Lapres Pembuatan Sabun Iik.docx

  • Uploaded by: ianatul khafidlah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapres Pembuatan Sabun Iik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,263
  • Pages: 72
1

A. Judul Percobaan

: Pembuatan Sabun

B. Hari/tanggal percobaan: Kamis, 28 Maret 2019, 07.30 WIB C. Selesai Percobaan

: Kamis, 28 Maret 2019, 12.00 WIB

D. Tujuan Percobaan

:

1. Membuat langkah kerja pembuatan sabun 2. Meramalkan reaksi pembuatan sabun 3. Menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat menggunakan basa NaOH dan KOH 4. Membuat emulsi sabun 5. Menjelaskan tentang proses pembentukan emulsi air sabun dengan minyak 6. Menentukan kualitas minyak berdasarkan bilangan asam dan bilangan penyabunan E. Dasar Teori 1. Sabun a. Pengertian Sabun Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak (Anwar, 1994). Lemak atau minyak tersebut kemudian direaksikan dengan senyawa yang bersifat alkali, misalnya NaOH atau KOH sehingga dapat menghasilkan produk sabun. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair. Dewan Standarisasi Nasional menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium (Nasional, 1994). Suatu molekul sabun memiliki rantai hidrokarbon panjang ion positif. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zatzat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidak benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yaitu segerombol (50-150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air (Fessenden & Fessenden, 1992).

2

Sabun diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu. Sabun dengan tingkat mutu A diproduksi oleh bahan baku minyak atau lemak yang terbaik dan mengandung sedikit atau tidak mengandung alkali bebas. Sabun dengan tingkat B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak dengan kualitas yang lebih rendah dan mengandung sedikit alkali, namun kandungan alkali tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan sabun dengan kualitas C mengandung alkali bebas yang relatif tinggi berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap (Kamikaze, 2002). b. Sumber Sabun Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Iftikhar, 1981). Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi (Hopper, 1986).

3

c. Jenis-Jenis Sabun Bila asam lemak dimasak dengan basa alkali, maka akan terbentuk garam dari asam lemak yang disebut sabun dan gliserol. Sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap) sedangkan sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap) (Kamikaze, 2002). Sedangkan (Hambali, 2007) menyatakan bahwa dalam perkembangannya, sabun dapat dikelompokkan menjadi berbagai jenis seperti: 1. Sabun Cair  Dibuat dari minyak kelapa  Alkali yang digunakan adalah KOH  Bentuk cair dan tidak mengental pada suhu kamar  Dibuat melalui proses saponifikasi  Ditambahkan gliserin atau alkohol untuk meningkatkan kejernihan air Sabun cair dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Sumber: (Hambali, 2007). 2. Sabun Lunak  Dibuat dari minyak kelapa, minyak sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih  Alkali yang dipakai adalah KOH  Bentuk pasta dan mudah larut dalam air  Dibuat melalui proses saponifikasi  Ditambahkan gliserin atau alkohol untuk meningkatkan kejernihan air

4

Sabun lunak dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Sumber: (Hambali, 2007). 3. Sabun Keras  Dibuat dari lemak netral yang padat atau minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi  Alkali yang dipakai adalah NaOH  Sukar larut dalam air  Dibuat melalui proses saponifikasi  Ditambahkan gliserin atau alkohol untuk meningkatkan kejernihan air Sabun keras dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Sumber: (Hambali, 2007). d. Sifat-Sifat Sabun Kotoran berupa minyak dan lemak tidak dapat dibersihkan hanya dengan air karena molekul-molekul yang terdapat pada minyak dan lemak tidak dapat berikatan dengan molekul air. Penambahan sabun akan menyebabkan komponen hidrofobik menarik molekul minyak dan pada saat yang sama, komponen hidrofilik akan menarik molekul air (Qisti, 2009). Adapun beberapa sifat yang dimiliki oleh sabun, di antaranya adalah: 1) Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air, karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

5

2) Jika larutan sabun dalam air diaduk, Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

3) Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun nonpolar karena sabun mempunyai gugus polar dan nonpolar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) sedangkan COONa+ bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Nonpolar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran nonpolar) Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar) 4) Sabun memiliki suhu titer dan titik keruh. Suhu titer adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah menjadi kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu dimana larutan koloid sabun menjadi keruh karena terbentuknya dispersi kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin. Titik keruh disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh berbeda dan merupakan indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi. Maka untuk penggunaan sebagai detergen, larutan sabun dipanaskan sampai mendekati suhu titer (Harold, 1982). 5) Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan R – COOL . Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na+, K+ atau NH4+. Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu makin tinggi (Harold, 1982).

6

6) Proses penghilangan kotoran.  Sabun di dalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih dan air meresap lebih cepat ke permukaan kain.  Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.  Sedangkan molekul sabun di dalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih (Qisti, 2009). e. Reaksi-Reaksi Pembutan Sabun Sabun dapat dibuat melalui dua proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali. Pada proses saponifikasi akan diperoleh produk samping yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol (Spitz, 1996). Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80-1000C. Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak adalah sebagai berikut:

Sedangkan reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:

7

Trigliserida akan direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berkaitan dengan molekul gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai (Spitz, 1996). Adapun mekanisme reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut: 1) Tahap pertama

2) Tahap kedua

3) Tahap ketiga

4) Hasil reaksi

Dalam proses saponifikasi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jalannya reaksi, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Konsentrasi larutan KOH/ NaOH

8

Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stoikiometri reaksinya, dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika basanya terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lama. 2) Kenaikan suhu Dengan adanya kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikkan hasil dalam waktu yang lebih cepet. Tetapi jika kenaikan suhu telah melibihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K akan turun, yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi aau dengan kata lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta kesetimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabuanan yang bersifat eksotermis. 3) Pengadukan Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi K akan semakin besar dengan semakin sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A. 4) Waktu reaksi Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat tersabunkan, yang berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, namun jika reaksi telah mencapai kondisi setimbang, penambahan waktu tidak akan meningkatakan jumlah minyak yang tersabunkan (Perdana & Hakim, 2008).

f. Bahan Pembuatan Sabun Berdasarkan literatur semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang

9

dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun antara lain: 1) Minyak atau lemak Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Fessenden & Fessenden, 1992). 2) Alkali Secara umum jenis alkali yang dapat digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan 2Aminoethanol. NaOH atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak (Fessenden & Fessenden, 1992). Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Secara umum sabun dikenal dalam dua wujud yaitu sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan

10

sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. 3) Asam Stearat (C18H36O2) Asam stearat dapat berbentuk padatan atau cairan. Asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa. Asam stearat berwarna putih kekuningan dan memiliki titik cair pada suhu 560C (Hambali, 2007). 4) Gliserin (C3H8O3) Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis, serta bersifat humektan. Diperoleh dari hasil sampingan proses pembuatan sabun atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam pembentukan stuktur transparan (Hambali, 2007). 5) Etanol (C2H5OH) Etanol atau etil alkohol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar terbakar dan tidak berwarna. Etanol merupakan alkohol yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Senyawa ini merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter . Etanol sering disingkat menjadi EtOH dangan ‘’Et’’ merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah parfum, perasa, pewarna makanan dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus cadangan untuk sintetis senyawa kimia lainnya. Adapun bahan pendukung yang digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan

11

pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut diantaranya adalah: 1) NaCl NaCl merupakan komponen pengunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena sifat kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. 2) Bahan-bahan aditif Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain: a) Builders (Bahan penguat) Builders digunakan untuk melunakkan air sadah, mekanisme kerjanya adalah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan-bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Senyawa yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa-senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.

b) Fillers Inert (Bahan Pengisi) Fillers inert berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan

12

baku sabun semata-mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air. c) Pewarna Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange. d) Parfum Parfum

termasuk

bahan

pendukung.

Keberadaaan

parfum

memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Meskipun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, namun bila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1 ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower. g. Metode Pembuatan Sabun

13

Dalam pembuatan sabun ada beberapa metode yang dilakukan, diantaranya adalah: 1) Proses pendidihan penuh Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch yaitu minyak atau lemak dipanaskan di dalam ketel dengan menambahkan NaOH yang telah dipanaskan, selanjutnya campuran tersebut dipanaskan sampai terbentuk pasta kira kira setelah 4 jam pemanasan. Setelah terbentuk pasta ditambahkan NaCl (10-12%) untuk mengendapkan

sabun.

Endapan

sabun

dipisahkan

dengan

menggunakan air panas dan terbentuklah produk utama sabun dan produk samping gliserin. 2) Proses semi pendidihan Pada proses semi pendidihan, semua bahan yaitu minyak atau lemak dan alkali dicampur, kemudian dipanaskan secara bersamaan. Pada proses ini terjadilah reaksi saponifikasi. Setelah reaksi sempurna, kemudian ditambah sodium silikat dan sabun yang dihasilkan berwarna gelap. 3) Proses dingin Pada proses dingin semua bahan yaitu minyak, alkali dan alkohol dibiarkan didalam suatu tempat/bejana tanpa dipanaskan (temperatur kamar 250C). Reaksi antara NaOH pada uap air (H2O) merupakan reaksi eksoterm sehingga dapat mengahasilkan panas. Panas tersebut kemudian digunakan untuk mereaksikan minyak/lemak, NaOH dan alkohol. Proses ini memerlukan waktu untuk reaksi sempurna selama 24 jam dan dihasilkan sabun berkualitan tinggi. Adapun syarat-syarat terjadinya proses dingin adalah sebagai berikut:  Minyak/ lemak yang digunakan harus murni  Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti  Temperatur harus tekontrol dengan baik. 4) Proses netralisasi

14

(Spitz, 1996) Dalam pembuatan sabun, sabun yang dihasilkan tidak bersifat netral sehingga dapat menghasilkan busa yang banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penetralan dengan menambahkan NaOH. Reaksi penyabunan mula-mula berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, yaitu pada akhirnya kecepatan reaksi akan kembali menurun karena jumlah minyak yang sudah berkurang. Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH/NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi (apabila untuk menghasilkan sabun cair) (Perdana & Hakim, 2008). h. Asam Lemak Asam lemak merupakan merupakan asam karboksilat yang berantai panjang yang dapat bersifat jenuh atau tidak jenuh, dengan panjang rantai berbeda-beda tetapi bukan siklik atau bercabang. Asam-asam lemak dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Penggolongan tersebut berdasarkan perbedaan bobot molekul dan derajat ketidakjenuhannya (Winarno, 1997). Menurut (Cavitch, 2001), setiap asam lemak setiap asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot molekul kecil akan lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot molekul besar. Asam lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah yang memiliki rantai karbon berjumlah 12-18 (C12-C18). Asam lemak dengan

15

rantai karbon kurang dari 12 tidak memiliki efek sabun (soapy effect) dan asam dapat menimbulkan iritasi pada kulit, sementara asam lemak dengan rantai karbon lebih dari 20 memiliki kelarutan yang sangat rendah. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik untuk pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan daya detergensi. Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat jenis-jenis asam lemak dan pengaruhnya terhadap karakteristik sabun. Asam Lemak

Karakteristik Sabun Keras (konsistensi tinggi), daya detergensi

Asam laurat (C12H24O2)

(kemampuan

membersihkan)

tinggi,

kelarutan tinggi dan menghasilkan busa yang lembut.

Asam linoleat (C18H32O2) Asam miristat (C14H28O2)

Melembabkan kulit. Keras,

daya

detergensi

tinggi

dan

menghasilkan busa yang lembut.

Asam oleat (C18H34O2)

Melembabkan kulit.

Asam palmitat (C16H32O2)

Keras dan menghasilkan busa yang stabil.

Asam risinoleat (C18H34O2) Asam stearat (C18H36O2)

Melembabkan kulit, menghasilkan busa yang stabil dan lembut. Keras dan menghasilkan busa yang stabil.

Sumber: (Cavitch, 2001). Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan asam lemak yang memiliki rantai panjang, khususnya C16 dan C18, akan menghasilkan sabun dengan struktur yang lebih kompak dan dapat mencegah atau memperlambat disintegrasi sabun saat terpapar oleh air. Asam-asam lemak dengan rantai pendek, misalnya asam laurat dan asam-asam lemak lain yang memiliki kelarutan tinggi, berperan dalam kemampuan sabun untuk menghasilkan busa. Asam-asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak atau minyak. Karakteristik suatu sabun sangat dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang dipakai. Tiap-tiap minyak memiliki jenis asam lemak yang dominan. Asam-asam lemak inilah yang nantinya akan

16

menentukan karakteristik dari sabun yang dihasilkan. Pada tabel di bawah ini akan disajikan pengaruh beberapa jenis minyak nabati terhadap karakteristik sabun. Karakteristik Sabun

Jenis Minyak

Konsistensi

Minyak

Sifat Pembusaan

Keras dan rapuh

Cepat berbusa

Kelapa

Daya Detergensi Sangat bagus dalam air hangat dan dingin

Minyak

Keras dan rapuh

Cepat berbusa

Sawit

Sangat bagus dalam air hangat dan dingin

Keras

Minyak Curah

Tidak

cepat Tidak

terlalu

bagus

berbusa/

cepat dalam air hangat dan

berbusa

pada dingin

penambahan konsentrasi alkali yang lebih banyak Sumber: (Cavitch, 2001).

i. Bilangan Asam Bilangan asam merupakan merupakan salah satu parameter untuk menentukan kualitas minyak atau lemak (Anwar, 1994). Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa / 1 gram minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak (Agoes, 2008). Bilangan asam suatu minyak atau lemak adalah bilangan yang menyatakan banyaknya KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan asam =

(𝑉𝐾𝑂𝐻×𝑁 𝐾𝑂𝐻×𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻) 𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan : V KOH

= Jumlah ml larutan KOH standart

N KOH

= Normalitas larutan KOH standart

W

= Bobot sampel minyak atau lemak (gram)

17

Dalam penentuan bilangan asam, semakin besar bilangan asam menunjukkan semakin besar asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisis minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai asam, maka semakin rendah kualitasnya (Ketaren, 1986). j. Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram minyak, dan lemak (Ketaren, 1986). Untuk menetralkan 1 molekul gliserida diperlukan 3 molekul alkali. Pada trigliserida dengan asam lemak yang rantai karbon pendek, akan didapat bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada asam lemak dengan rantai karbon panjang. Selain itu bilangan penyabunan juga menyatakan indeks berat molekul suatu minyak. Jika asam lemak yang terdapat dalam minyak mempunyai berat molekul rendah (rantai pendek), maka jumlah gliseridanya semakin banyak. Hal ini menyebabkan bilangan penyabunan meningkat. Besarnya bilangan penyabunan dapat dihitung menggunakan rumus: Mr KOH x N HCl X (V KOH – V HCl)

W sampel Keterangan : V HCl

= Jumlah ml larutan HCl yang digunakan untuk penyabunan

V KOH

= Jumlah ml larutan KOH standart

N HCl

= Normalitas larutan HCl

W

= Bobot sampel minyak atau lemak (gram) Dengan perhitungan bilangan penyabunan dapat diketahui kualitas

dari sabun tersebut bahwa semakin tinggi bilangan penyabunan, maka semakin tinggi kualitas sabun tersebut (Ketaren, 1986).

18

Sumber: (Nasional, 1994). F. Alat dan Bahan a. Alat 1. Tabung reaksi

4 buah

2. Pipet tetes

5 buah

3. Gelas ukur

1 buah

4. Timbangan

1 buah

5. Gelas kimia

1 buah

6. Pengaduk/ spatula

1 buah

7. Penangas air

1 buah

8. Erlenmeyer

3 buah

9. Statif dan klem

1 buah

10. Alat Refluks

1 buah

11. Cetakan sabun

1 buah

b. Bahan 1. Minyak curah

17 gram

2. Minyak kelapa

17 gram

3. Minyak sawit

17 gram

4. Alkohol

36 gram

5. Etanol

75 mL

6. KOH 0,1 N

secukupnya

7. KOH 0,5 N beralkohol

75 mL

8. Larutan standart HCl 0,5 N

secukupnya

9. NaOH (padatan)

4,2 gram

19

10. Gliserin

12 gram

11. Minyak zaitun

3 ml

12. Asam stearat

3 gram

13. Indikator fenolftalein (PP)

secukupnya

14. Aquades

secukupnya

15. Pewarna

secukupnya

16. Pewangi

secukupnya

G. Alur Percobaan 1. Pembuatan Sabun a. Minyak Curah

20

b. Minyak Kelapa

c. Minyak Sawit

21

2. Sifat Emulsi Sabun a. Minyak Curah

b. Minyak Kelapa

c. Minyak Sawit

22

3. Bilangan Asam a. Minyak Curah

b. Minyak Kelapa

c. Minyak Sawit

4. Bilangan Penyabunan a. Minyak Curah

23

b. Minyak Kelapa

c. Minyak Sawit

24

H. Hasil Pengamatan No. Perc 1.

Prosedur Percobaan

Hasil Pengamatan Sebelum

Pembuatan Sabun

 NaOH : padatan

a. Minyak curah

berwarna putih.  Larutan aquades tidak berwarna.  Minyak curah berwarna kuning(++).  Kristal asam stearat berwarna putih.  Larutan alkohol tidak berwarna.  Gel gliserin tidak berwarna.  Minyak zaitun tidak berwarna.  Perwarna makanan berwarna merah.

Sesudah  Larutan NaOH +

Dugaan/Reaksi

Kesimpulan Berdasarkan

Aquades = larutan

percobaan dapat

berwarna putih

disimpulkan bahwa

keruh dan sedikit

pembuatan sabun

panas.

padat terjadi reaksi

 Minyak

saponifikasi antara

curah+asam stearat

minyak curah

= larutan memisah

dengan basa NaOH

dan setelah

menghasilkan sabun

dipanaskan larutan

dan gliserol.

melarut dan berwarna kuning.  Kemudian minyak

+ NaOH + alkohol + gliserin = larutan mengumpal berwarna orange.

25

 Pewangi tidak berwarna.

 Setelah itu larutan

dipanaskan menjadi gel berwarna orange.  Setelah itu larutan

didiamkan dan ditambahi minyak zaitun + pewarna + menghasilkan larutan berwarna merah cerah.  Larutan dimasukkan kedalam cetakan dan menjadi padat.

26

b. Minyak kelapa

 NaOH : padatan berwarna putih.  Larutan aquades tidak berwarna.  Minyak kelapa tidak berwarna.  Kristal asam stearat

 Larutan NaOH +

Berdasarkan

Aquades= larutan

percobaan dapat

berwarna putih

disimpulkan bahwa

keruh dan sedikit

pembuatan sabun

panas.

padat terjadi reaksi

 Minyak

saponifikasi antara

kelapa+asam

minyak curah

stearat = larutan

dengan basa NaOH

memisah dan

menghasilkan sabun

tidak berwarna.

setelah dipanaskan

dan gliserol.

 Gel gliserin tidak

larutan melarut dan

berwarna putih.  Larutan alkohol

berwarna.

tidak berwarna.

 Minyak zaitun tidak  Kemudian minyak kelapa+NaOH+alk berwarna.  Perwarna makanan berwarna merah.  Pewangi tidak berwarna.

ohol+gliserin=larut an mengumpal berwarna putih.  Setelah itu

dipanaskan dan

27

larutan menjadi gel berwarna putih.  Setelah itu larutan

didiamkan dan ditambahi minyak zaitun+pewarna+m enghasilkan larutan berwarna orange.  Larutan

dimasukkan kedalam cetakan dan menjadi padat.

28

c. Minyak Sawit

 NaOH : padatan berwarna putih.  Larutan aquades tidak berwarna.  Minyak sawit.berwarna kuning (+).  Kristal asam stearat berwarna putih.  Larutan alkohol tidak berwarna.  Gel gliserin tidak berwarna.  Minyak zaitun tidak berwarna.  Perwarna makanan berwarna merah.  Pewangi tidak berwarna.

 Larutan NaOH +

Berdasarkan

Aquades= larutan

percobaan dapat

berwarna putih

disimpulkan bahwa

keruh dan sedikit

pembuatan sabun

panas.

padat terjadi reaksi

 Minyak

saponifikasi antara

sawit+asam stearat

minyak curah

= larutan berwarna

dengan basa NaOH

kuning dan

menghasilkan sabun

memisah dan

dan gliserol.

setelah dipanaskan menjadi terlarut.  Kemudian minyak

sawit+asam stearat+NaOH+alk ohol+gliserin=larut an mengumpal berwarna kuning.  Setelah itu

dipanaskan dan

29

larutan menjadi gel berwarna kuning.  Setelah itu larutan

didiamkan dan ditambahi minyak zaitun+pewarna+m enghasilkan larutan berwarna merah.  Larutan

dimasukkan kedalam cetakan dan menjadi padat.

30

2.

Sifat Emulsi Sabun



a. Minyak curah  





Sabun minyak

Waktu yang

berwarna kuning

kelapa + aquades

dibutuhkan untuk

tersebut dapat

(++)

panas, larutan

memisah menjadi

disimpulkan

Aquades tidak

menjadi

2 lapisan pada

bahwa waktu yang

berwarna

berwarna putih

larutanyang

diperlukan untuk

Sabun minyak

keruh

mengandung

larutan dapat

Aquades + 5

sabun lebih lama

memisah menjadi

padatan berwarna

tetes minyak

karna adanya

2 lapisan pada

kuning

sawit + 2mL

proses emulsi.

larutan yang

larutan sabun

Semakin lama

mengandung

menjadi

waktu yang

sabun,

berwarna putih

diperlukan untuk

membutuhkan

keruh

sabun agar

waktu yang lebih

Setelah dikocok

memisah, maka

lama dari pada

larutan memisah

sifat emulsiya

yang tidak

menjadi dua

semakin kuat.

ditambah dengan

lapisan, dengan

Jika sifat

sabun

waktu 9 detik

emulsinya

Pada tabung 2

semakin kuat,

kecepatan emulsi

aquades + 5 tetes

maka kualitas

terdapat pada

Minyak curah

curah berbentuk









Dari percobaan

Dapat diurutkan

31



minyak curah

sabun semakin

minyak curah >

menjadi larutan

baik (Ketaren,

minyak sawit >

tak berwarna

1986).

minyak kelapa

Setelah di kocok larutan menjadi tetap tidak berwarna



Larutan memisah membentuk 2 lapisan dalam waktu 2 detik

32

b. Minyak Kelapa

  

Minyak kelapa



Sabun minyak

tidak berwarna

kelapa + aquades

Aquades tidak

panas, larutan

berwarna

menjadi tidak

Sabun minyak

berwarna

kelapa berbentuk



Aquades + 5

padatan tidak

tetes minyak

berwarna

sawit + 2mL larutan sabun menjadi larutan tak berwarna 

Setelah dikocok larutan memisah menjadi dua lapisan, dengan waktu 1 menit 06 detik



Pada tabung 2 aquades + 5 tetes

33

minyak kelapa menjadi larutan tak berwarna 

Setelah di kocok larutan menjadi tetap tidak berwarna



Larutan memisah membentuk 2 lapisan dalam waktu 5 detik

34

c. Minyak Sawit



 

Minyak sawit



Sabun minyak

berwarna kuning

sawit + aquades

(+)

panas, larutan

Aquades tidak

menjadi berwrna

berwarna

putih keruh

Sabun minyak



Aquades + 5

sawit berwarna

tetes minyak

kuning

sawit + 2mL larutan sabun menjadi berwarna putih keruh 

Setelah dikocok larutan memisah menjadi dua lapisan, dengan waktu 17 detik



Pada tabung 2 aquades + 5 tetes minyak sawit

35

menjadi larutan tak berwarna 

Setelah di kocok larutan menjadi tidak berwarna



Larutan memisah membentuk 2 lapisan dalam waktu 5 detik

36

3.

Bilangan Asam a. Minyak Curah

 Minyak curah

 Minyak curah+

Kualitas minyak

Dari hasil percobaan maka sisimpulkan:

berwarna kuning

etanol+Indikator

secara teori:

(++)

PP menghasilkan

Minyak

 Etanol tidak

campuran yang

kelapa>minyak

minyak curah

berwarna

tidak homogen

sawit>minyak

sebesar 7,8

 KOH tidak

 Setelah dititrasi

berwarna  Indikator PP tidak berwarna

curah.

larutan berubah

 Bilangan asam

 Bilangan asam minyak kelapa

menjadi warna

Semakin tinggi

sebesar 1,4586

soft pink dengan

bilangan asam,

 Bilangan asam

volume titrasi

maka kualitas

minyak sawit

sebesar 7,8 mL

minyak semakin

sebesar 1,7952

buruk (Ketaren, 1986).

37

b. Minyak Kelapa

 Minyak curah tidak berwarna  Etanol tidak berwarna  KOH tidak berwarna  Indikator PP tidak berwarna

 Minyak kelapa + etanol + indikator PP menghasilkan larutan tidak berwarna  Setelah dititrasi larutan berubah menjadi warna soft pink dengan volume titrasi sebesar 1,3 mL

38

c. Minyak Sawit

 Minyak sawit

 Minyak sawit +

berwarna kuning

etanol + Indikator

(+)

PP menghasilkan

 Etanol tidak berwarna  KOH tidak berwarna  Indikator PP tidak berwarna

campuran tidak homogen  Setelah dititrasi larutan berubah menjadi warna soft pink  Volume KOH yang didapat saat titrasi sebesar 1,6 mL

39

4.

Bilangan Penyabunan a. Minyak Curah

 Minyak curah

 Minyak curah

Secara teoritis

Bilangan

berwarna kuning

ditambah KOH

semakin tinggi

penyabunan minyak

(++)

alkoholik larutan

bilangan

curah yaitu 19,635.

berwarna kuning

penyabunan, maka

beralkohol 0,5 N

(++) dan tidak

semakin baik

tidak berwarna

homogen

kualitas minyak.

 Larutan KOH

 Indikator

 Setelah itu

fenolftalein (PP)

larutan direfluks

Urutan bilangan

tidak berwarna

selama 30 menit

penyabunan:

=larutan

minyak kelapa>

berwarna kuning

minyak sawit>

kecoklatan

minyak curah

 Larutan HCl 0,5 N tidak berwarna

 Ditambah PP 35 tetes larutan berwarna soft pink  Dititrasi dengan HCl larutan menjadi kuning kecoklatan,

(Ketaren, 1986).

40

kembali ke warna semula setelah di refluks Dengan volume HCl = 23,6 mL b. Minyak Kelapa

 Minyak kelapa

 Minyak kelapa

Secara teoritis

Bilangan

tidak berwarna

ditambah KOH

semakin tinggi

penyabunan minyak

alkoholik larutan

bilangan

kelapa

beralkohol 0,5 N

tidak berwarna

penyabunan, maka

512.

tidak berwarna

homogen

semakin baik

 Larutan KOH

 Indikator

 Setelah itu

kualitas minyak.

fenolftalein (PP)

larutan direfluks

tidak berwarna

selama 30 menit

Urutan bilangan

dan didinginkan.

penyabunan:

 Larutan HCl 0,5 N tidak berwarna

 Ditambah larutan

minyak kelapa>

PP hingga

minyak sawit>

berwarna soft

minyak curah

pink (6 tetes)

(Ketaren, 1986).

 Dititrasi HCl

dengan larutan

yaitu

287,

41

menjadi

kuning

kembali ke warna semula setelah di refluks  Dengan volume HCl = 4,5 mL c. Minyak Sawit

 Minyak sawit

 Minyak sawit

Secara teoritis

 Bilangan

berwarna kuning

ditambah KOH

semakin tinggi

penyabunan minyak

(+)

alkoholik larutan

bilangan

sawit yaitu 57, 502.

berwarna kuning

penyabunan, maka

(+)

semakin baik

percobaan urutan

kualitas minyak.

bilangan

 Larutan KOH beralkohol 0,5 N tidak berwarna  Indikator

 Setelah itu larutan direfluks

 Berdasarkan hasil

penyabunan:

fenolftalein (PP)

selama 30 menit

Urutan bilangan

minyak kelapa >

tidak berwarna

dan didinginkan.

penyabunan:

minyak sawit >

minyak kelapa>

minyak curah.

 Larutan HCl 0,5 N tidak berwarna

 Ditambah larutan PP hingga

minyak sawit>

 Berdasarkan hasil

berwarna soft

minyak curah

percobaan urutan

pink (24 tetes)

(Ketaren, 1986).

kualitas minyak dari yang terbaik:

42

 Dititrasi dengan

minyak kelapa >

HCl larutan

minyak sawit >

menjadi kuning

minyak curah.

kembali ke warna

Hasil percobaan

semula setelah di

sesuai dengan teori

refluks

yaitu secara teoritis

 Dengan volume HCl = 20,9 mL

semakin tinggi bilangan penyabunan, maka semakin baik kualitas minyak (Ketaren, 1986).

43

I.

Analisis dan Pembahasan Percobaan pembuatan sabun memiliki tujuan yaitu dapat membuat langkah kerja pembuatan sabun, menentukan persamaan reaksi pada pembuatan sabun, menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat menggunakan basa NaOH dan KOH, membuat emulsi sabun, menjelaskan tentang proses pembentukan emulsi air sabun dengan minyak, dan menentukan kualitas minyak berdasarkan bilangan asam dan bilangan penyabunan. Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak. Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu senyawa yang bersifat alkali, misalnya NaOH atau KOH dengan minyak. Reaksi yang berlangsung tersebut dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Pada percobaan pembuatan sabun menggunakan bahan dasar dari minyak sawit, minyak kelapa dan minyak curah dengan senyawa alkali yaitu NaOH. Sehingga pada percobaan ini dihasilkan sabun natrium, RCOONa yang bisa disebut dengan sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci dalam industri logam dan dapat digunakan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Pada percobaan pembuatan sabun terdiri dari 4 tahap percobaan yaitu pembuatan sabun, sifat emulsi sabun, penentuan bilangan asam, dan yang terakhir adalah penentuan bilangan penyabunan. Sebelum melakukan percobaan, maka perlu menimbang masing-masing minyak yang akan digunakan untuk pembuatan sabun dan juga gliserin. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan neraca analitik. Penimbangan dilakukan pada masing-masing sampel minyak, yaitu diantaranya minyak sawit sebanyak 2 gram, 5 gram dan 10 gram; minyak kelapa sebanyak 2 gram, 5 gram dan 10 gram; minyak curah 2 gram, 5 gram dan 10 gram. Selain sampel minyak juga ditimbang gliserin sebanyak 3x4 gram, asam stearat sebanyak 3x1 gram, dan NaOH sebanyak 3x1,4 gram. Setelah melakukan penimbangan bahan, maka terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pada tahap ini pastikan alat-alat yang akan digunakan telah bersih. Hal ini dilakukan agar tidak ada zat pengotor dalam percobaan yang dapat mempengaruhi hasil akhir.

44

Pembuatan sabun Percobaan pertama yang dilakukan adalah pembuatan sabun. Pembuatan sabun dimulai dari pembuatan sabun dari minyak curah, minyak kelapa dan yang terakhir minyak sawit. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan larutan NaOH dengan cara melarutkan 1,4 gram butiran putih NaOH dengan 3,3 mL air dalam tabung reaksi, dan dibiarkan sampai larutan NaOH hangat. Dalam percobaan pertama terjadi reaksi eksoterm yang ditandai dengan tabung reaksi yang terasa panas (melepas energi kalor ke lingkungan). Reaksi yang terjadi sebagai berikut: NaOH (s) + H2O (l) → NaOH (aq) Langkah selanjutnya percobaan dimulai dengan memanaskan 10 gram sampel

minyak

curah

berwarna

kuning

(++)dengan

asam

stearat

(padatan/berupa butiran kecil berwarna putih) yang telah dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditunggu sampai 70°C dan dihasilkan larutan berwarna kuning (++) hingga seluruh asam stearat larut. Pemanasan dilakukan untuk melarutkan asam stearat dalam sampel minyak. Asam stearat merupakan senyawa nonpolar yang memiliki rumus kimia CH3(CH2)16COOH, asam stearat ini memiliki rantai atom C yang panjang sebanyak 17 atom karbon

dan satu gugus

karboksilat (-COOH), dimana rantai atom C yang panjang tersebut bersifat nonpolar dan sulit larut, selain itu asam stearat memiliki titik lebur sebesar 69.6 °C, sehingga pemanasan harus dilakukan pada suhu 70°C agar asam stearat ini larut dalam sampel minyak. Fungsi dari asam stearat adalah memberikan konsestensi dan kekerasan pada sabun. Langkah selanjutnya suhu diturunkan sampai 50°C, penurunan suhu ini dilakukan agar tidak terjadi oksidasi berkelanjutan (autooksidasi) pada sampel minyak, apabila suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini yang akan meningkatkan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan larutan NaOH ke dalam gelas kimia yang berisi campuran minyak dan asam stearat, dihasilkan larutan yang menggumpal berwarna kuning. Penambahan ini harus disertai dengan pengadukan terus-menerus agar larutan NaOH merata pada seluruh campuran

45

minyak. Fungsi dari penambahan NaOH adalah sebagai penetralisir sifat asam karena sifat basa yang dimiliki larutan NaOH, dengan penambahan NaOH akan diperoleh sabun padatan (gumpalan pada larutan). Penambahan larutan NaOH ini telah terjadi reaksi saponifikasi yang menghasilkan sabun dan gliserol. Reaksinya sebagai berikut:

Langkah selanjutnya adalah menambahkan etanol dan gliserin dan kemudian dipanaskan, pemanasan ini dilakukan agar gumpalan pada larutan tersebut mencair, dihasilkan larutan berwarna kuning jernih. Fungsi penambahan alkohol (etanol) dalam hal ini adalah sebagi pelarut, hasil reaksi minyak dan alkali menghasilkan sabun dan gliserol yang larut dalam alkohol, sedangkan gliserin berfungsi untuk menjernihkan larutan sabun yang terbentuk. Kemudian larutan ditambahkan 1 ml minyak zaitun (cairan tidak berwarna), minyak zaitun dalam hal ini berfungsi sebagai zat pengaktif yang memiliki sifat dapat melembutkan kulit, minyak zaitun dapat digantikan dengan bahan lain seperti susu, madu atau bahan lain yang merupakan zat pengaktif. Setelah itu ditambahkan pewarna, untuk memberi warna pada sabun, hal ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Pada pembuatan sabun dari minyak curah ditambahkan pewarna merah dan kuning, dan dihasilkan larutan berwarna orange. Langkah selanjutnya ditambahkan parfum untuk memberi aroma wangi pada sabun. Penambahan parfum dilakukan pada akhir percobaan dikarenakan parfum sendiri merupakan senyawa yang mudah menguap, sehingga dilakukan penambahan diakhir, agar aroma yang diberikan bertahan lama pada sabun. Langkah selanjutnya yaitu menuangkan sabun pada cetakan sebelum sabun memadat.

46

Kemudian diulangi percobaan pembuatan sabun dari minyak kelapa dan juga sawit, kemudian dihasilkan data yang seperti yang dipaparkan seperti di atas. Pada tahap pembuatan sabun ini, masing-masing pembuatan sabun disisakan 2 ml larutan sabun yang selanjutnya akan diuji sifat emulsi sabun pada percobaan kedua. Hasil dari percobaan pertama yaitu sabun yang dibuat dari minyak curah menghasilkan sabun padat yang berwarna orange, sabun yang dibuat dari minyak kelapa menghasilkan sabun padat yang berwarna kuning, sedangkan sabun dari minyak curah dihasilkan sabun berwarna merah kekuningan. Perbedaan warna sabun ini dikarenakan perbedaan dari pewarna yang digunakan. Jika dlihat dari segi kekerasan/tekstur sabun, sabun dari minyak kelapa lebih lunak dibandingkan sabun minyak kelapa sawit dan sabun minyak curah, sabun dari minyak kelapa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mngeras/memadat. Sabun minyak curah memiliki kekerasan paling tinggi dan membutuhkan waktu yang sedikit untuk dapat memadat. Sifat emulsi sabun Percoban kedua adalah menguji sifat emulsi sabun. Emulsi merupakan dispersi atau suspensi yang dapat menstabilkan suatu cairan lain yang tidak saling melarutkan. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat emulsi dari masing-masing sabun yang dihasilkan pada percobaan pertama. Sabun yang diuji adalah sabun yang terbuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan juga minyak curah. Percobaan emulsi ini dilakukan dengan membandingkan waktu yang dihasilkan tiap sabun yang sudah dikocok untuk dapat memisah. Semakin lama waktu yang diperlukan sabun untuk memisah, maka semakin kuat sifat emulsinya, dan semakin bagus pula kualitas suatu sabun. Karena emulsi berhubungan dengan kemampuan molekul sabun dalam mengikat kotoran yang melekat pada suatu permukaan (membersihkan). Langkah pertama yang dilakukan yaitu mencampurkan 3 mL aquades dengan 5 tetes minyak dalam tabung reaksi dan dihasilkan larutan dengan 2 lapisan yaitu bagian atas lapisan minyak dan bagian bawah lapisan air. Hal ini karena minyak merupakan senyawa nonpolar yang terdiri dari rantai atom C yang cukup panjang sehingga tidak larut dalam air. Lapisan minyak pada bagian atas ini menandakan bahwa minyak memiliki massa jenis yang lebih

47

kecil daripada air, yaitu massa jenis minyak sebesar 0,845-0,905 g/m3 dan massa jenis air sebesar 1 gram/cm3 atau 1000 kg/m3. Kemudian ditambah 2 mL larutan sabun dari masing-masing larutan sabun (dari masing-masing minyak). Larutan sabun dibuat dengan melarutkan 0,1-0,2 gram sabun dari masing-masing minyak dalam 6-8 mL air. Lalu tabung reaksi dikocok sampai menjadi homogen, pengocokan larutan dilakukan untuk menguji sifat emulsi sabun. Kemudian didiamkan agar terjadi pemisahan lapisan minyak. Setelah didiamkan maka terjadi pemisahan larutan minyak, lalu dihitung lama waktunya. Waktu yang dihasilkan dari percobaan ini kemudian dibandingkan dengan lama waktu pemisahan larutan minyak yang dilakukan tanpa menambahkan 2 mL larutan sabun. Langkah ini dilakukan untuk minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak curah. Dari percobaan yang dilakukan, data yang diperoleh yaitu pada minyak sawit, pengujian emulsi dengan penambahan larutan sabun diperoleh data waktu yang diperlukan untuk memisah setelah dikocok adalah 17 detik, sedangkan waktu yang diperlukan campuran minyak curah dengan air tanpa larutan sabun untuk memisah adalah 5 detik. Pada minyak kelapa pengujian emulsi dengan penambahan larutan sabun diperoleh data waktu yang diperlukan untuk memisah setelah dikocok adalah 1 menit 6 detik, sedangkan waktu yang diperlukan campuran minyak kelapa dengan air tanpa larutan sabun untuk memisah adalah 5 detik. Pada minyak curah pengujian emulsi dengan penambahan larutan sabun diperoleh data waktu yang diperlukan untuk memisah setelah dikocok adalah 9 detik, sedangkan waktu yang diperlukan campuran minyak kelapa dengan air tanpa larutan sabun untuk memisah adalah 2 detik. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pemisahan larutan dengan penambahan larutan sabun dibutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tanpa penambahan larutan sabun. Sehingga dapat diurutkan kecepatan emulsi terdapat pada minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa. Hal ini dapat dikatakan bahwa kualitas sabun dari minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah. Semakin lama waktu yang diperlukan sabun untuk memisah, maka semakin kuat sifat emulsinya dan semakin bagus pula kualitas suatu sabun. Karena emulsi berhubungan dengan kemampuan molekul

48

sabun dalam mengikat kotoran yang melekat pada suatu permukaan (membersihkan) (Ketaren, 1986). Bilangan Asam Bilangan asam suatu minyak atau lemak menyatakan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam larutan tersebut. Asam lemak bebas terdapat dalam minyak karena proses oksidasi dan hisdrolisis enzim selama pengolahan dan penyimpanan minyak. Penentuan bilangan asam dapat pula digunakan sebagai parameter untuk mengetahui kualitas minyak tersebut, karena adanya asam lemak bebas menyebabkan aroma minyak tidak sedap dan terkadang dapat meracuni tubuh, maka semakin besar bilangan asamnya semakin buruk kualitasnya, atau dapat dikatakan bilangan asam berbanding terbalik dengan kualitas minyak. Bilangan asam suatu minyak atau lemak adalah bilangan yang menyatakan banyaknya miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak atau lemak. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah titrasi asam basa. Pada titrasi ini digunakan larutan KOH 0,1 N dan 5 gram minyak (minyak kelapa, minyak sawit, dan minyak curah) yang telah ditimbang. Sebelum dilakukan titrasi, minyak yang telah ditimbang dan telah dimasukkan ke dalam erlenmeyer, diberi penambahan 25 mL alkohol. Penambahan alkohol berfungsi sebagai pelarut, untuk melarutkan minyak atau lemak agar dapat bereaksi dengan larutan alkali. Warna minyak ditambah dengan alkohol (etanol), yaitu pada minyak sawit dihasilkan larutan berwarna kuning muda dan terbentuk 2 lapisan (tak berwarna), pada minyak kelapa dihasilkan larutan tidak berwarna dan terbentuk 2 lapisan (tak berwarna), dan pada minyak curah dihasilkan larutan berwarna kuning muda dan terbentuk 2 lapisan (tak berwarna). Langkah selanjutnya yaitu ditambahkan indikator PP. Fungsi indikator PP adalah sebagai indikator untuk mmembantu mengetahui titik akhir titrasi, dalam hal ini mengindikasikan asam lemak bebas yang telah ternetralisir oleh larutan KOH. Setelah larutan siap, dilakukan titrasi dengan larutan KOH 0,1 N. Sebelum dititrasi, disiapkan alat yang akan digunakan, yaitu pasang buret pada statif menggunakan klem dengan posisi skala menghadap ke pengamat. Setelah

49

terpasang, buret dibilas terlebih dahulu dengan larutan KOH 0,1 N agar buret terbebas dari zat pengotor yang mempengaruhi hasil titrasi. Selanjutnya isi buret dengan posisi kran bawah tertutup dan larutan sampai diatas skala nol, kemudian turunkan larutan dalam buret sampai tepat skala nol dengan posisi kran tertutup. Setelah alat siap kertas putih dibawah erlenmeyer digunakan agar perubahan warna selama titrasi tampak jelas. Selama titrasi kran dibuka dan goyang erlenmeyer agar reaksi berjalan sempurna. Titrasi dihentikan ketika terdapat warna softpink pada larutan. Hal ini menandakan bahwa akses dari larutan KOH telah bereaksi dengan indikator PP menghasilkan warna softpink yang menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai. Setelah dititrasi, dihasilkan larutan berwarna kuning muda dan terbentuk 2 lapisan (pink) untuk minyak sawit, larutan berwarna kuning muda dan terbentuk 2 lapisan (pink) untuk minyak curah, serta larutan berwarna putih dan terbentuk 2 lapisan (pink) untuk minyak kelapa. Reaksi yang terjadi adalah:

Langkah selanjutnya adalah mencatat volume KOH yang diperlukan. Pembacaan volume KOH pada buret yaitu dengan posisi mata sejajar dengan garis skala pada buret. Setelah dicatat volume KOH yang diperlukan untuk tepat bereaksi. Volume KOH 0,1 N yang dibutuhkan masing-masing minyak adalah: No.

Jenis Minyak

Volume KOH (mL)

1.

Minyak kelapa

1,3 mL

2.

Minyak sawit

1,6 mL

3.

Minyak curah

7,8 mL

50

Langkah selanjutnya penentuan bilangan asam, perhitungan bilangan asam ditentukan berdasrkan persamaan: V KOH x N KOH X Mr KOH

Bilangan asam = massa sampel

Kemudian berdasarkan perhitungan, diperoleh bilangan asam minyak kelapa sebesar 1,4586, minyak kelapa sawit sebesar 1,7952, dan minyak curah 8,7516. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan: Bilangan asam minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa. Sedangkan untuk urutan kualitas minyak dari yang terbaik adalah minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah. Maka pada percobaan ini dapat dikatakan bahwa kualitas minyak kelapa paling baik, karena semakin tinggi bilangan asam maka semakin buruk kualitas minyak (Ketaren, 1986). Bilangan penyabunan Bilangan penyabunan didefinisikan sebagai jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Bilangan ini juga menyatakan indeks berat molekul suatu minyak. Jika asam lemak yang terdapat dalam minyak mempunyai berat molekul rendah (rantai pendek) maka jumlah gliseridanya semakin banyak. Hal ini menyebabkan bilangan penyabunan meningkat. Bilangan penyabunan dapat ditentukan dengan rumus:

Bilangan penyabunan =

Mr KOH x N HCl X (V KOH – V HCl)

massa sampel Apabila besar bilangan penyabunan tinggi, maka kualitas minyak tersebut baik atau bagus. Langkah pertama dalam percobaan ini adalah dengan memasukkan 2 gram minyak ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 25 mL larutan KOH alkoholik 0,5 N. lalu di refluks selama 30 menit dan didinginkan. Setelah penambahan KOH pada minyak kelapa tetap tidak berwarna, pada minyak sawit berwarna kuning (+), dan pada minyak curah berwarna kuning (++). Setelah itu ditambah indikator PP hingga berwarna softpink, setelah itu dilakukan titrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N.

51

Sebelum dititrasi, disiapkan alat yang akan digunakan yaitu pasang buret pada statif menggunakan klem dengan posisi skala menghadap ke pengamat. Setelah terpasang, buret dibilas terlebih dahulu dengan larutan HCl 0,5 N agar buret terbebas dari zat pengotor yang mempengaruhi hasil titrasi. Selanjutnya isi buret dengan posisi kran bawah tertutup dan larutan sampai diatas skala nol, kemudian turunkan larutan dalam buret sampai tepat skala nol dengan posisi kran tertutup. Setelah alat siap kertas putih dibawah erlenmeyer digunakan agar perubahan warna selama titrasi tampak jelas. Selama titrasi kran dibuka dan goyang erlenmeyer agar reaksi berjalan sempurna. Titrasi dihentikan ketika larutan kembali ke warna semula.Hal ini menandakan bahwa akses dari larutan HCl telah bereaksi dengan indikator pp menghasilkan warna seperti larutan semula, yang menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai. Setelah dititrasi, dihasilkan larutan berwarna kuning untuk minyak sawit (+), larutan berwarna kuning (++) untuk minyak curah, serta larutan berwarna kuning muda untuk minyak kelapa. Reaksi yang terjadi adalah: KOH (aq)+HCl(aq)→ KCl(aq)+H2O(l) Kemudian dihitung bilangan penyabunan dengan volume HCl yang didapatkan. Pembacaan volume HCl pada buret yaitu dengan posisi mata sejajar dengan garis skala pada buret. Setelah dicatat volume HCl yang diperlukan untuk tepat bereaksi. Volume HCl 0,5 N yang dibutuhkan masingmasing minyak adalah: No.

Jenis Minyak

Volume HCl (mL)

1.

Minyak kelapa

4,5 mL

2.

Minyak sawit

20,9 mL

3.

Minyak curah

23,6 mL

52

Langkah selanjutnya penentuan bilangan penyabunan, Kemudian berdasarkan perhitungan, diperoleh bilangan penyabunan minyak kelapa sebesar 287,512, minyak sawit sebesar 57,502 dan minyak curah 19,63. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa bilangan penyabunan minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah, sehingga tingkat kualitas minyak: minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah. Bilangan Penyabunan paling tinggi adalah minyak kelapa, sehingga minyak kelapa memiliki kualitas yang paling baik daripada minyak curah dan minyak sawit. Karena semakin tinggi bilangan penyabunan semakin baik kualitas minyak (Ketaren, 1986). J.

Kesimpulan a. Sabun dapat dengan mereaksikan antara minyak dan NaOH. Reaksi ini biasa disebut dengan saponifikasi. b. Urutan kecepatan emulsi adalah: minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa. Hal ini dapat dikatakan bahwa kualitas sabun dari minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah. c. Bilangan asam minyak kelapa sebesar 1,4586, minyak kelapa sawit sebesar 1,7952, dan minyak curah 8,7516. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa bilangan asam minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa. Sedangkan untuk urutan kualitas minyak dari yang terbaik adalah minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah. d. Bilangan penyabunan minyak kelapa sebesar 287,512, minyak sawit sebesar 57,502 dan minyak curah 19,63. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa bilangan penyabunan minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah, sehingga tingkat kualitas minyak: minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah.

53

K. Daftar Pustaka 1. Sumber Buku Agoes, G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Departemen Pendidikan, dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Akademik. Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. 1992. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. Harold, H. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hopper. 1986. Fat and Oils. Jakarta: UI Press. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press. Nasional, B. S. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532-1994. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Spitz, L., 1996. Soap and Detergents, A Theorotical and Practical Review. Illinois: AOCS Press. Winarno, F. G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2. Sumber Jurnal Cavitch, S. M. 2001. Choosing Your Oil Properties of Fatty Acid. https://www.uio.no/studier/emner/matnat/farmasi/nedlagteemner/FRM2041/v06/undervisningsmateriale/fatty_acids.pdf

.

Diakses pada 07 Maret 2019 pukul 09.30 WIB. Hambali, E., 2007. Penelitian Pembuatan Sabun Transparan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Iftikhar, A., 1981. Studi Perbandingan Campuran Minyak Palm Oil/Palm Kernel Oil Terhadap Keretakan Sabun Mandi. Medan: Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Perdana, F. K. & Hakim, I., 2008. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q sebagai Upaya Meningktkan Mangsa Pasar Soda Q. Semarang: Teknik Kimia UNDIP.

54

3. Sumber Skripsi Kamikaze, D., 2002. Studi Awal Pembuatan Sabun Menggunakan Campuran Lemak Abdomen Sapi dan Curd Susu Afkir. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Qisti, R., 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada Konsetrasi Yang Berbeda. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung: Teknik Kimia ITB.

55

L. Jawaban Pertanyaan 1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur kerja/ diagram alur)? Jawab:  Pembuatan Sabun Keras 10 gram minyak -

Ditambah 1 gram asam stearat Dipanaskan sampai suhu 70ᴼC sampai seluruh asam stearat mencair Dibiarkan suhu turun menjadi 50ᴼC Ditambah larutan NaOH yang sudah dibuat sebelumnya Diaduk terus Ditambah 12 gram alkohol Ditambah 4 gram gliserin Dipanaskan

-

Larutan Jernih -

Dibiarkan agak dingin Ditambah minyak zaitun Dituang dalam cetakan

Sabun Padat



Pembuatan Sabun Lunak 10 gram minyak -

Ditambah 1 gram asam stearat Dipanaskan sampai suhu 70ᴼC sampai seluruh asam stearat mencair Dibiarkan suhu turun menjadi 50ᴼC Ditambah larutan KOH yang sudah dibuat sebelumnya Diaduk terus Ditambah 12 gram alkohol Ditambah 4 gram gliserin Dipanaskan

Larutan Jernih -

Dibiarkan agak dingin Ditambah minyak zaitun

Sabun Cair

56

2. Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun? Jawab:

3. Bagaimana diagram alur untuk membuat emulsi sabun? Jawab:

4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun? Jawab: Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butirbutir minyak satu sama lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau garam empedu. Air dan minyak merupakan cairan yang

57

tidak saling berbaur, tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal dengan continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi dalam air. Senyawa ini molekulmolekulnya mempunyai afinitas terdapat kedua cairan tersebut. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Emulsi temporer terjadi bila minyak dan air saja yang dikocok bersama-sama, akan berbentuk butir-butir lemak dan terbentuklah suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan partikel-partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi sebelum waktu pemakaian. Berbeda dengan emulsi sementara, emulsi yang mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan ketiga yang mampu membentuk sebuah selaput (filen) disekeliling butiran yang terdispersi, sehingga mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk bahan ketiga diantaranya adalah emulsifier, stabilizer atau emulsifying agent. Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning telur, telur utuh, gelatin, pasta kanji, kasein, albumin, atau beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprica atau mustard. French dressing yang biasanya tidak begitu stabil dibuat menjadi lebih stabil dengan penambahan dalam banyak tepung paprika yang dapat membentuk lapisan tipis disekeliling butir-butir lemak yang terdispersi. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar). Maka dapat lebih membatu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w). Sebagai contoh adalah susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih larut dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o). Contohnya mentega dan margarin. Cara kerja emulsifier

58

dapat terilustrasikan bila butir-butir lemak telah terpisah karena adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir lemak yang terdispersi tersebut segera terselubungi oleh selaput tipis emulsifier. Bagian molekul emulsifier yang nonpolar larut dalam lapisan luar butir-butir lemak. Sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut (air, continous phase). Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam miyak, hidrofobik) Polar : COONa+ larut dalam air, hidrofilik, memisahkan kotoran polar) Proses penghilangan kotoran.  Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan.  Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi  Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih. 5. Jelaskan perbedaan produk sabun antara sabun dengan menggunakan alkali NaOH dengan KOH? Jawab: Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

59

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium

hidroksida/soda

kaustik

(NaOH),

sedangkan

sabun

cair

menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. Sabun Padat Sabun padat dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak sawit serta menggunakan alkali (NaOH). Untuk memadatkan sabun dapat digunakan asam stearat. Sabun Cair Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol.

60

M. Lampiran Lampiran Perhitungan  Bilangan Asam Diketahui

:

Mr KOH

: 56,1

N KOH

: 0,1 N

Massa sampel

: 5 gram

V KOH minyak sawit

: 1,6 mL

V KOH minyak kelapa

: 1,3 mL

V KOH minyak curah

: 7,8 mL

Ditanya

: Bilangan asam minyak sawit, kelapa, dan curah...?

Dijawab

: V KOH x N KOH X Mr KOH

 Bilangan asam minyak sawit =

massa sampel

1,6 mL x 0,1 N x 56,1

=

5 gram = 1,7952 V KOH x N KOH X Mr KOH

 Bilangan asam minyak kelapa =

massa sampel 1,3 mL x 0,1 N x 56,1

=

5 gram = 1,4586 VVKOH x NxKOH X Mr KOH KOH N KOH X Mr KOH

 Bilangan asam minyak curah = =

=

massa sampel massa sampel

7,8 mL x 0,1 N x 56,1 5 gram

= 8,7516

61

 Bilangan Penyabunan Diketahui

:

Mr KOH

: 56,1

N HCl

: 0,5 N

V KOH

: 25 mL

Massa sampel

: 2 gram

V KOH minyak sawit

: 20,9 mL

V KOH minyak kelapa

: 4,5 mL

V KOH minyak curah

: 23,6 mL

Ditanya

: Bilangan penyabunan minyak sawit, kelapa, dan curah...?

Dijawab

:

 Bilangan penyabunan minyak sawit = Mr KOH x N HCl X (V KOH – V HCl) massa sampel 56,1 x 0,5 N x (25 mL – 20,9 mL)

=

2 gram

= 57,502  Bilangan penyabunan minyak kelapa =

Mr KOH x N HCl X (V KOH – V HCl)

56,1 x 0,5massa N x (25 mL – 4,5 mL) sampel

=

2 gram

= 287,512  Bilangan penyabunan minyak curah =

Mr KOH x N HCl X (V KOH – V HCl)

massa sampel

=

56,1 x 0,5 N x (25 mL – 4,5 mL) 2 gram

= 19,635

62

Lampiran Gambar Percobaan 1: Pembuatan Sabun Alur Percobaan 1

Gambar

Keterangan

Bahan-bahan

Minyak kelapa, minyak

pembuatan sabun

sawit, dan minyak curah

4

gram

NaOH

dilarutkan kedalam 3,3

Larutan NaOH 10,6 M yang tidak berwarna

mL air dan dibiarkan suhu turun

Pemanasan

minyak

 Larutan

dari

minyak

sawit,minyak kelapa,

sawit berwarna kuning

minyak curah, dengan

dan memisah kemudian

ditambah 1 gram asam

dipanaskan

stearate

menjadi satu fasa

70°C

pada

suhu

sampai

asam

stearat mencair

 Larutan

dari

larutan

minyak

curah berwarna kuning dan memisah kemudian dipanaskan menjadi satu fasa

larutan

63

 Larutan

dari

minyak

kelapa tidak berwarna dan memisah kemudian dipanaskan

larutan

menjadi satu fasa.

Kemudian didiamkan sampai

suhu

ditambahkan NaOH,

12

50°C larutan ram

 Larutan

dari

sawit

berubah

berwarna

minyak dari

kecoklatan

menjadi

menggumpal

alkohol, dan 4 gram

berwarna

kuning

gliserin

kemudian

dipanaskan

lalu

dipanaskan dan diaduk

menjadi

gel

berwarna

kuning.  Larutan

dari

minyak

kelapa berubah dari tidak berwarna

menjadi

menggumpal

berwarna

putih dipanaskan menjadi gel berwarna putih.  Larutan

dari

curah

berubah

berwarna menjadi berwarna

minyak dari

kecoklatan menggumpal kuning

64

kemudian menjadi

dipanaskan gel

berwarna

 Dihasilkan

larutan

orange. Kemudian ditambahkan

1

ml

berwarna merah dan

minyak zaitun + bahan

kemudian

pewarna makanan +

dalam

cetakan.

pewangi

Kemudian

struktur

dituangkan cetakan

dan kedalam

dituangkan

sabun akan mengeras dan padat.  Sabun yang terbuat dari

minyak

kelapa

memiliki struktur yang lunak dan sabun yang terbuat

dari

minyak

curah memiliki struktur yang paling keras.

65

Percobaan 2: Sifat Emulsi Sabun Alur

Gambar

Keterangan

Pada tabung reaksi

Larutan

0,2

berwarna putih keruh

gram

sabun

minyak

sabun

sawit

dilarutkan dalam air panas 6-8 ml air panas

Lalu

Pada

tabung

Larutan yang berada

reaksi 1dimasukkan

disebelah kiri adalah

3 ml aquades dan

larutan

ditambahkan 5 tetes

ditambahkan sabun,

minyak

setelah

dikocok

kemudian

larutan

memisah

ditambahkan 2 mL

menjadi dua lapisan

larutan sabun. Lalu

dalam waktu 17 detik

sawit,

yang

dikocok Pada tabung reaksi 2

Larutan yang berada

dimasukkan

disebelah

aquades

3

ml dan

kanan

adalah larutan yang

ditambahkan 5 tetes

tidak

minyak

sabun,

setelah

dikocok

larutan

memisah

menjadi

sawit,

kemudian dikocok

ditambahkan

dua lapisan dalam waktu 5 detik

66

Pada tabung reaksi

Larutan sabun tidak

0,2

berwarna

gram

minyak

sabun kelapa

dilarutkan dalam air panas 6-8 ml air panas

Lalu

Pada

tabung

Larutan yang berada

reaksi 1dimasukkan

disebelah

3 ml aquades dan

adalah larutan yang

ditambahkan 5 tetes

ditambahkan sabun,

minyak

setelah

dikocok

kemudian

larutan

memisah

ditambahkan 2 mL

menjadi dua lapisan

larutan sabun. Lalu

dalam waktu 1 menit

dikocok

06 detik

kelapa,

kanan

67

Pada tabung reaksi 2

Larutan yang berada

dimasukkan

ml

disebelah kiri adalah

dan

larutan yang tidak

ditambahkan 5 tetes

ditambahkan sabun,

minyak

setelah

dikocok

larutan

memisah

aquades

3

kelapa,

kemudian dikocok

menjadi dua lapisan dalam waktu 5 detik Pada tabung reaksi

Larutan

0,2

berwarna putih keruh

gram

minyak

sabun

sabun

curah

dilarutkan dalam air panas 6-8 ml air panas

Lalu

Pada

tabung

Larutan yang berada

reaksi 1dimasukkan

disebelah

3 ml aquades dan

adalah larutan yang

ditambahkan 5 tetes

ditambahkan sabun,

minyak

setelah

dikocok

kemudian

larutan

memisah

ditambahkan 2 mL

menjadi dua lapisan

larutan sabun. Lalu

dalam waktu 9 detik

dikocok

kelapa,

kanan

68

Pada tabung reaksi 2

Larutan yang berada

dimasukkan

ml

disebelah kiri adalah

dan

larutan yang tidak

ditambahkan 5 tetes

ditambahkan sabun,

minyak

setelah

dikocok

larutan

memisah

3

aquades

curah,

kemudian dikocok

menjadi dua lapisan dalam waktu 2 detik

Percobaan 3: Bilangan Asam Alur Percobaan 3

Gambar

Keterangan

Memasukkan 5 gram

Menghasilkan

minyak sawit berwarna

campuran yang

kuning

tidak

homogen

erlenmeyer + 25 mL

dan

berwarna

etanol tak berwarna + 5

kuning (++)

ke

dalam

tetes indikator pp tak berwarna Kemudian

dititrasi

Larutan berubah

dengan larutan KOH

warna

0,1N tak berwarna

soft

pink.

Volume

titrasi

yang

menjadi

diperoleh

yaitu 1,6 mL

69

Kemudian, yg

perlakuan

selanjutnya

yaitu

menggunakan sampel 5 gram

minyak

Menghasilkan larutan

tidak

berwarna

kelapa

berwarna kuning (+) ke dalam erlenmeyer + 25 mL etanol tak berwarna + 5 tetes indikator pp tak berwarna Kemudian

larutan

Larutan berubah

dititrasi dengan KOH

warna

0,1 N tak berwarna

soft

pink.

Volume

titrasi

yang

menjadi

diperoleh

yaitu 1,3 mL

Kemudian, yg

perlakuan

selanjutnya

yaitu

Menghasilkan campuran yang

menggunakan sampel 5

tidak

homogen

gram

dan

berwarna

minyak

curah

berwarna kuning (+++) ke dalam erlenmeyer + 25

mL

berwarna indikator berwarna

etanol +

tak

5

tetes

pp

tak

kuning (++)

70

Kemudian

larutan

Larutan berubah

dititrasi dengan KOH

warna

0,1 N tak berwarna

soft

pink.

Volume

titrasi

yang

menjadi

diperoleh

yaitu 7,8 mL

Percobaan 4: Bilangan Penyabunan Langkah

Gambar

Keterangan

Percobaan 2

gram

sampel

minyak dimasukkan

 Minyak curah ditambah KOH

ke

alkoholik larutan

dalam erlenmeyer

berwarna kuning

dan ditambah 25

(+++) dan tidak

mL KOH 0,5 N

homogen

beralkohol

 Minyak kelapa ditambah KOH alkoholik larutan berwarna kuning (+) dan tidak homogeny  Minyak sawit ditambah KOH alkoholik larutan berwarna kuning (++)

71

Larutan direfluks

Minyak yang mulanya

selama 30 menit.

tidak menyatu dengan KOH menjadi menyatu.

Didiamkan sampai

Larutan menjadi

dingin.

dingin.

Ditambahkan

Larutan menjadi

indikator PP

berwarna kuning kecoklatan (+)

72

Dititrasi dengan

-

larutan standar HCl 0,5 N

-

Hasil titrasi larutan kembali kewarna semula yaitu: -

Minyak sawit dan minyak curah: kuning

-

Minyak kelapa: tidak berwarna.

Related Documents


More Documents from "Suwanty Rumapea"