Laprak 2_kel 3.pdf

  • Uploaded by: Elni Ayi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laprak 2_kel 3.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 5,678
  • Pages: 32
Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGENDALIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN (2. Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter dan Metode Apung)

Disusun Oleh : Kelompok/Shift

: 3/2

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 20 Maret 2019 Anggota Kelompok

: Tania Nur Azanniyah Chaerul Amin

(240110160052) (240110160066)

Aidah Luthfi Hidayah (240110160074)

Asisten Praktikum

Salma Delila

(240110160100)

Elni Ayi Handayani

(240110160115)

: 1. Muhammad Wibangga 2. Nahda Balqis Salma

LABORATORIUM SUMBERDAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2019

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses

yang terjadi di lapangan. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada. Data debit sangat diperlukan dalam studi-studi untuk menentukan volume aliran atau perubahan-perubahannya yang diakibatkan oleh bangunan-bangunan yang dibangun di sungai oleh manusia. Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu. Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu (m 3/s) dan debit air merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan suatu DAS. Debit aliran dipengaruhi dengan adanya siklus hidrologi, salah satunya yaitu hujan. Pada musim kemarau besar debit air aliran air menyusut drastis sedangkan pada musim hujan debit aliran akan semakin deras dan dipengaruhi pula oleh tingkat intensitas hujan yang terjadi. Perlu diketahui bagaimana cara pengukuran debit air tersebut. Penentuan debit sungai dapat dilakukan dengan cara pengukuran aliran dan cara analisis. Pelaksanaan pengukuran debit sungai dapat dilakukan secara langsung dan cara tidak langsung, yaitu dengan melakukan pendataan terhadap parameter alur sungai dan tanda bekas banjir. Dalam hidrologi masalah penentuan debit sungai dengan cara pengukuran termasuk dalam bidang hidrometri, yaitu ilmu yang mempelajari masalah pengukuran air atau pengumpulan data dasar untuk analisis mencakup data tinggi muka air, debit dan sedimentasi.

1.2

Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah:

1.

Mahasiswa dapat mengukur debit sungai menggunakan metode apung dan metode current meter;

2.

Mahasiswa dapat mengetahui prosedur penggunaan alat ukur current meter; dan

3.

1.3

Mahasiswa dapat membandingkan metode apung dan metode current meter.

Metodologi Pengamatan dan Pengukuran Metode pengamatan dan pengukuran debit yang dilakukan pada praktikum

kali ini yaitu, sebagai berikut : 1.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1. Alat Tulis. 2. Botol Aqua 1,5 L. 3. Current Meter. 4. Kalkulator. 5. Roll Meter. 6. Stopwatch. 7. Tali Rafia. 1.3.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum kedua yaitu perhitungan debit kali ini adalah aliran sungai Jatiroke. 1.3.3 Prosedur Percobaan Prosedur yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum; 2. Mengunjungi tempat sungai yang akan diamati, Jatiroke; 3. Menghitung luasan penampang sungai menggunakan rumusan trapesium dengan menggunakan data a (3,16 m); b (3,06 m) dan t (0,29 m); 4. Mengukur lebar dan kedalaman sungai kemudian membagi lebar sungai menjadi tiga segmen yaitu 1,02 m; 5. Mengukur kecepatan sungai dengan menggunakan current meter dengan cara mencelupkan bagian leher dan membiarkan putaran ekor kipas berputar mengikuti aliran; 6. Membaca hasil pengukuran kecepatan aliran baik pada bagian permukaan, tengah dan dasar pada layar monitor; 7. Mengukur kecepatan sungai dengan metode kedua yaitu metode apung dengan menggunakan botol aqua 1,5 liter yang diisi 1/3nya;

8. Menentukan jarak perhitungan kecepatan aqua yaitu lima meter; 9. Menghitung kecepatan gerak aliran sungai membawa aqua dalam jarak lima meter menggunakan stopwatch.; dan 10. Menghitung debit sungai menggunakan rumusan : Q = A. V Keterangan: Q = Debit aliran sungai (m3/s) A = Luas penampang sungai (m2) V = Kecepatan aliran sumgai (m/s)

..... (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Aliran Permukaan Sungai adalah tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata

air sampai muara dengan dibatasi oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991). Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air mengalir. Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan. Sungai mengalir dari hulu dalam kondisi kemiringan lahan yang curam berturut-turut menjadi agak curam, agak landai, dan relatif rata. Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat dan makin lambat pada daerah hilir. Sungai merupakan tempat berkumpulnya air di lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktivitas dan perilaku penghuninya (Mawasta, 2011). Menurut Khotimah (2008), ada dua fungsi utama sungai secara alami yaitu mengalirkan air dan mengangkat sedimen hasil erosi pada Daerah Aliran Sungai dan alurnya (Self Purification). Kedua fungsi ini terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1.

Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air.

2.

Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.

3.

Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air.

Berdasarkan debit airnya menurut sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu: 1.

Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.

2.

Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.

3.

Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.

4.

Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak. Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi lima

jenis yaitu: 1.

Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.

2.

Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan.

3.

Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.

4.

Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.

5.

Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur geologi. Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu,

bagian tengah dan bagian hilir. 1.

Bagian Hulu Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai

berbentuk V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan. 2.

Bagian Tengah Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.

3.

Bagian Hilir Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.

2.2

Debit Debit air sungai adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran

Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter kubik per detik (m3/detik) (Putra, 2008). Debit air sungai adalah laju aliran air (volume air) yang melewati suatu penempang melintang sungai persatuan waktu. Debit aliran tersebut dipengaruhi dengan adanya siklus hidrologi, salah satunya yaitu hujan. Pada musim kemarau besar debit air aliran air menyusut drastis sedangkan pada musim hujan debit aliran akan semakin deras dan dipengaruhi pula oleh tingkat intensitas hujan yang terjadi. Pada intensitas yang rendah debit aliran kecil dan pada intensitas hujan tinggi debit aliran akan semakin besar. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai (Khotimah, 2008). Persamaan umum untuk menghitung debit adalah: Q = V/t

.....(2)

dimana: Q

= debit aliran (m3/dtk)

V

= jumlah aliran air yang mengalir (m3)

t

= waktu (dtk)

Debit (Q) juga merupakan hasil kali antara kecepatan aliran (V) dengan luas penampang basah (A), yaitu: Q=vxA

.....(3)

dimana: Q

= debit aliran (m3/dtk)

A

= luas penampang basah (m2)

v

= rerata kecepatan aliran (m/dtk) Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu

(sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (L/dtk, m 3/dtk, dm3/dtk). Dengan mengetahui debit air suatu perairan kita dapat mengetahui jenis organisme apa saja yang hidup di suatu perairan tersebut. Jika debit air disuatu perairan tinggi maka dapat dipastikan bahwa organisme yang hidup di perairan tersebut adalah organisme perenang kuat dan apabila debit suatu perairan tersebut rendah maka organisme yang hidup di perairan tersebut adalah organisme yang membenamkan dirinya (Sulfano, 2009). Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir per satuan waktu yang melewati suatu penampang luas. Debit juga dapat dinyatakan dalam debit massa yaitu besarnya massa fluida yang mengalir per satuan waktu, sehingga debit ini biasanya menyatakan besaran suatu fluida yang mengalir per satuan waktu tertentu. Untuk debit aliran atau debit volume, besaran SI dari debit ini adalah meter kubik per detik sementara untuk debit massa yaitu kilogram per detik (Mahardika, 2008). Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumberday aair permukaan yang ada. (Mayong, 2006). Beberapa metode pengukurannya yaitu : 1.

Area-velocity method.

2.

Tracer method.

3.

Slope area method.

4.

Weir dan flume.

5.

Volumetric methodArea.

2.3

Pengukuran Debit Menggunakan Metode Apung Pengukuran debit menggunakan metoda apung merupakan pengukuran debit

yang paling sederhana. Caranya adalah dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam atau benda yang dapat mengapung di atas permukaan air atau permukaan sungai untuk jarak tertentu (L) dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik ke titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan (t) (Khotimah, 2008). Prinsip penggunaan metode apung adalah: 1.

Kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U), kecepatan dapat diukur dengan memperhitungkan jarak (l) dan waktu (t) .

2.

Luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman saluran (D). Pengukuran dengan metode apung memiliki syarat berupa:

1.

Bagian sungai/saluran yang relatif lurus dan cukup panjang.

2.

Penampang sungai kurang lebih seragam.

2.4

Pengukuran Debit Menggunakan Alat Ukur Arus Menurut Mayong (2006), current meter adalah alat untuk mengukur

kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe balingbaling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai. Prinsip penggunaan current meter adalah: 1.

Kecepatan diukur dengan current meter.

2.

Luas penampang basah ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali. Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran balingbaling per waktu putarannya (N = putaran/dt).

Gambar 1. Ketentuan Pengukuran (Sumber: mayong.staff.ugm.ac.id)

Catatan: 

Vs diukur 0,3 m di bawah permukaan air.



Vb diukur 0,3 m di atas dasar sungai. Cara kerja metode current meter mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1.

Pengambilan titik pengukuran dengan current meter berdasar kedalaman air, mengingat kecepatan aliran sungai tidak merata pada setiap kedalaman yang berbeda;

2.

Pada sungai yang konfigurasi dasarnya tidak teratur sebaiknya pengukuran lebih rapat daripada yang teratur;

3.

Dari hasil pengukuran kecepatan aliran pada masing-masing vertikal, dapat dihitung debit aliran pada masing-masing seksi;

4.

Debit total (debit sungai) merupakan total debit seksi;

5.

Pemilihan jumlah vertikal pada prinsipnya didasarkan atas: a. Bentuk dan ukuran penampang sungai. b. Sifat aliran. c. Waktu yang tersedia.

2.5

Menghitung Luas Penampang Sungai Untuk menghitung debit, maka diperlukan pengukuran luas penampang yang

dilewati oleh suatu aliran. Luas penampang ini diperoleh berdasarkan pengukuran di lapangan untuk menentukan hubungan kecepatan aliran, luas penampang dan besarnya debit yang mengalir. Luas penampang ini diperoleh dari luas penampang

basah atau luas penampang yang terkena air dengan kecepatan tertentu. Untuk sungai dengan dasar sungai kasar, pengukuran luas penampang sungai dilakukan dengan cara membagi sungai ke dalam tiga segmen, kemudian di tiap titik bagi dilakukan pengukuran kedalaman sungai lalu hitung luas penampang tiap segmen dengan menggunakan persamaan luas bidang trapesium dan persegi (Mayong, 2006).

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Hasil Praktikum Elevasi

: 797 mdpl

Titik Koordinat

: 107°46’25,3” BT dan 6°55’9” LS

Suhu Air Sungai

: 26℃

3.1.1 Pengukuran Current Meter Tabel 1. Hasil Pengukuran dengan Current Meter Kecepatan (m/s)

Kecepatan

Bagian

rata-rata Titik 1

Titik 2

Titik 3

Permukaan

0,3

0,3

0,3

Tengah

0,3

0,4

0,1

Bawah

0,3

0,4

0,3

0,3

0,366

0,233

Kecepatan rata-rata

I

II

III II

Gambar 2. Bentuk Luas Penampang Sungai di Pedca (Sumber: Hasil Pribadi, 2018)

total (m/s)

0,299

Segmen I

Segmen II

a : 1,6 m

d : 1,4 m

b : 0,42 m

Segmen III e : 1,7 m

c : 0,45 m

Keterangan : a = lebar segmen I b = tinggi segmen I c = tinggi segmen II dan III d = lebar segmen II e = lebar segmen III

Luas masing-masing segmen L1 = Luas Segutiga

L2 = Luas Trapesium

1

L2 = 2 x (b+c) x d

L1 = x 1,6 x 0,42

1

L1 = 0,336 m2

L1 = 2 x a x b 2

1

L1 = 2 x e x c

L2 = x (0,42+0,45) x 1,4

1

L1 = x 1,7 x 0,45

L2 = 0,609 m2

L1 = 0,3825 m2

2

Luas Total Total Luas = L1+L2+L3 Total Luas = 0,336 m2+0,609 m2+0,3825 m2 Total Luas = 1,3275 m2 Perhitungan Debit (Q) Q

= A x vrata-rata = 1,3275 m2 x 0,3 m/s = 0,39825 m3/s

L1 = Luas Segutiga 1

1 2

3.1.2 Pengukuran menggunakan Metode Apung Tabel 2. Pengukuran menggunakan Metode Apung Percobaan

Waktu (t) sekon

Jarak (s) meter

Kecepatan (s/t) m/s

1

10,44

5

0,479

2

10,21

5

0,4897

3

09,36

5

0,534

Rata-rata

10,003

5

0,4998

Luas Penampang Sungai (A) A = 1,3275 m2 Perhitungan Debit Debit (Q)

= vrata-rata. A = 0,4998 m/s x 1,3275 m2 = 0,6635 m3/s

Tania Nur Azanniyah 240110160052 3.2

Pembahasan Praktikum Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan kali ini

melakukan percobaan mengenai pengukuran debit aliran pada suatu sungai daerah Pedca Utara. Lokasi disini memiliki titik koordinat 107°46’25,3” BT dan 6°55’9” LS dan elevasi 797 mdpl dengan suhu air sungai 26̊ . Debit dipengaruhi oleh siklus hidrologi, kemudian kaitannya dengan pengendalian dan konservasi lingkungan adalah bahwa debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor neraca air pada suatu kawasan seperti perubahan-perubahan yang terjadi akibat keadaan DAS yang rusak, sehingga pada musim kemarau besar debit air aliran air menyusut drastis sedangkan pada musim hujan debit aliran akan semakin deras dan kelebihan air yang disebabkan oleh daerah resapan yang semakin berkurang. Pengukuran debit aliran pada praktikum kali ini dengan menggunakan dua metode current meter dan metode apung. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh luas sungai sebesar 1,3275 m2. Hasil tersebut diperoleh karena terdapat lebar permukaan sungai yaitu 1,6 meter kemudian lebar dataran di dasar sungai yaitu 1,4 meter serta ketinggian air sungai yaitu 1,7 m. Setelah luas sungai diperoleh, selanjutnya melakukan pengukuran kecepatan dengan menggunakan current meter. Pengukuran ini dibagi menjadi tiga luasan titik yang diukur kecepatan ditiap titiknya, yaitu kecepatan di bagian permukaan, kecepatan di bagian tengah dan kecepatan di bagian bawah, sehingga pada metode current meter ini total pengukurannya dilakukan sebanyak sembilan titik. Titik satu kecepatan bagian permukaannya 0,3 m/s lalu kecepatan bagian tengah 0,3 m/s dan kecepatan bagian bawah 0,3 m/s. Kemudian pada titik dua kecepatan bagian permukaannya 0,3 m/s lalu kecepatan bagian tengah 0,4 m/s dan kecepatan bagian bawah 0,4 m/s. Titik tiga diperoleh kecepatan bagian permukaannya 0,3 m/s lalu kecepatan bagian tengah 0,1 m/s dan kecepatan bagian bawah 0,3 m/s. Sehingga dari sembilan kali pengukuran tersebut diperoleh kecepatan rata-rata dengan metode current meter yaitu sebesar 0,299 m/s. Menurut literatur, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka lama waktu setiap pencatatan adalah 45 detik. Diperoleh hasil pengukuran debit dengan metode current meter yaitu sebesar 0,39825 m3/s.

Metode pengukuran debit selanjutnya yaitu metode apung. Percobaan yang dilakukan dalam jarak tempuh 5 meter, botol tersebut membutuhkan waktu 10,003 detik. Sehingga dari kedua variable tersebut dapat dihitung kecepatannya dengan membagi nilai jarak terhadap waktu dan diperoleh kecepatan sebesar 0,4998 m/s. Selanjutnya diperoleh hasil pengukuran debit dengan metode apung yaitu sebesar 0,6635 m3/s. Berdasarkan literatur, jarak antara kedua titik pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurang-kurangnya yang memberikan waktu perjalanan selama 20 detik. Dikarenakan jarak sungai yang lurus terbatas, maka kami membatasi bahwa jarak antara titik pengamatan satu dengan titik pengamatan yang lain hanya lima meter. Berdasarkan kedua metode telah dilakukan, metode apung rentan terjadi human error karena dilakukan dengan pengamatan fisik mata saja tidak memperhatikan laju aliran titik dan kedalaman sungai, sedangkan pada metode current meter lebih akurat. Hasil pengukuran yang diperoleh di atas, nilai debit antara metode apung dan metode current meter memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Pengukuran dengan metode apung sebesar 0,6635 m3/s sedangkan dengan metode current meter hanya sebesar 0,39825 m3/s. Kemungkinan adanya perbedaan ini disebabkan oleh faktor lain seperti intensitas hujan, keadaan sungai (kasar/halus), sampah atau unsur lain yang mengalir di sungai sehingga mempengaruhi nilai debit dari kedua metode tersebut atau kesalahan-kesalahan teknis lainnya yang terjadi pada saat dilakukan pengukuran.

Chaerul Amin 24010160066 3.2

Pembahasan Praktikum Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan kali ini yaitu

mengenai pengukuran debit sungai dimana pengukuran ini dilakukan di sungai Pedca. Debit sungai pada setiap daerah bisa saja berbeda-beda dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu kedalaman, curah hujan, luas permukaan daerah sungai tersebut, tumpukan sendimentasi pada dasar sungai, dan intensitas hujan yang dialami oleh DAS tersebut. Debit sungai sebagai aliran permukaan yang terjadi pada suatu daerah sangat penting untuk diukur, terutama untuk kepentingan dalam bidang pertanian seperti pembuatan rancangan untuk bangunan air yaitu pembuatan bendungan atau pintu air yang berguna sebagai irigasi buatan untuk lahan pertanian, periode lamanya pemberian air, juga besarnya air yang harus diberikan. Pengukuran debit sungai dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu dengan metode apung dan dengan menggunakan alat ukur arus (Current Meter). Pengukuran debit dengan menggunakan metode apung diperoleh data berupa jarak yang ditempuh pelampung atau botol plastik (m) dan waktu (t) yang telah ditentukan yaitu selama 20-30 detik. Metode ini digunakan pada DAS yang memiliki beberapa syarat agar data yang didapat lebih akurat, yaitu daerah DASnya harus lurus tanpa ada belokan dan tidak adanya hambatan seperti batu atau sampah yang menghalangi jalannya alat atau benda yang kita alirkan. Luas sungai didapatkan dari hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi sungai, sehingga di dapatkan luas sungai tersebut yaitu seluas 1,3275 m2. Besar kecepatan aliran adalah 0,6635 m3/s. Pengukuran debit menggunakan alat ukur arus (Current meter) menunjukan kecepatan aliran sungai di Pedca. Percobaan pengukuran dengan menggunakan current meter dilakukan sebanyak tiga kali pengukuran. Hasil pengukuran kecepatan permukaan segmen satu di dapat 0,3 m/s dan 0,3 m/s, pada bagian permukaan segmen dua 0,4 m/s dan 0,4 m/s, sedangkan pada bagian permukaan segmen tiga yaitu 0,1 m/s dan 0,3 m/s. Perbedaan kecepatan ini disebabkan oleh beda kedalaman tempat Current meter diletakan, semakin dalam maka semakin cepat alirannya karena semakin besar tekanannya dan biasanya pada kedalaman tertentu terdapat arus

bawah yang mengakibatkan perbedaan kecepatan di dasar sungai dengan di bagian atas. Besar kecepatan rata-rata dari DAS yang diukur yaitu sebesar 0,299 m/s. Besar debit aliran dengan menggunakan metode apung yaitu 0,6635 m3/s m3/s, sedangkan besar debit aliran dengan menggunakan metode current meter ini yaitu 0,39825 m3/s. Seharusnya data debit sungai yang didapat dari metode current meter dan metode apung tidaklah jauh berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu kedalaman sungai yang cukup dangkal hal ini disebabkan karena tempat praktikum kali ini berpindah dimana tempat sebelumnya mengalami kekeringan yan menyebabkan air sedikit dan berdebit kecil. Pada praktikum kali ini pada pengukuran dengan menggunakan metode current meter kurang optimal karena ukuran lebar sungai yang cukup kecil dimana pembagian segmen menjadi sedikit. Pengukuran debit ini dapat digunakan dalam bidang keteknikan pertanian digunakan untuk menentukan pengairan suatu lahan dimana sebuah aliran air dapat dimanipilasi agar memenuhi kebutuhan air lahan, dengan membangun bangunan pertaniann atau bending untuk menaiakn tinggi muka air.

Aidah Luthfi Hidayah 240110160074 3.2

Pembahasan Praktikum teknik pengendalian dan konservasi lingkungan kali ini membahas

mengenai konservasi pada sebuah aliran sungai. Pengukuran yang dilakukan di Pedca Unpad pada 6o55’9” dan E 107o46’25,3” ini mengukur debit aliran pada sebuah sungai yang alirannya tidak terlalu deras dan tidak tinggi. Pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu metode apung dan metode current meter. Waktu yang diperlukan untuk mengapungkan sebuah botol denga jarak 5 meter adalah 10,44 detik untuk percobaan pertama, 10,21 detik untuk percobaan kedua, dan 9,36 detik untuk percobaan ketiga. Rata-rata dari ketiga waktu untuk pengapungan botol ini adalah 10,003 detik sehingga kecepatan rata-rata yang dimiliki adalah 0,48 m/s. Cara berikutnya yaitu degan menggunakan metode current meter, pengukuran dilakukan dalam tiga segmen yaitu segmen 1 yang berukuran 160 cm, segmen dua berukuran 140 cm, dan segmen ketiga berukuran 170 cm. Ketiga ukuran segmen ini dapat mereresentasikan ukuran sungai yang tidak lebar, sehingga untuk mengukur kecepatan cukup dilakukan pada 2 titik, segmen satu memiliki kecepatan 0,3 m/s untuk titik 1 dan 0,3 m/s, selanjutnya segmen kedua memiliki kecepatan 0,4 m/s untuk titik 1 dan 0,4 m/s, sedangkan segmen ketiga memiliki kecepatan 0,1 m/s untuk titik 1 dan 0,3 m/s. Hasil kecepatan ini mendapatkan rata-rata kecepatan sebesar 0,3 m/s. Bila dibandingkan, pengukuran dengan menggunakan current meter dan metode apung memiliki besar kecepatan yang berbeda, hal ini dapat terjadi sebab perbedaan ketelitian dimana alat current meter memiliki nilai yang sudah tertentu dan metode apung dilakukan dengan prediksi. Nilai kecepatan 0,3 m/s dapat menjadi nilai yang akurat dan nilai kecepatan 0,48 m/s dapat menjadi sebuah nilai perkiraan apabila pengukuran dengan alat tidak bisa dilakukan. Dalam pengukuran dilapagan, ukuran dan bentuk sugai tidak dapat diukur secara pasti sebab dapat terjadi degradasi, perubahan, serta ketidaksimetrisan sehingga pengukuran luas permukaan sungai hanya dapat dilakukan dengan prediksi. Mengukur luas permukaan sungai dapat dilakukan dengan membagi badan sungai menjadi beberapa bagian yang nilainya akan semakin akurat dengan semakin banyaknya pembagian dalam pengukuran. Perkiraan luas permukaan yang didapat untuk sungai ini adalah 1,3275 m 2 sehingga untuk metode apung besar debitnya menjadi 0,39825 m3/s dan untuk metode current meter besar debitnya

menjadi 0,6635 m3/s. Besar debit ini terhitung kecil, nilai ini dipengaruhi oleh ukuran sungai serta waktu pengukuran sungai yang sedang terik, selain itu juga wilayah sekitar sedang bercuaca cerah sehingga tidak terjadi penambahan volume air maupun volume debit sehingga arusnya cukup stabil. Keseharian sungai ini banyak digunakan untuk pemanfaatan pada pertanian sehingga debit air sbaiknya dijaga kuantitas dan kualitasnya untuk keberlanjutan pemakaian oleh masyarakat.

Salma Delila Purnama 240110160100 3.2

Pembahasan Praktikum Teknik Pegendalian dan Konservasi Lingkungan membahas

mengenai pengukuran debit. Pengukuran dilakukan dengan dua metode yaitu menggunakan alat current meter dan metode apung. Pengukuran debit dilakukan pada lokasi sungai Pedca Unpad yang merupakan bagian dari air arboretum Unpad. Menentukan besarnya debit sungai diperoleh dari data luas total dan kecepatan ratarata dengan alat current meter. Metode apung dalam menetukan besarnya debit ditentukan dari waktu tempuh, jarak serta kecepatan yang dihasilkan. Metode apung sendiri merupakan metode dengan suatu benda diapungkan dipermukaan aliran sungai dari satu titik ke titik pengamatan dengan jarak yang telah ditentukan dengan mengukur waktu tempuh yang diperlukan. Percobaan pengukuran debit dilakukan dengan tiga titik pada pengukuran menggunakan current meter pada tiap-tiap bagian sungai yaitu permukaan, tengah dan bawah. Pengukuran metode apung dilakukan pada tiga percobaan dengan jarak dengan nilai yang sama namun pada waktu dan kecepatan yang berbeda. Suhu yang dihasilkan pada air sungai sebesar 26oC. Lokasi pengukuran memililki ketinggian elevasi sebesar 797 m diatas permukaan laut dengan titik koordinat 06 o55’9” LS dan 107o46’25.3” BT. Berdasarkan hasil praktikum pada pengukuran menggunakan current meter debit sebesar 0,39825 m3/s dengan kecepatan rata-rata total yang dihasilkan sebesar 0,299 m/s dan luas total 1,3275 m 2. Hasil pengukuran dengan metode apung menghasilkan debit sebesar 0,6635 m 3/s dengan luas penampang sebesar 1,3275 m2 dan kecepatan rata-rata sebesar 0,4998 m/s. Hasil debit pada kedua metode jika dibandingkan tidak terdapat perbedaan jumlah debit sungai yang begitu jauh. Pengukuran debit dengan menggunakan current meter dianggap memiliki nilai yang lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode apung. Hal ini dikarenakan menggunakan current meter mampu menggambarkan luas keadaan sungai yang sebenarnya yang dibagi kedalam beberapa segmen, dimana luas penampang basah ditetapkan dengan mengukur kedalaman dan lebar permukaan air sungai. Menggunakan metode apung hanya dilakukan dengan tiga kali pengukuran dimana kecepatan didapatkan berdasarkan kecepatan pengapungan. Pengukuran dengan menggunakan current

meter mampu mengukur kecepatan aliran sedangkan metode apung hanya dengan pengukuran kecepatan berdasarkan taksiran kasar. Berdasarkan literatur besarnya suatu debit air dapat dipengaruhi oleh intensitas hujan, penggundulan hutan, pengalihan hutan serta evaporasi dan transpirasi, jika dilihat dari lokasi pengukuran keadaan sekitar sungai sangat mendukung dalam keberlangsungan debit aliran sungai karena tidak terdapat hutan gundul melaikan dikeliling oleh tanaman yang beragam. Penentuan nilai debit aliran sungai dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang mengalir pada suatu sungai dengan kecepatan air yang mengalir persatu detik. Pengukuran debit pada bidang pertanian dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui nilai maksimum suatu debit yang dibutuhkan sehingga sumber air dapat optimal. Penentuan debit sungai juga dapat digunakan sebagai penentu saluran irigasi dan sumber PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).

Elni Ayi Handayani 240110160115 3.2

Pembahasan Praktikum kali ini membahas mengenai pengukuran debit aliran sungai.

Pengukuran debit ini dilakukan di sungai yang ada di Pedca dan memiliki koordinat S: 6°55’9” dan E: 107°46’25,3” dengan nilai elevasi 797 mdpl. Suhu pada tempat pengukuran tersebut sebesar 26°C. Pengukuran debit sungai ini dilakukan untuk menentukan debit aliran dari suatu sungai guna mendapatkan informasi yang nantinya dapat digunakan dalam perencanaan perairan, seperti irigasi, pembuatan bendungan dan lain-lain. Pengukuran debit sungai ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode apung dan menggunakan alat ukur arus/current meter. Cara pengukuran debit yang pertama yaitu pengukuran dengan menggunakan metode apung. Panjang lintasan yang digunakan yaitu sebesar 5 m. Pengukuran metode apung ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil kecepatan pada pengukuran pertama adalah 0,4789 m/s dengan waktu tempuh 10,44 s. Hasil pengukuran kedua kecepatannya sebesar 0,4897 m/s dengan waktu tempuh 10,21 s; dan pada pengukuran terakhir kecepatannya sebesar 0,5342 m/s dengan waktu tempuh 9,36 s. Besar kecepatan aliran sungai rata-ratanya sebesar 0,5009 m/s. Berdasarkan perhitungan, didapatkan bahwa besar debit aliran sungainya sebesar 0,6635 m3/s. Cara pengukuran debit yang kedua adalah pengukuran debit dengan menggunakan alat ukur arus/current meter. Pengukuran menggunakan alat curret meter dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap titik. Berdasarkan pengukuran, di titik 1 kecepatan aliran sungainya setelah dirata-ratakan sebesar 0,3 m/s, di titik 2 sebesar 0,233 m/s dan di titik 3 sebesar 0,367 m/s. Besar kecepatan aliran rata-rata dari semua titik sebesar 0,299 m/s. Besar debit aliran sungai dari hasil perhitungan yang dilakukan yaitu sebesar 0,39825 m3/s. Debit yang diperoleh dengan metode apung dan dengan menggunakan current meter berebeda. Hal ini dikarenakan kedalaman sungai yang berbeda. Dapat diamati dari hasil pengukuran bahwa tidak setiap titik di sungai kecepatannya sama, karena adanya permukaan yang tidak rata di dasar sungai menyebabkan di beberapa titik di sungai berbeda. Perbedaan kecepatan juga bisa dipengaruhi gerakan-gerakan di sungai yang dilakukan oleh pengamat. Besarnya debit dipengaruhi oleh besar kecepatan dan luas permukaan sungai. Hubungan antara debit, besar kecepatan dan

luas permukaan sungai dapat diketahui, bahwa semakin besar luas permukaan sungainya, maka kecepatan aliran sungainya semakin kecil dan menyebabkan debit menjadi besar. Namun, apabila luas permukaan sungainya kecil, maka kecepatan alirannya semakin besar sehingga debit menjadi kecil.

Tania Nur Azanniyah 240110160052 BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Kesimpulaan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah:

1.

Debit aliran merupakan laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu;

2.

Pengukuran debit aliran pada praktikum kali ini dengan menggunakan dua metode yaitu, dengan metode current meter dan metode apung;

3.

Nilai luas sungai yang diperoleh dengan menggunakan rumus trapesium sebesar 1,3275 m2;

4.

Nilai debit yang diperoleh dari metode apung yaitu sebesar 0,6635 m3/s;

5.

Nilai debit yang diperoleh dari current meter yaitu sebesar 0,39825 m3/s;

6.

Metode current meter lebih akurat dibandingkan metode apung dikarenakan metode apung sangat sederhana dan pengukuran dengan pengamatan fisik dari mata saja serta rentan dengan human error;

7.

Semakin besar jarak yang dihasilkan maka semakin besar pula V yang dihasilkan, sehingga Q yang dihasilkan pun juga akan semakin besar atau dengan kata lain V berbanding lurus dengan Q dan A; dan

8.

Faktor-faktor yang mempengaruhi debit sungai antara lain seperti intensitas hujan, keadaan dasar sungai (kasar/halus), dan sampah atau unsur lain yang mengalir di sungai.

4.2

Saran Saran untuk praktikum selanjutnya adalah:

1.

Sebaiknya dilakukan pengukuran debit pada sungai yang lebih luas;

2.

Sebaiknya praktikan memahami materi pengukuraan debit agar hasilnya lebih teliti;

3.

Sebaiknya pengukuran debit yang menggunakan current meter, lama waktu setiap pencatatan adalah 45 detik; dan

4.

Sebaiknya pada pengukuran debit metode apung, jarak antara kedua titik pengamatan

yang

diperlukan

ditentukan

memberikan waktu perjalanan selama 20 detik.

sekurang-kurangnya

yang

Chaerul Amin 240110160066 BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Kesimpulaan dari praktikum kali ini adalah:

1.

Debit sungai pada setiap daerah berbeda-beda dikarenakan kedalaman, curah hujan, luas permukaan daerah sungai tersebut berbeda;

2.

Besar debit aliran dengan metode apung yaitu 0,6635 m3/s m3/s, dan besar debit aliran dengan metode current meter ini yaitu 0,39825 m3/s;

3.

Metode apung digunakan pada DAS yang memiliki daerah DAS nya harus lurus tanpa ada belokan dan tidak adanya hambatan seperti batu atau sampah yang menghalangi jalannya alat;

4.

Kedua metode tersebut didapatkan hasil yang berdeda, hal ini bisa disebabkan karena pada metode current meter terjadi kendala baik pengukuran maupun alatnya sehingga data yang didapat kurang akurat; dan

5.

Metode apung sering terjebak di turbolensi air sehingga tidak mengalir ke bagian tepi yang lainnya, dan tidak lurusnya arah botol air mineral saat melaju diatas aliran sungai.

4.2

Saran Saran pada praktikum kali ini:

1.

Pengecekan debit sebelum praktikum agar dapat menentukan tempat yang sesuai dan memiliki persyaratan untuk dijadikan tempat praktikum; dan

2.

Saat pengukuran sebaiknya bergantian agar semua praktikan dapat mengetahui cara pengukuran debit.

Aidah Luthfi Hidayah 240110160074 BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:

1.

Debit dapat diukur dengan current meter maupun metode apung;

2.

Pengukuran dengan current meter lebih teliti dari metode apung;

3.

Pengukuran luas permukaan sungai hanya dapat diperoleh dengan pendekatan;

4.

Semakin luas sungai maka butuh pembagian segmen yang banyak untuk pendekatan yang akurat; dan

5.

Debit air yang stabil dipengaruhi oleh ukuran sungai yang memang kecil, serta tidak terdapat tambahan volume air dari hujan.

4.2

Saran Saran untuk praktikum ini adalah menjaga resapan disekitar sungai agar tidak

terjadi erosi dan penyimpanan air juga dapat optimal.

Salma Delila Purnama 240110160100 BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:

1.

Penentuan nilai debit aliran sungai dilakukan untuk menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber dengan kecepatan persatuan waktu;

2.

Penggunaan current meter dengan cara mengukur kedalaman dan luas yang dibagi menjadi beberapa segmen, penggunaan metode apung dengan benda diapungkan dipermukaan aliran sungai dari satu titik ke titik pengamatan;

3.

Current meter mampu menggambarkan luas keadaan sungai yang sebenarnya sedangkan metode apung hanya hanya dengan pengukuran kecepatan berdasarkan taksiran kasar;

4.

Hal-hal yang mempengaruhi debit aliran sungai adalah intensitas hujan, penggundulan hutan, pengalihan hutan, intersepsi serta evaporasi dan transpirasi; dan

5.

Pengukuran debit dalam bidang pertanian berguna untuk menentukan saluran irigasi, mejadi sumber PLTA dan penentu kualitas suatu air yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

4.2

Saran Saran yang diberikan dari praktikum kali ini adalah pengukuran dilakukan

pada setiap lokasi dengan tiap-tiap kelompok yang berbeda sehingga dapat membandingkan hasil pengukuran yang terdapat pada setiap lokasinya.

Elni Ayi Handayani 240110160115 BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu:

1. Pengukuran debit sungai dilakukan untuk menentukan debit aliran dari suatu sungai guna mendapatkan informasi yang dapat digunakan dalam perencanaan perairan, seperti irigasi, pembuatan bendungan dan lain-lain; 2. Pengukuran debit sungai ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode apung dan menggunakan alat ukur arus/current meter; 3. Hasil pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan metode apung yaitu sebesar 0,6635 m3/s; 4. Hasil pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan current meter yaitu sebesar 0,39825 m3/s; 5. Besarnya debit dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai serta luas permukaan aliran sungai; dan 6. Semakin besar luas permukaan aliran sungai maka semakin kecil kecepatan aliran sungai tersebut sehingga debit yang diperoleh menjadi lebih besar, begitu juga sebaliknya.

4.2

Saran Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini yaitu pada saat

pengukuran penampang sungai, kedalaman sungai harus diukur dengan teliti agar luas penampang sungai sesuai dengan yang diukur. Selain itu, pada saat pengukuran menggunakan current meter kedalaman pengukuran dibagi secara rata mulai dari dasar, tengah, dan juga permukaan.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, tentang: SUNGAI. Khotimah, Nurul. 2008. Diktat Mata Kuliah Hidrologi. Terdapat pada: staffnew.uny.ac.id (diakses pada 22 maret 2019 pukul 20.18) Mahardika, Fajar Muhammad. 2008. Laju Aliran Permukaan dan Limpasan Air Tanah. Terdapat pada: unhas.ac.id. (diakses pada 22 maret 2019 pukul 21.05) Mawasta, Hanung. 2015. Aplikasi PJ dan SIG untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan. Terdapat pada: eprints.ums.ac.id. (diakses pada 22 maret 2019 pukul 20.03) Mayong, Mison. 2006. Metode pengukuran Debit Aliran. Terdapat pada: mayong.staff.ugm.ac.id (diakses pada 22 maret 2019 pukul 20.35) Putra, Kamal. 2008. Aplikasi untuk Menghitung Nilai Debit Air Sungai Berbasis Mobile

Pada Sungai Pemali

Kabupaten Brebes. Terdapat

pada:

eprints.dinus.ac.id (diakses pada 22 maret 2019 pukul 20.26) Sulfano, Christian.2009. Aliran Permukaan. Terdapat pada: eprints.undip.ac.id. (diakses pada 22 maret 2019 pukul 21.15)

LAMPIRAN

Gambar 3. Pengukuran debit metode Apung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 4. Pengukuran lebar dan kedalaman sungai. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 5. Pengukuran debit metode Current meter. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Related Documents

Laprak Migrasi.docx
June 2020 25
Laprak Kd.docx
December 2019 37
Laprak Las.docx
December 2019 29
Laprak Ask.docx
June 2020 14
Laprak Mixing.docx
June 2020 18
Laprak Mekatron.pdf
August 2019 25

More Documents from ""

Pem.docx
April 2020 11
Laprak (tpkl).docx
June 2020 7
Laprak Lpb.docx
April 2020 12
Laprak 2_kel 3.pdf
April 2020 13