Lbm 2

  • Uploaded by: Rahmailla Khanza Diana Febriliantri
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lbm 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,528
  • Pages: 10
Lembar Belajar Mahasiswa 2 Judul : “Angka Total fertilitas” SKENARIO

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merilis data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Hasil SDKI 2017 ini terjadi penurunan angka fertilitas total (TFR) dari 2,6 anak per wanita pada SDKI 2012 menjadi 2,4 per wanita. Selain itu, terjadi peningkatan pada pemakaian kontrasepsi dari 62 persen (SKDI 2012) menjadi 64 persen. BKKBN turut berperan melaksanakan Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 dalam Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Sasaran pembangunan kependudukan dan keluarga berencana diantaranya adalah menurunkan angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) dari 2,6 menjadi 2,28 anak per wanita, meningkatkan contraceptive prevalence rate (CPR ) dari 61,9 % menjadi 66,0 %, dan unmet need dari 11,4 persen menjadi 9,91 persen pada tahun 2019. Sasaran ini telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.

1. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non-demografi. -Faktor demografi diantaranya adalah : struktur umur, struktur perkawinan, dan proporsi yang kawin. -Sedangkan faktor non-demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel diatas dapat berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak langsung. Davis dan Blake (1956) dalam tulisannya berjudul: The Social Structure of Fertility: An Analitical Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi ferilitas melalui variabel antara. Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa proses reproduksi seorang

perempuan usia subur melalui tiga tahap yaitu: hubungan kelamin, konsepsi, kehamilan, dan kelahiran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin pada usia reproduksi adalah : a). Umur memulai hubungan kelamin. b). Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin. c). Lamanya masa reproduksi yang hilang karena : • Perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami. • Suami meninggal dunia. d). Abstinensi sukarela. e). Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak bisa dihindari). f). Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk abstinensi). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi adalah : a). Kesuburan dan kemandulan biologis (frekunditas dan infekunditas) yang disengaja. b). Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat kontrasepsi. • Cara kimiawi dan cara mekanis. • Cara-cara lain (seperti metoda ritma, dan senggama terputus). c). Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor disengaja, misalnya sterilisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi selama kehamilan dan kelahiran adalah : a). Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak sengaja. b). Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja. 2. Factor yang mempengaruhi CPR

3. Apa saja macam 11 prioritas pembangunan? Sesuai rumusan RPJMN Tahun 2010-2014, telah ditetapkan 11 (sebelas) Prioritas Pembangunan Nasional, meliputi: (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; (2)

Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan Kemiskinan; (5) Ketahanan Pangan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana; (10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik; serta (11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi 4. Bagaimana cara mengukur fertilitas? Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History). 1. Yearly Performance (current fertility) Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri dari : a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR) Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana : CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar Pm : Penduduk pertengahan tahun k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000 B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat

kasar. b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR) Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 1549 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : GFR : Tingkat Fertilitas Umum B : Jumlah kelahiran Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan Tahun Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun. c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain .Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana: ASFR : Age Specific Fertility Rate Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun k : Angka konstanta 1.000 Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari GFR Karena sudah membagi

penduduk yang exposed to risk ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR). Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR. Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan: 1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya 2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu. Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan ratarata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut :

Dimana: ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur. i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19. Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63). 2. Reproductive History (cummulative fertility) a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita selama reproduksinya; dan

disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada referensi waktu. Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan yang masih hidup. b. Child Woman Ratio (CWR) CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil. Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar. Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak, khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita. Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti PDRB perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita berumur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi dan Tingkat Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia. 5. SASARAN PEMBANGUNAN BERENCANA

KEPENDUDUKAN

DAN

KELUARGA

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIPembangunan kependudukan dan keluarga berencana diarah-kan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata di setiap wilayah dan kelompok masyarakat, melalui strategi: 1.Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehat-an reproduksi yang merata dan berkualitas, baik antarsektor maupun antara pusat dan daerah, utamanya dalam sistem SJSNKesehatan, dengan menata fasilitas kesehatan KB; 2.Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi yang memadai di setiap fasilitas kese-hatan KB dan kesehatan reproduksi sertajejaring pelayanan, yang didukung oleh pendayagunaan fasilitas pelayanan kesehat-an untuk pelayanan KB (persebaran fasilitas kesehatan pelayan-an KB, baik pelayanan KB statis maupun mobile/bergerak); 3.Peningkatan pelayanan KB denganpenggunaan metode kontra-sepsi jangka panjang untuk mengurangi resiko drop-out,dan peningkatan penggunaan metode jangka pendek dengan memberikan informasi secara kontinyu untuk keberlangsungan ber-KB serta pemberian pelayanan KB lanjutandengan mempertim-bangkan prinsip rasional, efektif, dan efisien. Disamping itu juga dilakukan peningkatan pelayanan pengayoman dan penanganan KB pasca persalinan, pasca keguguran dan penanganan kompli-kasi dan efek samping; 4.Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB dan tenaga kesehatan pelayanan KB, serta penguatan lem-baga di tingkat masyarakat untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB;

5.Advokasi program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga kepada para pembuat kebijakan, serta promosi dan penggerakan kepada masyarakat dalam penggu-naan alat danobat kontrasepsi KB, baik dengan keutamaan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang maupun metode kontrasepsi jangka pendek dengan tetap menjaga keberlangsungan pemakaian kontrasepsi; 6.Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduk-si bagi remaja melalui pendidikandansosialisasi mengenai pentingnya Wajib Belajar 12 tahun dalam rangka pendewasaan usia perkawinan, dan peningkatan intensitas layanan KB bagi pasangan usia mudaguna mencegah kelahiran di usia remaja; 7.Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan bina keluarga dalam rangka melestarikan kesertaan ber-KB dan memberikan pengaruh kepada keluarga calon akseptor untuk ber-KB. Selain itu juga dilakukan penguatan fungsi keluargadalam membentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera; dan 8.Penguatan landasan hukum, kelembagaan, sertadata dan informasi kependudukandan KB 6. Apa tujuan KB ? Apa tujuan program KB? a. Tujuan Umum : Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengenalikan kelahiran, sekaligus dalan rangka menjamin terkenalinya pertumbuhan penduduk di Indonesia. b. Tujuan Khusus : • Menurunkan angka kelahiran kasar setiap tahunnya, maka untuk mencapai tujuan tersebut Program KB diarahkan pada dua sasaran: • Sasaran lansung dengan pemakaian kontrasepsi pada pasanagan usia subur (PUS/ELCO:Eligablo couple) secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif dan dampaknya lansung penurunan fertilitas. • Sasaran tidak lansung yang mendukung program KB, diantaranya Organisasi – organisasi, LSM, PKK, Organisasi profesi, dan berbagai pihak yang mendukung pelembagaan NKKBS. 7. Apa kendala program KB ? Masalah pertama menyangkut pengembangan keserasian antara usaha-usaha keluarga berencana dalam arti terbatas menjadi suatu program sebagian dari pada kebijaksanaan kependudukan yang

menyeluruh. Untuk itu diusahakan mengembangkan program-program keluarga berencana yang bersifat nonklinis seperti pendildikan kependudukan dan lain lain. Masalah kedua adalah mempertinggi tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi yang tidak berkelangsungan, akan tidak mem,enuhi sa+aaran penurunan tingkat kelahiran yang ingin dicapai melalui program keluarga berencana. Masalah ketiga adalah peningkatan jumlah peserta (akseptor) keluarga berencana. Walaupun jumlah akseptor kehuarga berencana yang dapat dicapai dalam Repelta I cukup berkembang namun baik dilihat dari prosentasenya terhadap jumlah penduduk maupun dari ciri-ciri khas para akseptor itu sendiri, dapat diperkirakan bahwa pengaruhnya terhadap penurunan tingkat kelahiran di masa depan mash akan terbatas sekali. Masalah keempat adalah mencari Cara-cara pendekatan yang lebih tepat dan lebih sesuai dengan sifat dan keadaan masya-rakat Indonesia. Masalah kelima adalah pengembangan kemampuan_ organisasi pelaksana program keluarga berencana.Pelaksanaan program keluarga berencana menyangkut begitu banyalf lembaga-lembaga pemerintah dan leanbaga-lenlbaga masyarakat, di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, sehingga kemampuan organisasi yang baik merupakan salah satu syarat utama beraasilnya program keluarga berencana. 





8. FaktorFaktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Program KB Pengetahuan Masyarakat Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan yang bersifat positif. partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat atau keikutsertaan dalam pelaksanaan program KB sangat diperlukan dalam suksesnya pelaksanaan KB akses Pelayanan KB

1.

Keterjangkauan fisik Keterjangkauan fisik dimaksudkan agar tempat pelayanan lebih mudah menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat .

2.

Keterjangkauan ekonomiDimaksudkan agar biaya pelayanan dapat dijangkau oleh klien. Biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian terpenting bagi klien. Biaya klien meliputi: uang, waktu, kegiatan kognitif dan upaya perilaku serta nilai yang akan diperoleh klien. Untuk itu dalam mengembangkan pelayanan gratis atau subsidi perlu pertimbangan biaya pelayanan dan klien.

3.

Keterjangkauan psikososialKerterjangkauan psikososial ini dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan partisipasi PUS dalam KB secara sosial dan budaya oleh masyarakat, provider, pengambilan kebijakan, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

4.

Keterjangkauan pengetahuan Keterjangkauan pengetahuan ini dimaksudkan agar peserta mengetahui tentang pelayanan KB serta di mana mereka dapat memperoleh pelayanan tersebut dan besarnya biaya untuk memperolehnya

5. 

Keterjangkauan administrasiKeterjangkauan administrasi dimak-sud kan agar ketetapan administrasi medis dan peraturan yang berlaku pada semua aspek pelayanan berlaku untuk pria dan wanita sosial Budaya Masyarakat Hasil penelitian BKKBN (2005:43) tentang faktor sosekbud (sosial ekonomi budaya) menerangkan bahwa nilai budaya seperti pandangan terhadap banyak anak adalah banyak rejeki, preferensi jenis kelamin anak, dan pandangan agama yang dianut secara inferensi tidak menunjukan pengaruh yang signifikan.Adat kebiasaan atau adat dari suatu masyarakat perlu diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan kemanusian, di antaranya adalah memberikan nilai anak laki-laki lebih baik dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan suatu keluarga mempunya anak banyak. Nilai keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan kemungkinan akan memengaruhi suami untuk menceraikan istrinya dan mencari pasangan lagi Peran tokoh agama dan masyarakat Tokoh agama seperti kyai biasanya menjadi sosok yang diagungkan atau menjadi panutan di desa, fakta yang ada bahwa banyak kyai atau tokoh ulama yang tidak menggunakan KB, sehingga masyarakat di desa khususnya pasangan suami isteri pun banyak yang tidak melaksanakan Program KB sehingga pertumbuhan penduduk di desa tersebut cukup tinggi. Tokoh agama memegang peran strategis dalam mendukung program keluarga berencana terkait dengan keyakinan dan faktor sosial budaya masyarakat. Peran tokoh agama untuk meyakinkan warga tentang program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga sangat penting. Untuk itu tokoh agama harus diikutsertakan dalam sosialisasi pada masyarakat, sosialisasi dibawakan dalam bahasa yang mudah dipahami agar masyarakat lebih mengerti dan tidak terbawa oleh pola pikir yang primitif.

Related Documents

Lbm 2
August 2019 54
Lbm
June 2020 36
Lbm 2 Li Yusri.docx
December 2019 41
Kb Lbm 2
August 2019 50

More Documents from ""

Daftar Isi Pkm.docx
December 2019 35
Kb Lbm 2
August 2019 50
Lbm 1 Kb.docx
December 2019 41
Lbm 2
August 2019 54