Lembar Kegiatan Siswa.docx

  • Uploaded by: WahyuNovaldiR
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lembar Kegiatan Siswa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,061
  • Pages: 10
LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) A. Pengertian LKS Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan

biasanya

berupa

petunjuk

atau

langkah-langkah

untuk

menyelesaikan suatu tugas. Dan, tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipersentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan (Diknas, 2008: 13). Lembar Kerja Siswa yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dan, pada saat yang bersamaan, peserta didik diberi materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut (Andi Prastowo, 2012: 204)

B. Pentingnya LKS Bagi Kegiatan Pembelajaran Berbicara mengenai pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran, maka kita tidak bisa lepas pengkajian tentang fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS itu sendiri. Berikut ada penjabaran dari masing-masing kajian tersebut. 1.

Fungsi LKS

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik; b. Debagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan; c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta d. Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

2.

Tujuan Penyusunan LKS a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan. c. Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. \

3.

Kegunaan LKS bagi Kegiatan Pembelajaran Bagi kita selaku pendidik, melalui LKS, kita mendapat kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang bisa diterapkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah metode “SQ3R” atau Survey, Question, Read, Recite, and Review (menyurvei,

membuat

pertanyaan,

membaca,

meringkas,

dan

mengulang). Pertama, tahap survei. Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan materi diberikan. Kedua, tahap question. Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk

menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan. Ketiga, tahap read. Pada kegiatan ini, peserta didik dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang diberikan. Keempat, tahap recite. Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca, kemudian diminta untuk meringkas materi menggunakan kalimat mereka sendiri. Kelima, tahap review. Pada kegiatan ini, peserta didik diminta sesegera mungkin untuk melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut. C. Unsur- Unsur LKS sebagai Bahan Ajar Dilihat dari strukturnya, bahan ajar LKS lebih sederhana dari pada modul, namun lebih kompleks dari pada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama yaitu meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Sedangkan dilihat dari segi formatnya, LKS terdiri dari judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu pelaksanaan, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

D. Macam-Macam Bentuk LKS Menurut Andi Prastowo (2012 : 210-211), macam-macam bentuk LKS antara lain : 1.

LKS yang Berfungsi sebagai Penuntun Belajar LKS bentuk ini berisi pernyataan atau isian yang jawabannya ada didalam buku. Peserta didik akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu

peserta

didik

menghafal

dan

memahami

materi

pembelajaran yang terdapat didalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remidiasi. 2.

LKS yang Berfungsi sebagai Penguatan LKS bentuk ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas didalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat didalam buku pelajaran. Selain sebagai pembelajaran pokok, LKS ini juga cocok untuk pengayaan.

3.

LKS yang Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum kedalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum kedalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satub isi (content) dari LKS.

E. Langkah-Langkah Aplikatif Membuat LKS Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjadi harapan semua peserta didik. Karena, LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Peserta didik akan lebih terbius dan terhipnotis untuk membuka lembar demi lembar halamannya. Selain itu mereka akan mengalami kecanduan belajar. maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap pendidik ataupun calon pendidik agar mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang inovatif (Andi Purwanto, 2012 : 211). Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak ; judul, KD yang akan dicapai, waktu

penyelesaian,

peralatan/bahan

yang

diperlukan

untuk

menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan dan laporan yang harus dikerjakan. Menurut Diknas (2008: 23-24), dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.

Analisis Kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materimateri mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompeteni yang harus dimiliki oleh siswa.

2.

Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

3.

Menentukan judul-judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang etrdapat dalam kurikulu,m. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.

4.

Penulisan LKS Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Perumusan KD yang harus dikuasai Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari kurikulum. b. Menentukan alat penilaian Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah

kompetensi, dimana penilaianya didasarkan pada penguasaan kompetensi,

maka

alat

penilaian

yang

cocok

adalah

menggunakan pendekatan penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya. c. Penyusunan materi Materi LKS sangat bergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, inetrnet, jurnal hasil,penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama. d. Struktur LKS  Judul  Petunjuk belajar (petunjuk siswa)  Kompetensi yang akan dicapai  Informasi pendukung  Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja  Penilaian

E-LEARNING

E-learning terdiri dari dua bagian yaitu “e” yang merupakan singkatan dari ‘electronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa/bantuan perangkat elektronika, khusunya perangkat komputer. Karena itu, e-learning sering disebut pula on-line course (Soerkartawi,2003; dalam Deni, 2014). Dalam berbagai literatur, e-learning didefiniskan sebagai berikut : “e-learning is a generic term for all tecnologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and vidiotapes, teleconferencing, satelite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided intruction also commonly refered to as online courses.’ (Soekartawi, Haryono, dan Libero, 2002; dalam Deni, 2014). Dengan demikian, maka e-learning atau pembelajaran online adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa elektronis seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer. Berbagai istilah yang digunakan untuk pendapat tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah : on-line learning, internet-enable learning, virtual learning, atau web based learning( Newsletter of ODLQC, 2001; dalam Deni, 2014). Persyaratan untuk menunjang keterlaksanaan e-learningdapat diambil tiga hal penting, yaitu : (1) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (jaringan dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet), jaringan dapat saja dengan LAN atau WAN; (2) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak; dan (3) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan. Disamping ketiga persyaratan tersebut di atas, masih dapat ditambahkan persyaratan-persyaratan lainnya untuk menunjang terlaksananya e-learning antara lain : (1) lembaga yang menyelenggarakan/ mengelola kegiatan pembelajaran mengerti cara mengelola sistem pembelajaran ini; (2) sikap positif peserta didik

dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet; (3) rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari diketahui oleh setiap peserta pelajar; dan

(5)

mekanisme

umpan

balik

yang

dikembangkan

oleh

lembaga

penyelenggara. Kartasasmita (2003) mengemukakan bahwa salah satu ciri e-learning adalah adanya pembelajaran dengan kombinasi teknologi dan berbagai terapan praktis, serta dengan kesegeraan kemudahan akses ke sumber belajar, ke pengajar dan ke sesama pembelajar, melalui internet. Cisco dalam Deni (2014) mendeskripsikan e-learning dalam berbagai karakteristik, antara lain : (1) elearning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online; (2) e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya hasil-hasil belajar yang diperoleh hanya secara konvensional, sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi; (3) e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional didalam kelas, tetapi memperkuat model belajar konvensional melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi pendidikan; e-learning akan menyebabkan kapasitas peserta didik bervariasi bergantung pada bentuk konten dan alat penyampaiannya. Makin baik keselarasan antara konten dan alat penyampaian dengan gaya belajar peserta didik, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberikan hasil yang lebih baik. Fungsi E-learning Siahaan dalam Deni (2014) mengemukakan terdapat tiga fungsi e-learning dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas (classroom instruction), yaitu : a. Suplemen (Tambahan) e-learning berfungsi sebagai suplemen (tambahan), yaitu peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi e-learning. Sekalipun sifatnya opsinal, peserta didik

yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. b. Komplemen (Pelengkap) e-learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu : materinya diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik didalam kelas. Disini berarti materi e-learning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (penguatan) atau remedial bagi peserta didik didalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. c. Subsitusi (Pengganti) Ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dpat dipilih peserta didik, yaitu : (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional); (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet; atau (3) sepenuhnya melalui internet. Manfaat E-Learning Siahaan dalam Deni (2014) melihat manfaat e-learning dari dua sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan pendidik. 1.

Peserta Didik a) Belajar di sekolah-sekolah kecil didaerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya; b) Mengikuti program pendidikan di rumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orang tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer; c) Merasa fobia dengan sekolah atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit atau dirumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada diberbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri; dan d) Tidak

tertampung

pendidikan. 2.

Pendidik/Instruktur

di

sekolah

konvensional

untuk

mendapatkan

Dengan adanya kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh pendidik antara lain : a) Lebih mudah melakukan pemuktahiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi; b) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak; c) Mengontrol kegiatan belajar peserta didik, bahkan pendidik juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang; d) Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu; e) Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Darmawan, Deni. 2014. Pengembangan E-Learning Teori dan Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal. Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Related Documents


More Documents from "Anonymous FYnBl0IzQZ"

Ketikan.docx
December 2019 3
Lembar Kegiatan Siswa.docx
December 2019 12
Rpp Eva.docx
December 2019 3
Blanko_kp4.docx
December 2019 9