Lapsus Pjt Revisi.docx

  • Uploaded by: andi Danti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapsus Pjt Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,790
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu kelainan bawaan yang cukup banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran hidup. Angka kejadian PJB di Indonesia cukup tinggi,yaitu 45.000 bayi Indonesia lahir dengan PJB tiap tahun. PJB asianotik merupakan kelompok penyakit terbanyak yakni sekitar 75% dari semua PJB, sedangkan sisanya merupakan kelompok PJB sianotik (25%). Defek septum ventrikel (DSV) yang merupakan salah satu jenis dari PJB asianotik, paling sering ditemukan, yaitu sebanyak 20- 30% dari seluruh kasus PJB (Madiyono dan Rahayuningsih, 2000; Nugroho, 2009; Nurani, 2011; Wahab, 2009). Defek septum atrium (Atrial Septal Defect=ASD) merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering terjadi. Kelainan jantung ini seringkali baru diketahui pada pemeriksaan fisik rutin saat usia sekolah. Penyakit ini 2-3 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada pria. Sianosis dapat timbul jika telah terjadi penyakit vaskuler paru (sindroma Eisenmenger). Walaupun penderita ASD dapat hidup sampai dewasa tetapi resiko kematian akan meningkat setelah usia 40 tahun. Penatalaksanaan defek septum atrium tergantung pada beberapa faktor diantaranya gejala dan tanda yang ada, usia, ukuran defek, anatomi defek dan ada tidaknya kelainan lain yang menyertai. Rehabilitasi medik diberikan berdasarkan periode waktu yang tepat dimana bertujuan untuk 1

mengoptimalkan psikologi pasien, fungsi vokasional, juga mengurangi mortalitas dan morbiditas penyakit jantung. Adapun intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus pre operasi ASD yaitu komunikasi terapeutik, breathing exercise, pumping ankle exercise, dan latihan endurance untuk jantung.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Jantung a) Anatomi Jantung Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.

Gambar 2.1

Batas-batas jantung: 

Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)



Kiri : ujung ventrikel kiri



Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri



Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis

3



Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma sampai apeks jantung



Superior : apendiks atrium kiri Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan

keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet). Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri. Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.

4

Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler. b) Fisiologi Jantung Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atriumventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya. Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal. 1 Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta. 1 Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.

5

B. Patologi Atrium Septal Defact a) Definisi Defek septum atrium (Atrial Septal Defect=ASD) merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering terjadi. Kelainan jantung ini seringkali baru diketahui pada pemeriksaan fisik rutin saat usia sekolah. Penyakit ini 2-3 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada pria. Sianosis dapat timbul jika telah terjadi penyakit vaskuler paru (sindroma Eisenmenger). Walaupun penderita ASD dapat hidup sampai dewasa tetapi resiko kematian akan meningkat setelah usia 40 tahun. Berdasarkan lokasi defek ASD dikelompokkan menjadi : 1. Defek septum atrium sekundum, bila defek terletak didaerah foramen ovale. Tipe ini yang paling sering dijumpai (75%). Timbul karena resorbsi berlebihan atau pembentukan yang tidak adekuat dari septum primum, pembentukan yang tidak adekuat dari septum sekundum atau kombinasinya. 2. Defek septum atrium primum, bila defek terletak didaerah inferior dari septum interatrial berdekatan dengan katup AV (merupakan bagian dari defek septum atrioventrikular). Timbul karena kegagalan septum primum menyatu dengan bantalan endokardial dan sering berhubungan dengan pembentukan katup mitral dan trikuspid yang abnormal. 3. Defek sinus venosus, bila defek terletak dibagian septum atrium dekat dengan masuknya vena kav kedalam atrium kanan sehingga terjadi gangguan aliran vena pulmonalis dari paru-paru kanan ke atrium kanan. Timbul karena absorpsi tidak lengkap dari sinus venosus pada atrium kanan. 4. Defek sinus koronarius. Tipe yang paling jarang, terjadi akibat adanya gangguan pertumbuhan dinding inferior sinus koronarius dan atrium kiri.

b) Etiologi Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab terjadinya penyakit ini. Namun menurut beberapa penelitian, penyakit ini terjadi akibat interaksi genetik yang multifaktorial dan sistem lingkungan, sehingga sulit untuk ditentukan satu penyebab yang spesifik.

6

c) Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi ASD sering tidak diketahui untuk 2 dekade pertama, diagnosis awal sering didapatkan pada saat dewasa, kelangsungan pada saat dewasa adalah penting, dengan angka harapan hidup semakin buruk pada pasien yang tak diobati, yaitu dengan meningkatnya mortalitas sebesar 6% per tahun, setelah usia 40 tahun. Gejala progresif dari palpitasi dan dispnea saat aktifitas sering terjadi pada dewasa, dan disebabkan karena pembesaran jantung kanan, hipertensi pulmonal, dan atrial aritmia. Pada kasus ASD mulanya karena tekanan di jantung kiri lebih besar dari jantung kanan maka darah akan mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (left to right shunt) melalui defek interartrial baik saat sistolik maupun diastolik. Defek akan semakin membesar seiring dengan bertambahnya usia. Terkait ukuran defek dan jumlah darah yang mengalir ke atrium kanan lambat laun akan terjadi perubahan resistensi pembuluh darah pulmonal dan peningkatan tekanan arteri pulmonalis. Hipertensi pulmonal ini menyebabkan ventrikel kanan bekerja lebih berat dan akhirnya mengalami tidak saja dilatasi tetapi juga hipertrofi. Sementara itu aliran darah sistemik cenderung berkurang karena pengisian ventrikel kiri dari atrium kiri juga berkurang. Apabila tekanan di pulmonal, ventrikel kanan dan arium kanan meningkat suatu saat akan menyamai bahkan dapat melebihi tekanan di atrium kiri maka darah dari atrium kiri akan mengalir ke atrium kanan hanya pada saat sistolik dan pada saat diastolik darah akan berbalik ke arium kiri dari atium kanan. Keadaan seperti ini disebut pirau bidireksional (bidirectional shunt). Pada kasus yang sudah lanjut aliran darah akan berbalik sepenuhnya ke atrium kiri pada saat sistolik maupun diastolik (right to left shunt) sehingga penderita akan tampak sianotik dan hipoksemia. Perkembangan yang lanjut ini dikenal sebagai Eisenmengerisasi atau sindroma Eisenmenger.

7

d) Gambaran Klinis Mayoritas bayi dengan ASD asimptomatik. Kondisi ini sering dideteksi secara kebetulan dengan adanya murmur pada pemeriksaan fisik rutin saat usia sekolah. Gejala mungkin akan muncul pada remaja usia belasan atau dua puluhan atau dewasa. Gejala yang muncul berupa dyspne saat aktivitas, fatique, dan seringnya menderita infeksi saluran nafas bawah berulang. Jika ASD yang terjadi besar, aliran darah arteri pulmonalis akan relatif lebih besar dibanding aliran darah sistemik ([Qp/Qs]>2.0/1.0) sehingga akan menyebabkan gagal jantung kongestif dan gagal berkembang. Gagal jantung kongestif jarang terjadi pada anakanak tapi mungkin 5% akan mengalami gagal jantung pada tahun pertama kehidupan. Pada orang dewasa gejala yang paling sering adalah kelelahan dan palpitasi karena takiaritmia atrium akibat dari pembesaran atrium kanan. Gejala yang muncul akan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia (pada dekade keempat dan kelima). Sianosis jarang ditemukan kecuali bila defek besar atau sindrom Eisenmenger.

C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi Adapun

modalitas

fisioterapi

yang

dapat

digunakan

dalam

penanganan pasien atrial septal deffect antara lain: 1. Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan pasien. Dalam pengertian lain, komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan dengan memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar dengan tujuan penyembuhan pasien. Adapun karakteristik komunikasi terapeutik yaitu : ikhlas, empati, dan hangat.

2. Breathing Exercise Breathing excersise merupakan latihan yang bertujuan untuk memberikan latihan pernafasan. Latihan ini menekankan pada inspirasi maksimal yang panjang yang dimulai dari akhir ekspirasi dengan tujuan 8

untuk meningkatkan volume paru, meningkatkan redistribusi ventilasi, mempertahankan alveolus agar tetap mengembang, meningkatkan oksigenasi, membantu membersihkan sekresi mukosa, mobilitas sangkar thoraks, dan meningkatkan kekuatan daya tahan serta efisiensi dari otot – otot pernapasan.

3. Pumping Exercise Ankle pumping exercise merupakan suatu bentuk ambulasi dini yang dilakukan dengan mengintervensi pergelangan kaki dengan gerakan fleksi dan ekstensi. Tujuan latihan ini untuk untuk menggerakkan otot yang diimobilisasikan dan melancarkan peredaran darah distal untuk mencegah atrofi otot akibat imobilisasi.

4. Latihan penguatan jantung Latihan penguatan jantung yang diberikan yaitu berupa interval training yang artinya latihan yang dilakukan dengan diselingi interval istirahat. Sebagai contoh, untuk latihan dasar dengan cara berjalan sejauh 5 meter atau disesuaikan dengan kemampuan pasien. Adapun tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kebugaran, meningkatkan fungsi pembuluh darah, dan membuat tubuh lebih efisien.

9

BAB III PROSES FISIOTERAPI A. Laporan Status Klinik Tanggal Masuk

: 7 Maret 2019

B. Data – Data Medis 1. Diagnosa Medis

: ASD Pro surficial closure

2. Ruang

: Kelas 1 Kamar 512 Bed 2

C. Anamnesis Umum a. Nama

: Nn. A. Mu

b. Umur

: 19 tahun

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Agama

: Islam

e. Alamat

: Kajang, bulukumba

D. Anamnesis Khusus a. Keluhan Utama

: Sesak nafas dan angina dada

b. Lokasi Nyeri

: Otot-otot jantung

c. Riwayat perjalanan penyakit : Pasien masuk tanggal 07 maret 2019 di rujuk dari RS. Bulukumba dengan diagnosis ASD pro surficial closure. Ada sesak yang di rasakan sejak 5 bulan yang lalu pada septal atrium. Tidak ada riwayat nyeri dada dan sianosis, dan tidak ada riwayat kolestrol. Ada keluhan saat melakukan aktifitas .

E. Pemeriksaan Vital Sign a.

Tekanan Darah

: 119 / 69 mmHg

b. Denyut Nadi

: 86x / menit

c. Pernapasan

: 20x / menit

d. Suhu

: 36, 5 ̊C 10

F. Inspeksi -

Statis a. Forward head b. Protraksi bahu c. Thoraks simetris

-

Dinamis a. Pasien merasa lelah ketika beraktifitas

G. Pemeriksaan Spesifik/pengukuran fisioterapi 1. Palpasi a. Suhu hangat b. Nyeri tekan tidak ada c. Tidak terdapat oedema

2. Antropometri sangkar thorax Titik pengukuran

Inspirasi

Ekspirasi

selisih

Axilla

77 cm

76 cm

1 cm

Costa 4-5

75 cm

73 cm

2 cm

xyphoideus

70 cm

68 cm

2 cm

-

Dilakukan dengan meletakkan meteran secara melingkar antara axilla, processus xipoidheus dan subcostal, dengan ujung berada pada petengahan dada. Dimulai saat pasien full ekspirasi lalu deep inspirasi.

-

Hasil : Pengembangan thoraks minimal.

11

3. Skala Borg

-

Sesak Nafas

Keterangan

0

Tidak ada

0,5

Sangat-sangat ringan

1

Sangat ringan

2

Ringan

3

Sedang

4

Sedikit berat

5

Berat

6

Sangat berat

7

Sangat sangat berat

8

maximal

skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap nilai mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita menderajatkan intensitas sesak dari derajat ringan sampai berat.

-

Hasil : 4 (sedikit berat)

12

H. Algoritma Assesment Fisioterapi Algoritma assessment fisioterapi berdasarkan pengamatan dan perlakuan anda terhadap kasus yang ditangani Nama Pasien : Andi Musdalifah

Umur : 19 Tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

History taking : Sesak nafas, angina dada, ada keluhan saat melakukan aktifitas

Inspeksi : Statis - Forward head - protraksi bahu - Thoraks simetris Dinamis - Pasien merasa kelelahan saat melakukan aktifitas berlebihan. Pemeriksaan Fisik Vital sign TD : 119/69 mmHg Nadi : 86 x/menit Pernafasan : 20 x/menit suhu : 36,5 c

Antropometri sangkar thorax Hasil : pengembangan thoraks minimal.

Palpasi - Suhu hangat -Nyeri tekan tidak ada -Tidak terdapat oedema

Skala Borg Hasil : 4 (sedikit berat)

Diagnosa: Gangguan Aktifitas Fungsional Pre operasi pada kondisi Atrial Septal DefectAD)

13

I. Diagnosa Fisioterapi “Gangguan Aktivitas Fungsional Pre Operasi pada kondisi Atrial Septal Defect”

J. Problematik Fisioterapi

Problematik Fisioterapi Anatomical / Functional Impairment 1. Nyeri dada 2. Pengembangan thoraks minimal

Participation Restriction Activity Limitation Kesulitan untuk melanjutkan Keterbatasan ADL, pendidikan dan aktivitas misalnya lelah saat sosial lainnya. beraktivitas

K. Tujuan Fisioterapi a. Jangka Pendek -

Memperbaiki pengembangan thoraks

-

Meningkatkan endurance dan kekuatan jantung

b. Jangka panjang Memperbaiki kemampuan fungsional pasien yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari – hari.

L. Prosedur Intervensi 1. Komunikasi terapeutik Tujuan : Memberikan motivasi untuk kesembuhan pasien a. Teknik

:

Fisoterapis

memberikan

pertanyaan

terbuka

mendengarkan secara aktif. b. Dosis

:

F : Setiap hari I

: Toleransi pasien

T : Berbicara langsung ke pasien T : Tidak terbatas dan dikondisikan dengan keadaan pasien

14

dan

2. Breathing exercise Tujuan : Memelihara, menjaga dan meningkatkan fungsi respirasi a. Posisi pasien

: Duduk di atas bed

b. Posisi Fisioterapi

: Berdiri di samping pasien

c. Teknik pelaksanaan

: Minta pasien untuk menarik napas melalui

hidung dan menghembuskan melalui mulut d. Dosis : F : setiap hari I : toleransi pasien T : kontak langsung T : 4x repetisi 3. Pumping Exercise Tujuan : untuk menggerakkan otot yang dimobilisasikan dan melancarkan peredaran darah distal untuk mencegah atrofi otot akibat immobilisasi. a. Posisi pasien

: Tidur terlentang

b. Posisi fisioterapis

: Berdiri di samping pasien

c. Teknik pelaksanaan

:Menggerakkan

secara

pasif

dan

aktif

pergelangan kaki pasien dengan gerakan fleksi dan ekstensi d. Dosis

:

F : setiap hari I : toleransi pasien T : kontak langsung T : 4 x repetisi

4. Latihan penguatan otot jantung ( Latihan berjalan ) Tujuan : Untuk kebugaran tubuh tetap normal dan tidak sesak nafas. a. Posisi pasien : Berdiri b. Posisi Fisioterapi

: Berdiri dan mengamati pasien

c. Teknik pelaksanaan : Minta pasien untuk berjalan sejauh 5 meter atau disesuaikan dengan kemampuan pasien d. Dosis

:

15

F : setiap hari I : toleransi pasien T : kontak langsung T : 4x repetisi M. Evaluasi Fisioterapi - Evaluasi Sesaat Pengembangan thoraks dan pernapasan lebih baik dan teratur. - Evaluasi Berkala Terapi secara berkala

16

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Defek septum atrium (Atrial Septal Defect=ASD) merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering terjadi. Kelainan jantung ini seringkali baru diketahui pada pemeriksaan fisik rutin saat usia sekolah. Penyakit ini 2-3 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada pria. Sianosis dapat timbul jika telah terjadi penyakit vaskuler paru (sindroma Eisenmenger). Walaupun penderita ASD dapat hidup sampai dewasa tetapi resiko kematian akan meningkat setelah usia 40 tahun. Penatalaksanaan defek septum atrium tergantung pada beberapa faktor diantaranya gejala dan tanda yang ada, usia, ukuran defek, anatomi defek dan ada tidaknya kelainan lain yang menyertai. Fisioterapi berdasarkan periode waktu mengoptimalkan

fungsi

diberikan

yang tepat dimana bertujuan untuk

jantung,

dan

meningkatkan

kemampuan

fungsional yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari – hari.

17

DAFTAR PUSTAKA “anatomi jantung” available at http://eprints.undip.ac.id/46852/3/Vania_22010111120050_LapKTI_BAB2 pdf (diakses pada tanggal 5 Maret 2019) http://www.academia.edu/29064266/Ref_ASD https://www.academia.edu/18402573/Askep_septal_defect https://www.academia.edu/8425510/komunikasi_Terapeutik https://scholar.google.co.id/scholar/hl=id&as_sdt=0%2C5&q=komunikasi+terape utik&ter#d=gs_qabs&u=%23p%3D2wRX9JwcoasJ https://www.alodokter.com/bentuk-latihan-kebugaran-jasmani-agar-jantung-sehat https://physiotherapycare.wordpress.com/2012/07/14/atrial-septal-defect-asd/

18

Related Documents

Pjt Lp.docx
December 2019 12
Biodata Pjt Talaud.xlsx
October 2019 25
Lapsus Depresi.docx
December 2019 38
Lapsus Snhl.docx
November 2019 33

More Documents from "BanyDiarra"