Laporan_reaksi_saponifikasi_pada_lemak.docx

  • Uploaded by: caca
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan_reaksi_saponifikasi_pada_lemak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,205
  • Pages: 13
BAB V REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN  

: Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. Pre-lab 1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak ! Saponifikasi adalah hidrolisis asam lemak karena adanya basa kuat (NaOH) menghasilkan produk berupa sabun dan gliserol (Kolakowska, 2010). Reaksinya seperti digambarkan di bawah ini:

(Kolakowska, 2010) Sabun merupakan garam logam alkali (biasanya berupa garam natrium) yang berasal dari asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18,tetapi di dalamnya juga terdapat beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah (Kolakowska, 2010).

2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur maupun sifatnya ! Sabun kalium (RCOOCK) adalah sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan basa kalium hidroksida (KOH). Sabun kalium memiliki struktur C17H35-C-K(O)-O Sabun ini bersifat lunak, biasa digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci atau sabun perlengkapan rumah tangga (Riswiyanto, 2009). Sabun natrium (RCOONa) adalah sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan basa natrium hidroksida (NaOH). Sabun natrium memiliki struktur C17H35-C-Na(O)O. Sifat sabun ini keras. Biasa digunakan sebagai sabun cuci dalam dunia industri logam dan mengatur kekerasan sabun kalium (Faidatul, 2012). Detergen adalah adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih seperti sabun, akan tetapi tidak terbuat dari lemak atau minyak. Detergen memiliki struktur R-SO3Na dengan R=CH3(CH2)16 (Riswiyanto, 2009).

3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan ! Prinsip saponifikasi lemak yaitu lemak akan dihidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali/basa kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, disebut dengan trace. Langkah selanjutnya adalah menambahkan garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol (Mufida, 2014). Pengujian sifat sabun dapat dilakukan dengan uji emulsi untuk menguji sifat emulsinya, uji dengan air sadah atau pengujian dengan pH (Mufida, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA a. Pengertian dan prinsip saponifikasi beserta reaksi Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, dimana trigliserida akan dihidrosis oleh basa NaOH membentuk gliserol dan sabun. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Prinsip saponifikasi adalah hidrolisis lemak berupa trigliserida oleh basa/alkali menghasilkan gliserol dan sabun (Clayden, 2012). Reaksinya sebagai berikut:

b. Sabun kalium dan sabun natrium Sabun kalium (RCOOCK) adalah sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan basa kalium hidroksida (KOH). Sabun ini bersifat lunak, biasa digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci atau sabun perlengkapan rumah tangga (Riswiyanto, 2009). Sabun natrium (RCOONa) adalah sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan basa natrium hidroksida (NaOH). Sifat sabun ini keras. Biasa digunakan sebagai sabun cuci dalam dunia industri logam (Faidatul, 2012). c. Perbedaan sabun dan detergen Sabun merupakan garam logam alkali dari asam-asam lemak. Secara umum dibuat dengan mencampur alkali (basa) dengan asam (minyak, asam lemak, dan lain-lain). Merupakan pembersih ringan dan bereaksi dengan air sadah (Mufida, 2014). Detergen merupakan campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih seperti sabun. Pembersih keras dan tidak bereaksi dengan air sadah (Riswiyanto, 2012) d. Tinjauan Bahan 1. Lemak Merupakan suatu unsur organik yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Tersusun atas atom karbon, hidrogen dan oksigen. Gliserol pada lemak biasa disebut sebagai trigliserida (Solomon, 2009).

2. Minyak Merupakan lemak dalam bentuk cair di suhu ruangan. Bersifat non polar sehingga tidak dapat larut dalam air (Solomon, 2009). 3. Kalium Hidroksida (KOH) Merupakan salah satu jenis basa kuat, berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air. Penambahan terlalu sedikit pada sabun menyebabkan sifat emulsi kurang sempurna, sedangkan terlalu banyak dapat mengiritasi kulit (Goldberg, 2008). 4. Aseton Dikenal juga dengan nama propanon atau dimetil keton. Merupakan senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Merupakan senyawa keton yang paling sederhana (Clayden, 2012). 5. NaCl Biasa dikenal dengan garam dapur. Berbentuk kristal dan mudah larut dalam air (Goldberg, 2008). 6. Aquades Merupakan H2O murni dari hasil distilasi air. Biasa digunakan sebagai pelarut dalam berbagai reaksi kimia. pH nya berkisar 5,5-8 (Goldberg, 2008) 7. CaCl2 Merupakan garam berbentuk kristal yang mampu menyerap banyak cairan. Senyawa ionik yang tersusun atas kalsium dan klorin. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun (Sunarya, 2012). 8. MgCl2 Merupakan garam yang sangat larut dalam air. Terbentuk dari reaksi MgOH dengan HCl. Dapat juga diperoleh dari ekstraksi air laut (Sunarya, 2012) 9. FeCl2 Merupakan senyawa berwarna putih kehijauan. Mudah menguap dan bersifat higroskopis. Biasa digunakan sebagai katalis (Sunarya, 2012) 10. Detergen Detergen merupakan campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media , memiliki sifat daya pembersih seperti sabun, akan tetapi tidak terbuat dari lemak (Goldberg, 2008) 11. Air kran

Digunakan untuk mencuci, memasak, atau minum. Sumber utamanya adalah sumur dan PDAM. Masih mengandung banyak mineral mineral lain dan mikroorganisme yang akan mati setelah pemanasan (Solomon, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Clayden, Jonathan et al. 2012. Organic Chemistry. London: Oxford University Faidatul, Taufik.2012. Saponifikasi. Makalah. Medan: Universitas Sumatera Utara Goldberg, David E. 2008. Kimia untuk Pemula Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga Kolakowska, Anna. 2010. Chemical and Functional Properties of Food Lipids. Berlin: CRC Press Mufida, Naufa. 2014. Sabun dan Detergen. Laporan. Sukabumi: Universitas Muhammadiyah Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Solomon, T.W. Graham et al. 2009. Organic Chemistry. New York: John Willey&Sons Sunarya, Yayan. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung: CV Yrama Widya

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN Dunn, Kevin M. 2010. Scientific Soapmaking: The Chemistry of the Cold Process. USA: Clavicula Press Letcavage, Elizabeth. 2014. Basic Soap Making: All the Skills and Tools You Need to Get Started. Cina: Stackpole Books Myers, Drew. 2005. Surfactant Science and Technology. New York: John Willey&Sons Rosen, Milton J. 2012. Surfactants and Interfacial Phenomena. New York: John Willey&Sons

HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :

1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium

Jenis sampel

Berat / volume sampel

Sabun kalium

Sabun natrium

1,5 g

Setelah 10 menit

Tes penyabunan

Setelah dipanaskan

menguning

Tersaponifik asi sempurna

mengental

Akuades 30 mL dan dibagi dua

Ditambah NaCl

Mengunin g dan cair

20 mL

Jenis sampel

Warna

Bentuk

Sabun kalium

Kuning

Cair

Sabun natrium

Putih

Padatan

Detergen

putih

Cair

2. Sifat sabun dengan detergen Ditambah lemak / minyak Kelarutan Warna Sedikit Bening Lemah Bening Kuat Bening

Jenis sampel Sabun kalium Sabun natrium Detergen Jenis sampel

1 mL sabun kalium

Penambahan larutan

Pengamatan

Diaduk

1 mL larutan CaCl2 0,1%

Berwarna endapan

putih,

tidak

ada

Tidak ada endapan

1 mL larutan MgCl2 0,1%

Berwarna endapan

putih,

tidak

ada

Tidak ada endapan

1 mL larutan FeCl2, 0,1% Air kran

Berwarna kuning muda, tidak ada endapan

Ada endapan

Diaduk kuat

1 mL larutan CaCl2 0,1%

1 mL sabun natrium

1 mL larutan MgCl2 0,1% 1 mL larutan FeCl2, 0,1% Air kran

Berwarna bening, tidak ada endapan Berwarna putih, tidak ada endapan Berwarna putih, tidak ada endapan Berwarna kuning muda, tidak ada endapan Berwarna bening dan tidak ada endapan

Tidak ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan

1 mL larutan CaCl2 0,1%

1 mL detergen

ada

Tidak ada endapan

1 mL larutan MgCl2 0,1%

Berwarna endapan Berwarna endapan

Berwarna kuning muda, tidak ada endapan

Tidak ada endapan

1 mL larutan FeCl2, 0,1%

Berwarna bening, tidak ada endapan

Tidak ada endapan

Air kran

putih,

tidak

ada

putih,

tidak

PEMBAHASAN 1. Analisa Prosedur Langkah pertama dalam praktikum saponifikasi pada lemak ini adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan di antaranya gelas beker 500 ml, gelas beker 100 ml, pemanas/kompor listrik, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur, neraca ohauss, kertas saring dan gelas arloji. Sedangkan bahan bahannya di antarannya minyak, KOH dalam etanol 95 %, etanol 95 %, NaCl, aquades, detergen. Langkah selanjutnya adalah pembuatan sabun kalium. Pertama, panaskan air dalam gelas beker 500 ml pada pemanas listrik hingga mendidih. Sambil mendidih, buat larutan yang akan digunakan untuk pembuatan sabun kalium. Ambil 1,5 ml minyak atau 30 tetes minyak dengan menggunakan pipet tetes, masukkan ke dalam gelas beker 100 ml. Tambahkan 10 ml KOH pada gelas beker. KOH dalam pembuatan sabun kalium ini berfungsi untuk bahan hidrolisis pembentuk sabun. Setelah itu, dengan menggunakan penjepit tabung reaksi, letakkan gelas beker 100 ml pada gelas beker 500 ml yang berisi air mendidih. Panaskan hingga larutan keliatan mendidih. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi dengan cara mempercepat tumbukan antar partikel. Semakin cepat tumbukan antar partikel, maka semakin besar pula energi kinetiknya, sehingga reaksi juga akan semakin cepat. Setelah mendidih, tambahkan 2 ml etanol. Penambahan etanol sebanyak 2 ml untuk menggantikan etanol yang sudah menguap, karena etanol disini berfungsi sebagai pelarut. Setelah itu, panaskan kembali selama 3 menit. Pemanasan bertujuan karena sabun kalium pada suhu kamar berbentuk cair dan tidak mengental, sehingga agar terbentuk sampel yang kental dan liat harus dipanaskan. Langkah selanjutnya, lakukan uji penyabunan, apakah sabun sudah benar benar tersaponifikasi dengan sempurna atau belum. Caranya, siapkan gelas beker berisi air. Ambil cairan berisi campuran KOH dan minyak tadi, kemudian teteskan pada air. Lihat apakah masih ada tetesan minyak pada air tersebut. Jika masih ada, panaskan kembali sembari ditambahkan 2 ml etanol untuk menggantikan etanol yang menguap. Namun apabila sudah tidak tampak tetesan minyak, berarti larutan sudah tersaponifikasi secara sempurna. Langkah selanjutnya, lihat kondisi cairan, apakah sudah liat dan kental. Jika sudah liat dan kental, langsung angkat, jangan dipanaskan kembali, karena apabila dilakukan pemanasan terlalu lama dapat menyebabkan cairan menjadi gosong. Apabila cairan sampai gosong, maka malah menyebabkan pembentukan sabun kalium menjadi gagal. Cairan yang sudah diangkat tadi kemudian ditambahkan 30 ml aquades dan diaduk dengan konstan. Maka sudah terbentuk sabun kalium. Bagi cairan menjadi dua, satu untuk pengujian sabun kalium dan satu lagi untuk pembuatan sabun natrium. Langkah selanjutnya adalah pembuatan sabun natrium. Caranya, salah satu cairan yang sudah dibagi tadi ditambahkan 15 ml NaCl dengan menggunakan pipet ukur. Penambahan NaCl ini berfungsi untuk memisahkan antara padatan atau sabun dengan

gliserin. Kemudian aduk dengan kuat hingga kira kira terbentuk padatan. Setelah terbentuk padatan, siapkan kertas saring. Kertas saring berfungsi untuk memisahkan padatan sabun natrium dengan gliserin. Siapkan gelas beker dan letakkan kertas saring di atasnya. Kemudian tuang padatan sabun natrium tadi ke dalam gelas beker yang atasnya sudah diberi kertas saring. Tuangkan sambil ditekan tekan hingga benar benar menyisakan bagian padatan di atas kertas saring. Setelah itu peras kertas saring untuk memastikan tidak ada sisa gliserin yang tertinggal. Sabun natrium yang diinginkan sudah jadi. Langkah selanjutnya adalah menguji kemampuan sabun dan detergen dalam mengangkat lemak. Pertama, buat dulu larutan detergennya dengan cara mencampurkan detergen 50 ml pada gelas beker 100 ml. Setelah larutan detergen siap, siapkan gelas arloji sebanyak tiga buah dan minyak. Teteskan minyak pada masing masing gelas arloji. Penetesan sebaiknya merata pada seluruh permukaan gelas arloji agar sewaktu pengujian hasil yang didapat akurat. Selanjutnya, teteskan ketiga sampel, yaitu sabun kalium, sabun natrium dan detergen pada gelas arloji. Amati perubahan yang terjadi, bagaimana ketiga sampel tersebut dapat mengangkat lemak. Catat hasilnya pada tabel. Langkah terakhir adalah pengujian pengaruh kesadahan air terhadap kinerja sabun dan detergen. Pertama, siapkan terlebih dahulu tabung reaksi sebanyak 12 buah. Kemudian siapkan ketiga sampel, sabun natrium, kalium dan detergen, serta empat larutan yang menggambarkan kesadahan air, berupa CaCl2 1%, MgCl2 1%, FeCl2 1% dan air kran. Masukkan masing masing 1 ml keempat larutan tersebut ke tiga tabung reaksi dengan menggunakan pipet ukur. Jadi 1 ml CaCl2 1% pada tiga tabung reaksi, lakukan hal yang sama untuk ketiga lainnya. Kemudian beri label mana tabung untuk sabun kalium, natrium, dan detergen agar tidak sampai tertukar. Tambahkan sampel sabun kalium ke dalam 4 tabung reaksi yang berisi 1 ml CaCl2 1%, MgCl2 1%, FeCl2 1% dan air kran. Lakukan hal yang sama untuk sampel sabun natrium dan detergen. Kemudian homogenisasikan dengan cara dikocok agar tercampur merata. Amati perubahan yang terjadi, apakah terbentuk endapan. Catat hasilnya pada tabel pengamatan. 2. Analisa Hasil Pada praktikum saponifikasi pada lemak ini ada pembuatan sabun kalium dan natrium, disamping juga ada dua uji yang dilakukan, yaitu uji kemampuan mengangkat lemak dan pengaruh kesadahan air terhadap kinerja sabun dan detergen. Pertama adalah pembuatan sabun kalium. Sabun kalium dibuat dengan mereaksikan minyak dengan KOH dalam etanol 95 %. Setelah itu campuran dipanaskan hingga kira kira terbentuk cairan yang kental, liat dan warnanya kuning. Setelah itu dilakukan pengujian apakah sabun sudah tersaponifikasi dengan sempurna atau belum dengan cara meneteskannya pada air. Ternyata hasil yang didapat sabun sudah larut dan tidak ada tetesan minyak. Hal ini sudah sesuai dengan literatur. Saponifikasi sempurna ditunjukkan dengan sabun yang larut ketika diteteskan pada air dan tidak tampak tetesan minyak di permukaan air (Faidatul, 2012). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi saponifikasi berlangsung dengan

sempurna atau tidak, di antaranya suhu, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, konsentrasi basa dan jumlah basa yang digunakan (Faidatul, 2012). Selain pembuatan sabun kalium, juga dilakukan pembuatan sabun natrium. Sabun natrium yang dibuat ini berasal dari sabun kalium yang ditambahkan NaCl jenuh dan diaduk secara kuat hingga terbentuk padatan lalu dipisahkan dengan menggunakan kertas saring. Padatan yang terbentuk berwarna putih. Hal ini juga sudah sesuai dengan literatur, dimana dalam literatur disebutkan penampilan sabun natrium biasanya putih serta berbentuk padat pada suhu kamar (Letcavage, 2014). Pada praktikum saponifikasi pada lemak ini, ada dua uji yang dilakukan, yaitu uji kemampuan mengangkat lemak sabun dan detergen serta pengaruh kesadahan air terhadap kinerja sabun dan detergen. Pada hasil uji pertama, yaitu uji kemampuan mengangkat lemak, terlihat kelarutan detergen dengan minyak kuat, sedangkan pada sabun kalium yang mewakili sampel sabun sedikit atau lemah. Hal ini menunjukkan bahwa detergen memiliki kemampuan yang lebih baik dari sabun natrium dan sabun kalium. Hasil yang didapat sudah sesuai dengan literatur. Detergen memiliki suatu zat bernama surfaktan yang merupakan pembasa dan pengemulsi. Detergen memiliki kemampuan mengemulsi lemak secara sempurna karena pada detergen terdapan ujung hidrokarbon yang bersifat non polar. Ujung hidrokarbon inilah yang kemudian akan mengelilingi tetesan minyak secara sempurna dan merata sehingga dapat mengangkat lemak dan melarutkannya karena sifat emulsinya. Karena dapat mengemulsi secara sempurna itulah, detergen memiliki kemampuan membersihkan yang lebih baik dari sabun (Rosen, 2012). Kemampuan mengemulsi lemak dengan baik ini ditunjukkan dengan kelarutan minyak yang paling baik pada gelas arloji setelah diteteskan detergen. Sedangkan pada sabun, berdasarkan data hasil pengamatan, terlihat kemampuan melarutkan atau mengemulsi lemaknya lemah. Hal ini juga sudah sesuai dengan literatur. Sabun tidak memiliki zat sejenis surfaktan yang memiliki kemampuan mengemulsi lemak dengan baik melalui mekanisme pengelilingan minyak secara merata dengan ujung gugus non polarnya sehingga kemampuan mengangkat lemak dan melarutkan atau mengemulsi lemaknya juga kurang baik (Letcavage, 2014). Kemampuan mengemulsi lemak yang kurang baik ini ditunjukkan dengan kelarutan minyaknya yang lemah setelah diteteskan sabun. Pengujian selanjutnya adalah pengaruh kesadahan air terhadap kinerja sabun dan detergen. Air sadah adalah air yang masing mengandung kation kation bivalen, seperti Fe2+, Mg2+, Ca2+, biasanya banyak terdapat pada air kran. Kinerja yang baik ditunjukkan dengan sampel yang larut dan tidak terbentuk endapan. Sedangkan apabila terbentuk endapan, maka kinerjanya dapat dikatakan kurang baik. Pada pengujian ini, endapan ditemukan pada sabun baik sabun natrium maupun kalium. Sedangkan pada detergen tidak ditemukan adanya endapan. Pada detergen tidak ditemukan adanya endapan, hanya buih yang juga menunjukkan kinerja baik pada air sadah. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur. Detergen memiliki surfaktan, sejenis zat pembasa dan pengemulsi yang dapat menurunkan tegangan permukaan pada air. Apabila tegangan permukaan air turun, air

dapat lebih mudah meresap ke dalam kain sehingga dapat mengangkat kotoran juga dengan lebih baik. Selain itu detergen tidak memiliki gugus anion karboksilat, sehingga tidak akan bereaksi dengan kation bivalen pada air sadah dan mengganggu kerjanya. Gugus utama yang dimiliki detergen adalah alkil sulfonat, bukan asam karboksilat (Myers, 2005). Sehingga dapat dikatakan detergen dapat bekerja dengan baik di air sadah yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan. Sedangkan pada sabun natrium dan sabun kalium yang mewakili sampel sabun, hasil yang didapat adalah terbentuknya endapan. Pada sabun natrium, endapan terbentuk ketika dicampurkan dengan 1 ml larutan CaCl2 1 %, FeCl2 1% dan air kran, sedangkan pada sabun kalium endapan terjadi sewaktu sampel dicampurkan dengan 1 ml larutan FeCl2 1 %. Hal ini juga sudah sesuai dengan literatur. Sabun memiliki gugus anion karboksilat. Gugus anion karboksilat ini kemudian akan bereaksi dengan gugus kation bivalen, seperti Fe2+, Mg2+ maupun Ca2+ yang banyak terdapat pada air sadah. Reaksi ini akan membentuk endapan sehingga mengganggu kinerja sabun untuk bekerja dengan maksimal (Dunn, 2010). Adanya anion karboksilat ini menyebabkan kerja sabun dalam air sadah kurang baik, yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan. PERTANYAAN 1) Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH?

Fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi adalah sebagai bahan hidrolisis untuk pembentuk sabun kalium, sehingga terbentuk sabun kalium dan gliserin. Ya, peran KOH dapat digantikan dengan basa kuat lainnya, misalnya NaOH. Jika ditambahkan NaOH maka akan terbentuk sabun natrium yang berbentuk padat dan berwarna putih pada suhu kamar. 2) Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini! Fungsi NaCl pada percobaan saponifikasi pada lemak ini adalah untuk memisahkan padatan atau sabun natrium dengan gliserin. 3) Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?

Detergen memiliki surfaktan yang berfungsi sebagai pembasa dan pengemulsi. Surfaktan ini akan menurunkan tegangan permukaan air, sehingga air dapat lebih mudah meresap ke dalam kain dan mengangkat kotoran. Detergen dapat mengemulsi lemak secara sempurna sehingga dapat berfungsi sebagai pembersih kotoran dan lemak. Detergen dapat mengemulsi lemak secara sempurna karena memiliki bagian non polar di ujung ujung hidrokarbonnya. Ujung non polar ini yang kemudian mengelilingi minyak secara merata. Hal inilah yang menyebabkan detergen dapat mengemulsi lemak secara sempurna. Berbeda dengan sabun yang kurang efektif membersihkan lemak karena tidak memiliki surfaktan yang mengandung ujung ujung

non polar tersebut. Detergen lebih efektif membersihkan lemak dan kotoran karena memiliki surfaktan yang merupakan pembasa dan pengemulsi. 4) Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !

Pengaruh kesadahan terhadap sabun dan detergen adalah terhadap kinerjanya dalam membersihkan lemak/kotoran. Sabun memiliki gugus anion karboksilat yang akan bereaksi dengan kation bivalen pada air sadah, seperti Fe2+, Ca2+ maupun Mg2+ sehingga membentuk endapan dan mengganggu kerja sabun itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan sabun bekerja kurang baik pada air sadah. Berbeda dengan detergen yang gugus utamanya adalah alkil sulfonat. Gugus ini tidak akan terpengaruh dengan kation bivalen yang dimiliki air sadah, sehingga tidak akan membentuk endapan dan kinerjanya dalam mengangkat kotoran juga dapat baik dan maksimal.

KESIMPULAN Saponifikasi adalah reaksi antara minyak atau lemak dengan basa alkali yang membentuk sabun dan gliserin. Prinsip saponifikasi pada lemak adalah minyak atau lemak akan dihidrolisis oleh basa alkali sehingga terbentuk gliserin dan sabun mentah. Praktikum saponifikasi pada lemak ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan sabun baik sabun natrium maupun kalium, menguji kemampuan sampel sabun dan detergen dalam mengangkat lemak dan kotoran serta mengetahui pengaruh kesadahan air terhadap kinerja sabun dan detergen. Hasil yang didapat dari praktikum saponifikasi pada lemak ini adalah sabun natrium yang berwarna putih padat dan sabun kalium yang berbentuk cair dengan warna kuning. Pada uji kemampuan mengangkat lemak, detergen memiliki kemampuan mengangkat lemak lebih baik dibanding sabun karena memiliki surfaktan yang berfungsi sebagai pengemulsi. Sedangkan pada uji pengaruh kesadahan air terhadap kinerja sampel, detergen dapat bekerja lebih baik daripada sabun yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan karena tidak memiliki gugus anion karboksilat. Sedangkan pada sabun terbentuk endapan yang menunjukkan kinerjanya kurang baik pada air sadah karena mengandung gugus anion karboksilat yang bereaksi dengan kation bivalen pada air sadah.

More Documents from "caca"