Laprak Geo Tanah.docx

  • Uploaded by: Fara Nesya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laprak Geo Tanah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,998
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sifat fisik tanah merupakan kemampuan suatu jenis tanah untuk menyerap danmenyimpan unsure hara makro dan mikro yang terdapat didalam tanah itu sendiri dan yang terdapat di udara. Unsure makro adalah unsure yang sangat penting dan perlu karaena sangat berpengaruh terhadap tanaman. Sedangkan unsure mikro adalah unsure yang keberadaannya jika ada lebih baik dan bila tidak ada tidak terlalu berpengaruh terhadap tanaman.Tanah merupakan media amat penting untuk pertumbuhan vegetasi. Tanah menyediakan tanaman nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh dan dapat menyimpan air. jenis tanah yang berbeda akan memiliki perbedaan karakteristik dalam hal sifat fisik biologi maupun kimia tanah. Sifat-sifat tanah dapat menentukan jenis nutrisi atau zat makanan dalam tanah, banyak air yang dapat disimpan dalam tanah. dan system perakaran yang mencerminkan sirkulasi pergerakan air dalam tanah. Beberapa sifat fisik tanah adalah warna tanah, kelembaban tanah , Struktur tanah, konsistensi tanah ,bobot isi (bulk density) dan bobot jenis (Partcle’s density), kedalaman efektif tanah, dan sifat-sifat lain yang terkait drainase,Permeabilitas tanah, Potensi mengembang dan mengkerut, Indek Pengembangan dan Kematangan tanah (nilai n) dan tekstur tanah. Sedangkan sifat kimia tanah yang akan dibahas pada laporan praktikum ini hanyamengenai derajat keasaman tanah atau pH tanahnya saja. Oleh karena itu, untuk mengetahui sifat fisika dan kimia tanah, maka dilakukanlah praktikum berupa pengukuran kelembaban tanah, pH tanah, warna tanah, dan konsistensi tanah.

1.2 Tujuan Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami tentang sifat fisiska dan sifat kimia tanah melali pengukuran kelembaban tanah, pH tanah,konsistensi tanah dan menentukan warna tanah.

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Warna Tanah Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang tergantung derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau. Kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada kala berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih, bahkan merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah

berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadangkadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang. Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau. Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan: (1) sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang, (2) indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan (3) indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan. Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik

yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap, (2) intensitas pelindihan (pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison eluviasi, dan (3) kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang. Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum

yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value

menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19). Hue dibedakan menjadi 10 warna, yaitu: (1) Y (yellow = kuning), (2) YR (yellowred), (3) R (red = merah), (4) RP (red-purple), (5) P (purple = ungu), (6) PB (purple-brown), (7) B (brown = coklat), (8) BG (grown-gray), (9) G (gray = kelabu), dan (10) GY (gray-yellow). Selanjutnya setiap warna ini dibagi menjadi kisaran hue sebagai berikut: (1) hue = 0 – 2,5; (2) hue = 2,5 – 5,0; (3) hue = 5,0 – 7,5; (4) hue = 7,5 – 10. Nilai hue ini dalam buku hanya ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10. Berdasarkan buku Munsell Saoil Color Chart nilai Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R; (3) 10 R; (4) 2,5 YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu mujlai dari spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan paling kuning (5 Y), selain itu juga sering ditambah untuk warna-warna tanah tereduksi (gley) yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N (netral).

Value dibedakan dari 0 sampai 8, yaitu makin tinggi value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan). Nilai Value pada lembar buku Munsell Soil Color Chart terbentang secara vertikal dari bawah ke atas dengan urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7; dan 8. Angka 2 paling gelap dan angka 8 paling terang. Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat. Nilai chroma pada lembar buku Munsell Soil Color Chart dengan rentang horisontal dari kiri ke kanan dengan urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan angka 8 warna spektrum paling murni. Pencatatan warna tanah dapat menggunakan buku Munsell Soil Color Chart, sebagai contoh: (1) Tanah berwarna 7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti bahwa warna tanah mempunyai nilai hue = 7,5 YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat. (2) Tanah berwarna 10 R 4/6 (merah), yang berarti bahwa warna tanah tersebut mempunyai nilai hue =10 R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan disebut berwarna merah. Selanjutnya, jika ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna harus disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominannya. Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering.

2.1.2 Kelembaban Tanah dan pH Tanah Kelembaban tanah atau disebut juga kadar lengas tanah sering disebut sebagai uap air yang terdapat dalam pori-pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas dapat berupa persen berat atau persen volume. Lengas higroskopis merupakan lengas yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, atau bisa juga disebut air kristal. Volume air higroskopis sangat tergantung pada sifat koloida tanah (mineral lempung, montmorilonit/ illit/ kooloit: 10/5/1). Jenis ion terjerap koloida tanah (Co>No). Dan kelembaban udara relatif (Hardjowigeno, 1993). Sedangkan pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan skala pH antara 0 hingga 14. Suatu benda dikatakan bersifat asam jika angka skala pH kurang dari 7 dan disebut basa jika skala pH lebih dari 7. Jika skala pH adalah 7 maka benda tersebut bersifat netral, tidak asam maupun basa. Kondisi tanah yang paling ideal untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman adalah tanah yang bersifat netral. Namun demikian beberapa jenis tanaman masih toleran terhadap tanah dengan pH yang sedikit asam, yaitu tanah yang ber pH maksimal 5. 2.1.3 Konsistensi Tanah Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras. Tanah bertekstur geluh (loam) mempunyai sifat diantara tekstur pasir dan lempung. Perekatan partikel tanah membentuk gumpalan agregat dan mempunyai konsistensi keras jika kering, disebabkan adanya bahan-bahan perekat, yaitu lempung itu sendiri kapur atau gamping (CaCO3), silika (SiO2), sesquioksida (Al

dan Fe oksida) dan humus. Kecuali lempung semakin basah makin kurang daya rekatnya.

2.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah: a) Munsell Soil Color Book b) Soil tester c) Penetrometer 2.3 Langkah Kerja 2.3.1 Penetapan Warna Tanah Adapun langkah kerja dalam menentukan warna tanah yaitu sebagai berikut: 1) Menentukan 2 lokasi yang berbeda dengan masing-masing lokasi memiliki dua titik yang berbeda 2) Mengambil sebongkah tanah pada setiap lokasi dan menempelkannya pada munsell soil color book 3) Melihat kecocokan warna tanah tersebut pada munsell soil color box sesuai petunjuk 2.3.2 Pengukuran Kelembaban Tanah dan pH Tanah Adapun langkah kerja dalam pengukuran Kelembaban Tanah dan pH Tanah adalah sebagai berikut: 1) Menentukan 2 lokasi yang berbeda dengan masing-masing lokasi memiliki dua titik yang berbeda 2) menancapkan ujung alat ke tanah yang ingin diukur, kemudian tekan tombol dengan lama untuk mengukur pH tanah dan dengan tidak menekan tombol untuk mengukur kelembapan tanah. Liat penunjuk pada soil tester. Nilai yang di atas menunjukkan nilai pH tanah 1-14 dan nilai yang di bawah menunjukkan nilai kelembapan tanah (dalam %)

2.3.2 Pengukuran Ketahanan Tanah (Konsistensi Tanah) Adapun langkah keerja dalam mengukur ketahanan tanah adalah sebagai berikut: 1) Menentukan 2 lokasi yang berbeda dengan masing-masing lokasi memiliki dua titik yang berbeda 2) Memasukan Penetrometer kedalam lapisan tanah pada kedalaman tertentu (kedalaman sampai +/- 5 meter) sehingga diperoleh nilai kadar kelembaban tanah

2.4 Hasil Pengukuran dan Pembahasan 2.4.1 Tabel Hasil Pengamatan Warna Tanah Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut: Lokasi

Value

Chroma

Keterangan

Halaman depan

2,5

2

Very Dark Brown

3

2

Dark Reddish

gedung E Halaman samping gedung L Halaman samping

Brown 4

6

Red

gedung D

2.4.2 Pembahasan Pada pengamatan warna tanah ini dignakan perbandingan antara value dan chroma. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa makin tinggi value maka semakin menunjukkan warna tanah yang terang. Sedangkan semakin tinggi chroma akan menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spekrtum yang semakin meningkat. Pada ketiga lokasi pengamatan tersebut, lokasi yang memiliki tanah dengan warna paling gelap terdapat di halaman depan gedung E, karena value menunjukkan angka 2,5 dimana angka 2 menunjukkan angka paling rendah untuk pembagian value, angka terendah dalam value menunjukkan warna

tanah yang paling gelap. Kemudian di lokasi selanjutnya yaitu halaman samping gedung L, ditemukan warna tanah dengan value sebesar 3, artinya warna tanah sudah lebih terang dibanding warna tanah di lokasi sebelumnya, sehingga menghasilkan warna “Dark reddish Brown” atau coklat gelap kemerah-merahan. Selanjutnya, untuk pengamatan di lokasi ketiga tepatnya di halaman samping gedung D, ditemukan sebongkah tanah dengan warna yang terang, karena menunjukkan perbandingan value dan chroma sebesar 4/6 dimana semakin tinggi value maka akan menunjukkan warna tanah yang semakin terang dan semakin tinggi chroma maka spectrum warna akan meningkat. 2.4.3 Tabel Hasil Pengukuran Kelembaban dan pH Tanah dan Pembahasannya a) Lokasi A Lokasi Titik

Kelembaban (%)

pH Tanah

Titik 1

>8

6,3

Titik 2

>8

5,9

Titik 3

7

5,5

Berdasarkan hasil pengukuran di ketiga tempat tersebut, maka dapat diketahui bahwa titik 1 menunjukkan kondisi tanah normal karena menunjukkan hasil pengukuran sebesar >8 dimana tanah dapat dikatakannormal apabila memiliki nilai kelembaban tanah sebesar 12,5 %. Sementara ph tanah menunjukkan kondisi asam sedang, karena menujukkan skala pH sebesar 6,3 dimana suatu benda dapat dikatakan bersifat asam apabila memiliki pH tanah kurang dari 7, dan basa apabila lebih dari 7. Namun tingkat keasaman pada titik ini tidak terlalu tinggi, sehingga tanah masih sedikit toleran terhadap pertumbuhan tanaman. Kemudian pada titik 2, nilai kelembaban menunjukkan kondisi tanah normal, sama seperti pada titik 1. Namun pada titik 2, skala pH tanah menunjukkan nilai yang lebih kecil dibanding titik 3, yaitu 5,9. Artinya, pada titik 2 tanah memiliki tingkat keasaman yang lebih besar dibanding pada titik 1. Maka tanah pada titik 1 ini lebih toleran terhadap pertumbuhan tanaman dibanding titik 1.

Sedangkan pada titik 3, nilai kelembaban udara menunjukkan kondisi tanah yang normal, karena memiliki nilai kelembaban lebih dari 0 dan kurang dari 12,5 % yaitu tepatnya sbesar 7 % serta memiliki nilai keasaman yang paling rendah diantara ketiga titik lokasi pengamatan, artinya justru tingkat keasaman lebih tinggi. Karena semakin mendekati angka 7, maka semakin berkurang tingkat keasamannya dan akan menjadi netral apabila telah mencapai angka 7. Maka pada titik ini sifat toleran terhadap pertumbuhan tanaman lebih kecil dibanding pada titik 1 dan titik 2. b) Lokasi B Lokasi Titik

Kelembaban (%)

pH Tanah

Titik 1

5,1

5

Titik 2

4,5

6,3

Titik 3

5,4

5,2

Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi b, diketahui bahwa kelembaban dan pH tanah nya menunjukkan hasil yang lebih kecil dibanding lokasi a. Karena kelembaban adalah kandungan uap air yang ada di pori-pori tanah, maka semakin besar kelembaban tersebut maka semakin basah kondisi tanah tersebut. tanah dengan kelembaban 0% maka tanah tersebut termasuk tanah kering, sedangkan tanah basah memiliki kelembaban dengan nilai 100 %. Dan tanah normal diantara 0-12,5 %. Maka, berdasarkan penjelasan tersebut pada lokasi B kelembaban menunjukkan kondisi tanah yang normal, dengan kondisi tanah yang memiliki tingkat keasaman lebih kecil dibanding lokasi a, artinya semakin kecil pH tanah maka semakin besar pula tingkat keasamannya. Sehingga tanah tersebut lebih tidak toleran terhadap pertumbhan tanaman. Atau dapat dikatakan, tanah dengan keasaman yang lebih tinggi maka tidak terlalu mendukung pertumbuhan tanaman dibanding tanah dengan derajat keasaman yang rendah. Karena jika pH tanah menunjukkan angka kurang dari 7 , maka tanah tersebut semakin asam.

2.4.4 Hasil Pengukuran Penetrometer 1) Titik Percobaan 1 Angka di awal sebelum tumbukan = 4 cm Angka di akhir setelah 5 kali tumbukan = 11 cm Selisih dari angka awal dan akhir adalah 7 cm, maka ketahanan tanah atau konsistensi tanah adalah 7/10 atau 0,7 cm/kg3. 2) Titik Percobaan 2 Angka di awal sebelum tumbukan = 4 cm Angka di akhir setelah 5 kali tumbukan = 8 cm Selisih dari angka awal dan akhir adalah 4 cm, maka ketahanan tanah atau konsistensi tanah adalah 4/10 atau 0,4 cm/kg3. 3) Titik Percobaan 3 Angka di awal sebelum tumbukan = 2,5 cm Angka di akhir setelah 5 kali tumbukan = 8 cm Selisih dari angka awal dan akhir adalah 5,5 cm, maka ketahanan tanah atau konsistensi tanah adalah 5,5/10 atau 0,55 cm/kg3. 2.4.5 Pembahasan Ketahanan tanah atau konsistensi tanah pada praktikum kali ini dilakukan menggunakan

penetrometer.

Cara

kerja

penetrometer

adalah

dengan

menumbukkan silinder bermassa 10kg secara vertikal dari atas ke bawah selama 5 kali sampai menyentuh batas pegangan. Kemudian untuk menetapkan konsistensi tanah, dilakukan dengan menghitung akumulasi jumlah tumbukan dan dibagimassa penestrasi yaitu sebesar 10kg dikurangi pembacaan awal pada mistar penetrometer.

Setelah melakukan pengukuran tersebut maka diperoleh hasil kuantitatif seperti diatas. Pengukuran konsistensi tanah diatas dilakukan pada konsistensi tanah lembab, dimana semua hasil pengkuran menunjukkan nilai kurang dari satu, maka konsistensi tanah bersifat lepas-lepas. Namun dari ketiga hasil pengukuran tersebut, titik percobaan 3 memiliki tanah dengan konsistensi atau ketahanan paling besar yaitu sebesar 0,55 cm/kg3. Sementara tanah dengan konsistensi paling rendah terdapat di titik percobaaan 1 yaitu sebesar 0,7 cm/kg3. Dalam hal ini konsistensi berperan untuk menelaah daya dukung tanah sebagai calon tempat pondasi suatu bangunan. Semakin besar nilai konsistensi tanah maka semakin kuat pula pondasi bangunan tersebut dan sebaliknya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa warna tanah dan konsistensi tanah termasuk ke dalam sifat fisika tanah. Sedangkan pH tanah termasuk ke dalam sifat kimia tanah. Warna tanah ditetapkan menggunakan Munsel Soil color Box, dengan melihat perbandingan antara value dan chroma dimana jika value menunjukkan angka yang semakin besar maka akan menunjukkan warna yang semakin terang,demikian sebaliknya apabila value semakin kecilmaka semakin gelap pula warna tanah tersebut. Sementara chroma menunjukkan kemurnian spektrum warna tanah. Sedangkan untuk mengukur kelembaban dan ph tanah digunakan alat bernama soil tester. Dengan mengetahui kelembaban tanah

maka kita dapat mengetahui tanah tersbut dalam kondisi

normal, kering , atau basah. Sedangkan dengan pengukuran ph atau derajat keasaman tanah kita dapat mengetahui tingkat toleran tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Kemudian pengukuran konsisitensi tanah dilakukan menggunakan penetrometer. Dengan mengetahui nilai konsisitensi tanah,makakita dapat mengetahui ketahanan tanah dan daya dukung tanah dalam hal tanah sebagai pondasi bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Istianto,

Rafi.

“Alat-alat

Ekologi”.

13

November

2018.

afiistianto.blogspot.com/2012/07/alat-alat-ekologi.html Habib.

“Konsistensi

Tanah”.

13November

1018.

http://habib-

geo.blogspot.com/2012/11/konsistensi-tanah.html Anonim. “Kadar Lengas atau Kelembaban Tanah”. 13cNovember 1018. http://www.generasibiologi.com/2016/03/kadar-lengas-atau-kelembabantanah.html Azzamy. “Pengaruh pH Tanah Terhadap Tanaman”. 13 November 2018. https://mitalom.com/pengaruh-derajat-keasaman-tanah-ph-terhadap-tanaman/ Majid,

Abdul.

“Sifat

Fisika

Tanah”

.

13

November

2018.

http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04/sifat-fisika-tanah-bagian-4-warnatanah.html Anonim.

“Alat

Uji

Tanah”.

13

November

https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/508/alat-uji-tanah

2018.

Related Documents

Laprak Geo Tanah.docx
December 2019 12
Geo
June 2020 38
Geo
November 2019 68
Geo
May 2020 54
Geo
June 2020 47
Geo
June 2020 11

More Documents from ""

Resensi Buku Ke 1.docx
December 2019 8
Resensi Buku Ke 2.docx
December 2019 10
Laprak Geo Tanah.docx
December 2019 12
Gumuk Pasir.docx
December 2019 14
Cover Kimor.docx
April 2020 6
Kimor.docx
April 2020 8