Learning Issue Blok 9 Cfox.docx

  • Uploaded by: ratuurizky
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Learning Issue Blok 9 Cfox.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,213
  • Pages: 12
Learning Issue 1. Nyeri secara umum dan abdomen a. Pengertian Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan.

The International Association for the Study of Pain (IASP) Sub-committee on Taxonomy (1986) memformulasikan definisi nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or potential tissue damage or is described in terms of such damage”. Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan keruakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjdi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut. Definisi nyeri menurut Tamsuri (2007) nyeri adalah mekanisme pertahanan protektif bagi tubuh; timbul bilanama jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri abdomen adalah adalah suatu keadaan klinis akibat kegawatan dironggaperut timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. b. Etiologi Menurut etiologinya dibagi ke dalam nyeri nosiseptik serta nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptik ialah nyeri yang ditimbulkan oleh mediator nyeri, seperti pada pasca trauma-operasi dan luka bakar. Nyeri neuropatik yaitu nyeri yang ditimbulkan oleh rangsang kerusakan saraf atau disfungsi saraf seperti pada diabetes mellitus dan herpes zoster. Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan dalam dua penyebab antara lain yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan penyebab yang berhubungan dengan psikis. Secara fisik contohnya nyeri yang disebabkan trauma (baik terauma mekanik, termis kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain. Secara psikis, penyebabnya dapat terjadi karena adanya trauma psikologis. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik, yang biasa disebut dengan istilah psikosomatik. Nyeri karena faktor ini disebut pula dengan psychogenic pain. Sedangkan penyebab nyeri Abdomen biasanya cepat diketahui misalnya, makan terlalu kenyang, makanan yang terlalu banyak asam, pedas, dan kebanyakan minum minuman beralkohol. Nyeri abdomen juga dapat terjadi karena diare atau sembelit. Banyak wanita yang mengalami nyeri pada daerah pinggul dan perut bagian bawah pada waktu haid. Nyeri dapat terjadi sebelum atau selama haid, atau pada saat ovulasi. Nyeri abdomen dapat pula terjadi karena gangguan psikis. Misalnya karena kegelisahan seperti pada anak yang baru masuk sekolah atau pada orang dewasa yang baru pindah lingkungan kerja. c. Patogenesis Nyeri berdasarkan mekanismenya melibatkan persepsi dan respon terhadap nyeri tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu: tranduksi/ transduction, transmisi/transmission, modulasi/modulation, dan persepsi/ perception (McGuire & Sheilder, 1993; Turk & Flor, 1999). Keempat proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: - Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi. - Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal. - Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya.

-

Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006)

Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler . Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P

(SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan migrain . Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Silbernagl & Lang, 2000)

KATEGORI RESEPTOR NYERI Terdapat tiga kategori nosiseptor: Nosiseptor mekanis berespons terhadap kerusakan mekanis misalnya tersayat, terpukul, atau cubitan; nosiseptor suhu berespons terhadap suhu ekstrim, terutama panas; dan nosiseptor polimodal berespons sama kuat terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk bahan kimia iritan yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera. SERAT NYERI AFEREN CEPAT DAN LAMBAT Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke SSP melalui salah satu dari dua jenis serat aferen (Tabel 6-2). Sinyal yang berasal dari nosiseptor yang berespons terhadap kerusakan mekanis seperti terpotong atau kerusakan suhu seperti terbakar disalurkan melalui serat A-delta halus bermielin dengan kecepatan hingga 30 m/dtk (jalur nyeri cepat). Impuls dari nosiseptor polimodal yang berespons terhadap bahan kimia yang dilepaskan ke CES dari jaringan yang rusak disalurkan oleh serat C halus tak-bermielin dengan kecepatan yang lebih rendah, yaitu 12 m/dtk atau kurang (jalur nyeri lambat).

PEMROSESAN MASUKAN NYERI DI TINGKAT YANG LEBIH TINGGI Banyak struktur berperan dalam pemrosesan nyeri. Serat nyeri aferen primer, jalur nyeri asendens di korda spinalis, dan daerah-daerah otak terlibat pada persepsi nyeri. Serat-serat nyeri aferen primer bersinaps dengan antarneuron ordo-kedua spesifik di tanduk dorsal korda spinalis. Sebagai respons terhadap potensial aksi yang dipicu oleh rangsangan, serat-serat nyeri aferen mengeluarkan neurotransmiter yang memengaruhi neuron-neuron berikutnya. Dua neurotransmiter yang paling banyak diketahui adalah substansi P danglutamat. Substansi P, yang unik bagi serat nyeri, mengaktikan jalur-jalur asendens yang menyalurkan sinyal nosiseptif ke tingkat yang lebih tinggi untuk pemrosesan lebih lanjut. Jalurjalur nyeri asendens memiliki tujuan berbeda-beda di korteks, talamus, dan formasio retikularis. Daerah pemrosesan somatosensorik di korteks menentukan lokasi nyeri, sementara daerah-daerah korteks lain ikut serta dalam komponen sadar pengalaman nyeri lainnya, misalnya refleksi tentang kejadian. Nyeri tetap dapat dirasakan tanpa adanya korteks, mungkin di tingkat talamus. Formasio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang merusak. Interkoneksi dari talamus dan formasio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik memicu respons perilaku dan emosi yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri. Sistem limbik tampaknya penting dalam mempersepsikan aspek nyeri yang tidak menyenangkan.

Otak memiliki sistem analgesik inheren. Selain rangkaian neuron yang menghubungkan nosiseptor perifer dengan struktur-struktur SSP yang lebih tinggi untuk persepsi nyeri, SSP mengandung sistem analgesik atau penekan nyeri inheren yang menekan penyaluran impuls di jalur nyeri sewaktu impuls tersebut masuk ke korda spinalis. Tiga regio batang otak merupakan bagian jalur analgesik desendens ini: substansia grisea periakuaduktus (substansia grisea yang mengelilingi akuaduktus serebrum, suatu saluran sempit yang menghubungkan rongga ventrikel ketiga dan keempat) serta nukleus spesifik di daerah medula dan forrnasio retikularis. Rangsangan listrik pada ketiga bagian otak ini menghasilkan efek analgesia kuat. Substansia grisea periakuaduktus merangsang neuron tertentu yang badan selnya terletak di medula dan formasio retikularis dan yang berakhir di antarneuron inhibitorik di kornu dorsalis medula spinalis. Antarneuron inhibitorik ini melepaskan enkefalin, yang terikat pada reseptor opiat μ pada terminal serat nyeri aferen. Orang telah lama mengetahui bahwa morfin, suatu komponen dalam tanaman opium, adalah suatu analgesik kuat. Para peneliti beranggapan bahwa kecil kemungkinannya bahwa tubuh dianugerahi reseptor opiat hanya untuk berinteraksi dengan bahan kimia yang berasal dari sejenis bunga. Karenanya mereka mulai melakukan penelitian untuk mencari bahan yang secara normal berikatan dengan reseptor opiat ini. Hasilnya adalah penemuan opiat endogen (bahan miripmorfin)—endorfin, enkefalin, dan dinorfin—yang penting dalam sistem analgesik alami tubuh. Opiat-opiat endogen ini berfungsi sebagai neurotransmiter analgesik. Pengikatan enkefalin dari kornu dorsalis antarneuron inhibitorik dengan terminal serat nyeri aferen menekan pelepasan substansi P melalui inhibisi prasinaps, sehingga transmisi lebih lanjut sinyal nyeri dihambat. Morfin berikatan dengan reseptor opiat yang sama, yang menjelaskan sangat berperan dalam sifat analgesiknya. Selanjutnya, injeksi morfin ke substansia grisea periakuaduktus dan medula

menyebabkan efek analgesia kuat, menunjukkan bahwa opiat endogen juga dilepaskan secara sentral untuk menghambat nyeri.

d. Jenis-jenis Berdasarkan lokasinya Sulistyo (2013) dibedakan nyeri menjadi: 1) Nyeri Ferifer Nyeri ini ada tiga macam, yaitu : - Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa - Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi dari reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks. - Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari penyebab nyeri. 2) Nyeri Sentral Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak dan talamus. 3) Nyeri Psikogenik Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri. Nyeri berdasarkan sifatnya : 1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. 2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama. 3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi. 4) Nyeri Kontinu, akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-

menerus karena proses berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. 5) Nyeri kolik, yaitu nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya

disebabkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intralumen). Nyeri berdasarkan berat ringannya: 1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah. 2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. 3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan 1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner. 2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan, yang mempunyai pola beragam yang berlangsung berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun. Ragam nyeri tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan begitu seterusnya.Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-

menerus terasa makin lama semaki meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengbatan, (nyeri karena neoplasma).

Cara Transmisi 1) Nyeri Nosiseptif Nyeri yang terjadi karena melibatkan organ dan ditransmisikan melalui nosiseptor. 2) Nyeri Neuropatik Nyeri yang terjadi akibat lesi di SSP(Sentral) atau kerusakan saraf perifer (nyeri perifer) . Mekanisme yang menyebabkan terjadinya sensitisasi diperkirakan adalah perubahan molecular di ujung ujung nosiseptif. Lepas muatan ektopik serat nyeri aferen, perubahan fisiologik reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA) yang menyebabkan nyeri nosiseptif kronik, sindrom nyeri thalamus adalah contoh nyeri neuropatik sentral. Nyeri neuropatik perifer akibat kerusakan saraf perifer. Faktor –faktor yang mempengaruhi respon nyeri: 1. Usia Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Sebagai contoh anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus mereka terima (Potter & Perry, 2006). 2. Jenis kelamin Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan mempengaruhi jenis kelamin misalnya ada yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Rahadhanie dalam Andari, 2015) 3. Makna nyeri Individu akan berbeda-beda dalam mempersepsikan nyeri apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri yang berbeda dengan wanita yang mengalami nyeri cidera kepala akibat dipukul pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter & Perry, 2006). e. Penanganan Nyeri Penanganan nyeri dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan nyeri secara farmakologis yaitu dengan menggunakan terapi medis obat-obatan analgetik atau obat menghilang rasa nyeri.Penanganan non farmakologis dilakukan melalui metode dan tekhnik-tekhnik yang kini mulai banyak dikembangkan.Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain distraksi atau mengalihkanperhatian klien dari nyeri, kompres panas atau dingin, massage (pijatan), teknik relaksasi.

2. Regio Mc burney dan Pemeriksaan Lokalis

Proyeksi permukaan appendix vermiformis yang umum adalah titik McBurney, yang berada pada 1/3 garis ke atas antara spina iliaca anterior superior (SIAS) kanan dan umbilicus. Proyeksi permukaan basis appendix vermiformis terletak pada pertemuan antara 1/3 lateral dan 1/3 tengah garis dari SIAS sampai umbilicus (titik McBurney). Pasien dengan masalah appendix vermiformis dapat menjelaskan adanya rasa nyeri pada daerah dekat lokasi ini. Suplai arterial untuk appendix vermiformis berasal dari: arteria appendicularis dari arteria ileocolica (dari arteria mesenterica superior). Dasar Appendix vermiformis berproyeksi ke titik McBURNEY (transisi antara sepertiga lateral dan dua pertiga medial pada garis yang menghubungkan Umbilicus dengan Spina iliaca anterior superior). Lokasi ujung Appendix lebih bervariasi dan berproyeksi ke titik LANZ (transisi antara sepertiga kanan dan dua pertiga kiri pada garis yang menghubungkan kedua Spina iliacae anteriores superiores. Diagnosis apendisitis sering tidak mudah ditegakkan karena nyeri Abdomen kanan bawah juga dapat disebabkan oleh enteritis atau, pada perempuan, karena peradangan Ovarium atau Tuba uterina. Oleh sebab itu, nyeri yang diinduksi dengan menekan dan melepaskan (nyeri tekan rebound) tangan di atas titik McBURNEY atau LANZ merupakan tanda pembeda penting.

Cara pemerirksaan Mc.Burney

Pemeriksaan Lokalis

a. Pemeriksaan lokalis abdomen 1. Inspeksi Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Karakter klinis dari apendisitis dapat bervariasi, namun umumnya ditampikan dengan riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan pertama kali di ulu hati. Bisa diikuti mual dan muntah, demam ringan. Appendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch (analog dengan Bursa Fabricus) membentuk produk immunoglobulin, berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter 0,5-1 cm, dan berpangkal di sekum. 1 Radang pada bagian appendiks dapat menyebabkan nyeri. Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah beberapa jam, sampai dengan 24 jam. Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari umblikus ke SIAS kanan, yang disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam dan diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc Burney juga dirasakan pada penekanan regio iliaka kiri, yang biasa disebut tanda Rovsing. Jika apendiks terletak di depan ileum terminal dekat dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat jelas.

2. Palpasi Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu: 

Nyeri tekan di Mc. Burney.



Nyeri lepas.



Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal (perut tegang dan adanya tahanan dari otot perut. 2

Posisi pasien dipengaruhi oleh posisi dari apendiks. Jika apendiks ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara sekum dan otot psoas) nyeri tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang. Jika apendiks terletak retrosekal nyeri di iliaka kiri tidak terasa. Ketika apendiks dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika kita coba meluruskan maka akan terjadi nyeri pada lokasi apendiks (tanda psoas). Jika apendiks terletak di dekat otot obturator internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien (tanda obturator).

Rovsing’s sign

Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.

Psoas sign atau Obraztsova’s sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan positif menandakan apendiks berada di retrocaecal.

Obturator sign

Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina. Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri tanda adanya apendisitis pelvika.

Dunphy’s sign

Pertambahan nyeri pada regio kanan bawah dengan batuk.

Ten Horn sign

Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic atau testikel kanan

Kocher (Kosher)’s sign

Nyeri awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.

Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign

Nyeri pada perut kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri.

Bartomier-Michelson’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang.

Aure-Rozanova’s sign

Bertambahnya nyeri dengan jari palpasi pada petit triangle kanan. Positif pada apendiks yang terkletak retrocaecal.

Blumberg sign

Disebut

juga

dengan

nyeri

lepas.

Palpasi pada kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba

Tabel 1. Tanda Apendisitis Posisi pasien dipengaruhi oleh posisi dari apendiks. Jika apendiks ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara sekum dan otot psoas) nyeri tidak terasa di titik McBurney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang. Jika apendiks terletak retrosekal nyeri di iliaka kiri tidak terasa. Ketika apendiks dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika kita coba meluruskan maka akan terjadi nyeri pada lokasi apendiks (tanda psoas). Jika apendiks terletak di dekat otot obturator internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien (tanda obturator).

McGuire, D. B. (1997). Measuring pain. In M. Frank-Stromborg & S. J. Olsen. Instruments for clinical health-care research (2nd edition) (pp. 528-564). Boston: Jones and Bartlett Publisher. Davis, M. P. (2003). Cancer pain. The Retrieved December 2005, from http://www.clevelandclinicmeded.com

Turk, D. C. & Flor, H. (1999). Chronic pain: A biobehavioral perspective. In R. J. Gatchel & D. C. Turk (Ed.). Psychosocial factors in pain (pp. 18-34). New York: The Guilford Press

Anmal :

a. Apa makna dari nyeri perut hebat sejak 3 jam yang lalu pada kasus ini? Nyeri yang dirasakan sebagai nyeri akut, timbulnya mendadak dan langsung parah. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Umumnya pasien nyeri visceral didaerah epigastrium disekitar umbilicus akan terasa samarsamar. Dalam beberapa jam nyeri akan pindah kekanan, kearah titik McBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya.

b. Bagaimana interpretasi pemeriksaan lokalis regio McBurney? Pemeriksaan lokalis : Nyeri tekan region Mc Burney (+) Melakukan penekanan terhadap titik McBurney (McBurney's point) yang terdapat di 2/3 antara umbilikus dan anteriot superior iliac spine (ASIS). (+) : terdapat nyeri tekan pada McBurney's point. (Abnormal) (–) : tidak ada nyeri tekan. (Normal)

Interpretasinya adalah, terjadi peradangan apendiks yang terletak pada region McBurney 1/3 lateral antara garis SIAS kanan dan umbilicus. Setelah mukosa terkena kemudian serosa juga terinvasi sehingga akan merangsang peritoneum parietale maka timbul nyeri somatic yang khas yaitu di sisi kanan bawah (titik Mc Burney)

c. Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan pada regio McBurney pada kasus ini? Untuk diagnose apendisitis. Untuk mengetahui organ apa yang nyeri pada kasus ini dan untuk mempermudah menindak lanjuti kasus ini.

Related Documents

Issue 9
November 2019 12
Issue 9
November 2019 15
Appendiks Blok 9.docx
June 2020 7
Blok 9.docx
July 2020 6

More Documents from "anggi"