Laporsn Perkebunan C Kel.7.docx

  • Uploaded by: Novia Santa Lucya Simamora
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporsn Perkebunan C Kel.7.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,989
  • Pages: 15
MEMBUAT TEMPAT PERSEMAIAN BIJI KOPI LAPORAN OLEH : KELOMPOK 7 MONALISA OCTAVIA P

160301048

MUHAMMAD FIKRI HAIQAL

160301059

NOVIA SANTA LUCIA S

160301113

M. ANSYARI

160301135

MHD. FADIL DWI A. HARAHAP

160301203

MATAKULIAH PERKEBUNAN C: KOPI KAKAO DAN TEH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kopi (Coffea sp.) diyakini berasal dari benua Afrika, kemudian menyebar ke seluruh dunia.Saat ini kopi ditanam meluas di Amerika Latin, Asiapasifik dan Afrika.Pohon kopi bisa tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan subtropis meliputi dataran tinggi maupun dataran rendah, tergantung dari jenisnya.Kopi dipanen untuk diambil bijinya, kemudian dijadikan minuman atau bahan pangan lainnya (Rubiyo dkk, 2005). Tanaman kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal.Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas.Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam bebas.Empat jenis kopi tersebut adalah kopi arabika, robusta, liberika dan excelsa.Sekitar 70% jenis kopi yang beredar di pasar dunia adalah kopi arabika.Disusul jenis kopi robusta menguasai 28%, sisanya adalah kopi liberika dan excels (Rubiyo dkk, 2005). Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Kopi diperbanyak secara generatif yaitu dengan penyemaian biji kopi yang merupakan cara yang cukup mudah dan sederhana dibandingkan dengan perbanyakan secara vegetatif. Selain itu peluang tumbuh secara generatif lebih besar dibanding

dengan cara vegetatif yang sangat membutuhkan keterampilan. Masalah yang sering dihadapi

dalam

penyemaian

bibit

kopi

adalah

tidak

jelasnya

asal-

usul dari benih yang digunakan sehingga akan mempengaruhi kualitas tanaman kopi kedepannya baik dalam segi daya tahan, produktifitas maupun fisik kopi tersebut. Maka untuk mencegah hal tersebut, benih yang digunakan sebaiknya berasal dari lembaga penelitian yang telah dipercaya. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan laporan ini untuk mengetahui teknik pembuatan tempat persemaian biji kopi. Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan penulisan laporan ini untuk memenuhi komponen penilaian Matakuliah Perkebunan C: Kopi, Kakao Dan Teh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut : Kigdom : Plantae, Subkigdom : Tracheobionta, Super Divisi : Spermatophyta , Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Sub Kelas : Asteridae, Ordo : Rubiales, Famili : Rubiaceae, Genus : Coffea, Spesies :Coffea sp. ( Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea liberica, Coffea excels). (Rahardjo, 2012). Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah yang berwarna hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan. Kopi Arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi Robusta 8-11 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik diakhir musim kemarau. Diawal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau

mendatang

(Najiyati dan Danarti 2007). Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, pohon kopi Robusta lebih rendah dengan ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan. Pada saat dibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44 meter (Retnandari dan Tjokrowinoto 1991).

Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok. Batang pokok memiliki ruas-ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Pada tiap ruas tumbuh sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya tumbuh dua macam cabang, yakni cabang orthotrop (cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal dan dapat menggantikan kedudukan batang bila batang dalam keadaan patah atau dipotong) dan cabang plagiotrop (cabang atau ranting yang tumbuh ke samping atau horizontal) (PTPN XII 2013). Daun kopi memiliki bentuk bulat telur, bergaris ke samping, bergelombang, hijau pekat, kekar, dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan tersusun secara berdampingan d ketiak batang, cabang dan ranting. Sepasang daun terletak dibidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar. Kopi Arabika memiliki daun yang lebih kecil dan tipis apabila dibandingkan dengan spesies kopi Robusta yang memiliki daun lebih lebar dan tebal. Warna daun kopi Arabika hijau gelap, sedangkan kopi Robusta hijau terang (Panggabean 2011). Bunga kopi tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4–6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 2–3 kelompok bunga sehingga setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8–18 kuntum bunga atau setiap buku menghasilkan 16–36 kuntum bunga. Bunga kopi berukuran kecil, mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5–7 tangkai berukuran pendek. Bunga kopi biasanya akan mekar pada awal musim kemarau. Bunga berkembang menjadi buah dan siap dipetik pada akhir musim kemarau (Najiyati dan Danarti 2007).

Buah kopi mentah berwarna hijau muda. Setelah itu, berubah menjadi hijau tua, lalu kuning. Buah kopi matang (ripe) berwarna merah atau merah tua. Ukuran panjang buah kopi Arabika sekitar 12–18 mm, sedangkan kopi Robusta sekitar 8– 16 mm. Buah kopi terdiri dari beberapa lapisan, yakni eksokarp (kulit buah), mesokarp (daging buah), endokarp (kulit tanduk), kulit ari dan biji (Panggabean 2011). Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), dan kulit tanduk (endocarp) yang tipis, tetapi keras. Kulit luar terdiri dari satu lapisan tipis. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau tua yang kemudian berangsuran surmenjadi hijau kuning, kuning, dan akhirnya menjadi merah, merah hitam jika buah tersebut sudah masak sekali. Daging buah yang sudah masak akan berlendir dan rasanya agak manis. Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga (Najiyati dan Danarti 2007). Kulit biji atau endocarp yang keras biasa disebut kulit tanduk.

Pembuatan bedengan persemaian Menurut Ferry et al., (2015) Pembuatan bedengan persemaian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Bedengan dibuat pada arah utara-selatan dengan ukuran lebar 80-120 cm dan panjang disesuaikan menurut kebutuhan. 2. Tanah dalam bedengan diolah menggunakan cangkul, sisa akar dan rumput dibersihkan (dibuang). 3. Bedengan ditinggikan sekitar 20 cm dengan menggunakan tanah subur dan gembur. Setelah itu pada bagian atasnya ditambah pasir halus setebal 5 cm.

4. Agar tanah tidak longsor/turun pada bagian pinggir maka diberikan penahan dari bambu atau bata merah pada bedengan. 5. Untuk mencegah nematoda parasit, bedengan difumigasi menggunakan Vapam dengan dosis 100 ml/10 l air untuk setiap m2. Selanjutnya bedengan ditutup plastik selama 7 hari, kemudian plastik penutup dibuka dan bedengan dikeringanginkan minimal selama 7 hari. 6. Agar benih terlindung sengatan sinar matahari langsung dan air hujan, pada bedengan diberikan atap/naungan berupa paranet, alang-alang, daun tebu, kelapa, dan lainlain dengan intensitas cahaya matahari sekitar 25%. Tinggi atap sebelah barat 120 cm dan sebelah timur 180 cm. Selain dengan atap, pada bedengan juga dapat diberikan naungan alami berupa pohon lamtoro atau pohon lain yang dapat meneruskan cahaya diffus.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Praktikum Adapun praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu , 2 Maret 2019 di lahan Perkebunan C : Kopi, Kakao dan Teh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ±25 mpdl. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan adalah bambu sebagai penyangga untuk membuat naungan paranet, paranet sebagai naungan untuk mengontrol intensitas cahaya, kawat untuk mengaitkan dan menyatukan beberapa bambu, ulir untuk membantu lubang meletakkan naungan bamboo, potongan bambu sebagai penyangga pinggiran plot dan kerangka untuk plastik, plastic transparan menutup bibit yang akan ditanam, cangkul untuk mengolah tanah dan membentuk plot, meteran uuntuk mengukur ukuran plot, gembor untuk menyiran biji setelah ditanam. Adapun bahan yang digunakan adalah topsoil sebagai media tanam, pasir campuran untuk media tanam, biji kopi sebagai bahan tanam.

PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan Lahan yang digunakan dalam praktikum ini diolah terlebih dahulu menggunakan cangkul. Pengolahan ini dilakukan sampai tanahnya rata dan juga bersih dari sisa gulma-gulma dan perakaran, serta membuat parit. Pembuatan Bedengan Bedengan dibuat pada arah utara-selatan dengan ukuran lebar 80-120 cm dan panjang disesuaikan menurut kebutuhan. Tanah dalam bedengan diolah menggunakan cangkul, sisa akar dan rumput dibersihkan (dibuang). Bedengan ditinggikan sekitar 20 cm dengan menggunakan tanah subur dan gembur. Agar tanah tidak longsor/turun pada bagian pinggir maka diberikan penahan dari bambu atau bata merah pada bedengan. Untuk mencegah nematoda parasit, bedengan difumigasi menggunakan Vapam dengan dosis 100 ml/10 l air untuk setiap m2. Selanjutnya bedengan ditutup plastik selama 7 hari, kemudian plastik penutup dibuka dan bedengan dikeringanginkan minimal selama 7 hari. Pembuatan Naungan Agar benih terlindung sengatan sinar matahari langsung dan air hujan, pada bedengan diberikan atap/naungan berupa paranet, alang-alang, daun tebu, kelapa, dan lainlain dengan intensitas cahaya matahari sekitar 25%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

(Pembuatan Naungan)

(Persiapan Media Tanam)

(Pembuatan Bedengan) Pembahasan Dari hasil praktikum yang kami lakukan cara membuat tempat persemaian biji kopi adalah dengan Tanah dalam bedengan diolah menggunakan cangkul, sisa akar dan rumput dibersihkan (dibuang). Bedengan ditinggikan sekitar 20 cm dengan menggunakan tanah subur dan gembur. Agar tanah tidak longsor/turun pada bagian pinggir maka diberikan penahan dari bambu atau bata merah pada bedengan.

Dari hasil praktikum yang dilakukan agar benih terlindung sengatan sinar matahari langsung dan air hujan, pada bedengan diberikan atap/naungan berupa paranet, alang-alang, daun tebu, kelapa, dan lainlain dengan intensitas cahaya matahari sekitar 25%. Dalam perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara biji (generatif) dan vegetatif. Perbanyakan menggunakan biji (generatif) adalah cara termurah dan termudah untuk perbanyakan tanaman kopi. Kopi juga bisa diperbanyak secara vegetatif dengan stek, sambung dan kultur jaringan. Teknik stek dan sambung dapat diterapkan pada beberapa tanaman untuk menyelamatkan keturunan tanaman yang unggul (Wintgens 2009). Perbanyakan dengan biji (generatif) mempunyai keuntungan seperti system perakaran lebih kuat, lebih muda di perbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Perbanyakan dengan biji (generatif) mempunyai kelemahan antara lain: waktu untuk memulai berbuah lebih lama, sifat turunan tidak sama dengan induknya dan ada banyak jenis tanaman produksinya sedikit atau benihnya sulit untuk berkecambah (Wintgens 2009). Keunggulan pembiakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat. Tanaman yang ditanam berasal dari biji sering digunakan sebagai batang bawah untuk okulasi maupun penyambungan. Selain itu karena sistem perakarannya kuat tanaman yang berasal dari pembiakan generatif sering digunakan sebagai tanaman penghijauan di lahan kritis untuk konservasi lahan. Bahan tanam hasil pembiakan secara generatif adalah berupa biji (benih). Benih yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanaman induknya sehingga dapat dihasilkan dalam jumlah

yang besar. Ukuran biji yang kecil juga dapat memberikan kesempatan untuk penyebaran yang lebih jauh. Tanaman hasil pembiakan generatif akan mempunyai sifat yang berbeda dengan kedua induknya karena merupakan perpaduan dari kedua induknya sehingga menimbulkan variasi-variasi baru baik secara fenotipe maupun genotip. Tanaman hasil pembiakan secara generatif biasanya mempuyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, selain itu tanaman hasil pembiakan generatif mempunyai umur produktif yang lebih lama dibandingkan dengan tanaman hasil pembiakan secara vegetatif (Wintgens 2009).

KESIMPULAN 1.

Praktikum dilakukan untuk membuat bedengan sebagai tempat persemaian.

2.

Agar benih terlindung sengatan sinar matahari langsung dan air hujan, pada bedengan diberikan atap/naungan berupa paranet, alang-alang, daun tebu, kelapa, dan lainlain dengan intensitas cahaya matahari sekitar 25%.

3.

Perbanyakan menggunakan biji (generatif) adalah cara termurah dan termudah untuk perbanyakan tanaman kopi.

4.

Keunggulan pembiakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat.

5.

Tanaman hasil pembiakan secara generatif biasanya mempuyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya dan mempunyai umur produktif yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA Ferry, Y., Handi Supriadi dan Meynarti Sari Dewi Ibrahim. 2015. Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi :Aplikasi pada Perkebunan Rakyat. Indonesian Agency For Agricultural Research And Development (IAARD) Press Najiyati, S dan Danarti. 2007. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka hlm 124-132 Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya: Jakarta. Retnandari, N. D., dan Tjokrowinoto, M. 1991. Kopi Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Medya. Yogyakarta. Rubiyo, J., Rinaldi, dan Suharyanto. 2003. Kajian Rehabilitasi Kopi Robusta Menjadi Kopi Arabika dengan Teknik Sambung di Kabupaten Bangle. Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Dikutip dari: http.//ntb.litbang.deptan.go.id Wintgens, J. N. 2009. Coffee: Growing, Processing, Sunstainable Production (2nded.). Weinhem: Wiley-VCH.

Related Documents

Perkebunan
October 2019 25
Sektor Perkebunan
August 2019 26
Perkebunan-hortikultur
June 2020 12
Projek Perkebunan
May 2020 17
Alatan Perkebunan
June 2020 16

More Documents from "khidupskt"