Laporan_penelitian_tindakan_kelas_pendid.rtf

  • Uploaded by: Start Today
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan_penelitian_tindakan_kelas_pendid.rtf as PDF for free.

More details

  • Words: 13,069
  • Pages: 68
1

PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI MATERI NAMA-NAMA MALAIKAT ALLAH SWT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I SUKAWENING KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT 2018/2019

SD NEGERI I SUKAWENING KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT 2018/2019

2

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif tetap yang

terjadi pada segala macam keseluruhan tingkah laku suatu proses organisme sebagai hasil pengalaman. Belajar mengakibatkan berbagai unsur yang ada, berupa kondisi fisik dan psikis orang yang belajar. Kedua kondisi tersebut sangat intern dan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Selain itu diperlukan juga tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap, dan administrasi yang lebih teratur. Kegiatan belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Pada hakikatnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada dirinya yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atas sikapnya. Perolehan hasil belajar yang maksimal perlu adanya dukungan dari guru sebagai pengajar serta semua arahan yang disampaikan oleh guru. Aturan-aturan ini yang nantinya diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung di kelas, diantaranya penggunaan media pembelajaan serta metode apa yang nantinya akan diterapkan oleh guru tersebut yang nantinya mendukung materi yang disampaikanpada saat itu. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Penerapan metode ini memang sangat berpengaruh dengan kondisi belajar siswa di kelas. Penggunaan metode pembelajaran yang menarik akan membuat siswa lebih berminat dalam belajar di kelas. Dapat dikatakan adanya penerapan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru, merupakan salah satu usaha

3

merakayasa lingkungan, agar siswa merespon stimulus yang telah diberikan oleh guru. Stimulus pembelajaran merupakan sebuah usaha yang digunakan untuk memperoleh respon sesuai dengan tujuan awal dalam pembelajaran. Salah satu stimulus yang dapat diciptakan oleh seorang guru dalam meningkatkan hasil dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran. Tujuan dari penerapanmetode pembelajaran tersebut adalah terciptanya respon dari siswa sehingga mampu menangkap pesan pembelajaran yang disampaikan lewat metode tersebut secara maksimal. Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Hal tersebut tentunya sangat membantu siswa dalam memahami sebuah pelajaran. Penggunaan media oleh guru nantinya akan menentukan bagaimana siswa akan merasa nyaman pada saat pembelajaran berlangsung, dan juga menarik tidaknya minat belajar siswa. Melalui pertimbangan tersebut membuat guru nantinya agar mampu menciptakan keinginan siswa untuk belajar dengan nyaman tentunya di dalam kelas. Agar tujuan pendidikan Islam dan kriteria manusia yang baik dapat tercapai maka dibutuhkan metode belajar yang tepat sejalan dengan materi pelajaran, dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilainilai ideal yang terkandung dalam tujuan Pendidikan Agama Islam. Pengalaman membuktikan, bahwa kegagalan pengajaran agama Islam salah satunya disebutkan oleh pemilihan cara atau metode belajar yang kurang tepat, sering terjadi proses belajar mengajar yang kurang bergairah dan kondisi siswa kurang kreatif dikarenakan penentuan cara belajar yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Bahkan terkesan para guru nyaman menggunakan cara atau metode belajar konvensional dan monoton untuk seluruh kegiatan belajar mengajar. Peserta didik yang berada pada Sekolah Dasar kelas IV berada pada rentangan usia anak-anak. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang luar biasa.

4

Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keseluruhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembejaran masih bergantung kepada aspek-aspek secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada aspek-aspek konkret dan pengalaman yang dialami. Saat ini, pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas IV untuk setiap mata pelajaran dilakukan “secara murni” mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Pada pembelajaran yang memisahkan

penyajian

muda

pelajaran

secara

tegas

kurang

mengembangkan anak untuk berfikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Dengan pelaksanaan kegiatan, seperti yang disebutkan, muncul permasalahan pada yaitu tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Problematika pembelajaran dalam konsep pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) juga berhubungan dengan guru dan siswanya. Namun karena guru sebagai fasilitator yang berfungsi untuk melayani, membimbing, membina dan membuat dirinya sebagai konsultan akademik yang dituntut agar mampu membuat siswanya menuju gerbang keberhasilan. Dengan kata lain bahwasannya guru sebagai jantung utama pembelajaran, yakni hidup dan mati sebuah pembelajaran tergantung sepenuhnya kepada guru. Untuk menjadi guru yang dapat membawa siswanya ke arah kehidupan yang lebih baik, tentu saja membutuhkan syarat yang harus dipenuhi, di antaranya adalah seorang guru harus dapat menjawab tantangan serta peluang pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran yang unggul dan profesional, melibatkan peran masyarakat dalam pembelajaran, dan menjadi guru yang unggul dan profesional. Keberadaan lingkungan yang mendukung ikut mengambil bagian dalam terciptanya pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang nyaman bagi para siswa. Karena pada hakikatnya, kepribadian manusia itu tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan an sich (satu

5

individu

saja)

tanpa

sekaligus

meletakkan

hubungannya

dengan

lingkungan tempat dia berada. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk mewawancarai siswa kelas IV di SD Negeri I Sukawening. Jumlah siswa kelas IV keseluruhan berjumlah 24,. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa kurang mendapatkan motivasi dalam belajar Pendidikan Agama Islam, baik di sekolah maupun di rumah. Kedua siswa tersebut beranggapan

bahwa

mereka

kurang

mendapatkan perhatian tentang Pendidikan Agama Islam sehingga belajar PAI dirasakesusahannya. Siswa menyampaikan bahwa pembelajaran PAI hanya mereka dapatkan di sekolah,Jam pelajaran yang diberikan oleh sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga dirasa kurang untuk para siswa ini. Terutama kekurangan yang mereka rasakan dalam hal pendalaman materi seputar kisah-kisah Nabi Allah. Melihat banyak penyampaian siswa tentang kurangnya motivasi baik dari diri sendiri maupun

lingkungan,

membuat

peneliti

menggunakan

metode

pembelajaran yang membuat siswa ikut serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas. Hasil belajar siswa menunjukkanangka dimana masih sering di bawah Kriteria ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan di SD Negeri I Sukawening yaitu 70. Sebagai pengantisipasi di atas dan untuk menumbuhkan interaksi guru dengan siswa secara efektif perlu diupayakan dengan menggunkan metode pembelajaran yang tepat. Karena dengan penerapan metode yang tepat nantinya akan membantu keberhasilan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi yang disampaikan pada saat itu karena tidak ada suatu metode yang paling baik untuk semua materi. Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran Index Card Match yang termasuk model pembelajaran active learning PAIKEM. Diharapkan dengan metode pembelajaran yang baru dapat membangkitkan semangat siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini berjudul “Peningkatan Hasil

6

Belajar Siswa dengan Metode Index Card Match Mapel PAI Materi Nama-Nama Malaikat Allah swt pada Siswa Kelas IV SD Negeri I Sukawening Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut 2018/2019 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti bersama teman sejawat mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan dari pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah SWT, sebagai berikut: 1. Mengapa hasil belajar siswa rendah? 2. Faktor apa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran? 3. Bagaimana agar hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah swt meningkat? C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini data terarah dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran, maka penulis membatasi masalah yang berhubungan dengan permasalahan saja yakni sebagai berikut: Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Siswa Kelas IV SD Negeri

I Sukawening

Kecamatan

Sukawening

Kabupaten

Garut

2018/2019 1. semester II tahun pelajaran 2018/2019 pada materi Nama-nama Malaikat Allah swt. 2. Penggunaan metode

Index Card Match

oleh

guru pada

pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah swt pada semester II tahun pelajaran 2018/2019 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni a) Keterampilan dan kebiasaan, b) Pengetahuan dan pengertian, c) Sikap dan cita-cita. Sedangkan dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar pengetahuan/ kognitif siswa pada materi Nama-nama Malaikat Allah swt.

7

Index Card Match merupakan salah satu dari model atau strategipembelajaran aktif (active learning) berbasis PAIKEM sebagai alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat menambah keaktifan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Dalam bukunya Melvin L. Silberman, Index Card Match dari bahasa Inggris yang artinya mencari jodoh kartu tanya jawab. D.

Rumusan Masalah Dalam identifikasi masalah telah dipaparkan berbagai permasalahan

yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah swt. Penggunaan metode Index Card Match diarahkan oleh peneliti dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah swt pada siswa kelas IV SD Negeri I Sukawening Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut 2018/2019. Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana

penerapan

metode

Index

Card

Match

dalam

meningkatkan hasil belajar PAI materi Nama-nama Malaikat Allah swt pada siswa kelas IV SD Negeri I Sukawening Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut 2018/2019? 2. Apakah metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah swt di kelas IV SD Negeri I Sukawening Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut 2018/2019? E.

Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan peneliti yang diaharapkan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI. 2. Tujuan Khusus

8

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode Index Card Match dalam pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah di kelas IV SD Negeri I Sukawening F.

Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Manfaat penelitian tindakan kelas ini dalah untuk mengetahui dan memperoleh teori baru peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran PAI materi Nama-nama Malaikat Allah swt melalui metode Index Card Match bagi siswa kelas IV SD Negeri I Sukawening b. Sebagai dasar penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Paraktis a. Manfaat bagi siswa. Siswa lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh seorang guru serta meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas siswa. b. Manfaat bagi guru. Guru memperoleh informasi tentang mengajar tematik menggunakan Metode Index Card Match. c. Manfaat bagi Sekolah. Menambah daftar pustaka disekolah, serta ikut memajukan sekolah demi tercapainya proses belajar mengajar yang efektif. BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kejadian telah dikenal, bahkan disadari atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Namun pengertian yang lengkap untuk memenuhi keinginan semua pihak, khususnya keingan-keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan psikolog, sampai sekarang telah diberikan. Itu bukan berarti

9

tidak perlu dan tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar. Para ahli telah mencoba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masingmasing, baik bentuk rumusan maupun aspek-aspek yang ditentukan dalam belajar. Terdapat perbedaan pendapat antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Namun, perlu diketahui bahwa disamping perbedaan terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi tersebut. Belajar menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berusaha (berlatih, dsb) supaya mendapat suatu kepandaian. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya fikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain. Menurut Umar Tirtarahadja pengertian belajar adalah aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diribelajar dibawah bimbingan pengajar. Definisi lain menyebutkan, belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Ada pula yang menyebutkan belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Menurut Sholeh Abdul Aziz dalam kitabnya yang berjudul AttarbiyahWaturuqu al-Tadris, Juz I, mendefinisikan pengertian belajar: “Belajar adalah suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman lama, kemudian terjadilah perubahan yang baru”.

10

Clifford T. Morgan mengemukakan “Learning may be defined asany relatively permanent change in behavior which occurs as a result of experience or practice”. Sedangkan menurut Charles E. Skiner, “Learning is a process ofprogressive behaviour adaptation” artinya belajar adalah proses perubahantingkah laku melalui adaptasi. Belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang perubahannya relatif tetap dalam sebuah susunan tingkah laku yang dilakukan, yang terjadi sebagai suatu hasil dari pengalaman. Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional (tinjauan kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses falidasi atau pengabsahan terhadap penguasaan peserta didik atas materi-materi yang telah ia pelajari. Secara kualititatif belajar ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling peserta didik. Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau pemahaman. Oleh sebab itu peserta didik perlu diberi waktu yang memadahi untuk melakukan proses itu. Artinya, memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika peserta didik menghadapi masalah sehingga peserta didik mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya. Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh peserta didik, kemudian bagaimana informasi itu diperoleh dalam fikiran peserta didik. Berlandaskan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman peserta didik sebagai hasil belajar. Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan tingkah laku. Dimana perubahan itu dapat mengarah kepada

11

tingkah laku yang lebih baik, peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain. B.

Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta

didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni : a) Keterampilan dan kebiasaan b) Pengetahuan dan pengertian c) Sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni : a) Informasi verbal b) Keterampilan intelektual c) Strategi kognitif d) Sikap e) Keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler, tujuan institusional maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut Wasty Soemanto, hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu: a.

Faktor-faktor stimulasi belajar Yaitu segala sesuatu diluar individu yang merangsang individu untuk

mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, yang dikelompokkan dalam faktor stimuli belajar antara lain: banyaknya bahan pelajaran, tingkat

12

kesulitan bahan pelajaran, kebermaknaan bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. b.

Faktor-faktor metode belajar Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode

belajaryang dipakai oleh pembelajar. Adapun faktor-faktor metode belajar menyangkut kegiatan berlatih atau praktik, over learning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajardengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indera, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif. c.

Faktor-faktor individual Faktor-faktor individual meliputi kematangan, faktor usia kronologis,

perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani,dan motivasi. Kemudian hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut: 1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri peserta didik. 2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3) Hasil belajar yang diperoleh peserta didik mantep dan tahan lama. 4) Hasil belajar yang diperoleh pesrta didik secara menyeluruh (komprehensif),

yakni

mencakup

ranah

kognitif,

afektif,

dan

psikomotoris. 5) Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dengan mengendalikanproses danusaha belajarnya.

13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sasaran atau tujuan dari adanya proses interaksi belajar mengajar atau pengalaman belajar siswa. Dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan dalam interaksi atau proses belajar mengajar diperlukan penilaian atau evaluasi. 2. Komponen-Komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah komponen atau unsur yang meliputi tujuan, peserta didik, pendidik, lingkungan pendidikan dan sarana pembelajaran. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Tujuan pembelajaran Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dipelaksanaan suatu kegiatan, tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalamkegiatan suatu apapun tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian halnya dengan kegiatan pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik, tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada: 1. Untuk menilai hasil pembelajaran. 2. Untuk membimbing siswa belajar. 3. Untuk merancang sistem pembelajaran.

14

4. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran. 5. Untuk melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran. Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi belajar. 2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati. 3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki. Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya. Jadi tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, misalnya satuan acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku peserta didik. Untuk itu dapat digaris bawahi bahwa tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. b. Peserta didik Peserta didik adalah seorang anak yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dan perubahanperubahan itu terjadi secara wajar. Dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 disebutkan peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.

15

Dalam pandangan modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pembelajaran, melainkanjuga harus diperhatikan sebagai subyek dalam pembelajaran. Dasar peserta didik sebagai obyek sekaligus subyek dalam wilayah keilmuan harus dikaji dan dikembangkan secara optimal. Perpaduan pengembangan keilmuan peserta didik ditinjau sebagai obyek maupun subyek dalam jangka panjang dapat menghindarkan terjadinya perpecahan kepribadian dalam diri peserta didik. c. Pendidik Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Semula kata pendidik mengacu pada seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain. Sejalan perkembangan keilmuan pendidikan, muncul konsep bahwa mendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada orang yang belum tahu, tetapi

suatu

proses

membantu

seseorang

untuk

membentuk

pengetahuannya sendiri. Dewasa ini pendidik berkembang sesuai dengan fungsinya membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan dan keterampilan pendidik perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidik, maka tidak akan membawa hasil yang diharapkan. d. Bahan pelajaran Bahan

pelajaran

adalah

substansi

yang

akan

disampaikan

dalamproses pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran, pembelajaran tidak akanberjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar harus memiliki

16

danmenguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Melalui bahan pelajaran ini peserta didik diantarkan kepada tujuan pembelajaran. Bahan pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada peserta didik sesuai kurikulum yang digunakannya. Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pembelajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

e. Sumber pembelajaran Dalam pembelajaran ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada peserta didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses pembelajaran. Sumber pembelajaran dalam arti sempit adalah, misalnya, bukubuku atau bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian pembelajaran tersebut masih sama sempitnya bila diartikan sebagai sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif maupun visual saja, misal OHP, slides, video, film dan perangkat keras lainnya. Pengertian yang labih luas tentang sumber pembelajaran adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan dalam proses pembelajaran. Yang dimaksud dengan sumber-sumber pembelajaran di sini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan. f. Alat peraga

17

Sering disebut dengan audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah difahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran alat peraga dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sebagai alat bantu dalam pembelajaran alat peraga mempunyai sifat sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi. 2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian. 3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer belajar. 4. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan) g. Metode Metode secara harfiah berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Berangkat dari pengertian diatas, bila dikaitkan dengan pembelajaran, dapat digaris bawahi bahwa metode pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Proses pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode secara bergantian atau saling bantu-membantu antara metode satudengan yang lain sesuai dengan situasi dan kondisi. masing-masing metode ada kelebihan dan kekurangannya. h. Strategi

18

Secara umum strategi mempunyai pengertian “ suatu garis-garis besar haluan” untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, srtategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-peserta didik. Dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Kalau metode merupakan cara untuk melakukan suatu pembelajaran agar lebih tepat sesuai situasi peserta didik, maka perlu juga diatur ketepatan penggunaan metode, tehnik dan strategi peneran metode. Andai saja metode itu sebenarnya sudah baik tetapi karena kurang tepatnya penerapan metode maka hasil pembelajarannya pun akan kurang maksimal. Jadi bisa disimpulkan bahwa strategi disini berbeda dengan metode. Kalau metode itu terkait langsung dengan pembelajran, maksudnya terkait langsung antar guru dengan siswa dalam suatu pembelajaran, maka strategi disini barfungsi mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran tersebut. Banyak sekali model dan stategi pembelajaran aktif (active learning)-PAIKEM

sebagai

alternative

yang

dapat

digunakan

olehpendidik untuk dapat mengaktifkan peserta didik, baik secara individumaupun kelompok. Di antaranya adalah strategi Index Card Match (menjodohkan kartu tanya jawab), dan masih banyak lagi yang mana pada intinya guru diharapkan dapat melakukan pengembangan, modifikasi, improvisasi, atau mencari strategi atau metode lain yang dipandang lebih tepat. Karena pada dasarnya tidak ada strategi yang paling baik atau ideal. Masing-masing strategi memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri sesuai penggunaannya. C. Penerapan Metode Index Card Match Metode Index Card Match merupakan salah satu dari metode pembelajaran berbasis PAIKEM. Maka sebelum membahas tentang

19

penerapan metode Index Card Match, perlu kita pahami dulu tentang pengertian PAIKEM. 1. Pengertian PAIKEM Pengertian PAIKEM secara bahasa dan istilah dapat dijelaskan secara singkat, ia merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Istilah aktif, maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Istilah inovatif, dimaksudkan dalam proses pembelajaran

diharapkan

muncul

ide-ide

baru

atau

inovasi-

inovasipositif yang lebih baik. Istilah kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tau yang tidak pernah berhenti. Istilah efektif, berarti bahwa model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Sedangkan istilah menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Di dalam dunia pendidikan Islam sebenarnya telah dikenal istilah Thalib atau murid yang merupakan cerminan dari pembelajaran aktif,yaitu

mereka

yang

aktif

untuk

mencari,

mereka

yang

mempunyai iradah atau keinginan untuk memperoleh ilmu. Dalam konteks ini PAIKEM pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sebagai salah satu model pembelajaran yang

telah

dikembangkan

dan

sedang

gencar

dipromosikan

penerapannya dalam praktik dunia pendidikan di Indonesia. Tinjauan psikologis pedagogis dalam konteks ini dimaksudkan ingin melihat posisi dan signifikansi penerapan strategi berbasis PAIKEM menurut kajian psikologi belajar. Menurut ahli psikologi Hamalik, sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin, menegaskan

20

bahwa setiap manusia memiliki berbagaikebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kebutuhan akan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan belajar dan bekerja dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentupula. Di sini peserta didik merupakan suatu organisme yang hidup yang di dalam dirinya terdapat beraneka ragam potensi yang hidup danberkembang. Di dalam diri seseorang tedapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Potensi hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang. Dalam

konteks

inilah,

kehadiran

pendekatan

PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kretaif, Efektif dan Menyenangkan) diharapkan dapat memperkaya guru dalam hal strategi, metode, dan teknik mengajar sebagai seni. Sehingga secara psikologis pedagogis, PAIKEM secara nyata memiliki relevansi dalam kerangka mewujudkan proses belajar yang memberdayakan peserta didik. 2. Indikator dan prinsip penerapan PAIKEM Dalam penerapan PAIKEM oleh pendidik bias dicermati dan dilihat berbagai indikasi yang muncul pada saat proses belajar mengajar

dilaksanakan.

Disamping

itu,

pendidik

juga

perlu

memperhatikan berbagai prinsip ketika menerapkannya. Kriteria ada atau tidaknya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan

diantaranya

dapat

dilihat

pada

beberapa

indikatorberikut: Tabel 2.1 Indikator PAIKEM INDIKATOR PROSES 1. Pekerjaan peserta didik

PENJELASAN PAIKEM sangat

METODE Guru membimbing

(diungkapkan dengan kata-

mengutamakan

peserta

kata/ bahasa peserta didik

peserta didik mampu

memajang

sendiri).

berfikir, berkata-kata,

karyanya agar dapat

agar

didik

dan hasil

21

dan 2.

Kegiatan peserta didik

mengungkapkan

sendiri Bila peserta

didik

saling belajar. Guru

dan

peserta

(peserta didik hanya diberi

mengalami

atau

kesempatan

megerjakan

sendiri,

hasil

mengalami atau melakukan

mereka

belajar

peserta

didik

sendiri).

tentang apa saja.

dipajang

unutk

untuk

didik interaktif dan pekerjaan

meningkatkan (penuh

Banyak yang dapat

motivasi. Pengamatan

pajangan hasil karya peserta

dipajang di kelas dan

kelas dan dilihat apa

didik

peraga

dari hasil pajangan itu

saja yang dibutuhkan

sederhana buatan guru dan

peserta didik saling

untuk

peserta didik).

belajar. Alat peraga

dimana,

yang sering digunakan

bagaimana

kursi

diletakkan strategis. Guru melaksanakan

memajangnya. Diskusi, kerja

( meja kursi tempat belajar

kegiatan pembelajaran

kelompok,

peserta didik dapat diatur

dengan berbagai cara/

mandiri

secara fleksibel

metode/

teknik,

individual

misalnya

melalui

kepada murid yang

3.

4.

Ruag

kelas

dan

alat

Penataan

meja

kerja

kelompok,

diskusi, atau aktifitas

ruang

dipajang, dan

kerja

pendekatan guru

prestasinya

kurang

baik.

peserta didik secara individual. Peserta didik dilatih

Guru

didik memiliki dukungan

untuk

peserta

suasana

mengungkapkan

mendengarkan

pendapat

secara

menghargai pendapat

dalam

peserta

didik

lain,

tulisan,

diskusi,

dan

kerja

5.

Suasana bebas (peserta bebas

menyampikan

unutk atau

mengungkapkan pendapat).

bebas, diskusi,

baik

maupun kegiatan lain.

dan

sesama didik

individual.

dan

22

6.

Umpan

balik

guru

Guru

memberikan

(guru memberi tugas yang

tugas

yang

bervariasi

mendorong

dan

secara

peserta

langsung memberi umpan

didik

balik agar peserta didik

dan guru memberikan

segera

bimbingan individual

memperbaiki

kesalahan).

bereksplorasi,

Penugasan individual atau

kelompok

bimbingan langsung dan

penyelesaian

masalah.

atau kelompok dalam hal

penyelesaian

Sudut baca (sudut kelas

masalah. Sudut baca di ruang

Observasi

sangat baik bila diciptakan

kelas akan mendorong

Diskusi,

sebagai sudut baca untuk

peserta didik gemar

pendekatan terhadap

peserta didik).

mambaca

orang tua.

7.

(peserta

didik

didekatkan

dengan

buku-buku,

kelas. dan

sekitar

jurnal, koran, dll). Sawah, lapangan,

Observasi lapangan,

(lingkungan sekitar sekolah

pohon, sungai. Kantor

eksplorasi,

diskusi,

dijadikan

pos,

kelompok,

tugas

8.

Lingkungan

media

pembelajaran).

puskesmas,

stasiun, dan lain-lain

individual, dan lain-

dioptimalkan

lain.

pemanfaatannya unutk pembelajaran. Prinsip-prisip

yang

harus

diperhatikan

menerapkan stategi PAIKEM adalah: 1) Memahami sifat peserta didik. 2) Mengenal peserta didik secara perorangan.

ketika

pendidik

23

3) Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar. 4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. 5) Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. 6) Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. 7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan. 8) Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental. Dari uraian mengenai indikasi dan prinsip-prinsip penerapan PAIKEM–pembelajaran

aktif,

inovatif,

kreatif,

efektif

dan

menyenangkan tersebut dapat digaris bawahi bahwa secara praktis, tingkat keberhasilan penerapan stategi ini dapat diketahui melalui uji coba yang beruluang-ulang dari pendidik, sekaligus perlu terus dilakukan evaluasi proses dari tahap ke tahap. Dengan kata lain, seorang pendidik yang berhasil dalam menerapkan strategi ini seharusnya sekaligus melakukan penelitian tindakan kelas meskipun dalam skala kecil dan terbatas. 3. Pengertian Index Card Match dan Langkah-Langkah Penerapan Index Card Match Index Card Matchmerupakan salah satu dari model atau strategipembelajaran aktif (active learning) berbasis PAIKEM sebagai alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat menambah

24

keaktifan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Dalam bukunya Melvin L. Silberman, Index Card Match dari bahasa Inggris yang artinya mencari jodoh kartu tanya jawab. Strategi ini adalah merupakan cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran.

Strategi

ini

memperbolehkan

peserta

didik

untuk

berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Tujuan penerapan strategi Index Card Match ini adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Langkah-langkah penerapan metode Index Card Match: 1) Guru membuka pelajaran kelas dan menyampaikan bahan materi pokok. 2) Guru menyiapkan potongan-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas dan kertas tersebut dibagi menjadi dua kelompok. 3) Kertas yang disiapkan tersebut telah diisi dengan pertanyaanpertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya. 4) Pada potongan kertas yang lain, telah dituliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. 5) Kertas tersebut dikocok sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. 6) Guru membagi setiap siswa satu kertas. Dengan menjelaskan bahwa ini adalah aktifitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta akan mendapatkan soal, dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban.

25

7) Siswa diberikan waktu untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diterimanya, dan sebaliknya. 8) Selanjutnya dilakukan pembahasan, dengan cara guru meminta siswa untuk mencari pasangannya, dimulai dengan mempersilakan kepada siswa yang membawa kertas berisi pertanyaan untuk membaca dengan suara keras, dan siswa yang membawa kertas berisi jawaban mendengarkan sekaligus menjawab dengan keras (bagi yang merasa jawabannya sesuai/tepat). Dan dijelaskan juga agar mereka tidak memberikan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. Begitu seterusnya. Hal ini dengan maksud memberikan informasi kepada siswa yang lain tentang materi tersebut, sehingga dapat dibahas dan difahami bersama. 9) Melakukan pembahasan dari pertanyaan atau jawaban dari pendapat masing-masing siswa. 10) Guru mengakhiri proses pembelajaran ini dengan apresiasi, klarifikas, kesimpulan dan evaluasi serta tindak lanjut. D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar Pendidikan agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi umat manusia, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang

26

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupayamenyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yangbermartabat. Manusia seperti itu diharapkan

tangguh

dalam

menghadapi

tantangan,

hambatan,

danperubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu:“Usaha

27

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidik yang professional yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan secara menyeluruh. Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat, dkk., adalah pendidikan dengan melalui anjuran-anjuran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memehami, menghayati, dan menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membantu dan mengembangkan fitrah keberagamaan peserta didik agar menghargai, menghayati, memahami, dan meyakini serta mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan supaya menjadi manusia yang bertakwa dan mempunyai kepribadian yang utama serta berguna bagi umat manusia. 2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam 1) Fungsi Pendidikan Agama Islam Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah atau madrasah berfungsi untuk: a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

28

b) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahaggiaan hidup didunia dan akhirat. c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkunga fisik atau sosial yang dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran Islam. d) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam meyakini, pemahaman dan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. e) Pencegahan, yaitu menghafal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya

yang

dapat

membahayakan

peserta

didik

dan

menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia yang utuh. f) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagaman secara umum, sistem dan fungsional. g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain. 2) Tujuan Pendidikan Agama Islam Menurut imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip Armai Arif, bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada: a) Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. b) Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

29

Selanjutnya tujuan pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan diatas maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa tujuan pendidikan Islam disini yaitu untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui kejiwaan, akal, pikiran,

kecerdasan,

dan

panca

indra,

sehingga

memilikikepribadian yang terintegrasi, mulia dan utama sehingga terbentuklah insane pari purna yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, tawakkal, optimis, tawadu’, ikhlas,dan berprasangka baik sehingga dapat merasakan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Sedangkan dalam PERMENDIKNAS Nomor 22 Tahun 2006, tujuan Pendidikan Agama Islam di SD/MI untuk: a) Menumbuh

kembangkan

akidah

melalui

pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. b) Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal

30

dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. 3. Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup materi Pendidikan Agama Islam (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok yaitu al-quran, hadist, keimanan, syari’ah, ibadah muamalah, ahlak, dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu Al-quran, keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah serta tarikh. Sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya dalam ruang lingkup Al-Qur’an dan al-Hadits, keimanan, akhlaq, fiqih atau ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, mahluk lainnya, maupun lingkungannya. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Al-Quran dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Berikut ini dijelaskan mengenai SK dan KD pada jenjang Sekolah Dasar khususnya kelas IV, yakni: Tabel 2.2 SK dan KD Kelas IV Semester 1 Standar Kompetensi Al Qur’an

Kompetensi Dasar

31

1.

Mengartikan Al Qur’an surat pendek pilihan

Aqidah 2.

1. 1 1. 2

Mengenal kitabkitab Allah SWT

Membaca QS Al-Lahab dan AlKafirun. Mengartikan QS Al-Lahab dan Al-Kafirun.

2. 1 2. 2

Menyebutkan nama-nama kitab Allah SWT. Menyebutkan nama-nama Rasul yang menerima kitab-kitab Allah SWT. 2. Menjelaskan Al-Qur’an sebagai 3 kitab suci terakhir.

Tarikh Menceritakan kisah Sahabat Nabi

3.

3. 1 3. 2

Menceritakan kisah Khalifah Abubakar r.a. Menceritakan kisah Umar bin Khattab r.a.

Membiasakan perilaku terpuji

4. 1 4. 2 4. 3

Meneladani perilaku Nabi Ayyub AS Meneladani perilaku Nabi Musa AS. Meneladani perilaku Nabi Isa AS.

Mengumandangkan adzan dan iqamah

5. 1 5. 2

Melafalkan lafal adzan dan iqamah Mengumandangkan adzan dan iqamah.

Akhlak 4.

Fiqih 5.

Tabel 2.3 SK dan KD Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Al Qur’an 6.

Mengartikan Al-

6.1

Membaca QS Al-Maun dan Al-Fiil.

Qur’an surat pendek

6.2

Mengartikan QS Al-Maun dan Al-Fiil.

pilihan

32

Aqidah 7.1

Menyebutkan nama-nama Rasul Allah SWT.

7.2

7.3

Menyebutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dari para Rasul. Membedakan Nabi dan Rasul.

Tarikh 8. Menceritakan kisahNabi 8.1

Menceritakan kisah Nabi Ayyub AS.

7.

Mengenal RasulRasul Allah SWT

8.2

Menceritakan kisah Nabi Musa AS.

8.3

Menceritakan kisah Nabi Isa AS.

9.1

Meneladani perilaku Khalifah Abubakar r.a. Meneladani perilaku Umar bin Khattab r.a.

Akhlak Membiasakan perilaku terpuji

9.

9.2 Fiqih 10.

Mengenal puasa wajib

10.1 Menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa Ramadhan. 10.2 Menyebutkan hikmah puasa.

E. Kerangka Pikir Untuk memudahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka pikir sehingga penulisan menjadi sistematis, konsisten dan integratif. Penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yaitu: Bab I Pendahuluan pada penelitian ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Kajian Pustaka pada penelitian ini terdiri dari berbagai teori tentang pengertian belajar, hasil belajar, dan metode Index Card Match. Kemudian dilanjut dengan penjelasan penerapan langkah-langkah metode Index Card Match dan kerangka pikir dalam penelitian ini.

33

Bab III Metode Penelitian ini berisi seputar setting penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik dan alat pengumpulan data, validasi data, analisis data, indikator kinerja, dan prosedur penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan pada bab ini awalnya dibahas tentang penerapan metode Index Card Match ketika di dalam kelas, kemudian membahas hasil peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya. Bab V Penutup merupakan bab terakhir dalam penelitian ini dimana memberikan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian memberikan implikasi serta saran untuk perbaikan selanjutnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan selama 3 bulan, dimulai bulan Januari dan berakhir bulan Maret 2019. Adapun jadwal rinci penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No

Kegiatan

1 2 3

Menyusun proposal Menyusun instrumen Pengumpulan data

4 5 6

melakukan tindakan: a. Siklus I b. Siklus II Analisis data Pembahasan/ diskusi Menyusun laporan 2.

Tempat Penelitian

Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 x x dengan x x x x x x x x

34

Penelitian tindakan kelas ini diadakan di kelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut 2018/2019.

B. Subjek Penelitian Subjek penelitian atau responden yaitu pihak-pihak yang dijadikan sampel dalam sebuah penelitian. Sedangkan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut 2018/2019 yang berjumlah dua orang yaitu sebagai berikut: Tabel 3.2 Subjek Penelitian No.

No. Kode Siswa

1 2

A1 A2

Nama Siswa

C. Sumber Data Penelitian ini bersumber dari buku-buku yang menunjang tentang penelitian tindakan kelas, serta pengambilan data dari subjek penelitian. Pengumpulan data juga diperoleh melalui wawancara, observasi, serta hasil evaluasi dari sejumlah siswa. D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik tes Data hasil belajar siswa yang dikumpulkan dengan mengunakan tes pada setiap akhir pertemuan. 2. Teknik non tes a)

Observasi Observasi

atau

pengamatan

langsung

adalah

kegiatan

pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan

35

penelitian sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut. Observasi yang dilakukan dalam proses penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana antusias siswa, perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, keaktifan siswa, keberanian siswa, kelancaran siswa dan ekspresi siswa pada saat mengikuti pelajaran PAI di dalam kelas. Hasil observasi dikumpulkan melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung berdasarkan pedoman observasi yang telah dibuat oleh peneliti. b)

Dokumentasi Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Melalui teknik dokumentasi peneliti memperoleh data siswa kelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut, sehingga memudahkan peneliti dalam mencatat kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran PAI di kelas tersebut. c)

Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/ data untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka pewawancara dengan responden dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang Metode Index Card Match yang digunakan pada saat mata pelajaran PAI yang berlangsung di kelas dan saransaran dari siswa yang sifatnya membangun untuk memperbaiki serta memantapkan penerapan Metode Index Card Match.

36

E. Validasi Data 1. Silabus Silabus menurut Yulaelawati (2004:123) merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar. Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama masuk dalam siklus I dan pertemuan kedua masuk dalam siklus II, dengan materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt. 3. Modul/bahan ajar Bahan ajar yang digunakan oleh peneliti pada setiap pertemuan berbeda-beda yakni mengacu pada silabus dan RPP yang

telah ada.

Adapun materi pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua yaitu KisahKisah Nabi Allah swt. F. Analisis Data Menurut Arikunto (2010:286) untuk menghitung hasil perolehan nilai siswa pada tiap siklus digunakan rumus mean (rata-rata). Dari nilai rata-rata tiap pertemuan akan diperoleh nilai rata-rata keseluruhan dalam tiap siklus berdasarkan rumus di bawah ini : Mean =

Ʃ tf Ʃf

(Siregar 2010:21)

37

Keterangan : Mean = Nilai rata-rata Ʃt

= Jumlah nilai tengah

Ʃf

= Jumlah frekuensi Setelah diketahui hasil perolehan nilai tiap siklus I dan siklus II

kemudian disesuaikan dengan indikator penelitian, bahwa nilai yang diperoleh siswa apa sudah mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah atau belum. Hal ini untuk mengetahui peningkatan pembelajaran PAI di dalam kelas, hasil perolehan nilai siswa pada siklus I dan perolehan nilai siswa pada siklus II dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Prosentase (%) =

R 2−R1 x 100 R1

(Hadi 2004:156)

Keterangan : R1

= Nilai rata-rata sebelum

R2

= Nilai rata-rata sesudah Analisis kuantitatif juga digunakan untuk menghitung data nontes

berupa angket dan observasi. G. Indikator Kinerja Berdasarkan beberapa alasan dalam latar belakang yang telah dipaparkan di atas sebelumnya, serta pengambilan rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti, maka perlu adanya indikator penelitian yang jelas untuk menjadi tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk mengetahui pencapaian di titik mana hasil belajar siswa meningkat perlu diukur dengan menggunakan indikator kerja penelitian ini sebagai berikut: 1. 2. 3.

Keaktifan kelas di atas 70%. Rata-rata nilai diatas 70. Ketuntasan klasikal diatas 70%.

38

H. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, apabila siklus I belum mencapai target, maka siklus II berfungsi untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Namun, jika siklus I sudah memuaskan maka siklus II berfungsi sebagai pemantapan atas media pembelajaran yang digunakan pada siklus I. Artinya, siklus digunakan sebagai toleransi dalam memperbaiki mutu pembelajaran. Tiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Keempat tahapan ini digunakan secara sistematis dan diterapkan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tahap perencanaan diawali dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap selanjutnya adalah tindakan yang meliputi penyampaian materi, melakukan tes dan observasi terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini melibatkan rekan yang jumlahnya 2 orang. Setiap orang mengobservasi barisan-barisan yang telah ditentukan. Dengan demikian observer fokus pada tingkah laku siswa pada barisan-barisan yang ada didepannya. Sehingga observasi tidak bersifat subjektif melainkan objektif. Tahap selanjutnya dilakukan refleksi atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan observasi dan wawancara. Siklus I bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pelajaran PAI siswa dalam tindakan awal penelitian. Hasil siklus ini sekaligus dipakai sebagai bahan pertimbangan dengan melakukan siklus II. Sedangkan siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi dan pemantapan penerapan Metode Index Card Match pada siklus I. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar prosedur penelitian tindakan kelas di bawah ini.

39

Permasalahan

Refleksi I

Alternatif Pemecaha

Pelaksanaan Tindakan I

Analisis Data

Observasi I

S I K L U S I

Belum

Alternatif Pemecahan (rencana tindakan)

Refleksi II

Analisis Data

Pelaksanaan Tindakan II

Observasi II

S I K L U S 2

Hasil Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 1.

Siklus I Perencanaan Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan

a.

peneliti sebelum melakukan tindakan. Di dalam tahapan perencanaan ini tercermin pandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi masalah. Perencanaan yang baik akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong untuk bertindak dengan lebih efektif. Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan rencana pengajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran.Di samping rencana pembelajaran, perlu dipersiapkan juga alat-alat yang menunjang pembelajaran seperti papan tulis, LCD, buku pelajaran, dan lain sebagainya. Peneliti juga perlu melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut untuk mengetahui keadaan siswa sebelum melakukan tindakan. Perencanaan tindakan adalah tindak lanjut dari observasi awal serta bagaimana cara memecahkan persoalan pembelajaran di kelas

40

IV SD Negeri Sukamukti II. Hal ini kemudian diterapkan dalam rencana penelitian tindakan kelas dengan membentuk sebuah pengajaran dengan penerapan Metode Index Card Match. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dengan memperhatikan: kompetensi inti,kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar/alat/bahan, media pembelajaran, dan penilaian. b. Tindakan Tindakan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yaitu dalam penelitian ini penggunaan media pembelajaran yang bertujuan untuk inovasi. Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan tindakan, peneliti mengkondisikan kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian pembelajaran PAI pada siswa kelas Vyang jumlah siswanya hanya dua siswa. Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap pembelajaran PAI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses

pembelajaran PAI. Peneliti juga mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran PAI. Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi KisahKisah Nabi Allah swt yaitu Nabi Ayyub a.s, Nabi Musa a.s, dan Nabi Isa a.s. yang disajikan melalui media slidepower point. Slide yang ditampilkan berupa materi yang berkaitan serta point-point penting yang berhubungan dengan kisah-kisah para Nabi Allah. Kemudian dilanjutkan dengan memasangkan kartu atau metode yang digunakan peneliti yakni Index Card Match dimana dalam

41

permainan ini memanfaatkan kartu-kartu yang berbentuk bintang dan persegi panjang yang ditempatkan di atas meja agar siswa dapat menemukan jodoh dari kartu yang dipegangnya, tujuan permainan ini agar lebih bermakna dan menarik siswa belajar PAI pada materi tersebut. Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui gambar buta atau diagram kosong, kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya. Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan. Pada akhir pertemuan atau pada pertemuan berikutnya, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa agar diperoleh data nontes pada siklus I. c.Observasi/ Pengamatan Pengamatan ini berfungsi

untuk

melihat

dan

mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat

menceritakan

keadaan

yang

sesungguhnya.

Dalam

pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatanhambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktifitas murid. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis. Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa b) antusiasme siswa c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru d) semangat siswa dalam mengikuti pelajaran e) keaktifan siswa f) kemudahan siswa dalam mengikuti permainan

42

g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah d.

dipelajari. Refleksi Refleksi dilakukan peneliti bersama guru dan observer yang

meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, memperbaiki kinerja peneliti pada pertemuan selanjutnya dan memperbaiki penggunaan media pembelajaran. Dengan demikian PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya. Siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang kemudian mampu mengungkapkan secara lisan terkait daur air, yang kemudian digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Sedangkan siklus II dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I. 2.

Siklus II Berdasarkan refleksi pada siklus I, telah dilakukan kegiatan-

kegiatan perbaikan rencana dan tindakan pada siklus II. Sama halnya dengan prosedur penelitian pada siklus I,pada siklus II ini juga terdiri atas empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut. a.

Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan

perbaikan dari perencanaan siklus I. Berdasarkan uraian refleksi siklus I di atas, perencanaan pada siklus II ini merupakan upaya memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah dilakukan refleksi siklus I. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II ini meliputi:

43

a.

Memperbaiki

skenario

pembelajaran PAI di kelas. b.

Mempersiapkan permainan

dengan bentuk kartu yang lebih menarik untuk siswa. c. Memperbaiki pengawasan dan pengamatan yang lebih agar siswa lebih tertib dan teratur. d. Memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran PAI b.

menggunakan permainan kartu. Tindakan Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang

telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan tindakan, peneliti mengkondisikan kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian PAI pada siswa kelas IV dengan jumlah siswa dua puluh empat orang. Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap pembelajaran PAI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses

pembelajaran PAI. Peneliti juga mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran PAI. Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi KisahKisah Nabi, yang berkaitan dengan tema hari ini melalui slide dan kartu. Slide dan permainan tersebut memanfaatkan gambar dan prosedur permainan yang mudah dipelajari, agar siswa lebih bermakna dan lebih tertarik belajar PAI pada tema tersebut. Pada kegiatan ini siswa memilih kartu berbentuk bintang yang di dalam kartu tersebut tertera nama Nabi yang nantinya akan dijodohkan dengan kisah-kisahnya yang tertera pada kartu lain yang

44

masih acak di atas kotak yang telah disediakan. Kemudian siswa berlomba siapa yang cepat mendapatkan jodoh untuk kartu bintang yang telah mereka pegang sebelumnya. Hal ini juga bertujuan agar bermakna dipikiran siswa sehingga siswa dengan mudah mengingat Kisah-Kisah Nabi Allah swt. Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui ulangan harian tertulis,kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya. Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan. Pada pertemuan yang kedua proses pembelajaran sama seperti pada pertemuan pertama, ditambah dengan peneliti melakukan wawancara

dengan

siswa berkategori

nilai

tertinggi,

siswa

berkategori sedang, dan siswa berkategori rendah untuk memperoleh data nontes. c.Observasi/ Pengamatan Pengamatan ini berfungsi

untuk

melihat

dan

mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat

menceritakan

keadaan

yang

sesungguhnya.

Dalam

pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatanhambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktivitas murid. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis. Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b) antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa dalam mengikuti

45

pelajaran, e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari. d. Refleksi Seluruh hasil rangkaian yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan wawancara kemudian dianalisis. Refleksi yang dilakukan antara lain: 1) mengungkapkan hasil pengamatan yang berisi kelebihan dan kekurangan pembelajaran PAI dengan menerapkan Metode Index Card Match, dan 2) mengungkapkan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran. Refleksi dilakukan bersama dengan guru pendamping pelajaran PAI.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal Setelah dilakukan wawancara kepada siswa maka diperoleh hasil bahwa jumlah siswa kelas IV keseluruhan berjumlah 24. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa kurang mendapatkan motivasi dalam belajar Pendidikan Agama Islam (PAI), baik di sekolah maupun di rumah. Kedua siswa tersebut beranggapan bahwa mereka kurang mendapatkan perhatian

tentang

Pendidikan Agama

Islam

sehingga

belajar

PAI

dirasakesusahannya. Siswa menyampaikan bahwa pembelajaran PAI hanya mereka dapatkan di sekolah. Jam pelajaran yang diberikan oleh sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga dirasa kurang untuk para siswa ini. Terutama kekurangan yang mereka rasakan dalam hal pendalaman materi seputar kisah-kisah Nabi Allah. Melihat banyak penyampaian siswa tentang kurangnya motivasi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, membuat peneliti menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa ikut serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas.

46

Hasil belajar siswa menunjukkan angka dimana masih jauh di bawah Kriteria ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan SD Negeri Sukamukti II yaitu 70. Sebagai pengantisipasi di atas dan untuk menumbuhkan interaksi guru dengan siswa secara efektif perlu diupayakan dengan menggunkan metode pembelajaran yang tepat. Karena dengan penerapan metode yang tepat nantinya akan membantu keberhasilan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi yang disampaikan pada saat itu karena tidak ada suatu metode yang paling baik untuk semua materi.

B. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan. Di dalam tahapan perencanaan ini tercermin pandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi masalah. Perencanaan yang baik akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong untuk bertindak dengan lebih efektif. Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan

rencana

pengajaran

yang

mengacu

pada

tujuan

pembelajaran.Di samping rencana pembelajaran, perlu dipersiapkan juga alat-alat yang menunjang pembelajaran seperti papan tulis, LCD, buku pelajaran, dan lain sebagainya. Peneliti juga perlu melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut untuk mengetahui keadaan siswa sebelum melakukan tindakan. Perencanaan tindakan adalah tindak lanjut dari observasi awal serta bagaimana cara memecahkan persoalan pembelajaran di kelas IV SD Negeri Sukamukti II tersebut. Hal ini kemudian diterapkan dalam rencana penelitian tindakan kelas dengan membentuk sebuah pengajaran dengan penerapan Metode Index Card Match. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dengan memperhatikan: kompetensi inti,kompetensi dasar,

47

indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran,

sumber

belajar/alat/bahan,

media

pembelajaran, dan penilaian. b. Tindakan Tindakan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yaitu dalam penelitian ini penggunaan media pembelajaran yang bertujuan untuk inovasi. Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan tindakan, peneliti mengkondisikan kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian pembelajaran PAI pada siswa kelas IV. Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap pembelajaran PAI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa

menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran PAI. Peneliti juga mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran PAI. Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt yaitu Nabi Ayyub a.s, Nabi Musa a.s, dan Nabi Isa a.s. yang disajikan melalui media slidepower point. Slide yang ditampilkan berupa materi yang berkaitan serta point-point penting yang berhubungan dengan kisah-kisah para Nabi Allah. Kemudian dilanjutkan dengan memasangkan kartu atau metode yang digunakan peneliti yakni Index Card Match dimana dalam permainan ini memanfaatkan kartu-kartu yang berbentuk bintang dan persegi panjang yang ditempatkan di atas meja agar siswa dapat menemukan jodoh dari kartu yang dipegangnya, tujuan permainan ini agar lebih bermakna dan menarik siswa belajar PAI pada materi tersebut.

48

Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui gambar buta atau diagram kosong, kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya. Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan. Pada akhir pertemuan atau pada pertemuan berikutnya, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa agar diperoleh data nontes pada siklus I. c. Observasi/ Pengamatan Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatanhambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktifitas murid. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis. Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b) antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa dalam mengikuti pelajaran,e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari. d. Refleksi Refleksi dilakukan peneliti bersama guru dan observer yang meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, memperbaiki kinerja peneliti pada pertemuan selanjutnya dan memperbaiki penggunaan media pembelajaran.

49

Dengan demikian PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya. Siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang kemudian mampu mengungkapkan secara lisan terkait daur air, yang kemudian digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Sedangkan siklus II dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I. C. Deskripsi Siklus II Berdasarkan refleksi pada siklus I, telah dilakukan kegiatan-kegiatan perbaikan rencana dan tindakan pada siklus II. Sama halnya dengan prosedur penelitian pada siklus I,pada siklus II ini juga terdiri atas empat tahapan, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun langkahlangkah yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut. a. Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan dari perencanaan siklus I. Berdasarkan uraian refleksi siklus I di atas, perencanaan pada siklus II ini merupakan upaya memperbaiki kekurangankekurangan yang ditemukan setelah dilakukan refleksi siklus I. Perbaikanperbaikan yang dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II ini meliputi: a. Memperbaiki skenario pembelajaran PAI di kelas. b. Mempersiapkan permainan dengan bentuk kartu yang lebih menarik untuk siswa. c. Memperbaiki pengawasan dan pengamatan yang lebih agar siswa lebih tertib dan teratur. d. Memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran PAI menggunakan permainan kartu. b. Tindakan Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dipersiapkan peneliti. Proses tindakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada saat proses pembelajaran berlangsung.

50

Sebelum melakukan tindakan, peneliti mengkondisikan kelas. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam penilaian PAI pada siswa kelas V dengan jumlah siswa dua orang. Dalam kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan awal ini berupa kegiatan peneliti menyapa siswa Hal ini menunjukkan bahwa peneliti mensintesis siswa untuk aktif dan respon terhadap pembelajaran PAI. Selanjutnya siswa bertanya kepada peneliti, hal ini menunjukkan bahwa

siswa

menanggapi dan aktif sejak awal dalam proses pembelajaran PAI. Peneliti juga mengemukakan manfaat dan tujuan pembelajaran agar siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan dan memiliki motivasi dalam pembelajaran PAI. Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi Kisah-Kisah Nabi, yang berkaitan dengan tema hari ini melalui slide dan kartu. Slide dan permainan tersebut memanfaatkan gambar dan prosedur permainan yang mudah dipelajari, agar siswa lebih bermakna dan lebih tertarik belajar PAI pada tema tersebut. Pada kegiatan ini siswa memilih kartu berbentuk bintang yang di dalam kartu tersebut tertera nama Nabi yang nantinya akan dijodohkan dengan kisah-kisahnya yang tertera pada kartu lain yang masih acak di atas kotak yang telah disediakan. Kemudian siswa berlomba siapa yang cepat mendapatkan jodoh untuk kartu bintang yang telah mereka pegang sebelumnya. Hal ini juga bertujuan agar bermakna dipikiran siswa sehingga siswa dengan mudah mengingat Kisah-Kisah Nabi Allah swt. Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan tes kepada siswa melalui ulangan harian tertulis,kemudian peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan siswa diminta mempelajari kembali materi yang telah diajarkan. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya. Kemudian melaksanakan post test dan terakhir peneliti memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar tetap bersemangat belajar dan berlatih materi yang telah disampaikan.

51

Pada pertemuan yang kedua proses pembelajaran sama seperti pada pertemuan pertama, ditambah dengan peneliti melakukan wawancara dengan siswa berkategori nilai tertinggi, siswa berkategori sedang, dan siswa berkategori rendah untuk memperoleh data nontes. c. Observasi/ Pengamatan Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatanhambatan yang muncul. Untuk melakukan pengamatan dipersiapkan lembar pengamatan yang telah disusun. Lembar pengamatan mencakup beberapa aspek aktivitas murid. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis. Ada tujuh aspek yang diamati oleh observer, antara lain: a) kesiapan siswa, b) antusiasme siswa, c) perhatian siswa terhadap arahan dan instruksi guru, d) semangat siswa dalam mengikuti pelajaran, e) keaktifan siswa, dan f) kemudahan siswa dalam mengikuti permainan dan g) keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari. d. Refleksi Seluruh hasil rangkaian yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan wawancara kemudian dianalisis. Refleksi yang dilakukan antara lain: 1) mengungkapkan hasil pengamatan yang berisi kelebihan dan kekurangan pembelajaran PAI dengan menerapkan Metode Index Card Match, dan 2) mengungkapkan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran. Refleksi dilakukan bersama dengan guru pendamping pelajaran PAI.

52

D. Pembahasan Antar dan Tiap Siklus a. Pra Siklus Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang telah diperoleh dari siswa kelas IV, proses pembelajaran sebelum pelaksanaan penelitian ini masih menggunakan metode ceramah. Guru mengawali dengan menjelaskan materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt dengan membacakan apa yang ada di buku. Saat guru menjelaskan murid diminta untuk mendengarkan dan jika ada hal-hal yang dirasa tidak mengerti, siswa dapat langsung bertanya pada guru. Setelah guru selesai menjelaskan materi murid diminta mencatat apa yang telah dijelaskan tadi. Untuk pelaksanaan pembelajaran selanjutnya guru meminta siswa mengerjakan soal-soal lembar kerja siswa yang ada di dalam bahan ajar. Dari soal tersebut dikerjakan oleh siswa dan dikoreksi secara bersama oleh guru dan siswa untuk mengetahui jawaban yang tepat. Kemudian guru memberikan soal kembali tentang materi yang telah disampaikan. Soal yang diberikan berbentuk lisan dan siswa diminta secara aktif menjawab pertanyaan dengan cepat. Pada waktu menjelang akhir pelaksanaan pembelajaran diadakan tes akhir. Berdasarkan wawancara dengan guru menggunakan panduan angket keaktifan dapat ditentukan rata-rata prosentasinya adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Pra Siklus No

Aspek yang Diamati

1.

Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran

2.

PAI Antusiasme siswa dalam mengikuti proses

3.

pembelajaran PAI Perhatian siswa terhadap arahan guru selama

4.

pembelajaran PAI berlangsung Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran

5.

PAI Keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI saat berlangsung

Ratarata 20 40 30 30 30

53

6.

Kemudahan siswa dalam menerima materi Kisah-

7.

Kisah Nabi Allah swt yang telah disampaikan Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari Rata-rata keaktifan

40 30

31,4

Dari hasil pengamatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus dapat disimpulkan bahwa siswa belum terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa masih banyak mendengarkan dalam memahami konsep materi yang disampaikan. Sehingga dalam proses pembelajaran masih bergantung pada guru. Hal ini juga ditunjukkan dari rata-rata prosentasi keaktifan siswa kelas IV menunjukkan angka 31,4%yang masih berada jauh di bawah indikator keaktifan yang ditentukan yaitu 70%. b. Siklus I Melalui pengamatan ketika pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan menggunakan angket keaktifan didapat nilai (terlampir) yang rata-ratanya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Siklus I No

Aspek yang Diamati

1.

Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran

2.

Tematik Antusiasme siswa dalam mengikuti proses

3.

pembelajaran Tematik Perhatian siswa terhadap arahan guru selama

4.

pembelajaran Tematik berlangsung Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran

5.

Tematik Keaktifan siswa dalam pembelajaran Tematik saat

6.

berlangsung Kemudahan siswa dalam menerima materi daur

7.

air yang disampaikan Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari Rata-rata keaktifan

Ratarata 60 40 70 60 60 60 70 60

54

Berdasarkan

nilai

keaktifan

siswa

dalam

pembelajaran

dapat

disimpulkan bahwa siswa sudah mulai terlihat aktif dalam proses pembelajaran walaupun belum optimal sesuai dengan harapan. Siswa sudah banyak yang terlihat aktif bertanya, menjawab pertanyaan, menulis, menyelesaikan

masalah

secara

mandiri.

Sehingga

dalam

proses

pembelajaran siswa sudah tidak lagi bergantung pada guru. Hal ini juga ditunjukkan dari rata-rata prosentasi hasil penilaian keaktifan siswa yaitu 60%. Walaupun belum mencapai indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran, tapi jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya yakni pada pra siklus, rata-rata siswa sudah mengalami perubahan yang signifikan. c. Siklus II Berdasarkan hasil

pengamatan

keaktifan

siswa

dalam

proses

pembelajaran siklus II dapat dikatakan bahwa semua siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa secara individu hampir keseluruhan terlihat aktif bertanya, menjawab pertanyaan, menulis, menyelesaikan tugas. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa sudah tidak lagi bergantung pada guru. hal ini juga ditunjukkan dari prosentasi keaktifan pada tiap anak (terlampir). Rata-rata prosentasi keaktifan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Rata-Rata Prosentasi Penilaian Keaktifan Siswa Siklus II No

Aspek yang Diamati

1.

Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran

2.

Tematik Antusiasme siswa dalam mengikuti proses

3.

pembelajaran Tematik Perhatian siswa terhadap arahan guru selama

4.

pembelajaran Tematik berlangsung Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran

Ratarata 100 70 100 100

55

5.

Tematik Keaktifan siswa dalam pembelajaran Tematik saat

6.

berlangsung Kemudahan siswa dalam menerima materi daur air

7.

yang disampaikan Keberanian siswa dalam menyampaikan materi yang telah dipelajari Rata-rata keaktifan

100 70 100 91,4

Keaktifan siswa pada siklus II ini semuanya sudah di atas indikator yang ditentukan. Hal itu dapat dilihat dari tabel di atas menunjukkan di atas 70%. Jika dibandingkan dengan pra siklus dan siklus I, keaktifan siswa di siklus II ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 91,4%. Berdasarkan rata-rata prosentase penilaian keaktifan siswa di atas, maka dapat digambarkan kenaikan nilai rata-rata subjek penelitian dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1 Kenaikan Penilaian Keaktifan Siswa setiap Siklus

Skor

observasi penilaian keaktifan siswa pada setiap siklus

menunjukkan peningkatan skor pada setiap aspeknya. Hal ini menunjukkan perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik selama proses pembelajaran pada setiap pertemuan berlangsung.

56

E. Hasil Penelitian a. Pra Siklus 1) Pemahaman Konsep Mengukur pemahaman konsep materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest. Nilai ratarata dari pretest dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus TAHAP PRA SIKLUS

RATA-RATA NILAI 45,00

Dari hasil nilai yang diperoleh pada pretest kelas VA dapat disimpulkan bahwa anak belum menguasai konsep materi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada materi Kisah-Kisah Nabi Allah pada pretest adalah 45,00 yang masih berada jauh di bawah KKM yang ditentukan sekolah yaitu 70. 2) Ketuntasan Klasikal Berdasarkan nilai yang ada dapat dilihat ketuntasan klasikalnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Ketuntasan Klasikal Pra Siklus TAHAP

KETUNTASAN

PRA SIKLUS

KLASIKAL 0%

Dari ketuntasan klasikal di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal pembelajaran Tematik dengan materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt pada pretest adalah 0% sehingga masih jauh di bawah indikator yang ditentukan yaitu 75%. b.

Siklus I Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 dan

15 Februari 2017. Berikut hasil pembelajaran siklus I yang dilihat dari pemahaman konsep dan ketuntasan klasikal: 1) Pemahaman Konsep

57

Dari hasil penilaian pelaksanan pembelajaran siklus I menerapkan Metode Index Card Match yang rata-ratanya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus dan Siklus I TAHAP PRA SIKLUS SIKLUS I

RATA-RATA NILAI 45,00 62,50

Berdasarkan rata-rata nilai di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah mulai memahami materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt. Hal ini ditandai dengan siswa sudah bisa menyebutkan kisah-kisah dari namanama Nabi yang telah dipelajari, melalui potongan kertas, serta menjodohkan antara nama Nabi dengan kisahnya. Pemahaman konsep Kisah-Kisah Nabi Allah swt juga dapat ditunjukkan dari rata-rata nilai siklus I sebesar 62,50. Nilai rata-rata pada siklus I belum menunjukkan di atas indikator yang ditetapkan yaitu 70. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pemahaman konsep pra siklus sebelumnya, nilai siswa sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Akan tetapi, perlu diadakan pertemuan kembali melalui siklus II dengan pembaruan kertas, slide yang ditampilkan. 2) Ketuntasan Klasikal Dari nilai yang diperoleh dapat ditentukan ketuntasan klasikal pada siklus I ini yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Ketuntasan Klasikal Pra Siklus dan Siklus I TAHAP

KETUNTASAN

PRA SIKLUS SIKLUS I

KLASIKAL 0% 25%

Prosentasi ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 25% dan jika diukur dengan indikator ketuntasan klasikal yanng ditentukan yaitu 75%, bisa dikatakan belum memenuhi dan masih berada di bawah standar KKM. Tetapi jika dibandingkan dengan ketuntasan klasikal pada pra siklus sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Pada siklus I

58

pertemuan 1 semua siswa belum tuntas KKM. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa yang tuntas belajar sebanyak1 siswa. Jadi secara keseluruhan pelaksanaan siklus I pembelajaran Tematik menggunakan Metode Index Card Match pada materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep, keaktifan dan ketuntasan klasikal meskipun belum memenuhi standar KKM yang ditentukan oleh peneliti.

Melihat dari hasil evaluasi siklus I menghasilkan beberapa catatan yang harus direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II yaitu sebagai berikut: 1. Guru kurang menguasai skenario pembelajaran, sehingga perjalanan pembelajaran PAI dengan menerapkan Metode Index Card Match kurang lancar/optimal. 2. Guru kurang memberikan bimbingan pada tiap-tiap siswa saat menyelesaikan masalah. 3. Murid belum diberitahu sebelumnya untuk mempelajari materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt. 4. Murid cenderung masih pasif. 5. Kendala listrik terkadang pemadaman bergilir. c. Siklus II Berdasarkan evaluasi dari siklus I, refleksi yang dilakukan pada siklus II ini adalah melakukan revisi RPP, Lembar Kerja dan juga perbaikan saat proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran siklus II pada tanggal 22 Februari dan 1 Maret 2019. Berikut hasil pembelajaran siklus II yang dilihat dari pemahaman konsep dan ketuntasan klasikal: 1) Pemahaman Konsep Indikator pembelajaran yang akan dicapai pada siklus II tentunya berbeda dengan siklus I. Kalau pada siklus I siswa diharapkan dapat menunjukkan kisah-kisah Nabi Allah, serta mencocokkannya, sedangkan pada siklus II siswa diharapkan dapat menunjukkan serta menyampaikan kembali konsep materi tersebut.Dari pelaksanaan siklus II dapat dikatakan bahwa siswa sudah dapat menguasai konsep materi tersebut. Hal ini dapat

59

dilihat dari anak saat menyelesaikan susuna potongan kertas serta menyampaikan kembalikisah-kisah Nabi Allah swt dengan baik. Keberhasilan pemahaman konsep itu juga dapat dilihat dari nilai evaluasi siklus II (terlampir) yang rata-ratanya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II TAHAP PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

RATA-RATA NILAI 45,00 62,50 82,50

Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II siswa dapat menguasai konsep dengan baik. Nilai rata-rata kelas yaitu sebesar 82,50 yang menunjukkan sudah jauh di atas indikator yang ditentukan yaitu 70 (KKM). Nilai rata-rata kelas pada siklus II jika dibandingkan siklus I dan pra siklus juga sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan tabel di atas, maka dapat digambarkan kenaikan nilai rata-rata subjek penelitian dalam bentuk grafik sebagai berikut: Grafik 4.2 Kenaikan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Setiap Siklus

100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00

82,50 62,50 45,00

pra siklus

siklus I

siklus II

60

2)

Ketuntasan Klasikal Hasil dari nilai yang diperoleh pada siklus II dapat ditentukan

prosentase ketuntasan klasikal seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9 Rata-rata Nilai Tes Akhir Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II TAHAP

KETUNTASAN

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

KLASIKAL 0% 25% 100%

Berdasarkan tabel prosentase ketuntasan belajar pada siklus II di atas menunjukkan hasil 100%. Jika diukur dengan indikator ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu 75%, pada siklus II ini menunjukkan bahwa semua siswa dianggap tuntas dan memiliki nilai maksimal. Jika dibandingkan dengan ketuntasan klasikal pada pra siklus dan siklus I juga sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus II ini semua siswa sudah tuntas dan mendapatkan nilai 100. Berdasarkan hasil keseluruhan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, pelaksanaan pembelajaran pada materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt yang menerapkan Metode Index Card Match menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep, keaktifan siswa, dan ketuntasan klasikal, sehingga pada siklus II semua indikator yang ditentukan sudah dipenuhi, bahkan sampai memenuhi nilai maksimal.

61

BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data-data yang diperoleh dari serangkaian kegiatan penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1.

Metode Index Card Match membuat siswa lebih bersemangat dan

bermakna dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). 2. Selama proses penelitian berlangsung, terjadi perubahan tingkah laku siswa ke arah positif. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata aspek pengamatan yang selalu meningkat pada setiap pertemuan.Peningkatan pemahaman konsep terjadi sangat signifikan setiap siklusnya, hal tersebut dilihat dari kenaikan rata-rata nilai pretest yang semula 45,00 kemudian mengalami kenaikan pada siklus I dengan rata-rata 62,50 dan memperlihatkan kenaikan kembali pada siklus II dengan rata-rata sebanyak 82,50. Hal itu juga dapat dilihat dengan nilai ketuntasan klasikal pada setiap siklus yang bermula dari angka 25% menjadi 100% siswa dinyatakan tuntas belajar dalam materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt. B. Impilikasi/ Rekomendasi Setelah

diadakannya

penelitian

ini

membuat

peneliti

merekomendasikan metode Index Card Match sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk mengupayakan peningkatan hasil belajar pada siswa, khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut C. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang penerapan Metode Index Card Match dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt pada siswa kelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut, mengajukan saran agar tercapainya pembelajaran yang lebih baik, yakni :

62

1.

Penerapan Metode Index Card Match dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI khususnya materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt. 2. Kartu-kartu telah dipelajari dalam metode ini diharapkan dapat membantu siswa mengingat materi Kisah-Kisah Nabi Allah swt lebih bermakna dan mudah dipahami.

63

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: MISYKAT, 2009.

Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat pers, 2002.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. __________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Asnawir dan Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Barizi,Ahmad dan M. Idris, Menjadi Guru Unggul, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010.

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. __________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Aksara, 1996.

Jakarta: PT. Bumi

64

Djamarah,Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.

Fajarwati, Dian, Perseorangan Happy Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Budi Mulya Dua Seturan Sleman,Skripsi Fakultas Tarbiyah, Yogyakarta:PerpustakaanUIN Sunan Kalijaga., 2004.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi, 2001.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007. ____________, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.

Kustandi, Cecep, Media Pembelajaran Manual dan Digital, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Majid, Abdul, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsepdan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Morgan, Cillford T., Introduction to Psychology, fourth edition, New York: Mc Grow Hill inc., 1971.

Muchlich, Mansur, KTSP pembelajaran Berbasis Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Kompetensi

dan

65

Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan PendidikanAgama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI dan SDLB, Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2006.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985.

Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.

Sadiman, Arief S., dan R. Raharjo, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfatannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.

Saminanto, Ayo Praktik PTK, Rasail Media Group, Semarang, 2011.

Silberman, Melvin L., Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terj. Raisul Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009.

Siregar, Syofian, Statistika Dekriptif Untuk Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

66

Skiner, Charles E., Essentials of Educational Psychology, New York: Prentice Hall, lac, 1958.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Soeparwoto, Psikologi Perkembangan, Semarang: UNNES Press, 2006.

Sudjana,Nana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, Bandung: Sianar Baru Algesindo, 2007. _________, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005. _________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

__________, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan RI tentang SistemPendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung: Nuansa Aulia, 2008.

Tirtarahadja, Umar, La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

67

Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan Peserta Didik, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.

Yulistyana, Naili Vidya, Pengembangan Media Pembelajaran Wayang Cucok Untuk Meningkatkan Kemahiran Kalam Pada Siswa Kelas XI MAN 1 Jepara, Tesis, Yogyakarta perpustakaan Pps UIN Sunan Kalijaga, 2016.

B. Web http://oneallstudents.blogspot.com/2012/03/pengertian-rencanapelaksanaan.html?m= 1, diunduh pada tanggal 11 September 2015.

1

More Documents from "Start Today"