Las Las oksi asetilen Dalam praktikum Proses Produksi ada 7 modul. Ini adalah modul keenam. Isi selengkapnya dapat dilihat di bawah ini…. bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum Proses Produksi yang di sususn oleh tim asisten praktikum Proses Produksi. 6.1. Tujuan a. Memperkenalkan cara pengelasan dengan gas asetilen. b. Memperkenalkan alat-alat pengelasan gas asetilen. c. Memberikan ketrampilan dasar pengelasan gas asetilen. 6.2. Dasar Teori Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal dengan nama las karbit. Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi. Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah : CaC2
+
2H2O
kalsiu
air
m
tohor
®
Ca(OH)2 Kapur
+
C2H2 gas asetile
karbid
n
a
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton). Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa. Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala. Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus). Nyala
hasil
pembakaran
dalam
las
oksi-asetilen
dapat
berubah
bergantung pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah : a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous. b. Nyala netral Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut. c. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi) Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C. Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu : a. Pengelasan di bawah tangan Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke
sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus. b. Pengelasan mendatar (horisontal) Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar. c. Pengelasan tegak (vertikal) Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°. d. Pengelasan di atas kepala (over head) Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°. e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju) Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas. f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur) Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas. Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :
o peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit. o Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari. o Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana. o Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan. 6.3. Alat dan Bahan 1. Satu unit peralatan gas oksi-asetilen, terdiri dari: o tabung gas oksigen dan regulatornya o tabung gas asetilen dan regulatornya o selang o brander (torch) 2. Bahan pengisi (kawat) 3. Alat pengaman (sarung tangan, kaca mata las) 4. Korek api dan oncor 5. stopwatch 6. Sikat baja 7. Alat-alat kerja bangku bila diperlukan. Gambar peralatan las 6.4. Cara Pelaksanaan a. Menyiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan. b. Memeriksa brander harus dalam keadaan tertutup. c. Membuka tabung gas oksigen dan asetilen dengan cara mengendorkan baut penutupnya dengan kunci pembuka. d. Memeriksa isi tabung gas dengan melihat manometer penunjuk tekanan yang terpasang pada regulator.
e. Mengatur tekanan kerja dengan memutar handel pada regulatornya (putaran ke kanan untuk memperbesar tekanan gas). f. Membuka sedikit gas asetilen pada brander dan menyalakannya dengan api. g. Membuka dan sekaligus mengatur besar kecilnya gas oksigen pada brander sampai diperoleh nyala netral. h. Mulai melakukan pengelasan dengan mengarahkan nyala api brander pada logam induknya. i. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan logam pengisi pada bagian logam induk yang mencair dan mengayunkan brander sampai terbentuk rigi-rigi las yang diinginkan. j. Mengulangi nomor h sampai nomor i sampai didapat rigi-rigi las yang baik. k. Latihan menyambung bermacam-macam bentuk benda kerja. l. Melaksanakan praktikum dengan serius dan berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. m. Setelah praktikum selesai, membersihkan tempat dan peralatan praktikum serta mengembalikannya pada tempat semula. Dalam praktikum Proses Produksi terdapat 7 modul. Ini adalah modul kelima. Isi selengkapnya dapat dibaca di bawah ini… bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum Proses Produksi yang di sususn oleh tim asisten praktikum Proses Produksi. Las busur listrik 5.1. Tujuan Melatih ketrampilan praktikan di bidang las busur listrik dan memberikan pengetahuan dasarnya sehingga dapat memahami prosedur pelaksanannya dengan benar. 5.2. Dasar Teori Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung.
Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C. Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil. 5.2.1. Pembentukan busur listrik proses penyulutan 5.2.1.1. Pembentukan Busur Listrik Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat
untuk
menghantar
arus
listrik
(diionisasikan)
dan
dimungkinkan
pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda). 1. kawat inti 2. selubung elektroda 3. busur listrik 4. pemindahan logam 5. gas pelindung 6. terak 7. kampuh las Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara
elektroda
dengan
benda
kerja,
dan
dengan
demikian
tetap
mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes. 5.2.1.2. Proses penyulutan Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
5.2.1.3. MenyalaKan busur listrik Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek, hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara seperti pada gambar di bawah ini : Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. b. Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk. c. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi. 5.2.1.4. Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring. Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak berputar sedikit seperti pada gambar di bawah ini : 5.3. Alat dan Bahan a. Mesin las listrik b. Palu las c. Tang d. Tang penjepit e. Elektroda f. Kacamata las listrik
g. Mistar baja h. Penyiku i.
Stopwatch
j.
Sarung tangan
k. Sikat besi 5.4. Cara Kerja 5.4.1. Persiapan a. Sebelum pekerjaan dimulai, menyiapkan dan memeriksa alat utamanya dan semua peralatan bantunya. b. Memakai alat-alat pelindung yang sudah disediakan yaitu kacamata las listrik. c. Menyiapkan benda kerja dan elektrodanya. d. Memasang elektroda pada penjepitnya dan memasang penjepit benda kerja pada benda kerja (bisa pada meja kerjanya). Memperhatikan sebelum mesin las dihidupkan, letak dari penjepit elektroda jangan sampai menempel penjepit logam atau logam induknya. e. Mengatur besarnya arus dengan memutar handel pada mesin las, dengan memperhatikan besarnya diameter elektroda, sesuai dengan tabel yang sudah ada. 5.4.2. Pelaksanaan (1) Latihan menyalakan busur listrik dan membuat rigi-rigi las serta mengatur panjang busur (jarak antara ujung elektroda ke benda kerja). a. Bila panjang busur tepat (kurang lebih garis tengah elektroda) dan kecepatan pengelasan yang tepat maka akan menghasilkan bunyi mendesis yang tetap dan halus (tidak meledak-ledak) dengan lebar jalur las sebesar kurang lebih dua kali garis tengah elektroda, karena cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya rigi-rigi las yang halus dan baik, tembusan las yang baik, dan terak halus dan mengkilat.
b. Bila busur terlalu panjang, maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola (percikan-percikan kecil) dari cairan elektroda. Hasilnya rigi-rigi las kasar, tembusan las dangkal (melebar), dan percikan teraknya kasar. c. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, kalau terjadi kontak butiran logam cair yang menyambung elektroda dan logam induknya maka akan terjadi hubungan singkat dan busur akan mati, sehingga elektroda akan menempel kuat pada benda kerja. (2) Posisi Elektroda Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya dengan mesin las konvensional
maka
posisi
elektroda
terhadap
benda
kerja
berdasarkan
eksperimen dan pengalaman yang paling baik hasilnya adalah yang sebagai berikut : a. Posisi elektroda bersudut 70° -80° dengan arah memanjang las dan bersudut 90° arah melintang las. b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. memutar arah kanan maupun kiri dengan diameter yang relatif kecil. c. Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu sehingga perlu digerakkan searah dengan sumbunya secara kontinyu pula. (3) Gerakan Elektroda. Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan ada dua cara yaitu : a. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. b. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak (panjang busur) agar tetap, hal tersebut disebabkan karena busur pada ujungnya mencair terus menerus sehingga mengalami pemendekan. c. Gerakan ayunan elektroda.
Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. (4) Pengaruh kecepatan elektroda. Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus. a. Jika elektroda digerakkan terlalu lambat akan didapatkan jalur yang lebar, kasar dan kuat tetapi dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). b. Jika elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal karena kurangnya waktu pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu untuk cairan elektroda menembus bahan dasar. c. Jika kecepatan geraknya elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan tembusan lasnya baik. 5.4.3. Kesehatan dan keselamatan kerja a. Arus Listrik Bekerja dengan menggunakan energi listrik kita tidak perlu takut tetapi jangan sembrono. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian : 1. Harus dijaga agar jangan sampai terjadi korslet (hubungan singkat) arus listrik, hindarkan agar kabel tidak terluka oleh benda tajam atau api, jauhkan penjepit elektroda dari logam lain, sambung-sambungan dan terminal-terminal kabel harus benar-benar kuat. 2. Bahaya terkena sengatan arus listrik oleh alat las relatif kecil karena tegangan yang dihasilkan cukup rendah (pada alat ini 30-78 volt). b. Nyala Busur Listrik Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang cukup besar sehingga logam yang dilas akan mencair dengan cepat pada bagian yang terkena busur listrik. Yang perlu diperhatikan adalah : 1. Busur listrik akan disertai percikan-percikan api yang dapat melukai kulit.
2. Busur listrik akan juga mengeluarkan sinar ultraviolet dan infra merah denga intensitas yang cukup tinggi. Kedua sinar tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan mata dan kulit jika lama-lama terkena langsung. Akibat dari radiasi kedua sinar tersebut adalah mata akan pedih dan akan mengeluarkan air mata, jika lebih lanjut mata akan rusak bahkan akan terjadi iritasi dan kebutaan. Dengan demikian memakai pelindung mata adalah keharusan. c. Gas atau Asap Pengelasan Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus ini akan dihasilkan asap atau gas yang cukup banyak. Asap tersebut berfungsi untuk melindungi logam cair terhadap oksidasi oksigen dari udara. Gas atau asap tersebut jika dihirup dalam waktu yang panjang akan merusak kesehatan bahkan dapat meracuni darah. Oleh sebab itu harus ada pelindung terhadap gas tersebut untuk mengusir gas tersebut dari ruang pengelasan yang tertutup dengan blower.
1. Proses Pengelasan Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api (30000C) dengan suhu tinggi yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Bahan bakar yang dapat digunakan berupa gas-gas asetilen, propan atau hydrogen. Di antara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksiasetilen. Karena tidak memerlukan tenaga listrik, maka las oksi-asetilen banyak dipakai dilapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus. Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah : CaC2 kalsium karbida
+
2H2O air tohor
=
Ca(OH)2 Kapur
+
C2H2 gas asetilen
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 3500 C), dapat larut dalam massa berpori (aseton). Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa. Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala. Peralatan yang dipakai pada pengelasan Las Oksi-asetilen. a. Tabung Oksigen Tabung oksigen adalah suatu silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas oksigen dengan tekanan kerja tertentu. Petunjuk praktek penggunaan tabung oksigen : 1) setiap selesai pengalasan, tutup katup tabung oksigen, buang gas yang tersisa hingga manometer tekanan kerja menunjukan angka nol. 2) Ikatlah tabung oksigrn erta – erat pada kereta dorong atau pada pegangan yang permanen. 3) Bukalah regulatornya terlabih dahulu dari tabung oksigen bila terpaksa memindahkan tabung tanpa kereta dorong. 4) Bersihkan sekitar tabung sebelum operasi pengelasan dimulai. 5) Tempatkan alat pamadam kebakaran pada tempat yang mudah dicapai. b. Regulator
Keluarnya gas oksigen dapat diatur dengan alat yang disebut regulator. Regulator adalah alat yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur besarnya tekanan kerja Pada regulator terdapat dua buah alat pengukur tekanan yang disebut manometer. Dua buah manometer yang terdapat pada regolator berfungsi untuk: 1) mengukur tekanan isi tabung gas 2) mengukur tekanan kerja las Petunjuk praktek penggunaan regulator: 1) peganglah regulator pada badannya jangan pada manometernya. 2) sebelum membuka katup silinder, tutup katup regulator terlebih dahulu dengan cara memutar baut pngatur berlawanan arah dengan jarum jam hingga terasa longgar. 3) ketika mengatur tekanan kerja, putarlah baut pengatur perlahan – lahan searah dengan jarum jam. Tekanan gas yang tinggi dan tiba – tiba akibat pembukaan baut pengatur secara cepat dan merusak membran dan manometer. 4) berdirilah disamping manometer ketika mengatur tekanan kerja. 5) jangan mengotori regulator dengan minyak atau pelumas.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Untuk meningkatkan tingkat keamanan sebagai tukang las atau mengurangi resiko kecelakaan kerja pada saat melakukan proses pengelasan, ada beberapa prosedur keamanan yang dapat diterapkan pada saat pengelasan. Safety Procedure : 1. Perlindungan dari sengatan listrik Menyentuh bagian alat listrik yang masih menyala dapat menyebabkan luka bakar sampai pada kematian. Sengatan listrik dapat ditimbulkan dari alat alat berarus listrik seperti kawat las, kawat kumparan, roll kabel listrik, dan semua bagian logam menyentuh kawat las. Kabel yang terkelupas juga dapat menyebabkan sengatan listrik. Beberapa tindakan preventifnya antara lain: •
Jangan sentuh alat yang berarus dengan kulit terbuka.
•
Hindari penggunaan kabel yang sudah terkelupas.
•
Jangan sentuh elektroda logam atau bagian elektroda dudukan dengan kulit basah atau pakaian.
•
Jauhkan meterial yang mudah terbakar dari alat-alat listrik.
•
Pastikan semua alat listrik bekerja dengan baik dan aman.
•
Pastikan alat pemadam berfungsi dengan baik dan telah terisi penuh.
•
Semua peralatan rusak harus diperbaiki atau diganti sebelum digunakan.
2. Perlindungan dari fume and gases. ➢ Dapat berasal dari : Stainless baja mengandung nikel dan kromium, yang dapat menyebabkan asma. Nikel dan kromium 6 dapat menyebabkan kanker. Kromium dapat menyebabkan masalah sinusitis. Mangan dapat menyebabkan penyakit Parkinson's, yang cripples berurat saraf dan otot. Seng dengan cat logam atau logam dapat menyebabkan fume fever. Lead (dalam beberapa paints) dapat menyebabkan peracunan timah - sakit kepala, sakit otot dan sendi, mual, keram perut, lekas marah, kehilangan memori, anemia, dan ginjal dan kerusakan sistem saraf. Jika membawa debu rumah pergi bekerja pada pakaian / sepatu, ia dapat membuat keluarga Anda sakit, hampir semua anak-anak anda. Kadmium (dalam beberapa paints dan fillers) dapat menyebabkan masalah ginjal dan kanker. Pengelasan yang dilakukan dekat dengan larutan yang terklorinasi dapat menghasilkan phosgene, sebuah gas beracun. Gas dapat menyebabkan cairan di paru-paru yang dapat menyebabkan kematian. Pada pernafasan acetylene tidak beracun, namun dapat menyebabkan asphyxiation. Pada penyerapan acetylene menimbulkan mati rasa ( dalam bentuk cair ).Pada pencernaan acetylene dapat menimbulkan mati rasa.
Beberapa prosedur pencegahanya adalah : • Tabung asetilene harus diamankan dalam posisi tegak lurus sebelum dan selama menggunakan. •
Gunakan ventilasi yang cukup, bila perlu gunakan LEV.
•
Jangan mengelas di dekat air yang terklorinasi karena dapat bereaksi membentuk phosgene, yang sangat beracun.
•
Mencuci tangan dan bagian tubuh yang lain yang mungkin terpapar setelah melakukan pengelasan sebelum makan, minum, merokok, atau kegiatan lain yang dapat berakibat lengah dari proses menelan.
•
Periksa semua sambungan gas.
•
Jangan bernafas di uap yang beracun hasil dari proses pengelasan.
•
Menggunakan alat pelindung diri.
•
Kontrol udara dalam ruang tempat pengelasan(untuk pengelasan di dalam ruangan).
3. Perlindungan dari bahaya ledakan dan kebakaran •
Tabung harus disimpan dalam keadaan kering, dilindungi dan berventilasi dengan baik daerah, dan aman.
•
Semua tabung yang tidak digunakan harus ditutup rapat.
•
Tabung oksigen dijauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
•
Tabung harus ditandai dengan jelas agar dapat diidentifikasi dengan jelas saat penggunaan.
•
Tabung yang kosong juga harus diberi tanda.
•
Tabung yang kosong harus dijauhkan dari sirkuit listrik.
•
Selang harus diuji terlebih dahulu untuk mencegah adanya kebocoran gas saat pemakaian(dapat diuji dengan pengisian air).
•
Selang untuk dari tabung oksigen dan asetilene harus dipisahkan,dan dihubungkan pada alat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, untuk mencegah adanya pencampuran kedua senyawa tersebut agar tidak terjadi pencampuran pada titik yang tidak diinginkan.
•
Jangan menambal selang yang bocor dengan selotip biasa, atau peralatan yang tidak memenuhi standar.
•
Jangan menggunakan benda yang mengandung tembaga lebih dari 65%, karena gas asetilen dapat bereaksi dengan tembaga membentuk senyawa yang mudah meledak.
•
Hati-hati dalam mengganti tabung yang telah kosong.
4. Perlindungan dari percikan api •
Menggunakan alat pelindung diri.
•
Gunakan lensa yang cocok untuk melindungi diri dari radiasi sinar yang dihasilkan.
•
Gunakan pakaian khusus yang dapat melindungi tubuh dari percikan api.
•
Gunakan sarung tangan saat mengelas