LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM Nama: Yosephin Tiara Putri NIM: 18.I1.0150
Kelompok: D4
Abstrak Alat-alat laboratorium merupakan alat yang dipergunakan oleh praktikan untuk mendukung kerja praktikan dalam laboratorium karena alat-alat tersebut memiliki fungsi tersendiri yang dapat mempermudah praktikan dalam melaksanakan praktikum di laboratorium. Untuk mengetahui ketelitian alat-alat laboratorium, fungsi, dan prinsip kerjanya diperlukan serangkaian praktikum seperti mengukur ketelitian alat, membuat larutan, pengenceran, titrasi, pengenalan gas, spektrofotometri. Kata kunci : Alat-alat laboratorium, fungsi, ketelitian
menyiapkan larutan yang kurang pekat dari larutan yang pekat. (Raymon Chang, 2005) Selain itu, dalam praktikum ini juga kita diajak mengenal gas dengan kertas lakmus. Gas yang digunakan adalah gas amonia. Gas amonia mudah larut dalam air dan memiliki bau busuk yang khas dan bersifat basa, hal ini dapat dilihat dengan penggunaan lakmus merah pada larutan. (Nurul Kamilanti, 2006). Sedangkan pada praktikum membuat kurva standard dan mengukur konsentrasi larutan X membutuhkan alat yang bernama spektrofotometer. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah relatif cahaya dari panjang gelombang berbeda yang diserap dan diteruskan oleh larutan pigmen. (Campbell, et al., 2000)
1. TINJAUAN PUSTAKA Alat-alat untuk mengukur volume diantaranya gelas ukur, labu takar, dan erlenmeyer. Ketiganya memiliki ketelitian yang berbeda. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan dengan cepat dan ketelitiannya cukup teliti. (Hartutik, 2012). Labu takar digunakan untuk melakukan pengenceran dengan keakuratan yang tinggi. (Hartutik, 2015) Sedangkan Erlenmeyer digunakan untuk mengukur volume larutan namun tidak akurat. (Hartutik, 2015) Pada praktikum pembuatan larutan KCl, bahan yang diperlukan ialah KCl bubuk dan aquadestilata. Menurut Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979, kelarutan KCl ialah 1 bagian KCl (1 gram) larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Dalam praktikum ini juga melakukan metode titrasi. Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya akan dititrasi oleh arutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat dan penambahan indikator. (Nana Sutresna, 2007). Lalu ada pula pengenceran, pengenceran ialah prosedur untuk
2. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui alat saja yang dipergunakan dilaboratorium kimia, mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat dengan benar, mengetahui perbedaan ketelitian alat-alat ukur, mengetahui cara pembuatan larutan KCl, mengamati tingkat ketelitian titrasi pada metode lambat maupun metode cepat, mengetahui cara mengencerkan suatu larutan, mengetahui cara melakukan
1
titrasi, mengetahui cara mengenal gas menggunakan kertas lakmus, mengetahui caraelakukan metode analisa kimia spektrofotometri dengan spektrofotometer, mengetahui nilai absorbansi dan konsentrasi dari beberapa larutan standard, mengukur konsentrasi dan absorbansi dari larutan cuplikan, dan mengtahui hubungan antara konsentrasi (M) dan absorbansi (A)
dan dilarutkan dengan 50ml aquades. Setelah itu larutan dilarutkan hingga batas 100ml dengan aquadestilata didalam labu takar. Lalu ditunggu beberapa saat dan diamati perubahan yang terjadi 3.2.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret Tingkat ketelitian titrasi buret dilakukan dengan cara, pertama-tama, buret diisi dengan aquadestilata sebanyak 20ml. Kemudian sebanyak 10ml larutan dikeluarkan dengan lambat dan dicatat meniskusnya, lalu ditunggu beberapa menit dan dilihat lagi meniskusnya. Setelah itu buret diisi lagi dan diturunkan dengan cepat lalu dicatat meniskusnya. 3.2.4. Pengenceran Pengenceran dilakukan dengan cara, pertama-tama, sebanyak 30 ml H2SO4 0,1 N diambil dengan menggunakan pipet volume dan diperhatikan permukaan cekung dari zat cair harus menyinggung garis tanda tera. Lalu H2SO4 tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda tera. Pengenceran ini harus sekali jadi. Setelah itu, konsentrasi larutan H2SO4 yang telah diencerkan dpat dihitung dengan rumus berikut V1.N1 = V2. N2
3. METODE PRAKTIKUM 3.1. Materi 3.1.1. Alat Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, labu takar, pompa pilleus, pipet volume, pipet tetes, buret, beaker glass, pengaduk, gelas arloji, penjepit, neraca analitik, statif, klem, termometer, stopwatch, kertas lakmus, bunsen, rak tabung reaksi, spektrofotometer, dan cuvet. 3.1.2. Bahan Bahan yang digunakan adalah aquadestilata, KCl, H2SO4 0,1N, NaOH, indikator PP (phenolphtalein), NH4Cl, bubuk K2Cr2O7, bubuk KMnO4, larutan cuplikan. 3.2. Metode 3.2.1. Ketelitian Alat-Alat Ukur Ketelitian alat-alat ukur dilakukan dengan cara, pertama-tama, aquadestilata dituang ke dalam gelas ukur hingga 100 ml. Lalu larutan dipindah ke labu takar dan dicatat ketelitiannya. Kemudian larutan dipindahkan lagi kedalam Erlenmeyer lalu dicatat ketelitiannya. 3.2.2. Pembuatan Larutan KCl Pembuatan larutan KCl dilakukan dengan cara, pertama-tama, KCl ditimbang sebanyak 5 gram (kelompok 1 dan 2), 10 gram (kelompok 3 dan 4), 15 gram (kelompok 5 dan 6) menggunakan gelas arloji, kemudian KCl dimasukkan ke dalam beaker glass
Keterangan: V1 = volume larutan asli yang akan dipakai V2 = volume larutan standar yang akan dibuat N1 = normalitas asli N2 = normalitas larutan standar yang akan dibuat
3.2.5. Titrasi Titrasi dilakukan dengan cara, pertamatama, buretdicuci dengan cairan pencuci, lalu dibilas dengan larutan standar yang akan dipakai yaitu NaOH. Lalu buret diisi dengan larutan standar dan dicatat skalanya. Kemudian 15 ml H2SO4 yang sudah dibuat dari pengenceran tadi diambil dengan pipet volume dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu ditambahkan 3 sampai
2
4 tetes indikator PP. Setelah itu keran buret dibuka, lalu titran diteteskan perlahan-lahan kedalam Erlenmeyer dan Erlenmeyer digoyang perlahan-lahan. Titran dapat dihentikan ketika penambahan setetes NaOH memberikan warna merah sangat muda yang tidak mau hilang saat penggoyangan. Lalu larutan standar yang digunakan dicatat dengan melihat tinggi cairan dalam burer dan dihitung normalitasnya dengan rumus berikut:
menggunakan gelas arloji pada neraca analitik. Lalu masing-masing dilarutkan dengan aquades hingga volumenya menjadi 100 ml didalam beaker glass. Larutan standard yang telah dibuat masing-masing diambil sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi dan masing-masing dari tabung reaksi diencerkan hingga 12 ml. Absorbansi larutan standar kemudian diukur dengan spektrofotometer menggunakan panjang gelombang 485 nm untuk larutan K2Cr2O7 dan 560 nm untuk larutan KMnO4, lalu nilai konsentrasi larutan dapat dihitung menggunakan rumus. Kemudian kurva standard dibuat menggunakan scatter pada microsoft excel, dimana data absorbansi menjadi sumbu Y dan data konsentrasi menjadi sumbu X. 3.2.8. Mengukur Konsentrasi Larutan X Mengukur konsentrasi larutan X dapat dilakukan dengan cara, pertama, sebanyak 2ml larutan cuplikan dipipetkan ke tabung reaksi dan diencerkan hingga 12 ml. Lalu absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer. Lalu konsentrasi larutan cuplikan diperkirakan sebelum dan sesudah diencerkan menggunakan persamaan kurva standard yang telah dibuat. Rumus :
V1.N1 = V2. N2 Keterangan: V1 = volume larutan asli yang akan dipakai V2 = volume larutan standar yang akan dibuat N1 = normalitas asli N2 = normalitas larutan standar yang akan dibuat
3.2.6. Pengenalan Gas Dengan Kertas Lakmus Pengenalan gas dengan kertas lakmus dilakukan dengan cara, pertama, 4 ml larutan NH4Cl diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 4 ml larutan NaOH. Kemudian tabung reaksi dipegang dengan penjepit lalu dipanaskan sambil digoyanggoyangkan. Mulut tabung harus sedikit dicondongkan ketempat kosong. Setelah mendidih, zat dalam tabung dijaga jangan sampai keluar dari mulut tabung dengan cara tabung diangkat dari atas api bila zat dalam tabung sudah mulai naik. Lalu bau gas yang terbentuk diamati zat-zat nya sebelum dan sesudah terjadi reaksi. Lalu kertas lakmus merah dan biru dipegang didekat mulut tabung reaksi, kemmidian perubahan warna dari kertas lakmus diamati dan diberi kesimpulan.
M =
massa (gr) BM
X
1000 ml
Keterangan: M = konsentrasi larutan (M) BM = berat molekul senyawa
N1 X V1 = N2 X V2
3.2.7 Membuat Kurva Standard Pembuatan kurva standart dilakukan dengan cara, pertama, 1,76 gram K2Cr2O7 (BM = 294,19) (kelompok 1-3) dan 0.994 gram KMnO4 (BM = 158,03) (kelompok 4-6) ditimbang dengan
Keterangan: N1.2 = kosentrasi awal, akhir larutan V1.2 = volume awal, akhir larutan
4. HASIL PENGAMATAN 4.1. Ketelitian Alat-Alat Ukur 3
dari rentang 0,045 N – 0,346 N. Perhitungan menggunakan rumus yang sama dengan pengenceran yaitu V1N1 = V2N2 4.6. Pengenceran Gas dengan Kertas Lakmus Hasil pengamatan pengenceran gas dengan kertas lakmus dapat dilihat pada tabel 6. Kelompok D1-D6 menghasilkan data yang sama yaitu gas bersifat Basa, bau agak menyengat, mengubah lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru tetap biru. 4.7. Spektrofotometri larutan K2Cr2O7 Hasil pengamatan spektrofotometri larutan K2Cr2O7 dapat dilihat pada tabel 7. Pengamatan ini dilakukan oleh kelompok D1-D3. Pada kelompok D1 dan D2 terdapat penyimpangan yaitu kurva menurun dan hasil absorbansi melebihi 1. Sedangkan pada kelompok 3 berjalan sesuai seharusnya 4.8. Spektrofotometri larutan KMnO4 Hasil pengamatan spektrofotometri larutan KMnO4 dapat dilihat pada tabel 8. Pengamatan ini dilakukan oleh kelompok D4-D6. Pada kelompok D4 dan D5 terjadi penyimpangan yaitu kurva menurun dan hasil absorbansi melebihi 1. Sedangkan pada kelompok D6 berjalan sesuai seharusnya
Hasil pengamatan ketelitian alat-alat ukur dapat dilihat pada Tabel 1. (dilampirkan) Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa kelompok 1-6 mendapat hasil yang sama yaitu gelas ukur ketelitiannya = 100, labu takar ketelitiannya <100, erlenmeyer ketelitiannya >100 dan ketiganya dilihat dari meniskus cekung 4.2. Pembuatan Larutan KCl Hasil pengamatan pembuatan larutan KCl dapat dilihat pada tabel 2. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa KCl bermassa 5,00 gram (kelompok 1-2) 10,00 gram (kelompok 3-4) memiliki hasil yang sama yaitu berwarna jernih, bergelembung sedikit, dan tidak ada endapan. Sedangkan KCl bermassa 15 gram (kelompok 5-6) terdapat penyimpangan pada bagian endapan dan warna 4.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret Hasil pengamatan tingkat ketelitian titrasi buret dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3, metode yang digunakan dalam titrasi ialah metode lambat dan cepat. Dan semua pengamatan berdasarkan meniskus cekung. Untuk melakukan titrasi metode lambat ratarata diperlukan waktu 100 detik-175 detik, namun pada kelompok D6 waktu yang diperlukan lebih singkat yaitu 45 detik. Sedangkan metode cepat membutuhkan waktu dengan rentan 18 detik-32 detik 4.4. Pengenceran Hasil pengamatan pengenceran dapat dilihat pada tabel 4. Kelompok D1-D6 menghasilkan data yang sama, yaitu konsentrasi akhir sebesar 0,03 dihitung dengan rumus V1N1 = V2N2 4.5. Titrasi Dengan Buret Hasil pengamatan titrasi dengan buret dapat dilihat pada tabel 5. Kelompok D1-D6 menghasilkan volume yang berbeda-beda dari rentang 1,3 ml – 10,1 ml. Karena volume berbeda-beda maka normalitas yang dihasilkan pun berbeda
5. PEMBAHASAN 5.1. Ketelitian alat-alat ukur Berdasarkan praktikum ketelitian alatalat ukur, alat ukur yang seharusnya paling teliti ialah labu takar. Karena labu takar memiliki lubang (mulut) yang kecil sehingga ketelitian yang didapatkan lebih tinggi dibanding alat ukur lainnya. Gelas ukur memang dperuntukkan mengukur volume dengan cepat, namun gelas ukur memiliki mulut (lubang) yang cukup besar sehingga ketelitiannya lebih rendah dibanding labu takar. Erlenmeyer memiliki lubang
4
(mulut) yang paling besar sehingga tingkat ketelitiannya paling rendah. (Hartutik, 2012) 5.2. Pembuatan larutan KCl Pada praktikum pembuatan larutan KCl, didapatkan hasil yang berbeda-beda. Namun praktikan kloter D yang menimbang massa KCl 5,00 gram (D1D2) mendapatkan hasil yang sama. Pada massa 10,00 gram (D3-D4) juga mendapatkan hasil yang sama yaitu warna tetap jernih, bergelembung, dan tidak memiliki endapan. Hal ini telah sesuai dengan kelarutan KCl menurut Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979, bahwa 1 gram KCl larut dalam 3 ml air. Itulah sebabnya tidak terdapat endapan karena zat yang akan dilarutkan terlarut sempurna dengan pelarutnya. Pada kelompok D5 yang melarutkan 15,00 gram KCl juga tidak terbentuk endapan dan warna larutan tetap jernih yang berarti telah sesuai dengan ketentuan kelarutan Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979. Namun, pada kelompok D6 yang melarutkan 15,00 gram KCl terbentuk endapan dan berwarna keruh. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam menimbang bahan, maupun kesalahan dalam pengambilan bahan 5.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret Dari praktikum tingkat ketelitian titrasi buret, dipergunakan 2 metode yaitu metode cepat dan metode lambat. Namun pada kelompok D6 titrasi dengan metode lambat hanya memerlukan waktu 45 detik sedangkan pada kelompok D1-D5 diperlukan ratarata 100 detik. Hal ini dapat disebabkan karena buret yang berbeda-beda disetiap kelompok. Meskipun berbeda-beda, tetap akan menghasilkan data yang hampir mirip dengan kelompok lain. Pada kelompok D6, penyimpangan terjadi karena pembuka buret pada buret milik D6 terlalu banyak diputar sehingga pada metode lambat pun
waktu yang diperlukan lebih cepat dari kelompok lainnya. Dari kedua metode tersebut, metode yang paling efektif ialah metode lambat, karena apabila larutan dikeluarkan secara cepat, masih banyak larutan yang menempel pada dinding buret sehingga perlu menunggu waktu lebih lama untuk melihat ketelitiannya. Namun pada metode lambat, air yang dikeluarkan tetes demi tetes sehingga larutan yang menempel pada dinding tidak sebanyak pada metode cepat sehingga akan lebih menyingkat waktu untuk melihat ketelitiannya. (Nana Sutresna, 2007) 5.4. Pengenceran Pada praktikum pengenceran, kelompok D1-D6 menghasilkan data yang sama dengan rumus V1N1=V2N2. Tujuan dari pengenceran ialah untuk menghasilkan larutan dengan konsentrasi yang lebih kecil dalam jumlah banyak. (Raymond Chang, 2015) 5.5. Titrasi dengan Buret Pada praktikum titrasi dengan buret, kelompok D1-D6 menghasilkan data yang berbeda-beda baik Volume NaOH maupun normalitasnya. Volume awal yang digunakan ialah 15 ml H2SO4 hasil pengenceran pada praktikum sebelumnya kemudian diberi indikator PP, lalu diberi penambahan NaOH. Dengan menggunakan rumus V1N1 = V2N2 kita dapat memperhitungkan konsentrasi NaOH dalam larutan tersebut. 5.6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus Selain itu, pada praktikum pengenalan gas dengan kertas lakmus, kelompok D1-D6 mendapatkan hasil yang sama yaitu gas yang terbentuk adalah NH3 dengan sifat basa dengan bau yang agak menyengat dan larutan tersebut mengubah lakmus merah menjadi biru, lakmus biru tetap biru. Menurut Nurul Kamilanti, (2006) gas NH3 seharusnya memiliki bau busuk yang kuat. Tetapi
5
dalam praktikum didapatkan hasil yang berbeda. Hal ini dikarenakan ruangan laboratorium yang terbuka sehingga mengakibatkan bau suatu zat lebih mudah hilang dan bau menyengat NH3 tersebut bercampur dengan bau zat yang lain sehingga bau tidak menyengat kuat. 5.7. Spektrofotometri larutan K2Cr2O7 Berdasarkan praktikum spektrofotometri larutan K2Cr2O7 pada kelompok D1-D3 didapatkan hasil yang berbeda-beda. Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah spektrofotometer. Jumlah relatif cahaya dari panjang gelombang berbeda yang diserap dan diteruskan oleh larutan pigmen diukur oleh spektrofotometer. (Campbell, et al., 2000) Cara kerjanya, cahaya putih dipisahkan menjadi beberapa warna oleh prisma. Lalu warna cahaya yang berbeda tersebut dilewatkan sampel, kemudian cahaya yang dipakai akan menabrak tabung fotolistrik yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya ke energi listrik, kemudian arus listriknya diukur dengan alat ukur. Setiap panjang gelombang berubah, alat ukur akan mengindikasikan fraksi cahaya (Campbell, et al., 2006)
seharusnya selalu naik apabila konsentrasi semakin tinggi. Dikarenakan ada ketidaktelitian dalam mengambil sampel, maka kurva menjadi turun. Maka faktor yang mempengaruhi absorbansi ialah konsentrasi itu sendiri, semakin besar konsentrasi, maka akan semakin besar pula absorbansinya. (Campbell, et al., 2006) . 6. KESIMPULAN
Pada spektrofotometri larutan K2Cr2O7 kelompok D1-D3, kelompok D1 dan D2 mengalami nilai absorbansi >1. Hal ini dapat dikarenakan kurang telitinya praktikan dalam mengambil sampel sehingga konsentrasi pada sampel terlalu banyak dan menghasilkan absorbansi yang lebih besar pula.
5.8. Spektrofotometri larutan KMnO4 Begitu juga pada spektrofotometri larutan KMnO4 yang terjadi pada kelompok D4 dan D5. Pada larutan 4 ml dan 5 ml, sampel diambil terlalu banyak sehingga absorbansinya semakin tinggi dan kurva turun dikarenakan absorbansi
6
Alat-alat di laboratorium berfungsi untuk membantu praktikan dalam praktek di laboratorium. Ketelitian alat-alat ukur dapat dilihat dari lubang (mulut), semakin besar lubang maka ketelitian semakin rendah. Larutan suatu zat dibuat dengan melarutkan bentuk solid zat tersebut dengan pelarut yang sesuai dengan alat yang memiliki ketelitian tinggi. Titrasi buret metode lambat lebih efektif karena ketelitian lebih tinggi. Mengencerkan larutan dapat dibuat dengan menambahkan pelarut yang sesuai lalu dihitung konsentrasi akhirnya. Titrasi dapat dibuat dengan menambahkan indikator yang bersifat asam atau basa kemudian diteteskan larutan standar Gas dapat dikenal dari baunya dan sifatnya bisa dikenali melalui uji lakmus Spektrofotometer digunakan untuk mengetahui absorbansi suatu larutan yang diketahui konsentrasinya.
Semakin besar konsentrasi, smakin besar pula absorbansinya.
Hartutik. (2012). Metode Analisa Mutu Pakan. Malang:UB Press
Kamilanti, Nurul. (2006). Mengenal Kimia. Jakarta:Yudhistira
Semarang, 12 September 2018 Praktikan,
Reece, Campbell & Mitchell. (2006). Biologi. Jakarta:Erlangga Yosephin Tiara Putri NIM : 18.I1.0150 Sutresna, Nana. (2007). Belajar Bandung:Grafindo
7. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Cerdas Kimia.
Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:Erlangga
8. LAMPIRAN 8.1. Tabel Pengamatan Tabel 1. Ketelitian alat-alat ukur
Alat
Ketelitian
Gelas Ukur
= 100 ml (Meniskus Cekung)
Labu Takar
< 100 ml (Meniskus Cekung)
Elenmeyer
> 100 ml (Meniskus Cekung)
Tabel 2. Pembuatan Larutan KCl
7
Kelompok
Massa KCl
Pengamatan
5.00
Jernih, Terdapat sedikit gelembung, tidak ada endapan
D2
5.00
Jernih, Terdapat sedikit gelembung, tidak ada endapan
D3
10.00
Jernih, Terdapat sedikit gelembung, tidak ada endapan
D4
10.00
Jernih, Terdapat sedikit gelembung, tidak ada endapan
D5
15.00
Jernih, Terdapat sedikit gelembung, tidak ada endapan
D6
15.00
Berwarna Putih Keruh, Ada endapan
D1
Tabel 3. Tingkat ketelitian titrasi buret
Kelompok
Metode
Volume (ml)
Waktu (s)
Lambat
100.61
Cepat
32.12
Lambat
99.00
Cepat
58.36
Pengamatan
D1
D2 Lambat D3
111.00 10
Meniskus Cekung
Cepat
28.00
Lambat
102.00
Cepat
24.70
Lambat
175.25
Cepat
18.46
D4
D5
8
Lambat
45
Cepat
23.9
D6
Tabel 4. Tingkat ketelitian titrasi buret
Kelompok
Metode
Volume (ml)
Waktu (s)
Lambat
100.61
Cepat
32.12
Lambat
99.00
Cepat
58.36
Lambat
111.00
Pengamatan
D1
D2
D3 Cepat
28.00 10
Meniskus Cekung
Lambat
102.00
Cepat
24.70
Lambat
175.25
Cepat
18.46
Lambat
45
Cepat
23.9
D4
D5
D6
Tabel 5. Pengenceran
Kelompok
Vol H2SO4 awal (ml)
Konsentrasi awal (N)
Vol H2SO4 akhir (ml)
Konsentrasi Akhir (N)
30
0.1
100
0.03
D1 D2 D3 D4 D5
9
D6
Tabel 6. Titrasi dengan buret
Kelompok
Volume NaOH (ml)
Normalitas (N)
D1
1.30
0.346
D2
6.30
0.071
D3
10.1
0.045
D4
3.60
0.125
D5
5.30
0.085
D6
7.00
0.064
Tabel 7. Pengenalan gas dengan kertas lakmus
Kelompok
Gas yang terbentuk
Sifat
Bau
Warna
D1 D2 D3 NH3
Basa
D4
Agak Menyengat
D5
Lakmus Merah -> Biru Lakmus Biru --> Biru
D6
Tabel 8. Spektrofotometri larutan K2Cr2O7
Konsentrasi Larutan (M) (=x) No
Volume (ml)
1. 2. 3. 4.
1 2 3 4
Kelompok 1 0.005 0.010 0.015 0.020
Absorbansi Larutan (A) (=y)
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok 2 3 1 2 3 0.005 0.010 0.015 0.020
0.005 0.010 0.015 0.020 10
0.118 0.165 0.192 1.996
0.177 1.064 0.872 2.659
0.085 0.366 0.524 0.583
5. 6.
5 2 ml cuplikan
0.025 0.009
0.025 0.004
0.025 0.011
1.100 0.267
1.988 0.215
0.909 0.355
Tabel 9. Spektrofotometri larutan KMnO4 Konsentrasi Larutan (M) (=x) N o
Volume (ml)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1 2 3 4 5 2 ml cuplikan
Absorbansi Larutan (A) (=y)
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
0.001 0.001 0.002 0.002 0.003 0.001
0.001 0.001 0.002 0.002 0.003 0.001
0.001 0.001 0.002 0.002 0.003 0.0004
0.030 0.191 0.982 1.011 1.923 0.021
0.251 0.611 0.962 1.239 1.478 0.004
0.066 0.181 0.274 0.378 0.411 0.004
8.2. Perhitungan 8.2.1. Perhitungan pengenceran Kelompok D1-D6 V1 x N1 = V2 x N2 30 x 0,1 = 100 x N2 0,03 N = N2 8.2.2. Perhitungan titrasi dengan buret Kelompok D1 V1 x N1 = V2 x N2 15 x 0,03 = 1,3 x N2 0,346 N = N2 Kelompok D2 V1 x N1 = V2 x N2 15 x 0,03 = 6,3 x N2 0,071 N = N2 Kelompok D3 V1 x N1 = V2 x N2 15 x 0,03 = 10,1 x N2 0,045 N = N2 Kelompok D4 V1 x N1 = V2 x N2 15 x 0,03 = 3,6 x N2 0,125 N = N2 Kelompok D5 V1 x N1 = V2 x N2 15 x 0,03 = 5,3 x N2
11
0,085 N = N2 Kelompok D6 V1 x N1 = V2 x N2 15 x 0,03 = 7 x N2 0,064 N = N2 8.2.2. Perhitungan Spektrofotometri larutan K2Cr2O7 Kelompok D1 massa (gr) 1000 M = X ml BM 1,76
M = 294,19 X
1000 100
= 0,06
Volume 1 ml V1 x N1 = V2 x N2 1 x 0,06 = 12 x N2 0,050 = N2 Volume 2 ml V1 x N1 = V2 x N2 2 x 0,06 = 12 x N2 0,010 = N2 Volume 3 ml V1 x N1 = V2 x N2 3 x 0,06 = 12 x N2 0,015 = N2 Volume 4 ml V1 x N1 = V2 x N2 4 x 0,06 = 12 x N2 0,020 = N2 Volume 5 ml V1 x N1 = V2 x N2 5 x 0,06 = 12 x N2 0,025 = N2 Konsentrasi cuplikan 2 ml 0,267 = 75,9x – 0,424 0,691 = 75,9x x = 0,009 Kelompok D2 massa (gr) 1000 M = X ml BM 1,76
M = 294,19 X Volume 1 ml V1 x N1 1 x 0,06 0,050 Volume 2 ml V1 x N1 2 x 0,06 0,010 Volume 3 ml V1 x N1
1000 100
= 0,06
= = =
V2 x N2 12 x N2 N2
= = =
V2 x N2 12 x N2 N2
=
V2 x N2
12
3 x 0,06 = 12 x N2 0,015 = N2 Volume 4 ml V1 x N1 = V2 x N2 4 x 0,06 = 12 x N2 0,020 = N2 Volume 5 ml V1 x N1 = V2 x N2 5 x 0,06 = 12 x N2 0,025 = N2 Konsentrasi cuplikan 2 ml y = 104,33x - 0,2129 0,2148 = 104,33x - 0,2129 x = 0,004 Kelompok D3 massa (gr) 1000 M = X BM ml M =
1,76
294,19
X
1000 100
= 0,06
Volume 1 ml V1 x N1 = V2 x N2 1 x 0,06 = 12 x N2 0,050 = N2 Volume 2 ml V1 x N1 = V2 x N2 2 x 0,06 = 12 x N2 0,010 = N2 Volume 3 ml V1 x N1 = V2 x N2 3 x 0,06 = 12 x N2 0,015 = N2 Volume 4 ml V1 x N1 = V2 x N2 4 x 0,06 = 12 x N2 0,020 = N2 Volume 5 ml V1 x N1 = V2 x N2 5 x 0,06 = 12 x N2 0,025 = N2 Konsentrasi cuplikan 2 ml y = 37,42x – 0,0659 0,954 = 37,42x – 0,0659 x = 0,027 8.2.3. Perhitungan spektrofotometri larutan KMnO4 Kelompok D4 massa (gr) 1000 M = X ml BM 0,094
M = 158,03 X
1000 100
= 0,006
Volume 1 ml
13
V1 x N1 = V2 x N2 1 x 0,006 = 12 x N2 0,005 = N2 Volume 2 ml V1 x N1 = V2 x N2 2 x 0,006 = 12 x N2 0,001 = N2 Volume 3 ml V1 x N1 = V2 x N2 3 x 0,06 = 12 x N2 0,002 = N2 Volume 4 ml V1 x N1 = V2 x N2 4 x 0,006 = 12 x N2 0,002 = N2 Volume 5 ml V1 x N1 = V2 x N2 5 x 0,006 = 12 x N2 0,003 = N2 Konsentrasi cuplikan 2 ml y = 920,98x – 0,5541 0,021 = 920,98x – 0,5541 x = 0,001 Kelompok D5 massa (gr) 1000 M = X BM ml 0,094
M = 158,03 X
1000 100
= 0,006
Volume 1 ml V1 x N1 = V2 x N2 1 x 0,006 = 12 x N2 0,005 = N2 Volume 2 ml V1 x N1 = V2 x N2 2 x 0,006 = 12 x N2 0,001 = N2 Volume 3 ml V1 x N1 = V2 x N2 3 x 0,06 = 12 x N2 0,002 = N2 Volume 4 ml V1 x N1 = V2 x N2 4 x 0,006 = 12 x N2 0,002 = N2 Volume 5 ml V1 x N1 = V2 x N2 5 x 0,006 = 12 x N2 0,003 = N2 Konsentrasi cuplikan 2 ml
14
Y = 616,24x – 0,0161 0,004 = 616,24x – 0,0161 X = 0,001 Kelompok 6 massa (gr) 1000 M = X BM ml 0,094
M = 158,03 X
1000 100
= 0,006
Volume 1 ml V1 x N1 = V2 x N2 1 x 0,006 = 12 x N2 0,005 = N2 Volume 2 ml V1 x N1 = V2 x N2 2 x 0,006 = 12 x N2 0,001 = N2 Volume 3 ml V1 x N1 = V2 x N2 3 x 0,06 = 12 x N2 0,002 = N2 Volume 4 ml V1 x N1 = V2 x N2 4 x 0,006 = 12 x N2 0,002 = N2 Volume 5 ml V1 x N1 = V2 x N2 5 x 0,006 = 12 x N2 0,003 = N2 Konsentrasi cuplikan 2 ml y = 178,86 x – 0,0038 0,004 = 178,86x – 0,0038 x = 0,0004
15
Spektrofotometri larutan K2Cr2O7 - Kelompok D1 2.5 2 y = 75.9x - 0.4243 R² = 0.5292
1.5 1 0.5 0 0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
-0.5
Spektrofotometri larutan K2Cr2O7 - Kelompok D2 3 2.5 y = 104.33x - 0.2129 R² = 0.7148
2 1.5 1 0.5 0
0
0.005
0.01
0.015
16
0.02
0.025
0.03
Spektrofotometri larutan K2Cr2O7 - Kelompok D3 1 0.9 0.8
y = 37.42x - 0.0659 R² = 0.954
0.7
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0
0.005
0.01
0.015
17
0.02
0.025
0.03
Spektrofotometri larutan KMnO4 - Kelompok D4 2.5 2 y = 920.98x - 0.5541 R² = 0.9228
1.5 1 0.5 0 0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
-0.5
Spektrofotometri larutan KMnO4 - Kelompok D5 1.8 1.6 1.4
y = 616.24x - 0.0161 R² = 0.9923
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
0.0005
0.001
0.0015
18
0.002
0.0025
0.003
Spektrofotometri larutan KMnO4 - Kelompok D6 0.5 0.45 y = 178.86x - 0.0038 R² = 0.9747
0.4 0.35
0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0
0.0005
0.001
0.0015
8.3. Laporan Sementara
19
0.002
0.0025
0.003