LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN SUKSESI TUMBUHAN
HALAMAN JUDUL
Oleh Kelompok 3:
Lia Rahmawati Sindy Febriyanti Nurul Hidayah Buyami Erika Arifiana Chuck Nuris A. Aditya Tanjung Yulitasari
140210103004 140210103010 140210103015 140210103020 140210103025 140210103029 140210103031
Kelas A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2016
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2 BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3
Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 9 3.1
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 9
3.2
Alat dan Bahan ......................................................................................... 9
3.2.1
Alat .................................................................................................... 9
3.2.2
Bahan................................................................................................. 9
3.3
Desain Percobaan ..................................................................................... 9
3.4
Prosedur Percobaan ................................................................................ 10
3.5
Skema Alur Percobaan ........................................................................... 10
BAB IV. HASIL PENGAMATAN ...................................................................... 11 4.1
Tabel Luas Penutupan ............................................................................ 11
4.2
Tabel Tinggi Tanaman ........................................................................... 11
4.3
Tabel Luas Penutupan Rata-Rata ........................................................... 12
4.4
Tabel Jumlah Tanaman per Minggu ....................................................... 12
BAB V. PEMBAHASAN ..................................................................................... 14 BAB VI. PENUTUP ............................................................................................. 19 6.1
Kesimpulan ............................................................................................. 19
6.2
Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20 LAMPIRAN GAMBAR ....................................................................................... 22 LAMPIRAN ABSTRAK JURNAL+ COVER BUKU ......................................... 23
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perubahan habitat vegetasi pada suatu areal dapat menciptakan habitat baru yang sebelumnya tidak ada. Suksesi dapat memberikan kesempatan bagi vegetasi untuk menempati habitat baru. Komunitas tumbuhan di suatu areal memiliki fungsi (environmentservice) seperti penyedia oksigen. Simpanan cadangan karbon dan menyerap karbondioksida (CO2). Fungsi tersebut bekerja melalui fotosintesis di dalam daun. Hasil proses fotosintesis adalah berupa karbon dan diedarkan ke seluruh tubuh. CO2 yang tinggi di atmosfer diakibatkan oleh kegiatan industri dan kendaraan bermotor. Gambaran kadar CO2 di atmosfer dapat diketahui melalui pengukuran kadar karbon yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran cadangan yang tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromassa) secara tidak langsung menggabarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran. Parameter lingkungan yang dilibatkan dalam penelitian ini antara lain komponen biotik (tumbuhan), dan abiotik (air, tanah, suhu, angin, kelembaban, dan unsur makronutrisi). Tujuan digunakan parameter adalah untuk menggambarkan secara pasti kondisi lingkungan yang mengarah pada proses suksesi. Perjalanan suksesi menuju klimaks disuatu lahan dapat diketahu melalui munculnya vegetasi baru dan perubahan lingkungan. Proses suksesi dapat dipantau melalui perkembangan munculnya vegetasi hingga klimaks. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan melalui analisis vegetasi
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pembentukan suksesi alami? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suksesi?
1.3 Tujuan Untuk mengetahui proses suksesi alami dari lahan garapan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Ekologi biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi: segala jenis makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dan lingkungan (cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dsb). Keanekaragaan ekosistem alam dapat terbentuk secara alami dari masa ke masa dari ekosistem sederhana menjadi keanekaragaman ekosistem yang sangat rumit dimana masingmasing ekosistem mendukung ekosistem lain. Keanekaragaman ekosistem penting bagi kehidupan di dunia ini karena menunjukkan evolusi, sebagai sumbangan pada kegembiraan ekosistem, pendukung budaya dan perkembangan teknologi, serta sebagai sumber inspirasi dan kedamaian batin manusia (Suskiyanto, 2007: 1). Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal bailk anatara tanaman dengan lingkungannya. Tanaan membutuhkan sumberdaya kehidupan dari lingkungannya, dan mempengaruhi lingkungan begitu juga sebaliknya lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Harum, 2009: 1). Komunitas adalah kelompok organisme yang terdiri atas sejumlah jenis yang berbe- da, yang secara bersama-sama menempati habitat atau area yang sama, dan terjadi interaksi melalui hubungan trofik dan spatial (Lincoln et al. 1985). Komunitas juga diartikan sebagai kumpulan populasi pada suatu area (Purnomo, 2011). Ekosistem alami memiliki daya lenting atau resilience, yaitu kemampuan untuk bertahan dan memulihkan diri ketika mengalami gangguan hingga kembali ke dalam kondisi keseimbangan (Gunderson 2000). Karena kawasan Gunung Ciremai yang terdegradasi hanya sebagian dan masih memiliki hutan utuh sebagai sumber kolonisasi maka suksesi yang terjadi adalah suksesi sekunder. Suksesi sekunder adalah serangkain perubahan komunitas yang terjadi pada areal yang sebelumnya bervegetasi tetapi mengalami gangguan atau kerusakan, misalnya setelah penebangan, land clearing, atau kebakaran (Offwell Woodland and Wildlife Trust 1998) (Gunawan, 2015).
Keseimbangan ekosistem hutan sering terganggu baik oleh bencana alam maupun oleh perbuatan manusia. Adanya perilaku atau tindakan manusia yang tidak bijaksana memperlakukan hutan yang menimbulkan permasalahan. Aktivitas manusia seperti membakar hutan, pembalakan liar, pengembalaan, atau merombak hutan untuk dijadikan tanaman pertanian atau tempat pemukiman telah merubah habitat hutan asli. Secara alamiah hutan hutan yang mendapat gangguan akan kembali menjadi hutan sekunder setelah melalui tahap-tahap suksesi. Keragaman jenis cenderung memuncak pada tingkat permulaan dan pertengahan dari tingkat suksesi akan menurun kembali pada tingkat klimaks. Dengan demikian bila membandingkan keadaan suksesi alami hutan paksa kebakaran pada hutan sekunder yang di teliti menunjukkan keragaman jenis dari masing-masing tingkat pertumbuhan yang menunjukkan pola yang tidak teratur (Saharjo, 2011). Suksesi merupakan hasil dari tumbuhan itu sendiri, dalam arti bahwa tumbuhanyang berbeda dalam daerah itu pada waktu tertentu mengubah lingkungannya, yang terdiri dari tanah, tumbuhan dan iklim makro yang berda di atasnya, sedemikian rupa sehingga membuat cocok untuk jenis yang lain daripada bagi tumbuhan itu sendiri (Sutanto, 2002 : 2). Dalam menentukan tingkat perkembangan atau permudaan suksesi digunakan kriteria sebagai berikut : (Saharjo, 2011). a. Petak ukur semai adalah anakan permudaan yang mulai berkecambah 1,5 m. b. Pancang adalah anakan permudaan alam yang tingginya lebih dari 1,5 m sampai pohon muda dengan diameter kurang dari 10 cm. c. Pohon ini adalah pohon dewasa dengan diameter lebih dari 20 cm. Suksesi sekunder adalah serangkain perubahan komunitas yang terjadi pada areal yang sebelumnya bervegetasi tetapi mengalami gangguan atau kerusakan, misalnya setelah penebangan, land clearing, atau kebakaran Suksesi sekunder memang prosesnya relaatif lebih cepat daripada suksesi primer, karena masih memiliki sumber reintroduksi dan komunitas satwa yang dapat membantu proses penyebaran biji (Gunawan,2015).
Prinsip dasar dalam suksesi adalah adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur dan melaui beberapa tahap dari komunitas tumbuhan sederhana sampai klimaks. Selanjutnya dinyatakan bahwa umumnya suksesi hutan akan bertambah keanekaragamannya seiring dengan waktu (Mukhtar, 2012). Suksesi sekunder adalah distribusi kronologis organisme pada suatu area, se-bagai akibat aktivitas agrikultural, atau aktivitas manusia lainnya, atau karena ter-jadinya kerusakan komunitas sebelumnya (Lincoln et al. 1985). Sementara menurut Barbour et al (1987), suksesi sekunder adalah invasi tumbuhan pada lahan yang se-belumnya telah terdapat vegetasi, di mana vegetasi yang ada sebelumnya mengalami kerusakan karena faktor alam atau oleh manusia (Purnomo, 2011). Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan yang berat, seperti lahan bekas perladangan
berpindah
atau
untuk
pertambangan (Nuharuddin, 2006).
pertanian
menetap,
peternakan
dan
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai hari Sabtu, 22 Oktober 2016 sampai dengan di dekat Lapangan Futsal, FKIP Gd. 3 Universitas Jember
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1
Alat
1. Cangkul 2. Parang 3. Kantong plastik 4. Meteran 5. Tali rafia 6. Label 3.2.2
Bahan
1 buah lahan alami seluas 1x 1 m
3.3 Desain Percobaan
3.4 Prosedur Percobaan 1. Membersihkan lahan kosong dengan cara mencangkulnya dari rumputrumputan yang hidup dilahan yang akan digunakan 2. 1 petak suksesi berukuran 1x1 m2 dibagi menjadi petak-petak kecil berukura 25 cm2 dengan menggunakan pembatas tali rafia 3. Membuat tali rafia pembatas diluar petak suksesi dengan jarak 20 cm 4. Kemudian membiarkan petak suksesi selama 4 minggu 5. Lakukan pengamatan jenis tanaman, jumlah tanaman, tinggi tanaman pada pada masing-masing petak setiap minggunya 6. Catatlah perubahan komposisi tumbuhan tersebut setiap minggunya
3.5 Skema Alur Percobaan
Membersihkan lahan kosong dengan cara mencangkulnya dari rumput-rumputan yang hidup dilahan yang akan digunakan
1 petak suksesi berukuran 1x1 m2 dibagi menjadi petak-petak kecil berukura 25 cm2 dengan menggunakan pembatas tali rafia
Membuat tali rafia pembatas diluar petak suksesi dengan jarak 20 cm
Kemudian membiarkan petak suksesi selama 4 minggu
Lakukan pengamatan jenis tanaman, jumlah tanaman, tinggi tanaman pada pada masing-masing petak setiap minggunya
Catatlah perubahan komposisi tumbuhan tersebut setiap minggunya
BAB IV. HASIL PENGAMATAN 4.1 Tabel Luas Penutupan Minggu ke-
No. Petak
Tanaman
Luas Penutupan
0
-
-
-
7
A1
0,2 cm
6
A2
0,8 cm
13
A3
0,5 cm
5
B2
0,3 cm
8
A2
0,8 cm
11
A2
0,5 cm
6
A2
1,2 cm
3
A2
0, 3 cm
6
A2
1,8 cm
8
A2
1,5 cm
11
A2
1,4 cm
A2
0,4 cm
A3
0,2 cm
15
A2
0,6 cm
4
-
-
-
5
-
-
-
1
2
3
14
4.2 Tabel Tinggi Tanaman Minggu ke-
No. Petak
Tanaman
Tinggi Tanaman
0
-
-
-
7
A1
0,6 cm
6
A2
0,4 cm
13
A3
0,5 cm
5
B2
0,7 cm
8
A2
0,7 cm
11
A2
0,5 cm
6
A2
1,3 cm
1
2
3
A2
2 cm
6
A2
2,1 cm
8
A2
1,2 cm
11
A2
1,2 cm
A2
1,4 cm
A3
0,8 cm
15
A2
1 cm
4
-
-
-
5
-
-
-
3
14
4.3 Tabel Luas Penutupan Rata-Rata No.
Tanaman
1 2
Rata-Rata Luas Penutupan per Minggu 0
1
2
3
4
5
A
0
0,5
0,83
1,45
0
0
B
0
0
0,7
0
0
0
Rata-Rata
Grafik Luas Penutupan Rata-Rata 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
1
2 3 Minggu ke-
Tanaman A
4
5
Tanaman B
4.4 Tabel Jumlah Tanaman per Minggu Keterangan Tanaman A
0 0
Jumlah Tanaman/Minggu 1 2 3 3 3 1
4 0
5 0
0
Tanaman B
0
1
0
0
0
Grafik Jumlah Tanaman per Minggu
Banyaknya tanaman
3.5 3 2.5 2 1.5
Tanaman A
1
Tanaman B
0.5 0 0
1
2 3 Minggu ke-
4
5
BAB V. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, hal yang pertama dilakukan adalah membersihkan lahan kosong dengan cara mencangkulnya dari rumput-rumputan yang hidup dilahan yang akan digunakan. Hal tersebut bertujuan untuk memposisikan lahan untuk suksesi merupakan lahan yang dalam kondisi 0 artinya lahan tersebut benarbenar dalam kondisi steril dan nantinya populasi yang terbentuk merupakan populasi baru dilahan tersebut. Selanjutnya, 1 petak suksesi berukuran 1x1 m2 dibagi menjadi petak-petak kecil berukuran 25 cm2 dengan menggunakan pembatas tali rafia. Hal ini bertujuan hanya untuk mempermudah dalam pengamatan populasi yang nantinya akan terbentuk. Membuat tali rafia pembatas diluar petak suksesi dengan jarak 20 cm, hal ini bertujuan sebagai pembatas daerah suksesi dengan daerah yang ada diluar daerah suksesi.Kemudian membiarkan petak suksesi selama 4 minggu hal ini bertujuan untuk memberi waktu kepada daerah suksesi untuk membentuk populasi baru. Lakukan pengamatan jenis tanaman, jumlah tanaman, tinggi tanaman pada pada masingmasing petak setiap minggunya guna mngetahui perkembangan populasi yang terbentuk pada petak suksesi. Catatlah perubahan komposisi tumbuhan tersebut setiap minggunya agar memudahkan kita dalam menganalisis hasil pengamatan. Padapercobaan yang telahdilaksanakandidapatkanhasilmengenaitumbuhan yang tumbhpada plot suksesi.Tumbuhantersebutmemilikiluaspenutupan, tinggi da jumlah
yang
berbeda.Padaminggu
ke-0
tidakditemukantumbuhanpadasuksesi.Padaminggu ke-1 mulaimuncultumbuhan A. Jumlahtumbuhan A yang terdapatpadasuksesiadalah 3 tumbuhandengantinggi 0,6 cm,
0,4
cm,
dan
0,5
cm.
sedangkanuntukluasenutupandariketigatumbuhantersebutadalah 0,2 cm, 0,8 cm, dan
0,5
cm.
Rentangperbedaanluaspermukaandantinggimasingmasingtumbuhantidakterpautjau h.
Hal
inidikarenakanjenisatauspesiestumbuhantersebutadalahsama.
Padapengamatanminggu ke-2 didapatkanhasilbahwaterdapattumbuhan B dengan 0,7
cm
denganluaspenutupan
0,3
cm.
sedangkanuntuktumbuhan
A
memilikiluaspenutupan 0,8 cm, 0,5 cm, dan 1,2 cm sertamemilikitinggitumbuhan 0,7 cm, 0,5 cm, dan 1,3 cm. Padaminggu ke-4 terdapat 7 tumbuhan A yang tumbuh. Luaspenutupanpadatumbuhantersebutadalah 0,3 cm, 1,8 cm, 1,5 cm, 1,4 cm, 0,4 cm, 0,2 cm, dan 0,6 cm sedangakanuntuktinggitumbuhantersebut 2 cm, 2,1 cm, 1,2 cm, 1,2 cm, 1,4 cm, 0,8 cm dan 1 cm. Padaminggu ke-4 dan ke-5 tidakterdapattumbuhanpadasuksesi.
Hal
inidisesbabkankarenaadanyadisturbanbaikkarenafaktoralam (hujan) ataupunfaktor internal lainnya. Adanyatumbuhan
yang
tumbuhpadasuksesiinimembuktikanbahwaadanyapembaharuandaritumbuhan yang tumbuhpadasuksesitersebut.Apabiladibiarkansecaraterusmenerusmakapertumbuha ntumbuhaniniakanmembentuksuatukomunitastumbuhan
yang
baru.
Hal
inididukungdenganpernyataanMukhtar (2012) yang menyatakanbahwaprinsip dasar dalam suksesi adalah adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur dan melaui beberapa tahap dari komunitas tumbuhan sederhana sampai klimaks. Selanjutnya dinyatakan bahwa umumnya suksesi hutan akan bertambah keanekaragamannya seiring dengan waktu. Dari minggu pertama hingga minggu ketiga ini ternyata jika dicocokkan dengan fase suksesi maka, pada minggu kedua hingga minggu kelima ini termasuk
dalam
fase
awal/
muada.
Hal
inidikarenakanadaminggupertamahinggaketigapertumbuhantumbuhan
relative
cepat.Hal iniditandaidenganpertambahantinggipadatumbuhan A. Pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara yang cepat mengakibatkan terjadinya penumpukan biomasa yang sangat cepat.Proses-proses biologi akan berjalan lebih lambat setelah sekitar tanaman berusia 5 minggu dimana tanaman cenderung mulai pada fase generatif dan mulai membentuk bunga.Ciri-ciri ini adalah permulaan dari fase ketiga (fase dewasa). Menurut kelompok kami, tumbuhan yang paling dominan di adalah rumput teki (Cyperusrotundus L.), merupakan salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai anti kanker. Tanaman ini cukup
menarik untuk dikembangkan karena murah dan mudah didapat. Rumput teki merupakan rumput liar yang tersebar di berbagai tempat di daerah tropis, termasuk Indonesia. Para petani bahkan sering mengeluh sulitnya memberantas rumput teki yang menjadi gulma bagi tanaman. Jika memang umbi rumput teki dapat dikembangkan sebagai agen antikanker, tentunya nilai guna dan ekonominya akan tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai gulma pengganggu tanaman. Rumput teki merupakan rumput yang tumbuh di daerah tropis maupun subtropis di berbagai belahan dunia. Rumput ini tersebar luas dan tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia dan kawasan Asia Tenggara pada umumnya. Tumbuhnya biasanya di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh di lahan pertanian yang tidak terlalu kering, di ladang, dan kebun. Berdasarkan taksonomi rumput teki termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, bangsa Cyperales, suku Cyperaceae, Cyperus dan jenis (Spesies) C. rotundus L. Sedangkan nama umumnya adalah teki. Tanaman rumput teki memiliki tinggi + 40 cm. Batangnya lunak, berbentuk segitiga, membentuk ubi, dan berwarna hijau pucat. Daunnya tunggal, berbentuk lanset, pelepah daun memeluk pangkal batang, ujung meruncing, tepi rata, panjang +50 cm, lebar + 5 mm, dan berwarna hijau. Bunga rumput teki majemuk, di ujung batang, bentuk bulir, panjang 13 cm, lebar 2 mm, benang sari tiga, kepala sari merah, putik panjang + 1,5 cm, dan berwarna coklat. Buahnya berbentuk bulat telur, panjang + 1,5 cm, dan berwarna coklat. Akarnya serabut dan berwarna putih kotor. Sedangkan umbinya berukuran sebesar kelingking panjangnya sekitar 13cm, bentuk bulat atau lonjong, berkerut atau berlekuk, bila diraba terasa agak berduri, bagian luar berwarna coklat atau hitam dan bagian dalam berwarna putih dan ada bagian yang kemerahan, berbau seperti rempahrempah dan berasa agak pahit.12,14 Rumput teki telah lama digunakan sebagai obat berbagai penyakit seperti antidiare, antiinflamasi, antidiabetik, antijamur, antimikroba, antioksidan, antimutagenik, antipiretik, analgesik, antiemetik, stimulan, diuretik, sedatif, antiobesitas dan sebagai antikanker (Susianti, 2015).
Proses terbentuknya suksesi dimulai dengan munculnya berbagai spesies yang timbul menggantikan spesies lain, sehingga spesies yang muncul di awal proses perubahan akan berkurang peranannya pada tahap – tahap berikutnya. Keanekaragaman spesies terus meningkat, sehingga pada titik klimaks akan tercipta lebih banyak relung untuk dimanfaatkan (Frick, 2007). Berdasarkan penjelasan teori tersebut, dapat diketahui bahwa proses terbentuknya suksesi dimulai dengan menghilangkan komunitas awal pada suatu wilayah. Kemudian akan dimulai dengan munculnya berbagai spesies tumbuhan perintis (pionir). Tumbuhan pionir yaitu jenis – jenis yang menginvasi daerah yang terbuka seperti permukaan tanah atau batuan – batuan kosong, kemudian berkembang emmbentuk komunitas tumbuhan. Keanekaragaman spesies akan semakin meningkat hingga mencapai pada titik tertentu yang disebut klimaks. Proses suksesi akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai keadaan yang stabil atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat dikatakan telah memiliki homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan internalnya. Menurut Arief (2001) suksesi dapat berjalan klimaks karena adanya dukungan lingkungan yang optimal, sedangkan kejadian suksesi sangat sulit dicari informasi menyeluruh terhadap faktor- faktor yang tepat, seperti lingkungan pndukung dan jenis tanaman. Menurut
Whitelaw (2000) suksesi biologi dapat diterangkan sebagai
berikut. Suksesi merupakan perkembangan komunitas teratur yang menyangkut perubahan susunan spesies dan proses- proses komunitas. Perubahan- perubahan fisik akibat pengaruh pekerjaan komunitas. Mencapai puncak (klimaks) pada waktu ekosistem stabil dengan biomassa dan fungsi kerja sama antarorganisme serta komunitas berada pada titik maksimum. Faktor yang menyebabkan terjadinya suksesi antara lain dibagi menjadi 3 faktor yang perama yaitu iklim, kekuatan geologik (topografi) dan biotik (Tim Pembina Ekologi Tumbuhan, 2016: 1). Iklim dalam hal ini mempengaruhi terjadinya suksesi. Dimana tumbuhan tidak akan dapat tumbuh dengan adanya variasi iklim. Dimana fluktuasi iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dimana akhirnya pada suatu tempat
yang baru (kosong) dapat berkembang menjadi lebih baik dan dapat mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan, dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi. Selanjutnya yang kedua yaitu topografi, dimana daalam hal ini berhubungan dengan perubahan kondisi tanah. Dimana perubahan kondisi tanah tersebut dapat terjadi karena erosi dan pengendapan. Erosi biasanya terjadi karena angin, air dan huja. Didalam proses erosi, tanah akan menjadi kosong (tidak terdapat vegetasi) kemudian pada tanah tersebut akan terjadi penyebaran biji oleh angin dan akhirny pada tanah/lahan yang kosong tersebut
akhirnya proses suksesi akan dimulai pada tanah/lahan tersebut.
Sedangkan pengendapan terjadi karena pada suatu tanah/lahan terjadi suatu endapan akibat proseserosi sehingga vegetasi di tanah tersebut tertutupi dan akhirnya rusak. Akibat kerusakan vegetasi tersebut maka akan menyebabkan suksesi berulang kembali pada tempat tersebut. Yang terakhir yaitu faktor biotik, faktor biotik ini meliputi pengaruh jasad kehidupan baik hewan maupun tumbuhan. Pengaruh ini dapat langsung ataupun tidak langsung dan dapat merugikan atau menguntungkan tumbuhan tersebut. Di dalam hutan banyak terdapat tumbuhan, komunitas tersebut berinteraksi satu sama lain dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan Proses terbentuknya suksesi dimulai dengan munculnya berbagai spesies yang timbul menggantikan spesies lain, sehingga spesies yang muncul di awal proses perubahan akan berkurang peranannya pada tahap–tahap berikutnya. Keanekaragaman spesies terus meningkat, sehingga pada titik klimaks akan tercipta lebih banyak relung untuk dimanfaatkan. Pembentukan populasi pada petak suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cuaca, lokasi pembuatan petak suksesi dan disturban.
6.2 Saran Sebaiknya praktikan lebih telaten dalam merawat petak suksesi, selain itu seharusnya praktikan lebih mampu memiliki kemampuan dalam menentukan lokasi petak suksesi.
DAFTAR PUSTAKA Arief, Arifin. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius. Frick, Heinz. 2007. Dasar- Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta : Kanisius. Gunawan, H. 2015. Suksesi Sekunder Hutan Terganggu Bekas Perambahan di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Jurnal Pros SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 7, Oktober 2015. Halaman 1591-1599. Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press. Mukhtar, A.S., Heriyanto, N.M. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhan Pada Kawasan Bekas Tambang Batubara Di Kalimanya Timur. Jurnal Biologi Ilmiah Vol. 02 No.02. Purnomo, Harsoyo. 2011. Perubahan Komunitas Gulma Dalam Suksesi Sekunder Pada AreaPersawahan Dengan Genangan Air Yang Berbeda. Jurnal Bioma. Vol. 1. No. 2. Semarang. Saharjo, B.H., Gago, C. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten ErmeraTimor Leste. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 02 No. 01 April 2011, Hal 40-45. Saharjo, Hero Bambang & Cornelio Gago. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera-Timor Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. Vo. 02. No. 01. ISSN : 2086-8227. Bogor. Susanto, Agus. 2002. Suksesi Vegetasi Jenis Pohon Dan Tumbuhan Bawah Pasca Letusan Gunung Galunggung. TasikMalaya : Institut Pertanian Bogor. Susianti, 2015. Potensi Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.) Sebagai Gen Anti Kanker. Jurnal Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah. Oktober 2015. Suskiyatno, B. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.
Wanggai, Frans. 2009. Manajemen Hutan. Jakarta : Grafindo. Whitelaw, Ian. 2000. Ekologi. Jakarta : Balai Pustaka.
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN ABSTRAK JURNAL+ COVER BUKU