis meneliti karya tulis ilmiah ini meliputi kasultanan Maluku , lebih tepatnya antara Sulawesi dan Papua. Maluku adalah salah satu wilayah di Indonesia yang bersejarah bagi kita generasi muda. 3.3 PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai bahan yang dikaji. Dan untuk perolehannya perlu adanya metode yang dipakai sebagai bahan pendekatan. Pada dasarnya, penelitian ini dalam perolehan datanya harus disesuaikan dengan permasalahan dan situasi serta kondisi social yang ada. Sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
6
1.observasi non opini Karena yang diteliti sudah lama, maka kami meneliti melalui sumber internet. Banyak sumber yang harus diteliti dengan web milik orang lain.
3.4 INSTRUMEN PENELITIAN Pada
penelitian
ini,
instrument
satu-satunya
adalah
peneliti
sendiri.
Pengukuran dan alat ukur dalam instrument penelitian kualitatif bersifat kualitatif pula, jadi lebih bersifat abstrak tetapi lengkap dan mendalam. Ada beberapa alasan kecenderungan penggunaan instrumen pada penelitian ini, yakni: 1.
Instrumen dapat membantu memperoleh data atas dasar kondisi yang telah diketahui.
2.
Instrumen dapat membuat informasi yang dapat direkam secara permanen untuk dianalisa di masa yang akan datang.Hal ini dilakukan dengan menggunakan kamera, begitu juga melalui hasil tulisan.
3.5 ANALISA DATA Beberapa Tahap Anilis yang Digunakan: a) Membandingkan satu web dengan web lainnya. Mencari kebenaran satu dengan yang lain.kebanyakan satu web dengan web lainnya memiliki kesamaan dan itu lebih mempermudah memenuhi tugas dari bapak Mokhamad Ismail S,pd
7
BAB IV ANALISIS DATA A. LETAK KERAJAAN Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai “The Spicy Island”. Rempahrempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pada abad ke 14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri 4 kerajaan yaitu Jailolo,Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang kolano. Keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu JAFAR SADIK, seorang bangsa Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Kemajuan Ternate membuat iri kerajaan lainnya. Beberapa kali keempat kerajaan tersebut terlibat perang memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Namun, akhirnya mereka dapat mengakhirinya dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam persetujan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat. Kerajaan- kerajaan di Maluku sangat akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa sejak zaman Majapahit. Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban. Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempahrempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama islam di Indonesia. Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan, berdatangan pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan agama Islam.Salah seorang mubaligh yang berjasa menyiarkan agama islam di Maluku ialah Sunan Giri dari Gresik, Jawa Timur. Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Pusat pemerintahan Ternate terdapat di Sampalu. Raja ternate yang pertama ialah Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja Ternate yang terkenal ialah Sultan Harun. Hasil utama Ternate waktu itu ialah cengkeh dan pala.
8
B. KEHIDUPAN POLITIK Di kepulauan Maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa Portugis masuk, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate, Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol memihak Tidore akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di Maluku. Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan Portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan Ternate. Oleh karena itu Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis. Sultan Baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng. C. KEHIDUPAN EKONOMI Tanah di kepulauan Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar Maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat. D. KEHIDUPAN SOSIAL Kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama Katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius. Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa. Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
9
E. KEHIDUPAN BUDAYA Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore. Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore Jejak-jejak arkeologi atau bukti fisik pengaruh budaya Islam dapat dilihat dengan berbagai bentuk tinggalan budaya Islam masa lampau baik peninggalan kerajaan maupun peninggalan daerah negeri-negeri yang bercorak Islam. Daerah Pusat kekuasaan Islam di wilayah Maluku Utara peninggalan arkeologi yang monumental misalnya istana atau kedaton, masjid kuno, alqur’an kuno dan berbagai naskah kuno lainnya, selain tentu saja berbagai benda pusaka peninggalan kerajaan. Sementara itu, di wilayah Maluku bagian selatan, meskipun tidak berkembang menjadi sebuah kesultanan dengan wilayah kekuasaan yang lebih luas, namun pengaruh Islam dapat dilihat dengan adanya negeri-negeri bercorak keagaaam Islam. Diantara negeri mbergabung menjadi kesatuan adat yang menunjukkan adanya ikatan integrasi sosial yang kuat. Meskipun tidak berkembang menjadi daerah Kesultanan namun negeri-negeri tersebut memiliki pemerintahan dan simbol-simbol kepemimpinan tertentu. Selain itu dapat dijumpai pula beberapa bangunan monumental peninggalan Islam yang tidak jauh berbeda dengan peninggalan yang terdapat di pusat-pusat kekuasaan Islam diantaranya masjid kuno, naskah kuno dan berbagai barang pusaka kerajaan Secara arkeologis bukti-bukti kemapanan Islam dapat ditelusuri di wilayah bekas Kerajaan Hitu. Dapat dikatakan pada wilayah bagian selatan kepulauan Maluku, kerajaan Hitu adalah sebuah wilayah dengan keagamaan dan budaya Islam yang paling kuat dan paling mapan. Daerah ini selama ini memang dianggap sebagai wilayah kerajaan Islam di Pulau Ambon yang kekuasaan dan keislamannya sejajar dengan Ternate. Di wilayah ini ditemukan bekas Masjid Kuno Tujuh Pangkat, yang dibangun diatas bukit bernama Amahitu. Selain bekas masjid kuno ditemukan juga naskah alquran kuno dan naskah kuno lainnya, pucuk mustaka masjid kuno, mahkota raja, kompleks makam raja, penanggalan Islam kuno, timbangan zakat fitrah dan lainlain (Handoko, 2006; Sahusilawane 1996). Dari data arkeologi ini dapat menggambarkan bahwa kerajaan Hitu merupakan wilayah kerajaan dengan corak budaya Islam yang kuat. Sejauh ini tidak ditemui bukti-bukti baik secara arkeologis maupun laku budaya hidup yang menunjukkan budaya Islam bercampur baur dengan budaya non Islami. Dengan kata lain, setidaknya budaya Islam yang berkembang di wilayah Hitu, sejauh ini tidak menunjukkan perbedaan yang menyolok dengan daerah pusat penyebaran Islam lainnya. Laku budaya yang ada juga lazim ditemui di daerah lain, misalnya tradisi berziarah ke makam para Raja Hitu, merupakan kegiatan yang lazim sebagaimana daerah lainnya seperti tradisi ziarah ke makam para wali di Jawa. Selain itu di desa Kaitetu, yang pada masa kerajaan merupakan salah satu daerah kekuasaaan Hitu, sampai sekarang masih berdiri kokoh Masjid Tua Keitetu yang konon dibangun pada tahun 1414 M. 10
Selain itu juga tersimpan naskah alquran kuno, kitab barjanzi, naskah penanggalan kuno dan sebagainya. Bukti-bukti arkeologis ini menunjukkan kemapanan Islam di wilayah tersebut. Dapat dilihat bahwa penyebaran Islam di wilayah ini berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam seperti dalam hal dakwah. Di wilayah Kerajaan Hitu misalnya, sangat mungkin naskah alquran kuno merupakan bukti atau untuk media sosialisasi Islam (Handoko, 2006), begitu juga kitab barzanji, naskah hukum Islam dan penanggalan Islam kuno. Data arkeologi ini dapat mewakili gambaran kebudayaan Islam di wilayah pusat-pusat peradaban Islam yang mapan keIslamannya, seperti halnya di wilayah Maluku Utara yang diwakili terutama kerajaan Islam Ternate dan Tidore. Sejak abad ke-13, Ternate dan juga Tidore sudah dikenal dalam kancah perdagangan dunia sebagai pusat perdagangan rempah. Berbagai saudagar yang berasal dari Arab, India, dan Tionghoa serta Persia datang ke wilayah ini untuk berdagang hingga akhirnya para pedagang dari Eropa seperti Inggris, Portugis, Belanda, dan Spanyol juga hadir di wilayah ini, khususnya untuk mencari cengkeh dan pala. Saat itu wilayah Maluku Utara dikenal degan nama Moluku Kie Hara yang secara harfiah berarti gugusan empat pulau bergunung. Keempat pulau itu dikuasai oleh empat kesultanan yaitu Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan yang hingga saat ini masih berjalan. Oleh Keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin. Desember 1511, M de Albuquerque, wakil negara Portugis yang berkedudukan di Malaka pertama kalinya mengirimkan ekspedisi tiga kapal menuju wilayah Maluku. Diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao tiba di Ternate pada tahun 1512. Pada tahun 1521, bangsa Spanyol tiba dengan Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore. Mulailah terjadi persaingan hingga menimbulkan perang antara Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito berhasil mengusir Spanyol Setelah Spanyol meninggalkan Tidore, bangsa Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ternate ini. Maka timbulah perlawanan rakyat dari keempat kesultanan dalam melawan monopoli perdagangan. Hal itu juga terjadi saat bangsa lain datang seperti Inggris dan Belanda dengan niat yang lama hingga peperangan melawan penjajah melahirkan beberapa pahlawan nasional. Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. 11
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu: a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina. b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia. Kerajaan TERNATE (Abad 13 M)
§ Terletak di Maluku § Agama Islam di sana disebarkan oleh Sunan Giri dari Gresik § Raja pertama Sultan Zainal Abidin § Raja terkenal Sultan Hairun § Hasil utama Ternate cengkeh dan pala § Peninggalan kerajaan Ternate :
1. Istana Sulatan Ternate 2. Benteng kerajaan Ternate 3. Masjid di Ternate
12
2. Kerajaan TIDORE (Abad13 M) Raja yang pertama Sultan Mansur Raja terkenal pangeran Nuku
§ Antara Ternate dan Tidore sering terjadi peperangan untuk memperluas daerah kekuasaan § Ternate membentuk persekutuan yang disebut Uli Lima § Tidore membentuk persekutuan yang disebut Uli Siwa (persekutuan sembilan ) § Peninggalan kerajaan Tidore :
1. Benteng-benteng peninggalan Portugis, Spanyol 2. Keraton Tidore
13
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN : Bahwa kesultanan Maluku adalah salah satu wilayah di Indonesia yang harus dilindungi dan harus dilestarikan serta dijaga dengan baik agar tidak menjadi permusuhan antar satu Negara .
SARAN: Berdasarkan uraian di atas, kiranya kita sebagai bagian dari warga negara Indonesia dapat mengapresiasikan perjuangan para tokoh-tokoh yang memperjuangkan agama islam dan daerah NKRI dari belenggu bangsa eropa. Dengan kegigihan dan semangat pantang meneyerah yang mereka miliki sehingga bisa menaklukkan para penjajah. Kita juga harus menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan kebudayaan bangsa kita, karena peningggalan-peninggalan tersebut mengandung nilai-nilai edukasi dan lainlain.
14
DAFTAR PUSTAKA Ismail Jakub, Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Widjaya Djakarta, 1972), hlm. 43 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1998), hlm.153 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 26 zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 141-142 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 222 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Hlm. 27 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 342 http://sejarah.kompasiana.com/2010/05/17/kesultanan-tidore-dari-caliati-hinggasultan-nuku- 143099.html 04/04/2013 12:57 http://aikblaztatosof.blogspot.com/ 04/04/2013 9:37 http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/05/sejarah-islam-kerajaan-bercorakislam.html http://makalahtugasku.blogspot.com/2012/12/makalah-perkembangan-islam-dimaluku.html Triyanto. 2011.LKS TUNTAS. Surakarta : Graha Pustaka www.slideshare.net/christinadtikvianasari/xi-sejarah-kerajaan-islam http://anggiezdev.blogspot.com/2013/11/makalah-sejarah-kerajaan-ternate-dan.html
15