LABORATORIUM PENGENDALIAN KOROSI SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018 / 2019
MODUL
: Proteksi Katodik I
PEMBIMBING
: Agustinus Ngatin, Drs., MT.
Disusun oleh: Kelompok 4 Isma Nur Azizah
171424015
Ismi Fauziah Azhari
171424016
Mario Konsachristian
171424017
Kelas 2A-TKPB
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi atau karat pada suatu logam terutama besi, merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di sekitar kita. Korosi merupakan gangguan yang sulit dihindari, namun salah satu cara untuk mencegah terjadinya korosi adalah dengan sistem proteksi katodik. Sistem proteksi katodik bisa dilakukan dengan cara anoda korban dan arus paksa. Proteksi katodik merupakan suatu cara perlindungan korosi secara elektrokimia dimana reaksi oksidaasi pada sel galvanic dikonsentrasikan pada anoda dan menghilangkan korosi pada katoda. Proteksi katodik menjadi penting dalam perlindungan korosi khusunya material yang terkubur di dalam tanah atau material yang ada di lingkungan laut yang korosif. Proteksi katodk diberikan pada material yang terkubur yang telah terproteksi dengan coating dan untuk mencegah kebocoran coating dilakukan proteksi katodik 1.2 Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa melakukan uji karakterisktik sistem impressed current pada simulator dengan pengaruh panjang groundbed yang masuk ke dalam tanah terhadap potensial proteksi. 2. Mahasiswa melakukan uji karakterisktik sistem impressed current pada simulator dengan pengaruh jarak groundbed dari pipa terhadap potensial proteksi. 3. Mahasiswa melakukan uji karakterisktik sistem impressed current pada simulator dengan pengaruh posisi groundbed di sekitar pipa terhadap potensial proteksi. 4. Mahasiswa melakukan uji karakterisktik sistem impressed current pada simulator dengan pengaruh output tranfoormator dan rectifier dengan posisi groundbed di sekitar pipa 1 terhadap potensial proteksi. 5. Mahasiswa melakukan uji karakterisktik sistem impressed current pada simulator dengan pengaruh output tranfoormator dan rectifier dengan posisi groundbed di sekitar pipa 2 terhadap potensial proteksi. 6. Mahasiswa mengetahui pengaruh keberadaan backfill terhadap kinerja sistem proteksi anoda korban dalam tanah. 7. Mahasiswa mengetahui pengaruh jarak pipa terhadap sistem proteksi anoda korban. 8. Mahasiswa mengetahui pengaruh jarak penempatan Cupric Sulfate Electrode (CSE) terhadap pengukuran potensial proteksi pada perpipaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Korosi Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Biasanya proses korosi logam berlangsung secara elektrokimia yang terjadi secara stimulan pada daerah anoda dan katoda yang membentuk rangkaian arus listrik tertutup. Proses korosi logam dalam lingkungan akuatik (mengandung air) merupakan reaksi elektrokimia yang meliputi proses perpindahan massa dan perpindahan muatan. Bila suatu logam dicelupkan dalam larutan elektrolit maka akan terbentuk dua lokasi yang disebut anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda reaksi reduksi. (Priandani Malik. 2001) 2.2 Sistem Proteksi Katodik Sistem proteksi katodik banyak digunakan untuk memproteksi struktur baja yang berada di dalam tanah dan lingkungan air laut, dan sedikit digunakan (pada kondisi tertentu) untuk penempatan baja di dalam air tawar. Dalam banyak kasus, penerapan proteksi katodik sering dikombinasikan dengan coating, tujuannya untuk melindungi baja pada saat coating mengalami kerusakan. Prinsip proteksi ini yaitu menjadikan material yang akan diproteksi sebagai katoda. Metoda ini dilakukan dengan
jalan mengalirkan arus listrik searah melalui
elektrolit ke logam sehingga potensial antarmuka logam-larutan elektrolit turun menuju/mencapai daerah immunnya atau sampai nilai tertentu sehingga laju korosi logam masih diperbolehkan/minimum (Blount, FE 1989). Sumber arus listrik searah dapat diperoleh dengan dua cara yaitu : listrik searah diperoleh dari sumber luar disebut metoda arus yang dipaksakan ( impressed curent), dan cara kedua arus listrik searah diperoleh dari reaksi galvanik disebut metoda anoda tumbal ( sacrificial anode ) (Chawla S.L and Gupta RK 1993).
a. Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban Proteksi katodik metode anoda korban dapat dilakukan dengan menghubungkan logam lain yang memiliki potensial reduksi lebih kecil (anoda korban) terhadap material yang akan diproteksi. Elektron akan mengalir dari anoda ke katoda melalui kabel terhubung sehingga terjadi penerimaan elektron di katoda. Dengan adanya penerimaan elektron tersebut, katoda mengalami reaksi reduksi dan terproteksi dari proses korosi.
Gambar 2.1 Proteksi Karodik Metode Anoda Korban Penentuan material yang digunakan sebagai anoda korban biasanya berdasarkan kemampuan logam tersebut dalam menurunkan potensial logam yang akan diproteksi, kemampuan logam dibentuk sesuai ukuran, kemampuan logam terkorosi secara merata, dan faktor ekonomisnya. Anoda korban yang umum digunakan adalah magnesium (Mg), seng (Zn), dan alumunium (Al). Anoda Mg digunakan untuk lingkungan yang mempunyai resistivitas tinggi, dan banyak digunakan untuk memproteksi pipa dalam tanah. Tanah yang mempunyai resistivitas tinggi membutuhkan anoda yang memiliki keluaran arus per satuan berat dan potensial elektrodanya yang sangat negatif. Anoda Al umum digunakan pada lingkungan air laut, serta harga anoda Al relatif murah dibandingkan dengan anoda lain. Dan anoda Zn juga banyak digunakan pada lingkungan air laut serta mempunyai efisiensi yang tinggi.
Tabel 2.1 Karakteristik Anoda Korban Jenis
Massa Jenis
Potensial
Tegangan
Kapasitas
Efisiensi
Anoda
(kg/lit)
(volt/CSE)
Dorong (volt)
(AH/kg)
(%)
Al
1,7
1,00-1,70
0,60-0,80
2700
50
Zn
2,5
1,05
0,25
780
95
Mg
2,7
1,10
0,25
1230
95
Tabel 2.2 Kelebihan dan kekurangan proteksi katodik menggunakan anoda korban: No.
Kelebihan
1.
Pemasangan mudah dan murah
2.
Tidak membutuhkan arus listrik dari luar
3.
Distribusi arus merata
4.
Kekurangan Keluaran arus terbatas Tidak cocok untuk struktur besar Tidak efektif bila resistivitas elektrolit tinggi Penghubung anoda yang digunakan
Cocok untuk daerah ertekstur padat
harus besar agar kehilangan energi akibat tahanan kecil.
5.
Tidak membutuhkan biaya operasional
6.
Perawatan mudah
7.
Risiko overprotection rendah
b. Sistem Proteksi Katodik Metode Arus Paksa
Pada metode arus paksa, material yang akan diproteksi mendapatkan pasokan elektron sehingga potensialnya menjadi lebih katodik. Sistem impressed current cathodic protection (ICCP) menggunakan anoda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (DC) yang dinamakan cathodic protection rectifier, dimana arus negatif dihubungkan dengan anoda pembantu.
Anoda untuk sistem ICCP dapat berupa batangan turbular atau pita panjang dari berbagai material khusus. Material ini dapat berupa high silicon cast iron (campuran besi dan silikon), grafit, campuran logam oksida, platina, dan niobium serta material lainnya.
Gambar 2.2 Proteksi Katodik Metode Arus Paksa Tabel 2.3 Kelebihan dan kekurangan proteksi katodik menggunakan arus paksa: No. 1.
Kelebihan Kebutuhan arus dapat disesuaikan
Kekurangan Perlu perawatan dan pemanfaatan secara berkala
2.
Tingkat proteksi baik
Kemungkinan overprotection besar
3.
Umur proteksi lebih panjang dari
Diperlukan biaya tambahan untuk
metode anoda korban
menjalankan energi eksternal
Dapat digunakan untuk memproteksi
Butuh peralatan lain seperti trafo dan
struktur besar
rectifier
4.
5.
Rentang proteksi dapat diatur
6.
Area/jangkauan proteksi luas
7.
Dapat memproteksi struktur yang tidak tercoating dengan baik
Kemungkinan terjadi interferensi cukup besar
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4.
Arus Paksa Simulator perpipaan 9. Test-box Anoda reference 10. Panel kontrol Transformator Recifier
Anoda Korban 1. Simulator sistem proteksi Katodik metode anoda korban dalam sistem perpipaan 2. Avometer 3. Elektroda CuSO4
3.2 Prosedur Percobaan IMPRESSED CURRENT 3.2.1
Pengukuran output dan input transformator Hubungkan transformator dengan sumber arus dan ukur potensial input trafo menggunakan Avometer.
Set output transformator di 220V lalu gunakan avometer untuk mengetahui output sebenarnya.
Ulangi dengan variasi set output Transformator pada 200, 280, 260, 240, 120 sampai 100 V. 3.2.2
Pengukuran output rectifier Hubungkan output rectifier dengan output dari transformator
Set output positif rectifier pada 1,5 V dan ukur tegangan juga arus output dengan avometer.
Ulangi dengan variasi output rectifier pada 3 dan 4,5 V 3.2.3
Pengukuran potensial proteksi Rangkai keseluruhan system impressed current
Hubungkan output positif rectifier pada groundbed dan negative pada pipa
Set output transformator pada 220 V dan output rectifier pada 3V
Ukur potensial proteksi pipa dengan menggunakan avometer di setiap test box impressed current Pengukuran potensial proteksi 3.2.4 Pengukuran potensial proteksi akibat pengaruh panjang groundbed yang tertancap ke dalam tanah Lakukan variasi kedalaman penancapan groundbed mulai dari 8, 16, 24, 32, 40 hingga 56 cm
Lakukan pengukuran potensial proteksi menggunakan avometer
Catat hasil proteksi pada test box yang terjauh
3.2.5
Pengukuran Potensial akibat pengaruh jarak groundbed terhadap pipa. Rangkai keseluruhan system impressed current dan tancapkan groundbed dengan jarak 108 cm dari pipa
Lakukan pengukuran potensial proteksi menggunakakn avometer di semua test box impressed current.
Ulangi dan variasikan jarak groundbed dari 153, 198 dan 243 cm. 3.2.6
Pengukuran potensial akibat pengaruh posisi groundbed Rangkai keseluruhan system impressed current dan tancapkan groundbed pada empat posisi berbeda.
Lakukan pengukuran potensial proteksi mengguankan avometer di semua test box impressed current. 3.2.7
Pengukuran potensial proteksi akibat pengaruh output TR (TransformatorRectifier) - Pengaruh output transformator dengan posisi groundbed di posisi 1 Lewatkan groundbed pada posisi-1 (sekitar pipa-1) set rectifier3V
Variasikan transformator mulai dari 220,200, 180, 160, 140, 120 hingga 100V
Catat hasil potensial proteksi pada masing-masing variasi transformator dengan avometer -
Pengaruh output transformator dengan posisi groundbed di posisi-2 Letakkan groundbed pada posisi 2 (sekitar pipa 2) set rectifier 3V
Variasikan transformator mulai dari 220,200, 180, 160, 140, 120 hingga 100V Catat hasil potensial proteksi pada masing-masing variasi transformator dengan avometer - Pengaruh output rectifier dengan posisi groundbed pada posisi -1 Lewatkan groundbed pada posisi-1 (sekitar pipa-1) set transformator di 220V
Variasikan rectifier mulai dari 1,5 V ; 3 V hingga 4,5 V
Catat hasil potensial proteksi pada masing-masing variasi rectifier dengan avometer -
Pengaruh output rectifier dengan posisi groundbed di posisi -2 Lewatkan groundbed pada posisi-2 (sekitar pipa 2) set transformator di 220 V
Variasikan rectifier mulai dari 1,5 V ; 3 V hingga 4,5 V
Catat hasil potensial proteksi pada masing-masing variasi rectifier dengan avometer
ANODA KORBAN 3.2.8
Prosedur pengukuran potensial natural pipa Letakkan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari pipa ) pada test box
Hubungkan terminal hitam(dari pipa) dengan avometer ( menggunakan elektroda pembanding CSE yang ditancapkan ke tanah
Amati dan catat nilai potennsial natural pipa yang tertera pada avometer Sambungkan kembali terminal merah dengan terminal hitam pada test box untuk keperluan proteksi 3.2.9
Prosedur pengukuran potensial anoda korban Lepaskan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari pipa) pada test box
Hubungkan terminal merah (dari anoda) dengan avometer ( menggunakan elektroda pembanding CSE yang ditancapkan di tanah. 0)’/0iend Sambungkan kembali terminal merah dengan terminal hitam pada Dari anoda text box untuk keperluan proteksi. 3.2.10 Prosedur pengukuran potensial pipa diproteksi dengan anoda korban Terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari pipa) harus dalam keadaan terhubung (proteksi sedang berjalan. Hubungkan terminal hitam (dari pipa) dengan avometer (menggunakan elektroda pembanding CSE yang ditancapkan ke tanah Amati dan catat nilai potennsial natural pipa yang tertera pada avometer Bandingkan dengan nilai potensial standar proteksi katodik (0,85V/CSE)
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1.Data pengamatan a. Anoda Korban (E anoda = -1775 mV/CSE ; E pipa : -701 mV/CSE) Test box 1 ( Terlindungi anoda korban) Potensial (mV/CSE) -1537 -1562 -1568 -1571
Jarak (arah selatan) 0 langkah 1 langkah 2 langkah 3 langkah
Potensial (mV/CSE) -1590 -1599 -1598 -1590 -1589
b. Impressed Current (Epipa = -404 mV/CSE
Jarak (arah barat laut) 0 langkah 1 langkah 2 langkah 3 langkah
E arus paksa=-1680 mV/CSE)
Test box 1 (terproteksi) Potensial (V/CSE) -1611 -1636 -1561 -1659 -1664
Jarak (arah timur) 0 langkah 1 langkah 2 langkah 3 langkah 4 langkah
Potensial (V/CSE) -1625 -1606 -1658 -1623
Jarak (arah selatan)
c. Pipa yang tidak terlindungi - Pipa sambungan ( Insulation Join) Potensial : Sambungan bawah Sambungan tengah Sambungan atas - Test box 1 (impressed current) Potensial : Sebelum dihubungkan Setelah dihubungkan - Test box 2 (impressed current) Potensial : Kabel 1 Kabel 2 Kabel 3 - Jembatan dan konstruksi Pipa : Sebelum terhubung Setelah terhubung Jembatan : Sebelum terhubung Setelah terhubung
0 langkah 1 langkah 2 langkah 3 langkah
= -321 mV/CSE = -320 mV/CSE = -274,1 mV/CSE = -320 mV/CSE = -1550 mV/CSE = -282,8 mV/CSE = -285,7 mV/CSE = -284,5 mV/CSE = -324 mV/CSE = -212 mV/CSE = -220 mV/CSE = -318,5 mV/CSE
3.3 Pengolahan data 1 langkah ≈ 30 cm Nilai potensial standar proteksi katodik = -850 mV/CSE a. Anoda Korban (E anoda = -1775 mV/CSE ; E pipa : -701 mV/CSE) Potensial (mV/CSE) -1537 -1562 -1568 -1571
Jarak arah selatan (cm) 0 30 60 90
Potensial (mV/CSE) -1590 -1599 -1598 -1590 -1589
Jarak arah barat laut (cm) 0 30 60 90 120
Pengukuran Dengan Metode Anoda Korban -1530
Potensial (mV/CSE)
-1540 0
20
40
60
80
100
120
140
-1550 -1560 -1570
arah selatan
-1580
barat laut
-1590
-1600 -1610
Jarak dari pipa (cm)
Gambar 4.1. Grafik Proteksi Dengan Metode Anoda Korban.
Pengukuran Arah Selatan 0 -200 -400 -600 -800 -1000 -1200 -1400 -1600 -1800 -2000
-Batas
Jarak 0 cm dari pipa
Jarak 30 cm dari pipa
Jarak 60 cm dari pipa
Jarak 90 cm dari pipa
Pipa
-701
-701
-701
-701
Anoda
-1775
-1775
-1775
-1775
Terproteksi
-1537
-1562
-1568
-1571
Gambar 4.2. Diagram Proteksi Dengan Metode Anoda Korban Arah Selatan
Pengukuran Arah Barat Laut 0 -200 -400 -600 -800 -1000 -1200 -1400 -1600 -1800 -2000
Jarak 0 cm dari pipa
Jarak 30 cm dari pipa
Jarak 60 cm dari pipa
Jarak 90 cm dari pipa
Jarak 120 cm dari pipa
Pipa
-701
-701
-701
-701
-701
Anoda
-1775
-1775
-1775
-1775
-1775
Terproteksi
-1590
-1599
-1598
-1590
-1589
Gambar 4.3. Diagram Proteksi Dengan Metode Anoda Korban Arah Barat Laut b. Arus Paksa (Epipa = -404 mV/CSE Potensial (V/CSE) -1611 -1636 -1561 -1659 -1664
Jarak arah timur (cm) 0 30 60 90 120
E arus paksa=-1680 mV/CSE)
Potensial (V/CSE) -1625 -1606 -1658 -1623
Jarak arah selatan (cm) 0 30 60 90
Pengukuran dengan Metode Arus Paksa Potensial (mV/CSE)
-1540 -1560
0
20
40
60
80
100
120
140
-1580 -1600
Arah Timur
-1620
Arah Selatan
-1640 -1660 -1680
Jarak dari pipa (cm)
Gambar 4.4. Proteksi Dengan Metode Anoda Korban
Pengukuran Arah Timur 0 -200 -400 -600 -800 -1000 -1200 -1400 -1600 -1800
Jarak 0 cm dari pipa
Jarak 30 cm dari pipa
Jarak 60 cm dari pipa
Jarak 90 cm dari pipa
Jarak 120 cm dari pipa
Pipa
-404
-404
-404
-404
-404
Arus Paksa
-1680
-1680
-1680
-1680
-1680
Terproteksi
-1611
-1636
-1561
-1659
-1664
Gambar 4.5. Diagram Proteksi Dengan Metode Arus Paksa Arah Timur
Pengukuran Arah Selatan 0 -200 -400 -600 -800 -1000 -1200 -1400 -1600 -1800
Jarak 0 cm dari pipa
Jarak 30 cm dari pipa
Jarak 60 cm dari pipa
Jarak 90 cm dari pipa
Pipa
-404
-404
-404
-404
Arus Paksa
-1680
-1680
-1680
-1680
Terproteksi
-1625
-1606
-1658
-1623
Gambar 4.6. Diagram Proteksi Dengan Metode Arus Paksa Arah Selatan
c. Pipa yang tidak terproteksi - Pipa sambungan
Pengukuran Insulation Join 0 -100 -200 -300 -400 -500 -600 -700 -800 -900 -1000 Sambungan
Bawah
Tengah
Atas
-321
-320
-274.1
Gambar 4.7 Grafik Pengukuran pada insulation joint -
Test box 1 (impressed current)
Pengukuran Test Box 1 0 -200 -400 -600 -800 -1000 -1200 -1400 -1600 -1800 Pipa
Sebelum dihubungkan arus paksa
Setelah dihubungkan arus paksa
-320
-1550
Gambar 4.8 Grafik Pengukuran Test Box yang sudah tidak di proteksi diproteksi dengan metode arus paksa
-
Test Box 2 (impressed current)
Kabel 0 -100 -200 -300 -400 -500 -600 -700 -800 -900 -1000 Kabel
1
2
3
-282.8
-285.7
-284.5
Gambar 4.9 Diagram Pengukuran Pipa yang Tidak Terproteksi -
Jembatan dan Konstruksi
Pengukuran Jembatan dan Konstruksi 0 -100 -200 -300 -400 -500 -600 -700
-800 -900 -1000
Pipa
Jembatan
Sebelum terhubung
-324
-220
Setelah terhubung
-212
-318.5
Gambar 4.10 Diagram Pengukuran Jembatan dan Konstruksi
BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 5.1. Pembahasan Pada praktikum proteksi katodik I dilakukan pengecekan nilai potensial proteksi pada pipa yang diproteksi dengan metode anoda korban dan arus paksa dengan menggunakan avometer dan elektoda pembanding Cupric Sulfate Electrode (CSE) dengan nilai potensial standar proteksinya -850 mV/CSE. Pada test box 1, pipa yg dilindungi dengan anoda korban memiliki E pipa : -701 mV/CSE dilakukan pengukuran nilai potensial pada jarak dan arah yang berbeda (arah selatan dan barat laut), ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pada hasil pengukuran nilai potensial proteksi pada pipa diseluruh arah dan jarak yang memiliki nilai potensial yang lebih negatif dari potensial standar pipanya (terproteksi). Pada pengukuran arah selatan semakin jauh jarak yang digunakan untuk pengukuran nilai potensialnya semakin kecil, sedangkan pada arah barat laut nilai potensial proteksinya naik turun (fluktuatif) namun hal tersebut tidak mempengaruhi proses proteksi karena nilainya yang masih lebih negative dari nilai potensial standar pipanya. Pada test box 2, pipa yang dilindungi dengan arus paksa, memiliki Epipa : -404 mV/CSE, dilakukan juga pengukuran nilai potensial pada jarak dan arah yang berbeda (arah timur dan selatam), ditunjukkan pada Gambar 4.4. Nilai potensial yang terukur pada seluruh arah dan jarak memiliki nilai yang lebih negatif dari potensial pipa standarnya (terproteksi). Namun nilai potensial yang terukur pada kedua arah memiliki nilai yang fluktuatif. Selain dilakukan pengecekkan untuk pipa yang terproteksi, dilakukan pula pengecekkan pipa yang sudah tidak terproteksi. Pada pipa yang tidak terproteksi dilakukan pengecekan pada insulation join yang luka pada bagian bawah, tengah dan atas. Didapatkan nilai potensial proteksi yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 dimana potensial besi bawah dan tengah mendapatkan nilai yang sama tetapi pada besi atas memiliki nilai potensial yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan adanya sambungan (insulation join) antara besi tengah dan atas dan menyekat arus dari besi bawah sehingga tidak terjadi kebocoran arus yang menyebabkan nilai proteksi besi atas lebih besar sehingga semakin besar kemungkinannya untuk terkorosi. Pada test box 1 pipa memiliki nilai potensial yang lebih negative dari nilai potensial logamnya.Tetapi pada test box 2 nilai potensialnya lebih positif dan hal itu terlihat pada pengukuran kabel 1,2, dan 3 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.9. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada test box 1 dan 2 memiliki jalur arus proteksi yang berbeda. Dilakukan juga pengukuran nilai potensial pipa yang berdekatan dengan jembatan dengan Epipa: -324 mV/CSE dan Ejembatan: -220 mV/CSE. Dapat diketahui bahwa pada saat tidak mengalami kontak, pipa memiliki nilai potensial yang negatif dari jembatan yang berarti pipa lebih katodik (sukar terkorosi). Namun pada saat pipa dan jembatan dikontakkan, nilai potensial keduanya berubah. Nilai potensial
pada pipa naik dan pada jembatan turun, hal tersebut berarti terjadi kebocoran elektron pipa ke jembatan yang membuat jembatan makin terproteksi (menjadi lebih katodik) dari sebelumnya. 5.2.Kesimpulan Penggunaan metode proteksi anoda korban dan arus paksa dinilai berhasil untuk memproteksi masing masing pipa yang tertanam pada tanah laboratorium korosi Polban yang ditunjukkan dengan penurunan nilai potensialnya. Pada metode anoda korban, jarak tidak mempengaruhi nilai potensial yang terukur, namun pada saat pengukuran dilakukan pada daerah yang mendekati logam lain (sekitar logam lain) yang tertanam, nilai potensialnya dapat terpengaruhi. Hal tersebut menandakan adanya kebocoran arus menuju logam yang diproteksi anoda korban. Sedangkan pada metode arus paksa, semakin jauh jarak pengukuran nilai potensialnya cenderung semakin negative. Pada pipa yang sudah tidak terproteksi pada test box 1 dapat diproteksi dengan menggunakan arus paksa tetapi pada test box 2 tidak terproteksi karena memiliki jalur proteksi yang berbeda. Penggunaan insulation joint atau sambungan pemutus listrik dinilai tidak cukup berhasil untuk memutus listrik yang menghalangi karena nilai potensial pada besi atas tidak jauh berbeda dengan nilai potensial pada besi bawah dan tengah. Pipa dan jembatan jika dikontakkan akan mengalami kebocoran electron yang menyebabkan pipa cenderung akan terkorosi dan jembatan akan terproteksi, maka untuk menghindari kebocoran electron tersebut perlu digunakan shell untuk melapisi pipa.
DAFTAR PUSTAKA Blount F.E,1989," Electrochemical Prinsiples of Cathodic Protection Corrosion Control ",. NACE vol 10, No 7 Chawla S.L and Gupta RK,Des 1993.," Matrial Selection for Corrosion Control ASM International ",
LAMPIRAN
Test Box diproteksi dengan metode anoda korban
Test Box diproteksi dengan metode arus paksa
Besi Atas
Besi Tengah
Besi Bawah
Pipa yang sudah tidak terproteksi yang diproteksi dengan arus paksa (test box 1)
Kabel 1
Kabel 2
Kabel 3
Jembatan Dan Konstruksi