Lc Dr Imam Ganang.docx

  • Uploaded by: Gisti Adiasta
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lc Dr Imam Ganang.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,321
  • Pages: 13
LONG CASE

ODS KONJUNGTIVITIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Mata RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

DiajukankepadaYth: dr. Imam Masduki, Sp.M., M.Sc

Disusunoleh: Ganang Azhar Guntara 201540102013

BAGIAN ILMU MATA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017

LEMBAR PENGESAHAN LONG CASE Konjungtivitis

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Mata Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Ganang Azhar Guntara

Mengetahui Dosen Penguji Klinik

dr Imam Masduki, Sp.M., M.Sc.

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. RA

Jenis Kelamin

: perempuan

Usia

: 46 tahun

Tanggal Periksa

: 11 Juli 2017

ANAMNESIS Keluhan utama: Mata sebelah kiri dan kanan gatal, kemerahan dan mengeluarkan sekret Riwayat Penyakit Sekarang :Seorang wanita berusia 46 tahun datang ke RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan keluhan berupa mata sebelah kiri dan kanan mengalami kemerahan disertai keluarnya sekret berwarna putih kekuningan dan tidak lengket. Keluhan dirasakan lebih dari 1 minggu SMRS dan sudah diobati namun belum sembuh. Tidak ada keluhan mata kabur, melihat berbayang, pusing, lelah mata, pedih atau silau. Riwayat Penyakit Dahulu: Penyakit mata serupa (-), DM (-), hipertensi (-) Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit mata serupa (-), tidak ada riwayat HT dan DM Riwayat Personal Sosial : pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.

PEMERIKSAAN FISIK KeadaanUmum: Baik Kesadaran: Compos Mentis Vital Signs: TD : 137/90 mmHg, N : 83x/menit

Pemeriksaan

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Visus

6/9, pinhole maju 6/6

6/9, pinhole maju 6/6

Posisi Bola Mata

Simetris

Simetris

Pergerakan Bola Mata

Bebas

Bebas

Silia

Tak ada kelainan

Tak ada kelainan

Hiperemis (-),

Hiperemis (-),

edema (-), benjolan (-),

edema (-), benjolan (-),

Hiperemis (-),

Hiperemis (-),

edema (-), benjolan (-),

edema (-), benjolan (-),

Konjungtiva

Secret (+), hiperemi (+)

Secret (+), hiperemi (+)

Kornea

edema (-)

edema (-)

Dalam, hifema (-),

Dalam, hifema (-),

hipopion (-)

hipopion (-)

Pupil

Isokor, reflek cahaya (+)

Isokor, reflek cahaya (+)

Iris

Hitam

Hitam

Lensa

Jernih

Jernih

TIO

-

-

Palpebra Superior

Palpebra Inferior

COA

DIAGNOSIS KERJA OS Konjungtivitis Bakteri DIAGNOSIS BANDING Konjungtivitis viral PENATALAKSANAAN C. Polydex e.d. 4 kali sehari 1 tetes mata kanan dan kiri C. Floxa e.d. 4 kali sehari 1 tetes mata kanan dan kiri

PROGNOSIS Vitam

: dubia ad bonam

Functionam

: dubia ad bonam

Sanationam

: dubia ad bonam

Kosmetika

: dubia ad bonam

I.

Anatomi Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :



Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.



Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera dibawahnya.



Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva memiliki tiga fungsi utama : 

Mempermudah pergerakan bola mata dikarenakan terdapat hubungan lepas antara konjungtiva bulbi dengan sklera, dan terdapat celah di antara jaringan konjungtiva forniks yang menyebabkan bola mata dapat bergerak bebas kesegala arah.



Lapisan

konjungtiva

yang lembut

dan

lembab

memperlancar

dan

mempermudah aliran selaput lendir mukus tanpa menimbulkan rasa sakit. Tear film berfungsi sebagai pelumas. 

Konjungtiva berfungsi sebagai proteksi terhadap zat-zat pathogen karena dibawah konjungtiva palpebra dan didalam forniks terdapat limfosit dan sel plasma. Juga terdapat substansi antibakterial, immunoglobulin, interferon dan prostaglandin yang membantu melindungi mata.

1.2 Definisi Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Reaksi inflamasi ini ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler dan eksudasi. Konjungtivitis dapat dibedakan menjadi dua bentuk : 

Konjungtivitis akut yaitu reaksi peradangan yang muncul tiba-tiba dan diawali dengan satu mata (unilateral) serta dengan durasi kurang dari 4 minggu.



Konjungtivitis kronis yaitu reaksi peradangan yang durasinya lebih dari 3 – 4 minggu.

1.3 Epidemiologi Konjungtivitis merupakan kelainan pada mata dengan frekuensi terbanyak.2 1.4 Etiologi Banyak hal yang dapat menyebabkan konjungtivitis. Bisa disebabkan oleh infeksi seperti bakteri, virus, parasit dan jamur, bisa juga disebabkan oleh non infeksi seperti alergi, iritasi yang lama pada mata,zat-zat yang bersifat toksik atau karena ada kelainan sistemik lain seperti Sindroma Steven Johnson.1,2 Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi terjadi akibat kontaminasi langsung dengan mikroorganisme patogen (seperti kontak dengan tangan, handuk, berenang), ditambah lagi dengan adanya faktor pendukung seperti menurunnya system kekebalan tubuh sebagai mekanisme pertahanan terhadap reaksi infeksi inflamasi akan memperberat munculan klinis konjungtivitis.2

II. Gejala konjungtivitis Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia. Sensasi benda asing dan sensasi tergores atau terbakar sering dihubungkan dengan edema dan hipertrofi papila yang biasanya menyertai hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea agaknya juga terkena.

III. Tanda-tanda konjungtivitis Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berarir, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, hemosis, folikel, pseudomembran dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikular. Hiperemia adalah tanda klinis konjungtivitis akut yang paling menyolok. Kemerahan paling jelas di fornikas dan makin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh

konjungtiva posterior. Warna merah terang

mengesankan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengesankan iritasi oleh penyebab fisik seperti angin, matahari, asap, dll., tetapi sesekali bisa muncul pada penyakit yang berhubungan dengan ketidakstabilan vaskular.

Mata berarir (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut. Kurangnya sekresi air mata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sika. Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudatnya berlapislapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika. Pada hampir semua jenis konjungtivitis didapatkan kotoran mata di palpebra saat bangun tidur, jika eksudatnya sangat banyak dan palpebranya saling melengket, agaknya konjungtivitis disebabkan oleh bakteri atau klamidia. Pseudoptosis adalah terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat, misalnya trakoma dan keratokonjungtivitis epidermika. Hipertrofi papilar adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentul substansi papila (bersama sel eksudat) mencapai membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung. Esudat radang mengumpul di antara-serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva. Bila papilnya kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin, seperti beludru. Konjungtiva dengan papila merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia. Pada infiltrasi berat konjungtiva dihasilkan papila raksasa. Pada keratokonjungtivitis vernal, papila ini disebut sebagai “papila cobblestone”. Kemosis konjungtiva sangat mengarah pada konjungtivitis alergika, tetapi dapat timbul pada konjungtivitis gonokokus atau meningokokus akut dan terutama pada konjungtivits adenoviral. Kemosis konjungtiva bulbaris terlihat pada pasien trikinosis. Kemosis kadang dapat terlihat sebelum nampak infitrat atau eksudat. Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtivitis virus, semua kasus konjungtivitis klamidia, kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, beberapa kasus konjungtivitis toksik yang diinduksi oleh pengobatan topikal. Folikel-folikel di forniks inferior dan tepi tarsus mempunyai sedikit nilai diagnostik, tetapi jika terdapat pada tarsus (terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidia, viral, atau toksik.

IV. Diagnosis Banding Temuan klinis dan sitologi Gatal Hiperemia Mata berair Eksudasi Adenopati periauikular

Viral

Bakteri

Klamidia

Alergika

Minimal Generalisata Banyak Minimal Sering

Minimal Generalisata Sedang Banyak Jarang

Hebat Generalisata Minimal Minimal Tak ada

Bakteri, PMN

Minimal Generalisata Sedang Banyak Hanya sering pada konjungtivitis inklusi PMN, sel plasma, badan inklusi

Sesekali

Tak pernah

Tak pernah

Pada kerokan Monosit eksudar yang dipulas Disertai sakit Sesekali tenggorokan dan demam

Eosinofil

1. Konjungtivitis Akut Konjungtivitis bakteri merupakan hasil dari pertumbuhan bakteri secara berlebihan dan menginfiltrasi lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang substansia propia. Sumber infeksi adalah kontak langsung dengan sekret individu terinfeksi atau (biasanya melalui kontak tangan-mata) atau penyebaran infeksi dari organisme yang berkolonisasi di mukosa nasal dan sinus pasien tersebut. Obstruksi duktus

nasolakrimal,

dakriosistitis,

dan

kanalikulitis

dapat

menyebabkan

konjungtivitis bakteri unilateral.3 Walaupun dapat sembuh sendiri, konjungtivitis bakteri bisa bermanifestasi hebat dan mengancam penglihatan apabila disebabkan oleh spesis bakteri virulen seperti N.gonorrhoeae atau S.pyogenes. Pada kasus yang jarang, ini dapat memberikan tanda penyakit sistemik yang mengancam nyawa, seperti konjungtivitis yang disebabkan oleh N.meningitides.3 2. Konjungtivitis Purulen Akut Konjungtivitis

purulen

akut,

suatu

bentuk

konjungtivitis

bakteri,

dikarakteristikkan sebagai akut (< 3 minggu), infeksi pada permukaan konjungtiva yang sembuh sendiri yang menimbulkan respon inflamasi akut dengan sekret

purulen. Kasus dapat terjadi secara spontan atau secara epidemik. Patogen penyebab yang paling utama adalah S pneumonia, S aureus , dan Haemophilus influenza. 3. Konjungtivitis Gonokokal Organisme yang umum menyebabkan konjungtivitis hiperpurulen adalah N gonorrhoeae. Konjungtivitis gonokokal adalah penyakit menular seksual hasil dari perpindahan genital-mata, kontak genital-tangan-okular, transmisi maternal-neonatus sewaktu melahirkan per vaginam. 4. Konjungtivitis Klamidia Trakoma adalah penyakit infeksi yang terjadi pada komuniti dengan hiegine yang buruk dan sanitasi yang inadekuat. Kebanyakan infeksi ditularkan melalui mata ke mata. Penularan juga dapat terjadi melaui lalat dan serangga rumah tangga yang lain. Serangga ini juga menyebarkan bakteri lain yang menyebabkan infeksi bakteri sekunder pada pasien trakoma.

5. Konjungtivitis Viral Konjungtivitis viral dapat berasal dari droplet saluran nafas atau perpindahan langsung dari tangan ke mata. Kebanyakan infeksi virus mengenai bagian epitel, baik konjungtiva maupun kornea, sehingga lesi pada infeksi virus khas berupa keratokonjungtivitis. Pada sebagian infeksi virus, kerusakan konjungtiva lebih menonjol, seperti pada pharyngo-conjunctival fever, dan sebagian lainnya lesi pada kornea lebih jelas, seperti pada herpes simpleks. Setelah masa inkubasi kira-kira 5 – 12 hari, akan terjadi fase akut yang menimbulkan gejala hiperlakrimasi, hyperemia konjungtiva dan pembentukan folikel. 6. Konjungtivitis Alergi Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai IgE. Allergen biasanya bersifat airborne, masuk ke tear film dan berkontak dengan sel mast konjungtiva yang menyebabkan pecahnya sel mast dan melepaskan histamine dan mediator inflamasi lain. -

Vernal keratoconjunctivitis : berulang pada musim tertentu dan pada daerah tropis (panas) bisa menetap. Reaksi imunologi diperantarai oleh reaksi hipersensivitas tipe I dan IV.

-

Atopic Keratoconjunctivitis : pada pasien dengan riwayat dermatitis atopi. AKC merupakan reaksi hiprsensitivitas tipe IV.

-

Giant Papillary Conjunctivitis : kontak lama dengan antigen tertentu seperti lensa kontak, benang, dan prostese.

7.

Konjungtivitis Jamur Konjungtivitis jamur merupakan jenis konjungtivitis yang jarang terjadi. Konjungtivitis Jamur biasannya ditemukan bersamaan dengan keratomicosis, namun dapat saja tidak muncul bersamaan. Penyebab tersering dari konjungtivitis jamur adalah Candida albicans. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix scehnckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis.

8.

Konjungtivitis Parasit Konjungtivitis Parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia calliforniensis, Loa loa,

Ascarislumbricoides,

Trichinellaspiralis

,Schistosomahaematobium,

Taeniasolium, dan Pthirus pubis. 9.

Konjungtivitis Kimia atau Iritatif Konjungtivitis Kimia atau Iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabakan kongjungtivitis. Substansi yang dapat bersifat iritatif seperti asam, alkali, asap dan angin. Gejala yang dapat timbul dapat berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,

dan

blefarospasme. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh pemberian obat topical jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomicyn, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi.

Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis yang penting pada pasien konjungtivitis adanya riwayat kontak dengan

penderita yang sama, riwayat alergi, riwayat hiegienitas, dan riwayat kontak dengan bahan iritan. Disamping itu juga perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : -

Ketajaman penglihatan

-

Pemeriksaan slit lamp

-

Pewarnaan sekret mata dengan Giemsa dan Metylen Blue untuk mengetahui penyebabnya bakteri atau virus dan pemberian KOH untuk yang dicurigai disebabkan jamur

-

Kultur kerokan konjungtiva

Pemeriksaan Penunjang Pewarnaan sekret dengan Giemsa, prosedur yang dilakukan antara lain : -

Ambil sekret yang menumpuk di konjungtiva foniks, letakkan di object glass, keringkan slide dengan udara selama 15 menit

-

Fiksasi dengan methanol 95% selama 5-10 menit

-

Keringkan

-

Buat campuran dengan mencampurkan setiap 2 tetes larutan Giemsa kedalam setiap milimeter air suling buffer. Rendam slide kedalamcampuran selama 15 menit

-

Cuci kedalam air suling buffer

-

Keringkan

Pewarnaan gram dengan Gentian Violet -

Fiksasi slide dengan pewarnaan ringan (api)

-

Aliri dengan Gentian Violet (15 detik )

-

Bilas dengan air mengalir

-

Aliri dengan gram’s iodin /lugol (15 detik)

-

Bilas dengan air mengalir

-

Aliri dengan alkohol 96% sekilas

-

Bilas dengan air mengalir

-

Keringkan

Hasil yang terlihat dibawah mikroskop adalah : Pada pemeriksaan gram untuk membedakan gram positif atau gram negatif, sedangkan untuk pemeriksaan giemsa untuk membedakan infeksi virus atau bakteri.

Terapi Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi dengan antimikroba topikal spektrum luas, misal polimiksin-trimetprim. Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan gram0-nya menunjukkan diplokokus gram negatif, sugestif Neisseria, harus segera dimulai terapi topikal dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberikan dosis tunggal per intramuscular biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxone parenteral, 1-2 g per hari selama 5 hari. Pada fasilitas primer dapat diberikan tetes mata kloramfenikol (0,5%-1%) sebanyak 6 kali sehari atau salep mata minimal 3 kali sehari, dapat ditambah air mata buatan jika dicurigai iritasi. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah persebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan higienitas perorangan secara khusus. Administrasi

steroid

topikal

dapat

mengurangi

peradangan

pada

konjungtivitis. Pada pemakai lensa kontak, sebaiknya dilepas hingga 48 jam setelah gejala menghilang dan selama pemberian antibiotika topikal.

Prognosis Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, tanpa diobati infeksi dapat berlangsung 10-14 hari dan jika diobati dengan pengobatan yang memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokok (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan konjungtivitis gonokok (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk meningokokus ke dalam darah dan meninges, septikemia dan meningitis dapat menjadi hasil akhir konjungtivitis meningokokus. Konjungtivitis bakteri kronik mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology. (2011). BCSC Section 8: External Disease and Cornea (2011-2012). AAO. Bowling, B. (2016). Kanski's Clinical Ophthalmology A Systemic Approach. Elsevier. Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014. Riordan-Eva, P., & Whitcher, J. P. (2008). Vaughan & Asbury's General Ophthalmology. McGraw-Hill.

Related Documents

Lc Dr Imam Ganang.docx
October 2019 16
Imam
May 2020 43
Imam
April 2020 52
Imam
June 2020 32
Baby Lc
June 2020 2

More Documents from ""