Praktikum ke: 3
Hari/Tanggal: Rabu/12-02-2019
PRAKTIKUM BIOMETRI BW-2204
PENGUKURAN TINGGI POHON
Disusun Oleh: Josua Nababan
11516016
Zabrina Gilda
11517015
Fairuz Nur Indah Putri
11517023
Faza Meidina
11517027
Raja Pangidoan Plaurint
11517036
Sekar Arum Aniswari
11517037 Kelompok 05
PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JATINANGOR 2018
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas dari mata kuliah Biometri Kehutanan dengan judul “Pengukuran Tinggi Pohon”. Kami tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi dan bermanfaat. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Dosen pengampu kami Ibu Tin dan para asisten praktikum kami, yang telah membimbing kami dalam men ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Jatinangor, 12 Februari 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Salah satu dasar untuk menginventarisasi hutan ialah keterangan mengenai
potensi massa tegakan dalam kawasan yang di kelola. Hal ini diperlukan untuk menentukan massa kayu yang dapat dipanen setiap tahun, dan untuk pengaturan penebangan.Menurut Subrata, Johari (1978), keterangan tersebut diperoleh melalui kegiatan analisis kuantitatif yang berhubungan dengan ilmu ukur. Pada dasarnya penginventarisasi massa tegakan dapat ditentukan dengan dua elemen yaitu besarnya diameter dan tinggi pohon. Tinggi pohon merupakan jarak tegak antara puncak pohon terhadap permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Definisi tinggi pohon berbeda dengan definisi panjang pohon, panjang pohon adalah hasil pengukuran dari pangkal pohon menyusuri batang sampai ujung tajuk. Jenis tinggi ada dua yaitu tinggi total (TT) dan tinggi bebas cabang (TBC). Tinggi total (TT) merupakan tinggi yang diukur dari puncak pohon dengan titik proyeksinya pada permukaan tanah sedangkan tinggi bebas cabang (TBC) merupakan tinggi yang diukur dari titik lepas cabang atau batas tajuk dengan titik proyeksinya pada permukaan tanah. Ada beberapa alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi pohon. Berdasarkan prinsip kerjanya, Banyard (1973) membagi atas dua kelompok yaitu prinsip geometrid dan prinsip trigonometri. Alat ukur yang menggunakan prinsip geometri diantaranya Christen meter, Weise, Merrit, dan JAL (FAO) sedangkan alat ukur yang menggunakan prinsip trigonometri diantaranya kompas brunton, Haga hypsometer, Blumeleiss, Suunto, Abney level dan Spiegel Relascope Bitterlich. Alat yang digunakan dalam penelitian pengukuran tinggi pohon adalah haga hypsometer, christen meter, walking stick dan kompas brunton. Setiap alat ukur memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga sulit menentukan mana yang lebih akurat. Hal ini melatarbelakangi penelitian dengan membandingkan hasil ukur dari keempat alat ukur yang berbeda.
sumber: Subrata, Johari. 1978. “Koreksi Pengukuran Tinggi Pohon untuk Alat Ukur Christen dan Haga Pada Jarak Bidik yang Berbeda di Hutan Tropika Basah Pasir Putih- Bakaro” skripsi : Jurusam Kehutanan Universitas Negeri Cenderawasih. Banyard, S. 1973. Forest Mensuration: Fundamentals. International Institute For Aerial Survey and Earth Sciences Enshohede. Enschede