Latar Belakang.docx

  • Uploaded by: Ihda Dewi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Latar Belakang.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 690
  • Pages: 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa “Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal”. Hal yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan

derajat

kesehatan

masyarakat

salah

satunya

adalah

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mempunyai peranan cukup penting. UU Nomor 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Puskesmas rawat inap merupakan puskesmas yang dilengkapi ruangan tambahan dan fasilitas untuk menyelamatkan pasien gawat darurat, tindakan operatif terbatas seperti kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit dan penyakit lain yang bersifat gawat darurat, dan rawat inap sementara. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati atau Walikota bahwa dalam menjalankan fungsi perawatan, puskesmas diberikan tambahan ruangan dan fasilitas rawat inap yang sekaligus merupakan pusat rujukan antara. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.321 unit,diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat. Puskesmas di Kota Semarang terdiri dari 37 puskesmas induk yang tersebar di 16 kecamatan, dari total 37 puskesmas hanya 11 puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap. Puskesmas yang memiliki ruang rawat ini merupakan solusi dari banyaknya permintaan atas ruangan kelas tiga rumah sakit, sehingga pemerintah mengambil langkah dengan menyiapkan puskesmas rawat inap. Pelayanan gizi puskesmas rawat inap merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan di puskesmas yang mempunyai peranan penting dalam pemberian terapi gizi dan edukasi pasien selama dirawat. Berbagai survei menyatakan bahwa banyak terjadi

malnutrisi di puskesmas karena pelayanan gizi yang tidak tepat dan menjadi faktor resiko. Tingginya prevalensi malnutrisi di puskesmas rawat inap saat ini masih dihubungkan dengan ketidakmampuan atau kurangnya kesadaran dari provide puskesmas dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah malnutrisi di puskesmas yang dapat memberi ancaman terhadap peningkatan angka kesakitan, kematian serta biaya pengobatan maupun perawatan. Fungsi setiap organ tubuh dan pemulihannya akan terganggu bila tubuh dalam kondisi kekurangan zat gizi dan berpotensi terjadinya infeksi. Naber et al melaporkan bahwa penurunan status gizi selama di puskesmas rawat inap dapat meningkatkan sekitar 2,7 kali komplikasi penyakit, memperpanjang lama rawat 6,3 – 11,9 kali dan meningkatkan biaya rawat 1,76 – tidak terbatas dibandingkan pasien dengan status gizinya normal. Pelayanan gizi di puskesmas rawat inap adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, demikian pula sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pelayanan gizi yang berkualitas berarti melakukannya dengan benar pada individu yang tepat untuk mencapai hasil yang sebaik mungkin. Upaya pemenuhan kebutuhan gizi pasien selama sakit merupakan suatu proses yang kompleks. Menurut Institute of Medicine (IOM) dari the National Academy of Science’s (NAS), suatu pelayanan dikatakan berkualitas bila pelayanan tersebut dapat dinilai dari hasil akhir pasien (outcome) dan dinilai dari derajat ketaatan seorang provider dalam melaksanakan proses layanan. Tingginya masalah gizi memerlukan penanganan yang ekstra, namun petugas kesehatan termasuk tenaga gizi belum dapat memberikan asuhan gizi yang sesuai dengan seharusnya. Melihat dari pentingnya peran tenaga gizi dalam memberikan asuhan gizi, maka di perlukan kompetensi tenaga gizi dalam memberikan proses asuhan gizi terstandar sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.

Astuti D. Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Puskesmas. higeia J Public Heal Res Dev. 2017;1(1):51–7.

Kristiani YR, Kuntjoro T, Utarini A. Quality Function Deployment The Use of Quality Function Deploymen for Developing Inpatient Service. J Manaj Pelayanan Kesehat. 2006;09(04):209–14. Trowbridge et al. Analisis Hubungan Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Dengan Pemanfaatan Ulang Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Poncol Kota Semarang. J Kesehat Masy. 2013;1 No 2:37–47. Suwuh MK, Maramis FRR, Wowor RE. Hubungan Antara Kualitas Jasa Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Di Puskesmas Walantakan Kecamatan Langowan Utara. Kesmas [Internet]. 2019;7(3). Available from: http://ejournalhealth.com/index.php/kesmas/article/view/793 Lieke Paruntu O. Status Gizi dan Penyelenggaraan Makanan Diet Pasien. Brazillian Natl Surv. 2013;5(2):3–11.

Dinas Kesehatan (2017) Profil kesehatan kota semarang 2017.

Related Documents

Latar Belakang
May 2020 45
Latar Belakang.docx
November 2019 17
Latar Belakang.docx
December 2019 29
Latar-belakang.docx
December 2019 20
Latar Belakang.docx
April 2020 14
Latar Belakang.docx
June 2020 9

More Documents from "Shumi Umi"