Laporan_akhir_praktikum_kimia_klinik_ii.docx

  • Uploaded by: Nindya Ilona Wanda Rizka
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan_akhir_praktikum_kimia_klinik_ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 15,012
  • Pages: 73
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

OLEH Ade Megita Radja Agnes Emiliani Lende Benilde Rego Da Silva Desianti R. Tauho Lorentia A. Hunga Magdalena Ata Goran Monika Kolin Tukan Murniyanti Koku Yowa Riny Kurniaty Smaut Rosalina Teme Yani Amelia Mone Yohana D.B. Hurint

JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEKES KEMENKES KUPANG 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktikum Kimia Klinik II” dengan baik. Kami berterimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing selama Praktikum Mata Kuliah Kimia Klinik ini. Laporan Akhir Praktikum Kimia Klinik II ini dibuat demi memenuhi tugas akhir kami di semester ini. Laporan ini berisi mengenai praktikum yang dijalankan selama 1 semester ini, mengenai pemeriksaan kimia darah mennggunakan microlab 300. Laporan ini akan memberikan informasi mengenai hasil praktikum, serta prosedur dan prinsip kerja yang digunakan dalam praktikum. kami sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari kata Sempurna, karena itu kritik serta saran dari Bapak dan Ibu Dosen serta para pembaca kiranya dapat menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih untuk semua yang sudah membantu dan mendukung selama proses perkuliahan di semester ini.

Kupang, 1 Juli 2016

Penulis

i

DAFTAR ISI

Kover Kata pengantar ........................................................................................................... i Daftar isi..................................................................................................................... ii BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2 1.3. Tujuan .................................................................................................... 3 BAB II. Pembahasan 2.1. Praktikum I : Glukosa ......................................................................... 4 2.2. Praktikum II : SGOT ......................................................................... 9 2.3. Praktikum III : SGPT .......................................................................... 13 2.4. Praktikum IV : ALP ............................................................................ 17 2.5. Praktikum V : GGT ............................................................................ 21 2.6. Praktikum VI : Kolesterol ................................................................... 25 2.7. Praktikum VII : Trigliserida ............................................................... 31 2.8. Praktikum VIII : Ureum...................................................................... 38 2.9. Praktikum IX : Kreatinin .................................................................... 43 2.10. Praktikum X : Asam Urat ................................................................... 47 2.11. Praktikum XI : Bilirubin ..................................................................... 52 2.12. Praktikum XII : Protein Total ............................................................. 57 2.13. Praktikum XIII : Albumin .................................................................. 62

ii

BAB III. Penutup 3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 68 3.2. Saran ..................................................................................................... 68 Daftar Pustaka ............................................................................................................ 69

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin, sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan. Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemi (Anonim, 2012). Kimia klinis juga dikenal sebagai kimia patologi, biokimia klinis atau medis biokimia, adalah bagian dari patologi klinis yang umumnya berkaitan dengan analisis cairan tubuh. Pengujian ini berasal dari akhir abad ke-19 dengan penggunaan tes kimia sederhana untuk berbagai komponen darah dan urin. Namun saat ini, teknik lain yang diterapkan termasuk penggunaan dan pengukuran aktivitas enzim, spektrofotometri, elektroforesis, dan immunoassay. Seiring berkembangnya waktu, laboratorium modern sekarang benar-benar dibuat semaksimal mungkin dengan beban kerja yang tinggi. Pengujian dilakukan dengan pepantauan dan kontrol kualitas. Semua tes biokimia selalu dibawah patologi kimia. Ini dilakukan pada setiap jenis cairan tubuh, tapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum adalah bagian darah yang berwarna kuning muda yang tersisa setelah darah dibuat membeku dan semua sel darah dapat dihilangkan. Hal ini paling mudah dilakukan dengan sentrifugasi, sel-sel darah dan trombosit padat ke bagian bawah tabung centrifuge, meninggalkan fraksi cairan serum yang dikemas dan berhenti di atas sel-sel. Ini langkah awal sebelum analisis baru-baru ini telah dimasukkan dalam instrumen yang prinsipnya beroperasi pada "sistem yang terintegrasi". Plasma pada dasarnya sama dengan serum, tetapi diperoleh dengan pemutaran darah tanpa pembekuan. Plasma diperoleh dengan sentrifugasi sebelum terjadi pembekuan. Jenis uji yang diperlukan menentukan jenis sampel yang digunakan. Sebuah laboratorium medis yang besar akan menerima sampel sampai sekitar 700 jenis tes. Bahkan yang terbesar dari laboratorium jarang melakukan semua tes ini sendiri, dan sebagian harus dirujuk ke laboratorium lain. 1

Sub tes dapat dikategorikan ke dalam sub spesialisasi : 

Kimia umum atau rutin - umumnya memerintahkan kimia darah misalnya, tes fungsi hati dan ginjal.



Kimia khusus - teknik rumit seperti elektroforesis, dan metode pengujian manual.



Clinical endokrinologi - studi tentang hormon, dan diagnosis gangguan endokrin.



Toksikologi - studi tentang penyalahgunaan obat dan bahan kimia lainnya.



Obat Terapi Monitoring - pengukuran terapi obat kadar darah untuk mengoptimalkan dosis.



Urine - analisis kimia urin untuk beragam penyakit , bersama dengan cairan lain seperti CSF dan efusi



Analisis Faeces (tinja) - sebagian besar untuk mendeteksi gangguan pencernaan.

1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara pemeriksaan glukosa darah serta interpretasi hasilnya? 2. Bagaimana cara pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase serta interpretasi hasilnya? 3. Bagaimana cara pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Pyruvic Transaminase) serta interpretasi hasilnya? 4. Bagaimana cara pemeriksaan ALP (Alkali Phosphatase) serta interpretasi hasilnya? 5. Bagaimana cara pemeriksaan GGT (Gamma Glutamyl Transaminase) serta interpretasi hasilnya? 6. Bagaimana cara pemeriksaan cholesterol serta interpretasi hasilnya? 7. Bagaimana cara pemeriksaan trigliserida serta interpretasi hasilnya? 8. Bagaimana cara pemeriksaan ureum serta interpretasi hasilnya? 9. Bagaimana cara pemeriksaan kreatinin serta interpretasi hasilnya? 10. Bagaimana cara pemeriksaan asam urat serta interpretasi hasilnya? 11. Bagaimana cara pemeriksaan bilirubin total serta interpretasi hasilnya? 12. Bagaimana cara pemeriksaan total protein serta interpretasi hasilnya? 13. Bagaimana cara pemeriksaan albumin serta interpretasi hasilnya?

2

1.3. TUJUAN 1. Mengetahui cara pemeriksaan glukosa darah serta interpretasi hasilnya 2. Mengetahui cara pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase serta interpretasi hasilnya 3. Mengetahui cara pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Pyruvic Transaminase) serta interpretasi hasilnya 4. Mengetahui cara pemeriksaan ALP (Alkali Phosphatase) serta interpretasi hasilnya 5. Mengetahui cara

pemeriksaan GGT (Gamma Glutamyl Transaminase) serta

interpretasi hasilnya 6. Mengetahui cara pemeriksaan cholesterol serta interpretasi hasilnya 7. Mengetahui cara pemeriksaan trigliserida serta interpretasi hasilnya 8. Mengetahui cara pemeriksaan ureum serta interpretasi hasilnya 9. Mengetahui cara pemeriksaan kreatinin serta interpretasi hasilnya 10. Mengetahui cara pemeriksaan asam urat serta interpretasi hasilnya 11. Mengetahui cara pemeriksaan bilirubin total serta interpretasi hasilnya 12. Mengetahui cara pemeriksaan total protein serta interpretasi hasilnya 13. Mengetahui cara pemeriksaan albumin serta interpretasi hasilnya

3

BAB II PEMBAHASAN PRAKTIKUM I

Hari / Tanggal

: Jumat, 9 Februari 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan glukosa menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : GOD PAP Enzimatik

Prinsip Pemeriksaan : Kadar glukosa ditentukan setelah pengoksidasian enzim dihadapkan dari oksidasi glukosa. Terbentuknya hidrogen peroksida bereaksi dibawah katalis dari peroksidasi dengan fenol dan 4-aminofenazon menjadi merah keunguan, quinoneimine tua sebagai indikator.

Dasar Teori

:

A. Glukosa Darah Glukosa diserap oleh hati dan sebahian disimpan sebagai glikogan atau asam-asam lemak sehingga kadar glokosa darah dapat dipertahankan dalam batas normal 80-120 mg/dL atau 3,0-7,0 mmol/L. pengaturan kadar glukosa darah sangat ditentukan oleh beberapa hormon. Hormon insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah sedangkan glokagon dapat menaikkan kada glokosa darah. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan diabetes mellitus. (2:35) Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan banyak mamalia berkisar antara 4,5-5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohidrat , kadar tersebut dapat naik hingga 6,5-7,2 mmol/L. Di saat puasa, kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,3-3,9 mmol/L. Kadar glukosa darah berkurang. Penurunan mendadak kadar glukosa darah akan menimbulkan serangan konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis indulin, karena ketegantungan otak 4

secara langsung pada pasokan glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat ditoleransi asalkan terdapat adaptasi yang progresif. B. Pembentukan Glukosa Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa. Glukosa

dibentuk

dari

senyawa-senyawa

glukogenik

yang

mengalami

glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan instilah yang digunakan untuk mencakuo mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab untuk mengubah senyawa nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Substrat utaman glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Hati dan ginjal merupakan jaringan utama yang terlibat, Karen kedua organ tersebut mengandung komplemen lengkap enzim-enzim yang diperlukan. Glukosa juga dibentuk dari glikogen hati melauli glikogenolisis. Glikogen disintesis dari glukosa dan precursor lainnya lewat lintasan glikogenesis. Pemecahannya terjadi melalui sebuah lintasan terpisah yang dikenal sebagai glikogenolisis. Glikogenolisis menyebabkan pembentukan glukosa di hati dan pembentukan laktat di otot yang masingmasing terjadi akibat adanya atau tidak adanya enzim glukosa-6-fosfatase. C. Mekanisme metabolic dan hormonal glukosa darah Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah merupaka salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme dengan hati, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon turut mengambil bagian. 

Glukoinase. Glukokinase, yang mempunyai Km yang lebih tinggi (afinitas lebih rendah) untuk glukosa daripada nilai Km heksokinase, meningkat aktivitasnya melebihi kisaran kadar glukosa yang fisiologik, dan enzim ini agaknya mempunyai hubungan khusus dengan ambilan glukosa ke hati pad konsentrasi lebih tinggi yang ditemukan pada vena porta hati sesudah memakan makanan yang mengandung karbohidrat.



Insulin Disamping pengaruh langsung hiperglikemia dalam meningkatkan ambilan glukosa baik ke hati maupun jaringan perifer, hormone insulin juga mempunyai peranan sentral dalam mengatur konsentrasi glukosa darah. Hormon ini dihasilkan oleh sel-

5

sel B pada pulau-pulau Langerhans pancreas sebagagi reaksi langsung terhadap keadaan hiperglikemia. Insulin mempunyai efek segera meningkatkan ambilan glukosa di jaringan seperti jaringan adipose dan otot. Kerja insulin ini disebabkan oleh peningkatan transport glukosa dari bagian dalam sel ke membrane plasma. 

Glukogon Glukagon merupakan hormone yang dihasilka oleh sel-sel A pada pulau-palau Langerhans pancreas. Sekkresi hormon ini dirangsang oleh keadaan hipoglikemia. Pada saat mencapai hati (lewat vena porta) hormone glucagon menimbulkan glikogenolisis dengan mengaktifkan enzim fosforilase. Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau

monosakarida dan unit kimia yang kompleks seperti disakarida atau polisakarida. Karbohidrat yang kita makan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorbsi (glukosa termasuk di dalamnya). Jadi pembentukan glukosa berasal dari monosakarida atau suatu unit kompleks karbohidrat yang lain. Setelah diabsorbsi kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula, jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jaringanjaringan perifer bergantung pada keseimbangan beberapa hormone yaitu : hormone yang merendahkan kadar glukosa darah dan hormone yang meningkatkan kadar glukosa darah.

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Kapas alkohol 3. Kapas kering 4. Reagen glukosa

6

5. Serum 6. Standar glukosa 7. Tissue

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Persiapan pasien (pasien berpuasa 10-12 jam sebelum pengambilan sampel) 2. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 3. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 4. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 5. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 6. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 20 menit pada suhu ruangan 3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “glukosa”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat

7

g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Pelaporan hasil

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Yani Amelia Mone

Jenis kelamin: Perempuan Umur

: 21 Tahun

B. Hasil Blanko

: 0,294 Abs

Standar

: 0,004 Abs

Sampel

: 368,3 mg/dL

C. Nilai normal

Pembahasan

: 70 – 110 mg/dL

:

Dari Praktikum yang dilakukan didapatkan kadar glukosa darah 368,3 mg/dL dari Pasien Yani Amelia Mone (21 tahun). Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar glukosa darah pasien tinggi karena melebihi nilai normal yang telah ditetapkan yaitu 70-110 mg/dL. Hal-hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 

Persiapan pasien (pasien tidak berpuasa sebelum dilakukan pemeriksaan)



Aktivitas fisik pasien yang berlebihan



Reagen yang kadarluarsa

8

PRAKTIKUM II

Hari / Tanggal

: Jumat, 26 Februari 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transaminase)

Tujuan Praktikum

: Untuk mengetahui kadar SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase) dalam sampel menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Kinetic IFCC

Prinsip Pemeriksaan : Sejumlah serum direaksikan dengan reagen spesifik SGOT (ASAT [SGOT] FS with/without pyridoxal-5-phosphate) lalu dibaca hasilnya dengan menggunakan alat mikrolab 300

Dasar Teori

: Enzim transminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim

yang mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transminase, yaitu serum glutamat oksaloasetattransminase dan serum glutamat piruvat transminase (SGPT). Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding SGOT. Hal ini dikarenakan enzim GPT sumber utamanya dari hati, sedangkan enzim GOT banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono 2009) Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat oksaloasetat transminase (SGOT) merupakan enzim mitikondria yang berfungsi mengkatalisis pemindahan bolak –balik gugus amino dari asam aspartat ke asam α-oksaloasetat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson, 1995) Enzim GOT dan GPT mencerminkan keutuhan atau integrasi sel-sel hati. Adanya peningkatn enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2009) Kerusakan membran sel menyebabkan enzim Glutamat Oksaloasetat Transminase (GOT) keuar dari sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya meningkat didalam darah. Sehingga dapat dijadikan indiator kerusakan hati (Ronald et al. 2004)

9

Kadar enzim AST (GOT) akan meningkat apabila terjadi kerusakan sel yang akut seperti nekrosis hepatoseluler seperti gangguan fungsi hati dan saluran empedu, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta gangguan fungsi ginjal dan pankreas (Price dan Wilson, 1995) GOT banyak terdapat dalam mitokondria dan sitoplasma sel hati, otot jantung, otot lurik dan ginjal (Sagita A 2006)

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen ASAT (GOT) FS*; terdiri atas Reagen I dan Reagen II 6. Serum 7. Tissue

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil,didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah.

10

B. Analitik 1. Campurkan 100µl sampel (serum) dengan 1000µl reagen I. Setelah tercampur, inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan 2. Setelah itu, tambahkan reagen II sebanyak 250µl, campurkan. Inkubasi pada suhu ruang selama 1 menit 3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “SGOT”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Pengeluaran dan pencatatan hasil

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Yohana Hurint

Jenis kelamin : Perempuan Umur B. Hasil

: 18 tahun : - 13 U/L

C. Nilai normal Perempuan

: < 30 U/L

Laki-laki

: < 35 U/L

11

Pembahasan

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu -13 U/L dari pasien Yohana Hurint (18 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar SGOT pasien Sangat rendah karena berada dibawah nilai normal (< 30 U/L untuk perempuan). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), 5. Injeksi pre intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST 6. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST 7. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru. Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah : 1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia) 2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) 3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.

12

PRAKTIKUM II

Hari / Tanggal

: Jumat, 4 Maret 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Pyruvic Transaminase)

Tujuan Praktikum

: Untuk mengetahui kadar SGPT (Serum Glutamat Pyruvic Transaminase) dalam sampel

Metode Pemeriksaan : Kinetic IFCC

Prinsip Pemeriksaan : Pemeriksaan SGPT didasarkan atas reaksi 2-oxoglutarat yang direaksikan dengan L-alanin yang terdapat pada reagen I SGPT dengan bantuan enzim ALT (Alanin transminase) akan menghasilkan Lglutamat dan piruvat. Kemudian dalam keadaan basa piruvat akan bereaksi dengan NADH yang terdapat dalam reagen II SGPT yang akhirnya menghasilkan L-laktat dan NAD+.

Dasar Teori

:

SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai Rujukan : Laki-laki : 0 - 50 U/L Perempuan : 0 - 35 U/L Masalah Klinis : Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah : 1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia) 13

2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) 3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : 1.

Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar

2.

Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar

3.

Hemolisis sampel

4.

Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

5.

Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen ALAT (GPT) FS*; terdiri atas Reagen I dan Reagen II 6. Serum 7. Tissue

14

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil,didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Campurkan 100µl sampel (serum) dengan 1000µl reagen I. Setelah tercampur, inkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan 2. Setelah itu, tambahkan reagen II sebanyak 250µl, campurkan. Inkubasi pada suhu ruang selama 1 menit 3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “SGPT”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Pengeluaran dan pencatatan hasil

15

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Peatri Dengga

Jenis kelamin : Perempuan Umur

: 22 tahun

B. Hasil

: 80 U/L

C. Nilai normal Perempuan

: < 34 U/L

Laki-laki

: < 45 U/L

Pembahasan

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 80 U/L dari pasien Peatri Dengga (21 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar SGPT pasien Tinggi karena berada diatas nilai normal (< 34 U/L untuk perempuan). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar 2.

Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar

3.

Hemolisis sampel

4.

Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

5.

Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

16

PRAKTIKUM IV

Hari/Tanggal

:Jumat, 11 Maret 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar ALP (Alkali Phospatase)

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan ALP menggunakan microlab 300

Metode pemeriksaan : Kinetic DGKC

Prinsip pemeriksaan : Alkali phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang menstranfer 4-Nitropenilphospat dan 2-amino-2 metil propenol(AMP) menjadi nitropenol,kenaiKan 4- nitrophenol diukur secara fotometri pada panjang gelombang 405 nm yang sebanding dengan aktivitas alkali phosphatase dalam sampel.

Dasar Teori

:

Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang. Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anakanak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan) Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah 17

normal karena pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.

Alat dan Bahan : A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen ALP terdiri atas reagen I dan reagen II 6. Serum 7. Tissue

Prosedur Kerja : A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Campurkan

20

μl

Sampel(serum)

dengan

1000

μL

Reagen

I.Setelah

tercampur,Inkubasi selama 1 menit pada suhu ruangan.

18

2. Setelah Itu,Tambahkan Reagen II sebanyak 250 μL, Campurkan.inkubasi pada suhu ruangan 1 menit 3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “ALP”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca-Analitik Pencatatan dan pelaporan Hasil

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Efrilinda Namin

Jenis kelamin : 20 Tahun Umur

: Perempuan

B. Hasil Reagen DSI

: 190 U/L

Reagen Diasys: 4 U/L C. Nilai normal

:

Laki-Laki :< 935 U/L Perempuan :<448 U/L

19

Pembahasan

:

Dari Praktikum yang dilakukan didapatkan hasil untuk reagen DSI:190 u/Ldan Untuk Reagen Diasys :4 u/L dari Pasien fanny Namin (20 tahun). Hasil yang didapat untuk reagen DSI menunjukan kadar ALP yang normal, Sedangkan untuk reagen Diasys : 4 u/L menunjukan kadar ALP yang rendah (abnormal), karena kurang atau sangat rendah dari nilai normal yang ditetapkan yaitu untuk pasien Wanita 448 u/L untuk dewasa. Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : 1. Sampel hemolisis, 2. Pengaruh obat-obatan tertentu (lihat pengaruh obat), 3. Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP 5-10 kali dari nilai normalnya, 4. Usia pasien (mis. Usia muda dan tua dapat meningkatkan kadar ALP), 5. Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah melahirkan dapat meningkatkan kadar ALP. PENINGKATAN KADAR : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis, hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan fraktur, myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir, arthritis rheumatoid (aktif), ulkus. Pengaruh obat : albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid, beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat. PENURUNAN KADAR : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vit C), hipofosfatasia, anemia pernisiosa, isufisiensi plasenta. Pengaruh obat : oksalat, fluoride, propanolol (Inderal)

20

PRAKTIKUM V

Hari / Tanggal

: Jumat, 1 April 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan GGT (Gamma Glutamyl Transaminase)

Tujuan Praktikum

: Untuk mengetahui kadar GGT (Gamma Glutamyl Transaminase) dalam sampel

Metode Pemeriksaan : Kinetic kolorimetri

Prinsip Pemeriksaan : Gamma-GT mengkatalisis transfer asam glutamat untuk akseptor seperti Glycylglycine dalam kasus ini. Proses ini melepaskan 5-amino2-nitrobenzoate, yang dapat diukur pada 405 nm. Peningkatan absorbansi pada panjang gelombang ini secara langsung setara dengan aktivitas Gamma-GT.

Dasar Teori

:

1. Pengertian Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT) adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar kadar GGT dalam serumnya meningkat. Kadar dalam serum ini akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan sel tetap berlangsung. GGT mengkatalisis transfer gugus gamma-glutamil glutathione ke akseptor yang mungkin ada dalam gugus asam amino, peptida atau air (membentuk glutamat). GGT memainkan peran kunci dalam siklus gamma-glutamil, untuk jalur sintesis

dan

degradasi

glutathione

dan

obat

serta

detoksifikasi

xenobiotic. GGT hadir dalam membran seljaringan, termasuk ginjal, saluran empedu, pankreas, hati,limpa, jantung, otak, dan vesikula se minalis. Hal ini terlibatdalam transfer asam amino menyeberangi membran selulardan me tabolisme leukotriene. Selain itu, hal ini juga terlibat dalam metabolisme glutathione dengan mentransfer bagian glutamil ke berbagai molekul akseptor termasuk 21

air, asam

L-amino tertentu, dan

peptida,

meninggalkan

produk

sistein

untuk

mempertahankan homeostasis intraseluler stresoksidatif. 2. Fungsi GGT memiliki beberapa kegunaan sebagai penanda diagnostik dalam kedokteran. Hasil tes darah untuk GGTmenunjukkan bahwa nilai yang normal adalah sekitar 4078 U/ L. Peningkatan

aktivitas GGT serum dapat ditemukan dalam penyakit

hati, sistem empedu, dan pankreas. Dalam

hal ini, mirip dengan alkali fosfatase

(ALP) dalam mendeteksi penyakit saluran empedu. GGT ini juga dapat digunakan untuk mengindikasikan

penyalahgunaan

pengkonsumsian

alkohol

alkohol

berlebihan

atau penyakit sampai

3

hati

alkoholik. Yaitu,

atau

4

minggu

sebelum tes. Banyak obat dapat meningkatkan kadar GGT, termasuk barbiturat dan fenitoin lain

termasuk NSAID, St

John's

Wort,

dan

aspirin.

Peningkatan

tingkat GGT mungkin juga karena gagal jantung kongestif. 3. Metode Pemeriksaan Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen Gamma-GT terdiri atas Reagen I dan Reagen II 6. Serum 7. Tissue 22

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil,didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 2 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk blanko, berisi 100 µL aquades dan 1000µL reagen b) Tabung 3 untuk sampel, berisi 100 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 1 menit pada suhu ruangan 3. Ditambahakan reagen II 250 µL dan diinkubasi lagi selama 1 menit 4. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “Gamma-GT”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Pengeluaran dan pencatatan hasil

23

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Benilde R. Da Silva

Jenis kelamin : Perempuan Umur

: 22 tahun

B. Hasil

: 1 U/L

C. Nilai normal Pria Wanita Pembahasan

: 15 - 90 U/L : 10 - 80 U/L :

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 1 U/L dari pasien Benilde (22 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar GGT pasien Sangat rendah karena berada dibawah nilai normal (10-80 U/L untuk perempuan). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), PENINGKATAN KADAR : sirosis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut dan kronis, kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru, otak), kolestasis akut, mononukleosis infeksiosa, hemokromatosis (deposit zat besi dalam hati), DM, steatosis hati / hiperlipoproteinemia tipe IV, infark miokard akut (hari keempat), CHF, pankreatitis akut, epilepsi, sindrom nefrotik. Pengaruh obat : Fenitoin (Dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, warfarin (Coumadin). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium a) Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan tes gamma-GT positif palsu. b) Asupan alkohol berlebih dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan kadar gamma-GT.

24

PRAKTIKUM VI

Hari/tanggal

: Jumat, 8 April 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Kolesterol

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan kolesterol menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : COD-PAP Enzimatik fotometrik test

Prinsip Pemeriksaan : Penentuan kadar kolesterol setelah hidrolisis enzimatik dan oksidasi. Indikator kolorimetri adalah quinomine yang di hasilkan dari 4aminoantipyrine dan fenol oleh hidrogen peroksida di bawah aksi katalitik peroksidase (reaksi trinder).

Dasar Teori

:

A. Pengertian Kolesterol Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam lever (hati). Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi, antara lain untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat garam empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, bila takarannya pas atau normal, kolesterol adalah lemak yang berperan penting dalam tubuh. Namun, jika terlalu banyak, kolesterol dalam aliran darah justru berbahaya bagi tubuh (Nilawati, 2008). Kolesterol berasal dari organ binatang terutama bagian otak, kuning telur, dan jeroan. Demikian juga produksi yang berasal darinya, seperti susu asli, keju, mentega, dan lainlain. Sementara bahan makana yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan tidak mengandung kolesterol. Dengan demikian, cara yang efektif untuk mengurangi kadar kolesteol dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengkonsumsi sayuran dan buah (Nilawati, 2008)

25

B. Fungsi Kolesterol Kolesterol adalah komponen penting dari semua membran biologis, termasuk membran sel yang memisahkan sel ke bagian luar dan berbagai membran di dalam sel. Tekstur membrane, viskositasnya ditentukan oleh jumlah kolesterol, yang membuat membrane menjadi stabil pada kisaran temperature yang besar (Skiver, 2008). Kolesterol adalah bahan awal utama untuk sintesis vitamin D, hormon steroid seperti kortisol dan aldosteron dari kelenjar adrenal dan hormon seperti progesteron , estrogen dan testosteron (Skiver, 2008). C. Sumber Kolesterol Jumlah terbesar kolesterol dalam tubuh manusia disintesis dari asetil koenzim A- di banyak jenis sel dan jaringan . Sekitar 20-25% dari produksi harian, biasanya sekitar 1 gram per hari, terjadi di dalam hati. organ lain yang mensintesis kolesterol adalah usus , kelenjar adrenal dan alat kelamin . Seorang pria yang memiliki berat 70 kilogram, yang umumnya sekitar 25 gram kolesterol dalam tubuh, dan mungkin setiap hari di 200-250 miligram melalui diet. Sekitar 1,2-1,3 miligram untuk memasuki usus, di mana sekitar setengah diserap ke dalam darah. Anda melakukannya dengan baik bahkan jika Anda tidak menerima kolesterol melalui diet, ketika sel-sel kekebalan tubuh sendiri dapat menghasilkan semua kolesterol yang mereka butuhkan (Macnair, 2007). D. Ekskresi Kolesterol Kolesterol dikeluarkan dari hati ke dalam empedu. Beberapa empedu meninggalkan tubuh dengan kotoran, tetapi beberapa dikembalikan lagi melalui usus . Jika kolesterol menumpuk dalam konsentrasi tinggi, seperti kandung empedu , itu mengkristal. kolesterol mengkristal, dan merupakan salah satu unsur utama dari jenis batu empedu yang paling umum (Macnair, 2007). E. Penyebab Tingginya Kolesterol Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan sumber kolesterol (seperti makanan berminyak, bersantan, makanan fast food), alkohol dan gula yang berlebihan (Indica, 2010). F. Diet Untuk Kolesterol Kadar kolesterol tinggi seringkali dapat dicegah melalui pola makan sehat dan olahraga ringan. Beberapa makanan memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kadar kolesterol darah sedangkan yang lain mungkin bahkan lebih rendah kadar LDL. Sebagai contoh, diketahui bahwa beta-glukan dari gandum dan sterol membantu mengurangi kadar kolesterol (Skiver, 2008). 26

Lemak trans dari margarin menurunkan HDL dan meningkatkan LDL. Peningkatan besar dalam penyakit kardiovaskular pada paruh kedua tahun 1900 bertepatan dengan peningkatan asupan margarin dengan isi lemak trans buatan. Lemak tak jenuh ganda (misalnya dari minyak goreng dan margarin) mengurangi kolesterol darah. Mekanisme di balik ini adalah bahwa asam lemak Omega6 dari minyak margarin atau memasak memasuki membran sel dan menggantikan stabil, lemak jenuh. Hal ini mengubah stabilitas dan fungsionalitas dari membran sel. Untuk memperbaiki hal ini, adalah karena kolesterol dari darah ke dalam membran sel, untuk menstabilkan mereka. Lemak jenuh meningkatkan LDL (Skiver, 2008). G. Pemeriksaan Laboratorium Untuk mengetahui profil lemak darah seseorang, umumnya dilakukan pemeriksaan fraksi lemak darah di laboratorium. Fraksi lemak yang perlu diperiksa adalah kadar trigliserida, kadar kolesterol total, kolesterol-LDL, dan kolesterol-HDL. Kadar kol-LDL sebaiknya diukur secara langsung. Namun, untuk memperingan biaya pemeriksaan, kolLDL dapat juga dihitung dengan rumus Friedewald, dengan syarat kadar trigliserida < 400 mg/dl. Rumusnya sebagai berikut: Kadar kol-LDL = kol-total – kol-HDL – 1/5 trigliserida (mg/dl) (Dalimartha, 2008) Sebelum dilakukan pemeriksaan darah perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu agar hasilnya akurat. Untuk pemeriksaan trigliserida, diperlukan puasa 12 jam (semalam). Selama puasa boleh minum air putih, berkumur, atau sikat gigi. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, maupun kolesterol HDL, tidak perlu puasa. Darah yang diambil untuk pemeriksaan adalah darah vena. Orang yang akan diperiksa harus duduk sedikitnya 10 menit sebelum contoh darah diambil (Dalimartha, 2008). Apabila hasil pemeriksaan laboratorium ternyata ada kadar lemak sebaiknya jangan tergesa-gesa membuat diagnosis displidemia primer dan langsung memberi obat hipolipidemik. Perlu dipikirkan terlebih dahulu kemungkinan menderita displidemia sekunder karena dengan penanggulangan penyakit primernya akan menormalkan kembali kadar lemak darahnya (Dalimartha, 2008). Apabila ada keraguan apakah penyebabnya displidemia primer atau sekunder, baru dilakukan pemeriksaan yang lebih canggih seperti pemeriksaan apolipoprotein, LCAT (Lecithin-Cholesterol-Acyl-Transferase),

Lp(a),

enzim

lipolitik,

dan

sebagainya

(Dalimartha, 2008).

27

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen kolesterol 6. Serum 7. Tissue

Cara Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 20 menit pada suhu ruangan

28

3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “kolesterol”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

Hasil pemeriksaan : A. Identitas pasien Nama

: Lorentia Hunga

Jenis kelamin: Perempuan Umur

: 20 Tahun

B. Hasil Blanko

: 0,001 Abs

Standar

: 0,253 Abs

Sampel

: 0,232 Abs

C. Perhitungan ∆ 𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝐾𝑜𝑛𝑠. 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ∆ 𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 0,232 𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 = × 200 𝑚𝑔/𝑑𝐿 0,253 𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 =

𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 = 183 𝑚𝑔/𝑑𝐿 29

D. Nilai normal

Pembahasan

: < 200 mg/dL

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 183 mg/dL dari pasien Lorentia Hunga (20 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar kolesterol pasien normal karena masih berada dalam batas nilai normal (<200 mg/dL). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll.

30

PRAKTIKUM VII

Hari/tanggal

: Jumat, 20 Mei 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Trigliserida

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan trigliserida menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Enzimatik kolorimetrik test

Prinsip Pemeriksaan : Penentuan trigliserida ditentukan setelah pemisahan enzimatik dengan lipoprotein lipase. Indikator qunoneimine yang dihasilkan dari 4aminoantipyrine dan klorofenol oleh hidrogen peroksida dibawah reaksi katalitik peroksidase.

Dasar Teori

:

Trigliserida merupakan lipid yang memiliki struktur ester, yang tersusun oleh tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul gliserol (Zulfikar, 2010) Reaksi kimia untuk trigliserida pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan senyawa alkena dan ester, misalnya trigliserida dapat terhidrogenasi oleh gas Hidrogen yang dikatalisis oleh logam nikel atau platina, reaksi untuk senyawa tersebut disajikan dalam persamaan reaksi pada gambar 2 (Zulfikar,2010): Reaksi hidrolisis pada trigliserida akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa atau dapat pula dengan bantuan enzim. Trigliserida merupakan jenis lemak yang dapat ditemukan dalam darah dan merupakan hasil uraian tubuh pada makanan yang mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh serta juga dibentuk di hati (Ayu,2011). Setelah mengalami proses di dalam tubuh, trigliserida ini akan diserap usus dan masuk ke dalam plasma darah yang kemudian akan disalurkan ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk klomikron dan VLDL (very low density lipoprotein) (Ayu,2011). Trigliserida dalam bentuk klomikron berasal dari penyerapan usus setelah konsumsi makanan berlemak. Sebagai VLDL, trigliserida dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin dari dalam tubuh (Ayu,2011). 31

Sementara itu, trigliserida yang berada di luar hati dan berada dalam jaringan misalnya jaringan pembuluh darah, otot, jaringan lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase.

Sisa

hidrolisis

kemudian

akan

dimetabolisme

oleh

hati

menjadi

kolesterol LDL (Ayu,2011). Kalori yang didapatkan tubuh dari makanan yang dikonsumsi tidak akan langsung digunakan oleh tubuh melainkan disimpan dalam bentuk trigliserida dalam sel-sel lemak di dalam tubuh yang berfungsi sebagai energi cadangan tubuh (Ayu,2011). Asupan makanan yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan efek trigliserida di dalam tubuh seseorang. Jika kadar trigliserida meningkat, maka kadar kolesterol pun akan meningkat pula (Ayu,2011). Proses pencernaan lemak dari makanan selain menghasilkan kolesterol juga menghasilkan trigliserida dan lemak bebeas semua lemak ini akan diserap oleh tubuh melalui usus ke dalam darah. Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika pengkonsumsian makanan yang mengandung lemak jenuh berlebihan maka mengakibatkan kadar kolesterol berlebihan juga. Hal ini akan menimbulkan ancaman dan masalah yang serius, terutama pada penyakit pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Penyakit ini dapat memicu timbulnya penyakit jantung coroner dan stroke (Wijayakusuma, Hembing, 2003). Trigliserida yang berlebih dalam tubuh akan disimpan di dalam jaringan kulit sehingga tubuh terlihat gemuk. Seperti halnya kolesterol, kadar trigliserida yang terlalu berlebih dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan (Ayu,2011). Namun, trigliserida dalam batas normal sebenarnya sangat dibutuhkan tubuh. Asam lemak yang dimilikinya bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Selain itu, trigliserida memberikan energi bagi tubuh, melindungi tulang, dan organ-organ penting lainnya dalam tubuh dari cedera (Ayu,2011). Trigliserida dikelompokkan menjadi (Putri,2011): A. Lemak Jenuh (lemak jahat) Berbentuk padat pada suhu ruangan dan dikenal sebagai lemak jahat. Umumnya lemak jenuh terdapat dalam produk hewani. Semakin banyak konsumsi lemak jenuh, maka akan semakin tinggi kadar koleseterol dalam darah. Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh : susu murni, keju berlemak, cokelat, daging, kelapa, mentega, babi, hati, ayam. Sebaiknya jangan terlalu banyak mengkonsumsi jenis lemak jenuh ini.

32

B. Lemak Tidak Jenuh (lemak baik) Berbentuk cair atau lunak jika berada pada suhu ruangan. Lemak ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Jenis lemak tidak jenuh ini merupakan jenis lemak baik. Lemak ini terbagi dua yaitu lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Contoh makanan yang mengandung lemak tidak jenuh tunggal adalah zaitun, minyak kacang tanah, beberapa margarine yang non-dihidrogenasi, almond, kacang mete. Sementara lemak tidak jenuh ganda bersumber dari makanan yang mengandung omega 3 (contoh: ikan salmon, makarel, dan sarden, biji rami, walnut, dan minyak dan margarin yang non-hidrogenasi dibuat dari kanola, biji rami dan kedelai. Konsumsi setidaknya 2 porsi ikan per minggu) dan omega 6 (bunga matahari, kedelai dan minyak jagung, walnut, almond, biji wijen dan beberapa margarine non-dihidrogenasi.) C. Lemak Trans Jenis lemak trans akan meningkatkan kolesterol. Lemak ini terbentuk selama proses kimiawi (misalnya proses pemasakan) yang disebut hidrogenasi. Hidrogenasi adalah ketika sebuah lemak cair berubah menjadi lemak yang lebih padat. Kebanyakan margarine mengandung lemak trans. Untuk itu, pilih margarine yang tidak mengandung lemak trans (Anda bisa melihat label yang tertera pada kemasannya). Lemak trans berbahaya dan sebaiknya dihindari karena jenis lemak trans bertindak seperti lemak jenuh di dalam tubuh manusia yang akhirnya dapat meningkatkan kolesterol. Menurut the National Cholesterol Education Program, kadar trigliserida yang normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Kadar yang termasuk perbatasan tinggi adalah 150-199, dan 200-499 termasuk dalam tinggi (Budi, 2011). Penentuan kadar trigliserida dapat dilakukan dengan metode enzimatik. Dimana reaksi yang terjadi pada penetapan kadar trigliserida adalah dengan terbentuknya senyawa kompleks 4-(p-benzokinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut: trigliserida dengan adanya enzim lipoprotein lipase akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dengan adanya adenosine trifosfat (ATP) oleh enzim gliserol kinase dirubah menjadi gliserol-3-fosfat. Selanjutnya gliserol3-fosfat dioksidasi oleh enzim gliserol fosfat oksidase menjadi dihidroksiasetonfosfat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol membentuk senyawa 4-(p-benzokuinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan (Dachriyanus, et al., 2007).

33

Ambang batas kadar trigliserida dalam darah adalah sebagai berikut (Budi,2011): A. Kadar yang diingini

: maksimal 150 mg / dl

B. Kadar ambang batas tinggi

: antara 151 - 250 mg /dl

C. Kadar trigliserida tinggi

: 251 - 400 mg / dl

D. Kadar trigliserida amat tinggi

: 401 mg / dl atau lebih

Adiposit menghasilkan dan mensekresi beberapa protein yang berperan sebagai hormon. Hormon yang dikenal sebagai adiponektin, berperan penting dalam proses radang, dan aterosklerotik. Adiponektin merupakan salah satu dari banyak faktor spesifik jaringan adipose. Pengaruh adiponektin pada metabolisme trigliserida adalah dengan melibatkan perubahan intrinsik pada metabolisme lemak di otot skelet dan berpengaruh terhadap aktivitas lipoprotein lipase di otot skelet dan adiposit. Adiponektin dapat menurunkan akumulasi trigliserida di otot skelet dengan meningkatkan oksidasi asam lemak melalui aktivasi acetyl coA oxidase, Carnitine Palmytoyl Transferase-1 (CPT-1) dan AMP kinase. Adiponektin juga dapat menstimulasi Lipoprotein Lipase (LPL), yang merupakan enzim lipolitik

yang

dapat

mengkatabolis VLDL melalui

peningkatan

ekspresi Peroxisome

Proliferators Activator Receptor γ (PPARγ) di hati dan adiposit. Pada tingkat hepatik, adiponektin dapat menurunkan suplai Non Esterified Fatty Acid (NEFA) ke hati pada proses glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan sintesis trigliserida. Kadar adiponektin yang rendah dan dislipidemia pada penderita diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan kadar LPL (Renaldi, Olly, 2009). Untuk diet menurunkan kadar trigliserida mulailah dengan (Budi,2011): A. Perbanyak makanan tinggi protein tak berlemak B. Ganti karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi dengan karbohidrat berglikemik rendah. C. Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung serat tinggi. D. Ganti konsumsi lemak jenuh dan trans dengan lemak yang baik. E. Turunkan total lemak makanan sampai 20%-30% dari kalori. F. Kurangi intake kalori untuk menurunkan berat badan dan pertahankan berat badan yang ideal. G. Berolah raga minimal 30 menit per hari. H. Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.

34

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen trigliserida 6. Serum 7. Standar trigliserida 8. Tissue

Cara Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 20 menit pada suhu ruangan

35

3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “Trigliserida”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

Hasil pemeriksaan : A. Identitas pasien Nama

: Astrit D. Haning

Jenis kelamin: Perempuan Umur

: 18 Tahun

B. Hasil Blanko

: 0,324 Abs

Standar

: 0,199 Abs

Sampel

: 0,451 Abs

C. Perhitungan ∆ 𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝐾𝑜𝑛𝑠. 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ∆ 𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 0,451 𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 = × 200 𝑚𝑔/𝑑𝐿 0,199 𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 =

𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 = 453 𝑚𝑔/𝑑𝐿 36

D. Nilai normal

Pembahasan

: < 200 mg/dL

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 453 mg/dL dari pasien Astrit Haning (18 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar trigliserida pasien tinggi karena masih berada diatas batas nilai normal (< 200 mg/dL). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll.

37

PRAKTIKUM VIII

Hari/tanggal

: Jumat, 27 Mei 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Ureum

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan ureum menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : kolorimetrik test

Prinsip Pemeriksaan : Urea dihidrolisa dengan adanya urease menjadi ammonia dan CO2. Ammonia yang dihasikan dengan 2-oxoglutarate dan NADH dengan adanya GLDH membentuk glutamate dan NAD.

Dasar Teori

:

Ureum adalah produk degradasi akhir,protein asam amino dan deaminasi. Amonia yang terbentuk dalam proses ini dimetabolisme

menjadi ure di hati . Ini adalah jalur

katabolisme yang paling penting untuk menghilangkan kelebihan-kelebihan nitrogen dalam tubuh manusia. Pada tahun 1914 Marshal memperkenalkan pengujian berdasarkan pada enzim urease untuk menentukan urea dalam darah. Amonia dilepaskan dari urea oleh urease diukur titrymetrically.Banyak teknik lain digunakan untuk mengukur amonia yang dihasilkan.Ini termasuk uji Indophenol Bertholoth dan reaksi dari amoniak dengan pereaksi nesller

itu.Modifikasi

berikutnya

telah

diterbikan

ole

Fawcett,Scott,Chaney

dan

Morbacth.Pada tahu 1995 Talke dan schubert menerbitkan prosedur yang benar-benar enzimatik untuk penentuan urea menggunakan urease atau glutamat dehidrogenase yang digabungkan (GLDH) sistem enzim. Uji analition urea didasarkan pada metode Berthelot. Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena 38

mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal. Urea merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati. Penentuan kadar urea dalam serum dalam analisis klinik bermanfaat untuk mengetahui kondisis disfungsi ginjal (gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik, penyumbatan pada ginjal) dan pada kondisi yang tidak berkaitan dengan penyakit ginjal ( gagal jantung kongesti, kondisi pasca bedah/operasi, hipotensi). Penetapan kadar urea dalam serum dilakukan dengan menggunakan metode Bertholet. Pada metode ini, urea dipecah dengan enzim urease menghasilkan CO2 dan amonia. Setelah dicampur dengan pereaksi I dan II akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometer UV-VIS. Pada praktikum ini digunakan dua serum test yang akan diuji yaitu test B dan D. Ke dalam tabung reaksi, masing-masing 0,01 mL serum test B dan D dan standar BUN yang telah disediakan ditambahkan urease sebanyak 0,10 mL. Blanko sampel dan blanko standar sebanyak 0,01 mL dimasukkan ke tabung reaksi yang berlainan. Didiamkan selam 20 menit pada suhu 37oC. Kemudian, ke dalam 4 tabung tersebut, ditambahkan reagen I (fenol 15 g/L, Na-nitroprussid 0,5 g/L) dan reagen II ( NaOCl 0,5 g/L, NaOH 6,0 g/L), masing-masing sebanyak 2,5 mL. Didiamkan kembali selama 20 menit pada suhu

kamar.

Setelah

didiamkan

selama

20

menit,

dibaca

absorbansinya

pada

spektrofotometer UV-vis. Panjang gelombang pengukuran yang digunakan merupakan panjang gelombang maksimum, yaitu 546 nm. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi yang paling besar. Pengukuran absorbansi test B dan D dilanjutkan dengan mengukur absorbansi dari blanko test B dan D, blanko standar, dan standar. Dari hasil pengukuran, didapatkan nilai absorbansi seperti pada table hasil pengamatan. Nilai absorbansi yang diperoleh tersebut digunakan untuk menghitung mg % BUN serum test, dimana diperoleh mg % BUN test B adalah 10,76 mg % dan untuk test D adalah 0,76 mg %. Angka normal BUN yaitu 5-20 mg/dL BUN. Hai ini berarti test B memiliki kadar ureum normal karena berada pada rentang normal, sedangkan untuk test D menunjukkan bahwa kadar ureum dalam serum rendah dan berada di bawah normal. Pada test B dengan kadar ureum pada rentang normal dapat dikatakan pasien memiliki kondisi seimbang antara pembentukan urea dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal dimana sejumlah urea dimetabolisme lebih lanjut dan sejumlah kecil hilang dalam keringat dan feses. Pada test D kadar ureum berada di bawah rentang normal, penyebab paling sering pada kejadian ini adalah membesarnya volume plasma (Baron, 1995). 39

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen ureum 6. Serum 7. Standar ureum 8. Tissue

Cara Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen 1A b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen 1A c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 1A 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan 3. Tambahkan masing-masing tabung 1000 µL reagen 2, inkubasi 10 menit 40

4. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “Ureum”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

Hasil pemeriksaan : A. Identitas pasien Nama

: Astrit Haning

Jenis kelamin : Perempuan Umur

: 18 Tahun

B. Hasil Blanko

:–

Standar

: 3,147 mg/dl

Sampel

: 2,9 mg/dl

C. Nilai normal

: 10 - 20 mg/dL

41

Pembahasan

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 2,9 mg/dL dari pasien Astrit Haning (18 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar ureum pasien rendah karena berada dalam dibawah nilai normal (10-20 mg/dL). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll. Masalah Klinis : 1. Peningkatan Kadar  Penyebab Prerenal : katabolisme Protein menungkat  Renal : Gagal Ginjal akut  Pasca Renal : Penyumbatan saluran ureter 2. Penurunan Kadar 

Nekrosis Hepatik akut,sirosis hepatis,reaksi air oleh antidiuretik

 Karsinoma payudara yang sedang, malnutrisi Faktor-faktor yang mepengaruhi temuan lab: 1. Status dehidrasi dari penderita harus diketahui 2. Diet rendah Protein 3. Pengaruh obat

42

PRAKTIKUM IX

Hari / Tanggal

: Jumat, 27 Mei 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Kreatinin

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan kreatinin menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Kinetik jaffe

Prinsip Pemeriksaan : Kreatinin membentuk kompleks oranye-merah berwarna dalam asam pikrat. Perbedaan absorbansi pada kali tetap selama konversi sebanding dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel. Kreatinin ditambah asam pikrat menjadi kreatinin pikrat kompleks.

Dasar Teori

:

Kreatinin adalah hasil akhir metabolisme otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresikan dalam urin dengan kecepatan sama. Kreatinin diekskresi oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekreksi konsentrasinya relatif sama, dalam plasma hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E,2001). Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seseorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan hemodialisis. Kreatinin mempunyai batasan normal yang sempit nilai diatas batasan ini menunjukkan semakin berkurangnyan nilai ginjal secara pasti. Disamping itu terdapat hubungan yang jelas antara bertambahnya nilai kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal , sehingga diketahui pada nilai berapa perlu dilakukan cuci darah. Kadar kreatinin berbeda setiap orang, umumnya pada orang yang berotot kekar memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi daripada yang tidak berotot. Hal ini juga yang memungkinkan perbedaan nilai normal kreatinin pada perempuan dan laki-laki. Nilai normal kreatinin pada wanita adalah 0,5-0,9 mg/dl. Sedangkan pada pria adalah 0,6-1,1 mg/dl. 43

Beberapa faktor yang memepengarihi kadar kreatinin yaitu; a. Perubahan masa otot b. Diet kaya daging c. Aktivitas fisik yang berlebihan d. Obat-obatan e. Kenaikan tubulus (sekresi)

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen kreatinin 6. Serum 7. Standar kreatinin 8. Tissue

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. 44

B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 50 µL standar dan 1000 µL reagen 1 b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 50 µL aquades dan 1000µL reagen 1 c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 50 µL sampel dan 1000µL reagen 1 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan 3. Tambahkan masing-masing tabung 250 µL reagen 2, inkubasi 60 detik 4. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “kreatinin”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Astrit D. Haning

Jenis kelamin: 18 Tahun Umur

: Perempuan

45

B. Hasil Blanko

:-

Standar

: 3,07 mg/dL

Sampel

: 2,15 mg/dL

C. Nilai normal

Pembahasan

: 0,5 - 1,7 md/dL

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 2.15 mg/dL dari pasien Astrit D. Haning (18 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar kreatinin pasien tinggi karena berada diatas batas nilai normal (0,5 – 1,7 mg/dL). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll. Beberapa hal yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya : 1. Perubahan massa otot 2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan 3. Aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin dalam darah 4. Obat – obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin, dan co-trimexazole dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin dalam darah. 5. Kenaikan sekresi tubulus dan dekstruksi kreatinin internal 6. Usia dan jenis kelamin. Pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi dari pada orang muda, serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada pada wanita.

46

PRAKTIKUM X

Hari / Tanggal

: Jumat, 03 Juni 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Asam Urat

Tujuan Praktikum

: Untuk mengetahui kadar asam urat dalam sampel menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Enzimatic photometric

Prinsip Pemeriksaan : Asam urat dioksidasi menjadi alantoin dengan enzim uricase hasil dari hydrogen peroksida bereaksi dengan 4 aminoantipyrine dan 2,4,6 tribromo -3 asam hidroksibenzoat menjadi quinoneimine.

Dasar Teori

:

Pada manusia,asam urat adalah produk terakhir lintasan katabolisme nukleotida purina,sebab tiadanya enzim urikase yang mengkonversi asam urat menjadi alantoin. Kadar asam urat yang berlebih dapat menimbulkan batu ginjal di persendian. Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi purin secara berlebihan. Purin diolah tubuh menjadi asam urat,tapi jika kadar asam urat berlebih,ginjal tidak mampu mengeluarkan sehingga kristal asam urat menumpuk pada persedian. Akibatnya sendi terasa nyeri,bengkak dan meradang. Asam urat adalah penyakit dari sisa metabolisme zat purin yang berasal dari sisa makanan yang kita konsumsi. Asam urat disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Zat asam urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi normal. Namun dalam kondisi tertentu,ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara seimbang,sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini biasanya akhirnya akan menumpuk dan tertimbun pada persendian dan tempat lainnya termasuk diginjal itu sendiri dalam bentuk Kristal-kristal. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi,direabsorbsi,sebagian dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresi melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum bergantung pada fungsi ginjal,kecepatan metabolism purin,dan asupan diet makanan yang mengandung purin. Keadaan normal,setiap memiliki asam urat didalam 47

tubuhnya,tapi jumlah sedikit. Dalam beberapa keadaan,misalnya konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi,atau karena ginjal kurang mengeluarkannya dalam tubuh,kadar asam urat dalam darah akan meningkat.peningkatan asam urat dalam darah dinamakan hiperurisemia. Keadaan ini dapat menyebabkan penumpukan Kristal asam urat disendi dan menimbulkan peradangan didaerah tersebut. Jenis gangguan ini disebut arthritis gout. Bahan makanan yang sebaiknya dihindari orang dengan kadar asam urat tinggi yaitu jerohan,udang, ekstrak alcohol,alcohol dan makanan kaleng,serta ikan,daging sapi,kacang kering,kol,bayam, asparagus,buncis,jamur,papaya dan kangkung.

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen asam urat 6. Serum 7. Standar asam urat 8. Tissue

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil,didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 48

5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 20 µL standar dan 1000 µL reagen 1 b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 20 µL aquades dan 1000 µL reagen 1 c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 20µL sampel dan 1000 µL reagen 1 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan 3. Tambahkan masing-masing tabung 250 µL reagen 2, inkubasi 30 menit 4. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “asam urat”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Yani Mone

Jenis kelamin: Perempuan Umur

: 21 tahun

49

B. Hasil Blanko

: 0.012 Abs

Standar

: 0.153 Abs

Sampel

: 0.25 mg/dL

C. Perhitungan Δsampel х st.sampel Δstandar Δsampel x st.sampel Δstandar

: 0.25 х 6 = 9.80 mg/dL 0.153

: 0.058 x 6 = 2.27 mg/dL 0.153

9.8 - 2.27 = 7.52 9.8 - 7.52 = 2.28 mg/dL → Normal D. Nilai normal Perempuan ( 2,6-6.0 mg/dL ) Laki-laki ( 3,5-7,0 mg/dL )

Pembahasan

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 2.28 mg/dL dari pasien Yani Mone (21 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar asam urat pasien normal karena masih berada dalam batas nilai normal (2,6-6.0 mg/dL untuk perempuan). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll. Kondisi dimana asam urat meninggi disebut hiperurisemia. Beberapa hal di bawah ini menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam tubuh : 1. Kandungan makanan tinggi purin karena meningkatkan produk asam urat dan kandungan minuman tinggi fruktosa. 2. Ekskresi asam urat berkurang karena fungsi ginjal terganggu misalnya kegagalan fungsi glomerulus atau adanya obstruksi sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Kondisi ini disebut hiperurikemia, dan dapat membentuk kristal asam urat / batu ginjal yang akan membentuk sumbatan pada ureter (Mandell Brian F. 2008).

50

3. Penyakit tertentu seperti gout, Lesch-Nyhan syndrome, endogenous nucleic acid metabolism, kanker, kadar abnormal eritrosit dalam darah karena destruksi sel darah merah, polisitemia, anemia pernisiosa, leukemia, gangguan genetik metabolisme purin, gangguan metabolik asam urat bawaan (peningkatan sintesis asam urat endogen), alkoholisme yang meningkatkan laktikasidemia, hipertrigliseridemia, gangguan pada fungsi ginjal dan obesitas, asidosis ketotik, asidosis laktat, ketoasidosis, laktosidosis, dan psoriasis (Murray Robert K, dkk. 2006). 4. Beberapa macam obat seperti obat pelancar kencing (diuretika golongan tiazid), asetosal dosis rendah, fenilbutazon dan pirazinamid dapat meningkatkan ekskresi cairan tubuh, namun menurunkan eksresi asam urat pada tubulus ginjal sehingga terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah (Lieberman Michael, 2009). 5. Pada pemakaian hormonal untuk terapi seperti hormon adrenokortikotropik dan kortikosteroid (Ronco Claudio, Franscesco Rodeghiero, 2005). Kondisi dimana kadar asam urat dalam darah menurun disebut hipourisemia. Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar asam urat : 1. Kegagalan fungsi tubulus ginjal dalam melakukan reabsorpsi asam urat dari tubulus ginjal, sehingga ekskresi asam urat melalui ginjal akan ditingkatkan dan kadar asam urat dalam darah akan turun. (Weller Seward, E. Miller, 2002). 2. Rendahnya kadar tiroid, penyakit ginjal kronik, toksemia kehamilan dan alcoholism. 3. Pemberian obat-obatan penurun kadar asam urat. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang meningkatkan ekskresi asam urat atau menghambat pembentukan asam urat, (Steele Thomas H, 1979) cara kerja allopurinol merupakan struktur isomer dari hipoxanthin dan merupakan penghambat enzim. Fungsi allopurinol yaitu menempati sisi aktif pada enzim xanthine oxidase, yang biasa ditempati oleh hypoxanthine. Allopurinol menghambat aktivitas enzim secara irreversible dengan mengurangi bentuk xanthin oxidase sehingga menghambat pembentukan asam urat.

51

PRAKTIKUM XI

Hari / Tanggal

: Jumat, 03 Juni 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total

Tujuan Praktikum

: Untuk mengetahui kadar bilirubin total dalam sampel menggunakan Microlab 300

Metode Pemeriksaan : Photometric test 2,4 - dichloroaniline

Prinsip Pemeriksaan : Dalam larutan asam, bilirubin langsung membentuk senyawa azo berwarna merah dengan diazotisasi 2,4 – dichloroaniline. Campuran tertentu dari reagen, memungkinkan penentuan angka dari total bilirubin.

Dasar Teori

:

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikulo endotel. Disamping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikulo endotel membuat bilirudbin tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan pada albumin untuk diangkut dalam plasma untuk menuju hati. Di dalam hati, sel hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air, dimana reaksi ini melibatka enzim glukoroni transferase (Joy ce, 2007). Bilirubin terkonjugasi masuk ke saluran empedu dan dieksresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil dibuang melalui urine. Bilirubin yang terkonjugasi akan dengan cepat bereaksi dengan asam sulfanil yang terdiazotasi membentuk azobilirubin atau bilirubin langsung (direct bilirubin). Bilirubin terkonjugasi yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus terlebih dahulu dicampur dengan alcohol, kafein, atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, dan sering disebut sebagai bilirubin tidak langsung (indirect bilirubin) (Joy ce, 2007). Peningkatan kadar bilirubin direct menunjukan adanya gangguan pada hati berupa kerusakan pada sel hati atau kerusakan pada saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehinga akan masuk kembali dan 52

terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sedangkan peningkatan kadar bilirubin indirect sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfuse, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosi tidak diimbangi dengan kecepatan konjugasi dan ekresi ke saluiran

empedu sehingga terjadi

peningkatan kadar bilirubin indirect (Joy ce, 2007). Bilirubin Total dan Direct Peningkatan kadar dari bilirubin total dan direct dapat terjadi akibat ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma empedu, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis hati, penyakit Wilson. Selain terjadi akibat penyakit dapat pula terjadi akibat penggunaan obat misalnya yaitu : antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis (asam paraaminosalisilat, isoniazid), alupurinol, diuretic (asetazolamid, asametakrinat), mitramisis, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, torbutamid, serta vitaminA,C,K. sedangkan penurunan kadar dari bilirubin total dan direct dapat disebabkan karena anemia defisiensi besi dan pengaruh obat seperti barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi (Joy ce, 2007). Bilirubin Indirect Peningkatan kadar dari bilirubin indirect dapat disebabkan oleh eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi tranfusi, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talesemia,CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis, dan pengaruh obat seperti aspirin, rifampin dan fenotiazin. Sedangkan penurunan kadar bilirubin indirect disebabkan karena pengaruh obat (Joy ce, 2007). Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diasonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfosalisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dL urin akan memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukan kelainan fungsi hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi, sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyidium atau serenium (Joy ce, 2007).

53

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen bilirubin total 6. Serum 7. Tissue

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil,didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 25 µL standar dan 1000 µL reagen 1 b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 25 µL aquades dan 1000 µL reagen 1 c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 25 µL sampel dan 1000 µL reagen 1 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan 3. Tambahkan masing-masing tabung 250 µL reagen 2, inkubasi 30 menit

54

4. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “bilirubin total”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Yani Mone

Jenis kelamin: Perempuan Umur

: 21 tahun

B. Hasil Blanko

: 0.002 Abs

Sampel

: 1,27 mg/dL

C. Nilai normal

Pembahasan

: 0,1 – 1,2 mg/dL

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 1.27 mg/dL dari pasien Yani Mone (21 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar bilirubin pasien normal karena masih berada dalam batas nilai normal (0,1-1.2 mg/dL).

55

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : o Makan

malam

yang

mengandung

lemak

tinggi

sebelum

pemeriksaan

dapat

mempengaruhi kadar bilirubin. o Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. o Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya akan menurun. o Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar blirubin Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : a.

Hemolisis akibat inkompaktibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.

b. Infeksi, septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intrauterine. c.

Polisitemia. 1. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir. 2. Ibu diabetes. 3. Asidosis. 4. Hipoksia/asfiksia. 5. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direct. Sedangkan bilirubin indirect diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dengan bilirubin direct.

56

PRAKTIKUM XII

Hari/tanggal

: Jumat, 3 Juni 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Total Protein

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan total protein menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Fotometri menurut metode biuret

Prinsip Pemeriksaan : Ion tembaga bersama dengan protein membentuk warna biru violet kompleks dalam larutan alkali. Absorbansi warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi.

Dasar Teori

:

Protein plasma terdiri dari albumin, fraksi-fraksi globulin, fibrinogen (faktor pembekuan darah), dan anti bodi yang sering disebut imunoglobin. Albumin dalam bidang klinik sangat berperan dalam mempertahankan tekanan osmotic intravascular dalam mencegah terjadinya oedema. Tekanan osmotic intravascular selalu lebih tinggi 18mmHg dibandingkan dengan ekstravaskular yang disebut dengan tekanan onkotik. Contoh, jika tekanan osmotic ekstravaskular sama dengan mmHg, tekanan osmotik intravascular adalah (x+y) mmHg. “y” merupakan tekanan onkotik albumin. Tekanan onkotik dipertahankan oleh albumin plasma. Sebenarnya, tekanan osmotic intra- atau ekstravaskular jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tekanan onkotik, tetapi albumin tidak bebas berdifusi melalui membrab vascular, sedangkan senyawa-senyawa lain, seperti garam dan senyawa organic yang berat, molekul kecil berada dalam keadaan seimbang. Hal ini mudah dimengerti karena bahanbahan yang terlarut dalam plasma mudah berdifusi keluar dan masuk vascular, kecuali protein. Disamping protein, plasma sebagai antioedema juga berperan dalam pengangkutan materi, seperti asam lemak bebas, bilubirin, dan obat-obatan tertentu. Globulin tertentu berperan sebagai antibody dan membantu proses pembekuan darah karena faktor-faktor pembekuan darah tergolong globin, seperti fibrinogen dan protrombin (Zulbadar, 2008). Albumin disintesis di hepar. Dengan demikian, penyakit hepar yang kronis selalu disertai oleh oedema. Oedema juga terdapat pada penyakit ginjal, seperti sindrom nefrotik 57

dan glemerulo nefritis kronis dengan patofisiologi yang berbeda. Di ginjal, faktor kehilangan albumin melalui glomerulus menurunkan kadar albumin plasma. Mekanismenya berbeda dengan hipoprotein pada penyakit hepar (sintesis yang berkurang). Pada luka bakar yang luas, albumin juga banyak yang hilang melalui ujung-ujung kapiler kulit. Dalam pengobatan oedema, infus albumin paling menolong walaupun protein akan hilang lagi melalui proteinuria atau melalui siklus urea. Urea merupakan sisa akhir dari metabolisme protein yang utama, di samping asam urat, urobilin, kreatinin, dan NPN lainnya (Zulbadar, 2008). Fungsi protein plasma: 1. Keseimbangan osmotik Hipoalbumin menyebabkan tekanan osmotic plasma menurun sehingga kapiler tidak mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul oedem (cairan darah menuju ke jaringan interstitial). 2. Pembentukan dan nutrisi jaringan Enzim, hormon, pembekuan darah ( fibrinogen, AT III ) dan jaringan tubuh. 3. Transportasi a. Umum yaitu albumin b. Khusus : Hormon : prealbumin Vitamin : Prealbumin Lipid : Lipoprotein Co : Ceruloplasmin Hb : Haptoglobin Heme : Hemopexin Fe : Transferin 4. Daya tahan tubuh Antibodi dan komplemen

58

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen total protein 6. Serum 7. Tissue

Cara Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 20 µL standar dan 1000 µL reagen b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 20 µL aquades dan 1000µL reagen c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 20 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan 3. Tambahkan masing-masing tabung 250 µL reagen 2, inkubasi 30 menit

59

4. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “total protein”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

Hasil pemeriksaan : A. Identitas pasien Nama

: Ventri Faot

Jenis kelamin: Perempuan Umur

: 19 Tahun

B. Hasil Blanko

: 0,109 Abs

Standar

: 0,105 Abs

Sampel

: 1,27 gr/dL (0,243 Abs)

C. Perhitungan

:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 =

∆𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ∆𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,243 0,105

𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠

𝑥5

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 = 11,5 𝑔𝑟/𝑑𝐿 60

D. Nilai normal

Pembahasan

: 6,6 – 8,8 gr/dL

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 11,5 gr/dL dari pasien Ventri Faot (19 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar total protein pasien tinggi karena melebihi nilai normal yang ditetapkan (6,6 - 8.8 gr/dL). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll. Perubahan protein plasma : a. Hiperalbumin: peningkatan kadar albumin Dijumpai pada dehidrasi terjadi hemokonsentrasi protein plasma. b. Hipoalbumin Dijumpai pada malnutrisi, malabsorbsi, hepatitis akut, penyakit hati menahun, dan sebagainya (Asscalbiass, 2010 dalam Rahmah, 2010).

61

PRAKTIKUM XIII

Hari / Tanggal

: Jumat, 10 Juni 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar Albumin

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan albumin menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Fotometrik test menggunakan bromocresol hijau

Prinsip Pemeriksaan : Serum albumin bercampur dengan bromocresol hijau pada suasana pH sedikit asam menghasilkan perubahan warna indikator dari kuning-hijau ke hijau-biru

Dasar Teori

:

A. Albumin Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55 - 60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8-5,0 g/dl. Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi antara kompartemen intravaskular dan ekstravaskular. Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada di kompartemen plasma dan sisanya di dalam kompartemen ektravaskular (Evans, 2002). Albumin manusia (human albumin) dibuat dari plasma manusia yang diendapkan dengan alkohol. Albumin secara luas digunakan untuk penggantian volume dan mengobati hipoalbuminemia (Uhing, 2004: Boldt, 2010). B. Fungsi albumin Berdasarkan fungsi dan fisiologis, secara umum albumin di dalam tubuh mempertahankan tekanan onkotik plasma, peranan albumin terhadap tekanan onkotik plasma rnencapai 80% yaitu 25 mmHg. Albumin mempunyai konsentrasi yang tinggi 62

dibandingkan dengan protein plasma lainnya, dengan berat molekul 66,4 kDa lebih rendah dari globulin serum yaitu 147 kDa, tetapi rnasih mempunyai tekanan osmotik yang bermakna. Efek osmotik ini memberikan 60% tekanan onkotik albumin. Sisanya 40% berperan dalam usaha untuk mempertahankan intravaskular dan partikel terlarut yang bermuatan positif (Nicholson dan Wolmaran, 2000; Dubois dan Vincent, 2002). C. Distribusi albumin Konsentrasi albumin tertinggi terdapat di dalam sel hati, yaitu berkisar antara 200-500 mcg/g jaringan hati. Adanya albumin di dalam plasma (kompartemen intravaskuler) ditransfer melalui salah satu dari dua cara yaitu: 1. langsung dari dinding sel hati ke dalam sinusoid. 2. melalui ruang antar sel hati dan dinding sinusoid kemudian ke saluran limfe hati yaitu duktus torasikus dan akhirnya ke dalam kompartemen intravaskuler. Hanya albumin dalam plasma (intravaskuler) yang mempertahankan volume plasma dan mencegah edema, sedangkan albumin ekstravaskuler tidak berperan. Albumin merupakan 50% dari protein plasma dan yang memelihara tekanan onkotik plasma adalah sebesar 66-75%. Sebagian fungsi albumin dapat digantikan oleh globulin yang meningkat. D. Indikasi Penggunaan Albumin Albumin dalam aspek klinis digunakan dalam beberapa hal yaitu: a. Hipovolemia Hipovolemia dicirikan oleh defisiensi volume intravaskular akibat kekurangan cairan eksternal atau redistribusi internal dan cairan ekstraselular. Jika terjadi hipovolemia dan disertai hipoalbuminemia dengan hidrasi yang memadai atau edema, lebih baik digunakan albumin 25% daripada albumin 5%. Jika hidrasi berlebihan, harus digunakan albumin 5% atau albumin 25% dilarutkan dengan kristaloid. Walaupun kristaloid atau koloid dapat digunakan untuk pengobatan emergency syok hipovolemik, human albumin memiliki waktu paruh intravaskular yang panjang. b. Hipoalbuminemia Hubungan antara hipoalbuminemia dengan hasil akhir yang buruk telah memotivasi para klinisi untuk memberikan albumin eksogen pada pasien dengan hipoalbuminemia. Human albumin telah diindikasikan untuk terapi hipoalbuminemia di Amerika Serikat dan negara lainnya. Tetapi masih terdapat kontroversi, meskipun hipoalbuminemia secara langsung menyebabkan hasil akhir pengobatan yang buruk (Khafaji dan Web, 2003). Hipoalbuminemia bukan suatu indikasi untuk pemberian 63

albumin karena hipoalbuminemia tidak berhubungan langsung dengan plasma dan volume cairan lainnya, tetapi disebabkan kelebihan dan defisit cairan di intravaskular yang disebabkan dilusi, penyakit dan faktor distribusi (Allison dan Lobo, 2000). Hipoalbuminemia dapat terjadi akibat produksi albumin yang tidak adekuat (malnutrisi, luka bakar, infeksi dan pada bedah mayor), katabolisme yang berlebihan (luka bakar, bedah mayor, dan pankreatitis), kehilangan albumin dari tubuh, hemoragik, eksresi ginjal yang berlebihan, redistribusi dalam tubuh (bedah mayor dan kondisi inflamasi). Pemberian albumin akibat kehilangan protein yang berlebihan hanya memberi efek sementara dan jika tidak diberikan akan memperparah penyakit. Pada kebanyakan kasus, peningkatan penggantian asam amino dan atau protein akan memperbaiki kadar normal plasma albumin secara efektif dibandingkan larutan albumin. Beberapa kasus hipoalbuminemia yang disertai dengan cedera, infeksi atau pankreatitis tidak dapat memperbaiki kadar albumin plasma secara cepat dan suplemen nutrisi gagal untuk memperbaiki kadar serum albumin. Pada keadaan ini albumin mungkin digunakan untuk terapi tambahan.

Alat dan Bahan

:

A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette 5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen albumin 6. Serum 7. Tissue

64

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik 1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah 2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar 4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan. 5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah. B. Analitik 1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan : a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan 3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300 b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “albumin”, tekan enter d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab. C. Pasca analitik Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut.

65

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien Nama

: Ventri Faot

Jenis kelamin: Perempuan Umur

: 21 Tahun

B. Hasil Blanko

: 0,004 Abs

Standar

: 0,010 Abs

Sampel

: 0,86 g/dL

C. Nilai normal

Pembahasan

: 3,5 – 5,2 g/dL

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 0,86 g/dL dari pasien Ventri Faot (21 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar asam urat pasien rendah karena berada dibawah batas normal (3,5 - 5,2 g/dL). Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan, 2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi, 4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll. Albumin dalam aspek klinis digunakan dalam beberapa hal yaitu: 1. Hipovolemia Hipovolemia dicirikan oleh defisiensi volume intravaskular akibat kekurangan cairan eksternal atau redistribusi internal dan cairan ekstraselular. Jika terjadi hipovolemia dan disertai hipoalbuminemia dengan hidrasi yang memadai atau edema, lebih baik digunakan albumin 25% daripada albumin 5%. Jika hidrasi berlebihan, harus digunakan albumin 5% atau albumin 25% dilarutkan dengan kristaloid. Walaupun kristaloid atau koloid dapat digunakan untuk pengobatan emergency syok hipovolemik, human albumin memiliki waktu paruh intravaskular yang panjang. 2. Hipoalbuminemia Hubungan antara hipoalbuminemia dengan hasil akhir yang buruk telah memotivasi para klinisi untuk memberikan albumin eksogen pada pasien dengan hipoalbuminemia. Human albumin telah diindikasikan untuk terapi hipoalbuminemia di Amerika Serikat dan negara lainnya. Tetapi masih terdapat kontroversi, meskipun hipoalbuminemia 66

secara langsung menyebabkan hasil akhir pengobatan yang buruk (Khafaji dan Web, 2003). Hipoalbuminemia bukan suatu indikasi untuk pemberian albumin karena hipoalbuminemia tidak berhubungan langsung dengan plasma dan volume cairan lainnya, tetapi disebabkan kelebihan dan defisit cairan di intravaskular yang disebabkan dilusi, penyakit dan faktor distribusi (Allison dan Lobo, 2000). Hipoalbuminemia dapat terjadi akibat produksi albumin yang tidak adekuat (malnutrisi, luka bakar, infeksi dan pada bedah mayor), katabolisme yang berlebihan (luka bakar, bedah mayor, dan pankreatitis), kehilangan albumin dari tubuh, hemoragik, eksresi ginjal yang berlebihan, redistribusi dalam tubuh (bedah mayor dan kondisi inflamasi). Pemberian albumin akibat kehilangan protein yang berlebihan hanya memberi efek sementara dan jika tidak diberikan akan memperparah penyakit. Pada kebanyakan kasus, peningkatan penggantian asam amino dan atau protein akan memperbaiki kadar normal plasma albumin secara efektif dibandingkan larutan albumin. Beberapa kasus hipoalbuminemia yang disertai dengan cedera, infeksi atau pankreatitis tidak dapat memperbaiki kadar albumin plasma secara cepat dan suplemen nutrisi gagal untuk memperbaiki kadar serum albumin. Pada keadaan ini albumin mungkin digunakan untuk terapi tambahan.

67

BAB III PENUTUP 1.1. KESIMPULAN Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin, sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan. Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemi. Semua tes biokimia selalu dibawah patologi kimia. Ini dilakukan pada setiap jenis cairan tubuh, tapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum adalah bagian darah yang berwarna kuning muda yang tersisa setelah darah dibuat membeku dan semua sel darah dapat dihilangkan. Hal ini paling mudah dilakukan dengan sentrifugasi, sel-sel darah dan trombosit padat ke bagian bawah tabung centrifuge, meninggalkan fraksi cairan serum yang dikemas dan berhenti di atas sel-sel. Ini langkah awal sebelum analisis baru-baru ini telah dimasukkan dalam instrumen yang prinsipnya beroperasi pada "sistem yang terintegrasi". Plasma pada dasarnya sama dengan serum, tetapi diperoleh dengan pemutaran darah tanpa pembekuan. Plasma diperoleh dengan sentrifugasi sebelum terjadi pembekuan. Jenis uji yang diperlukan menentukan jenis sampel yang digunakan.

1.2. SARAN 1. Ketersediaannya alat dan bahan yang di butuhkan dalam praktikum dan pemeriksaaan di laboratorium lengkap 2. Selama berada di laboratorium kelengkapan APD (Alat Peindung Diri) harus lengkap digunakan dan Praktikan harus mengganggap semua sampel bersifat infeksius dan harus berhati-hati. 3. Dalam praktikum sebaiknya penanganan sampel dapat di lakukan dengan baik dan hati – hati. 4. Pembuangan sampel setelah praktikum harus pada tempat khusus agar tidak mengontaminasi lingkungan sekitar. 68

DAFTAR PUSTAKA Penuntun Praktikum Kimia Klinik 2

Gandasoebrata R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

Buku Saku Analis Kesehatan Revisi Ke-5

Hasdianah. 2014. Patologi & patofisiologi penyakit. Yogyakarta : Nuha Medika

Sunarto. 2013. Diagnosis Klinis Awal. Jakarta. EGC

69

More Documents from "Nindya Ilona Wanda Rizka"