BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati masing-masing.Keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup. Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan adaptasi. Evolusi adalah perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan membentuk makhluk hidup yang berbeda dengan asalnya sehingga akan menimbulkan spesies baru. Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap linkungan yang berbeda akan menghasilkan makhluk hidup yang berbeda pula. Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan pakupakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi. . Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Masih banyak yang bisa dipelajari tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati secara lebih baik, bagaimana menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang terpakai, dan bagaimana untuk merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi. Daerah alami menyediakan laboratorium yang baik sekali untuk studi seperti ini, sebagai perbandingan terhadap daerah lain dengan penggunaan sistem yang berbeda, dan untuk penelitian yang berharga mengenai ekologi dan evolusi. Habitat yang tidak dialih fungsikan seringkali penting untuk beberapa pendekatan tertentu, menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh perubahan mengenai sistem pelelolaan yang berbeda dapat diukur dan dilakukan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum lapangan ini untuk mengetahui keragaman varietas pada suatu tempat atau lahan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Keanekaragaman makhluk hidup/keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasibiologisnya , yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan , hewan , dan mikroorganisme sertaekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator . Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi . Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea , bakteri ,protozoa , dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim , danluar angkasa . Keanekaragaman dapat terjadi akibat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor keturunan adalah sifat dari makhluk hidup itu sendiri yang diperoleh dari induknya. Factor genetik ditentukan oleh gen atau pembawa sifat. Faktor lingkungan adalah faktor dari luar makhluk hidup yang meliputi lingkungan fisik, lingkungan kimia, dan lingkungan biotik. Lingkungan biotik misalnya suhu, kelembapan cahaya, dan tekanan udara. Lingkungan kimia misalnya makanan, mineral, keasaman, dan zat kimia buatan. Lingkungan biotik misalnya microoaganisme, tumbuhan, hewan, dan manusia. Keanekaragaman makhluk hidup dapat terbentuk karena perkawinan (persilangan) dan kondisi lingkungan. 1. Perkawinan (persilangan) Perkawinan dapat menghasilkan keanekaragaman. Perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan antar individu berbeda sifat, tetapi tergolong dalam jenis (spesies) yang sama.Perkawinan antara spesies yang berbeda mungkin dapat menghasilkan keturunan, tetapi keturunannya itu tidak mampu menghasilkan keturunan yang baru. Yang mana keturunan yang baru itu, merupakan keturunan yang steril. Perkawinan antar individu didalam jenis (spesies) yang sama akan menghasilkan keturuna yang fertil. Artinya, keturunan tersebut mampu berkembang biak menghasilkan keturunan berikutnya. Didalam spesies yang sama terdapay perbedaan sifat. Perkawinan antar makhluk hidup yang berbeda sifat dapat menghasilkan keturunan yang memiliki sifat baru. Keturunan dengan sifat yang baru tersebut merupakan individu baru. Perkawinan demikian disebut pembastaran atau persilangan. Jadi, melalui pembastaran akan muncul keanekaragaman yang baru. Persilangan buatan banyak dilakukan pada tumbuh-tumbuhan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sifat baru yang unggul. Misalnya, persilangan tebu untuk memperoleh bibit tebu yang unggul. Demikian pula dengan untuk mendapatkan bibit padi, jagung, dan kedlai atau hewan budidaya tertentu. 2. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi keanekaragaman makhluk hidup yang ada. Berikut akan diberi contohnya : v Biasanya jenis makhluk yang ada di daerah subur lebih banyak dibandingkan dengan di daerah gersang. Jadi, keanekaragaman makhluk hidup di daerah subur lebih tinggi daripada di daerah gersang. Indonesia termasuk daerah Negara yang subur dan memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi. v Disebuah batu di tepi sungai terdapat berbagai makhluk hidup. Misalnya lumut, tumbuhan paku, rumput, lumut kerak, dan siput. Keanekaragaman makhluk hidup di sisi batu yang kering berbeda dengan keanekaragaman makhluk hidup di sisi batu yang kering. Dalam contoh ini, keanekaragaman dipengaruhi oleh kelembapan dan ketersediaan air.Di permukaan bumi terdapat beragai spesies makhluk hidup. Sebagaimana telah di uraikan, makhluk hidup yang berbeda spesies tidak dapat menghasilkan keturunan yang fertile. Bahkan, makhluk hidup yang berbeda spesies ada yang tidak dapat melakukan perkawinan. Keanekaragaman hayati tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis, dan keanekaragaman ekosistem. Karena ketiga keanekaragaman ini saling kait-mengkait dan tidak terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati menunjukkan adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem (Wolf, 1992). Tumbuhan merupakan kelompok makhluk hidup eukariot, fotosintetik, multiseluler, dan memiliki jaringan yang sudah berkembang dengan baik. Tumbuhan dapat hidup dalam berbagai lingkungan darat, mulai dari lingkungan hutan basah hingga daerah padang pasir atau daerah kutub. Tumbuhan memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari bentuk mikroskopis hingga pohon yang berukuran besar hingga mencapai 100 meter lebih dan berdiameter 10 meter lebih. Rentang hidup tumbuhan juga bervariasi. Beberapa tumbuhan bersifat musiman, baik hanya semusim ataupun dua musim.tumbuhan lainnya dapat hidup bertahun-tahun. (Tetty Sutiowati dan Deswaty Furqonita,2007) Dalam pemuliaan tanaman, adanya keanekaragaman (variabilitas) pada populasi tanaman yang digunakan mempunyai arti yang sangat penting. Besar kecilnya variabilitas dan tinggi rendahnya rata-rata populasi tanaman yang digunakan sangat menentukan keberhasialan pemuliaan tanaman. Misalnya, bila kita hendak mengadakan pemulian untuk mendapatkan suatu varietas baru dengan produksi yang tinggi maka populasi yang digunakan sebagai populasi dasar atau populasi awal, di samping mempunyai variabilitas yang besar, akan lebih baik bila disertai rata-rata produksi yang relative tinggi (W. Mangoendidjojo,2003). Beberapa tumbuhan dalam satu spesies dengan susunan genetic tertentu dapat dikoleksi karena beberapa kelebihannya. Dimungkinkan pula bahwa beberapa sifat unggul yang dimiliki beberapa jenis tumbuhan yang sama dalam satu spesies digabungkan dalam satu tumbuhan baru sehingga akan diperolehsatu jenis tumbuhan baru yang memiliki banyak keunggulan di bandingkan bila sifat-sifat tadi terdapat secara sendiri-sendiri. Sementara itu tumbuhan dengan susunan genetika yang tidak memiliki keunggulan akan punah dalam lingkungan dan kondisi yang tidak mendukung (Abdul Salam, 1994). Keanekaragaman hayati dapat ditandai dengan adanya makhluk hidup yang beranekaragam. Keanekaragaman makhluk hiduptersebut dapat dilihat dari adanya abiotik dapat menyebabkan organisme berkembang dan melakukan spesialisasi. 1. Keanekaragam Tingkat Ekosistem
Makhluk hidup dalam kehidupan selalu melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Bentuk interaksi tersebut akan membentuk suatu sistem yang dikenal dengan isitilah ekosistem. Keanekaragam Tingkat ekosistem adalah keanekaragaman yang dapat ditemukan di antara ekosistem. Di permukaan bumi susunan biotik dan abiotik pada ekosistem tidak sama. Lingkungan abiotik sangat mempengaruhi keberadaan jenis dan jumlah komponen biotik (makhluk hidu). Wilayah dengan kondisi abiotik berbeda umumnya mengandung komposisi makhluk hidup yang berbeda. Kondisi lingkungan tempat hidup suatu makhluk hidup sangat beragama keberagaman lingkungan tersebut biasanya dapat menghasilkan jenis makhluk hidup yang beragam pula. Hal demikian dapat berbentuk karena adanya penyesuaian sifat-sifat keturunan secara genetik dengan lingkungan tempat hidupnya. Sebagai komponen biotik, jenis makhluk hidup yang dapat bertahan hidup dalam suatu ekosistem adalah makhluk hidup yang dapat berinteraksi dengan lingkungannya, baik dengan komponen biotik maupun komponen abiotiknya. Jika susunan komponen biotik berubah, bentuk interaksi akan berubah sehingga ekosistem yang dihasilkan juga berubah. 2. Keanekaragam Tingkat Spesies (Jenis) Kita dapat mengenal makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Misalnya, melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati. Keanekaragaman tingkat spesies (jenis) adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara organisme yang tergolong dalam jenis yang berbeda, baik yang termasuk dalam satu famili maupun tidak. Misalnya, jika membandingkan tanaman jagung, mangga, dan padi atau di antara bebek, ayam, dan kucing. Perbedaan yang terdapat di antara organisme berbeda jenis lebih banyak dibandingkan dengan di antara organisme satu jenis. Dua organisme yang berbeda jenis mempunyai perbedaan susunan gen yang lebih banyak daripada yang tergolong dalam satu jenis. 3. Keanekaragam Tingkat Gen Setiap makhluk memiliki komponen pembawa sifat menurun. Komponen tersebut tersusun atas ribuan faktor kebakaan yang mengatur bagaimana sifat-sifat tersebut diwariskan. Faktor itulah yang sekarang kita kenal sebagai gen. gen terdapat di lokus gen pada kromosom atau di dalam inti sel setiap makhluk hidup. Akan tetapi susunan perangkat gen masing-masing individu dapat berbeda-beda bergantung pada tetua yang menurunkannya. Itulah sebabnya individu-individu yang etrdapat dalam satu jenis dan satu keturunan dapat memiliki ciri-ciri dan sifat yang berbeda. Keanekaragam tingkat gen adalah keanekaragam atau variasi yang dapat ditemukan di antara organisme dalam satu spesies. Perangkat gen mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, faktor lingkungan dapat memberi pengaruh terhadap kemunculan ciri atau sifat suatu individu. Misalnya dua individu memiliki perangkat gen yang sama, tetapi hidup di lingkungan yang berbeda maka kedua individu tersebut dapat saja memunculkan ciri dan sifat yang berbeda.
BAB III BAHAN DAN METODA 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada bulan November 2013 di Padang LuarBukittinggi. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan antara lain : alat tulis, lup, kamera, berbagai varietas sayur, buah, dan biji-bijian. 3.3 Cara Kerja Setelah sampai dilokasi perkebunan dilihat suatu tanaman dan keanekaragaman hayati yang ada pada lokasi tersebut.
4.2 Pembahasan Dari praktikum yang telah dilaksanakan di lapangan bahwa pada suatu tanaman terdapat varietas serangga dengan jumlah yang cukup banyak dan terdapat juga berbagai penyakit yang timbul pada tanaman tersebut yang menyebabkan gangguan baik secara morfologi maupun fisiologi. Pengendalian pada tanaman dilakukan dengan cara penggunaan pestisida dengan pestisiada alami dan juga sintetik. Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax. Serangga hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi. Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati.
Dengan semakin majunya teknologi, tentunya berdampak pada kemajuan pemikiran manusia. Hal tersebut menyebabkan manusia ingin mengembangkan berbagai sektor yang terdapat dalam kehidupan. Untuk memenuhi keinginan tersebut tentunya manusia melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Namun terkadang manusia lupa bahwa berbagai kegiatan yang dilakukan tersebut berdampak terhadap lingkungannya. Dampak itu tidak hanya terhadap unsur-unsur abiotik, namun juga terhadap unsur-unsur biotik. Dengan kata lain, banyak kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian dari keanekaragaman hayati yang ada. Beberapa penyebab penurunan keanekaragaman hayati yang berasal dari kegiatan manusia di antaranya perusakan habitat, penggunaan bahan kimia secara berlebihan, dan pencemaran lingkungan. Kerusakan habitat merupakan faktor utama penyebab kepunahan makhluk hidup. Jika habitat suatu organisme rusak maka organisme itu tidak memiliki tempat hidup yang cocok. Kerusakan habitat yang disebabkan manusia antara lain penebanganhutan dan perusakan terumbu karang. Selain itu, perusakan habitat juga dapat terjadi karena pembukaan lahan baru tanpa melakukan penanaman kembali. Adapun penggunaan bahan kimia secara berlebihan seperti pupuk dan pestisida juga dapat merusak keanekaragaman hayati yang ada. Bahan-bahan kimia tersebut akan menyebar ke lingkungan dan meracuni organisme di sekitarnya. Pada dasarnya, menggunakan bahanbahan kimia tersebut tidak ada salahnya karena pada awalnya tujuan pengguanaan bahan kimia itu adalah untuk memberantas hama pada tanaman, namun jika digunakan secara berlebihan tentunya akan tetap merusak ekosistem yang ada. Di samping itu, kegiatan manusia berupa pencemaran lingkungan juga dapat merusak keanekaragaman hayati yang ada. Bahan pencemar atau polutan dari limbah pabrik atau limbah rumah tangga dapat mencemari dan membunuh makhluk hidup penyusun keanekaragaman hayati. Selain itu, perubahan diperkirakan akan mempengaruhi penyebaran dan ketahanan makhluk hidup.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Keanekaragaman hayati adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala
organisasi biologisnya , yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan , hewan , danmikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis. 5.2 Saran Di dalam kehidupan di dunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman hayati, yaitu terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuhan yang beranekaragam. Adapun beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut seperti penghijauan (reboisasi), pemuliaan, pelestarian in situ maupun ex situ serta penegakan hukum dan kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA Harjadi, M.M. Sri Setyadi. 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia: Jakarta. Heddy, G. 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta. Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius. Salam, Abdul. 1994. Keanekaragaman Genetik. Yogyakarta: Andi Offset. Sutiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press. Tjitrasam.1983. Botani Umum I. Angkasa: Bandung Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.