Laporan Tutorial Fix Sken B.docx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tutorial Fix Sken B.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,974
  • Pages: 35
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 28

Disusun oleh : Kelompok B9 Anggota Rani Iswara Anantya Dianty Sophan Muhammad Randi Akbar Atia Julika Imam Arief Winarta Ivandra Septiadi Tama Putra Amir Ibnu Hizbullah Julianda Dini Halim Janeva Septiana S Tri Indah Soraya

04111401001 04111401004 04111401006 04111401010 04111401018 04111401028 04111401032 04111401061 04111401072 04111401084

Tutor : dr. Asfitriani, SpPA

PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

2

KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini berisikan hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam menjalankan kegiatan tutorial. Di sini kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran. Dalam tutorial ini pula ditunjuk moderator serta notulis.Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan ajar dari dosen-dosen pembimbing. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, orang tua, tutor pembimbing; ; dr. Asfitriani, SpPA; dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Palembang, 5 Desember 2014

Penulis

3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................2 Daftar Isi...........................................................................................................................3 BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang....................................................................................4 1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................4 BAB II : Pembahasan 2.1 Data Tutorial.......................................................................................5 2.2 Skenario Kasus....................................................................................6 2.3 Paparan I KLARIFIKASI ISTILAH.............................................................6 II IDENTIFIKASI MASALAH.........................................................7 III ANALISIS MASALAH.................................................................8 IV LEARNING ISSUE ...….................................................................16 V KERANGKA KONSEP..................................................................33 BAB III : Penutup 3.1 Kesimpulan.............................................................................................34 Daftar Pustaka....................................................................................................................35

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas mengenai yang berada dalam blok 28 pada semester 7 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial Tutor Moderator Sekretaris Meja Hari, Tanggal Peraturan

: dr. Asfitriani, SpPA : Ivandra Septiadi Tama Putra : Tri Indah Soraya : Senin, 1 Desember 2014 Rabu, 3 Desember 2014 : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan. 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif).

6

2.2 SKENARIO A BLOK 28 2014 Dr. Gudman merupakan dokter umum ytang bertugas di sebuah kecamatan yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh kerja di perkebunan. Dr. Gudman juga telah melakukan kontrak BPJS. Hari ini dia kembali dikunjungi oleh pak Kasti yang sudah lama menjadi langganannya. Dulu setiap 1 bulan sekali pak Kasti datang berobat ke dokter Gudman. Kalau bukan darah tingginya yang kumat maka gastritisnya yang kambuh. Tapi akhir-akkhir ini pak Kasti makin sering datang dan penyakitnya cenderung lebih berat. Namun dr. Gudman selalu menerima pak Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannnya. Tapi kali ini pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep terseebut. Ia menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering mengalami sakit kepala. “ Setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya tersebut sembuh, tapi tidak beberapa kemudian sakit kepalanya terasa kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagaimana menurut dokter ?” mendengar itu Dr. Gudman menasihatkan kepada pak Kasti agar kalau ada waktu membawa istrinya datang berobat. Sebagai salah satu seorang dokter praktek umum yang telah mandapat pelatihan tentang prinsipprinsip dokter keluarga dan dokter layanan primer yang telah dikontrak oleh BPJS, anda diminta untuk mengevaluasi dan mengkritisi penatalaksanaan pasien yang telah dilakukan dr, Gudman dalam menangani pasien tersebut dengan menerapkan secara lengkap dan benar semua prinsipprinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer. 2.3 Paparan I. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Dokter Praktek Umum: Dokter yang dalam prakteknya menampung semua masalah yang dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, jenis penyakit, usia, ataupun sistem organ 2. BPJS : Badan usaha milik negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk pegawai negri sipil, penerima pensiun PNS, dan TNI atau Polri, Veteran, Perinitis Kemerdekaan, beserta keluarganya dan badan usaha lainnya ataupun rakyat biasa, 3. Darah tinggi : Atau hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg 4. Gastritis : Peradangan pada lapisan lambung yang disebabkan oleh bakteri biasanya Helicobacter pylori, 5. Dokter Keluarga : Dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan.

7

6. Dokter Layanan Primer: Dokter yang menyediakan pelayanan kesehatan berupa usaha promotif, kuratif dan rehabilitatif secara comprehensif dan menyeluruh 7. Kambuh : Atau relaps munculnya kembali penyakit dari bebas penyakit 8. Prinsip Kedokteran Keluarga: ada 9. 1, memberikan atau mewujudkan pelayanan yang holistik dan komprehensif, 2. Kontinu 3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan, 4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif, 5. penanganan personal bagi setiap pasien bagian integreal dari keluarganya, 6.pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggal, 7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum,8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan 9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu II. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Dr. Gudman merupakan dokter umum ytang bertugas di sebuah kecamatan yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh kerja di perkebunan. Dr. Gudman juga telah melakukan kontrak BPJS. 2. Hari ini dia kembali dikunjungi oleh pak Kasti yang sudah lama menjadi langganannya. Dulu setiap 1 bulan sekali pak Kasti datang berobat ke dokter Gudman. Kalau bukan darah tingginya yang kumat maka gastritisnya yang kambuh. Tapi akhir-akkhir ini pak Kasti makin sering datang dan penyakitnya cenderung lebih berat. Namun dr. Gudman selalu menerima pak Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannnya. 3. Tapi kali ini pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep terseebut. Ia menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering mengalami sakit kepala. “ Setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya tersebut sembuh, tapi tidak beberapa kemudian sakit kepalanya terasa kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagaimana menurut dokter ?” mendengar itu Dr. Gudman menasihatkan kepada pak Kasti agar kalau ada waktu membawa istrinya datang berobat. 4. Sebagai salah satu seorang dokter praktek umum yang telah mandapat pelatihan tentang prinsip-prinsip dokter keluarga dan dokter layanan primer yang telah dikontrak oleh BPJS, anda diminta untuk mengevaluasi dan mengkritisi penatalaksanaan pasien yang telah dilakukan dr, Gudman dalam menangani pasien tersebut dengan menerapkan secara lengkap dan benar semua prinsip-prinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer.

8

III. ANALISIS MASALAH 1. Dr. Gudman merupakan dokter umum ytang bertugas di sebuah kecamatan yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh kerja di perkebunan. Dr. Gudman juga telah melakukan kontrak BPJS. a. Apa tugas utama dokter praktek umum? Jawab: Dokter keluarga merupakan dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Tugas Dokter Keluarga, meliputi : 1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, 5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6. Menangani penyakit akut dan kronik, 7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit, 8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, 9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, 10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya, 11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, 13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus. Wewenang Dokter Keluarga 1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, 6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer, 7. Melakukan perawatan sementara, 8. Menerbitkan surat keterangan medis, 9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap, 10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus

b. Mekanisme kontrak dengan BPJS? Jawab: Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ingin bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus dapat melayani:  pelayanan kesehatan promotif, 

pelayanan kesehatan preventif,

9



pelayanan kesehatan kuratif,



pelayanan kesehatan rehabilitatif,



pelayanan kebidanan,



pelayanan kesehatan darurat medis,



pelayanan penunjang (laboratorium sederhana dan farmasi). Jika faskes tidak memiliki layanan penunjang, maka wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang tersebut.

Kelengkapan dokumen a. Praktik dokter atau dokter gigi:  Surat Ijin Praktik (SIP); 

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);



Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan



Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

b. Puskesmas atau yang setara:  Surat Ijin Operasional; 

Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja



(SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;



Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan



Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

c. Klinik Praktek atau yang setara:  Surat Ijin Operasional; 

Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;



Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik menyelenggarakan pelayanan kefarmasian;



Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;



Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan



Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

d. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara:

10

 Surat Ijin Operasional;  Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;  Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;  Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan  Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional. e. Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat pada wilayah yang tidak terdapat dokter:  Surat Ijin Praktik (SIP);  Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);  Perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya; dan  Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional. Prosedur Kerja Sama Faskes dengan BPJS Kesehatan

*Kredensialing adalah penilaian kelayakan. Perbedaan dokter praktik umum yang dikontrak BPJS dan yang tidak dikontrak: Konsep pelayanan primer BPJS Kesehatan:

11

- Yang dapat menjadi Gatekeeper yaitu dokter praktek perorangan/bersama, klinik pratama, puskesmas, fasilitas kesehatan milik TNI/Polri, dan bidan/perawat untuk daerah yang tidak memiliki tenaga doker. - Standar kompetensi dokter umum yang sesuai dengan perkonsil tentang SKDI - Harus mempunyai jejaring fasilitas kesehatan primer - Acuan pelayanan primer mengacu pada panduan nasional pelayanan kedokteran - Menjalankan fungsi pelayanan primer yaitu first contact, continuity, comprehensiveness, coordination - Menerapkan indikator performa yaitu indikator fungsional meliputi first contact, kontinuitas, komprehensif, dan koordinasi, indicator klinik meliputi luaran kesehatan peserta dan kepatuhan terhadap panduan klinis, indikator keuangan meliputi angka rujukan dan kunjungan. - Audit medis dilakukan oleh tim kendali mutu pelayanan kesehtan BPJS kesehatan Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang akan bekerja sama dengan BPJS harus memenuhi kriteria administratif yaitu surat ijin praktik, nomor pokok wajib pajak, perjanjian kerjasama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya, surat pernyataan kesediaan memenuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional. Kriteria teknis meliputi Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana, peralatan medis dan obat-obatan, lingkup pelayanan, komitmen pelayanan. Peran dokter umum dalam BPJS Kesehatan: - Fasilitas Kesehatan Primer - Gate keeper - Melaksanakan konsep rujukan berjenjang - Menjaga mutu layanan kesehatan primer dengan mmenuhi standar KDU - Melaksanakan program promotif dan preventif perorangan Pelayanan rujuk balik bagi penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil. c. Bagaimana strategi promotif dan prefentif dr gudman yang kebanyakan penduduknya bekerja tani dan buruh perkebunan? Jawab: 1. Upaya Promotif Adalah upaya dalam pelayanan dokter keluarga yang bertujuan untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya atau upaya untuk meningkatkan status kesehatan dan menjaganya dari semua kemungkinankemingkinan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan masalah kesehatan.

12

Secara umum, kegiatan promotif yang sesuai dengan prinsip dokter keluarga, yaitu:  Pendidikan kesehatan  harus proaktif, diberikan kepada setiap anggota yang kontak dengan dokter, setiap kontak ada upaya mengevaluasi masalah kesehatan anggota.  Penyuluhan  melakukan penyuluhan di balai desa, tentang membiasakan beralas kaki dan menggunakan masker saat bekerja dan menjelaskan dampak nya bila tidak memakai alas kaki dan masker.  Konsultasi 2. Upaya Preventif  Pembagian bubuk abate.  Penyuluhan mengenai perlindungan diri saat bekerja.  Menyarankan menggunakan sepatu boot saat berkebun dan bertani  Menggunakan sarung tangan untuk mencegah kontak langsung dengan bahan kimia  Penyuluhan mengenai cuci tangan yang baik dan benar.  Penyuluhan mengenai makanan sehat dan bergizi 2. Hari ini dia kembali dikunjungi oleh pak Kasti yang sudah lama menjadi langganannya. Dulu setiap 1 bulan sekali pak Kasti datang berobat ke dokter Gudman. Kalau bukan darah tingginya yang kumat maka gastritisnya yang kambuh. Tapi akhir-akkhir ini pak Kasti makin sering datang dan penyakitnya cenderung lebih berat. Namun dr. Gudman selalu menerima pak Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannnya. a. Bagaimana strategi dokter Gudman mengatasi penyakit pak Kasti yang sering kambuh? Jawab: Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. Beberapa hal yang dapat diedukasikan kepada Pak Kasti:  Melakukan diet randah garam Pada penderita hipertensi, diet rendah garam merupakan salah satu bagian dari perubahan gaya hidup yang harus dilakukan untuk membantu mengontrol tekanan darah. Jumlah garam yang dikonsumsi sebaiknya <6 g/hari (Na+ <2,4 g/hari).  Menghindari makanan yang mengandung lemak dan kolesterol  Makan lebih banyak buah dan sayur yang tinggi serat  Berhenti merokok bila memiliki kebiasaan merokok  Menghindari kopi, teh, atau minuman beralkohol

13

   

Mengupayakan agar memiliki berat badan ideal Berolahraga (aerobik) secara teratur minimal 30 menit/hari, 5 kali dalam 1 minggu Makan obat secara teratur. Kontrol secara teratur minimal 1 bulan sekali.

b. Mengapa penyakit Pak Kasti cenderung bertambah berat? Jawab: Penyakit pak Kasti cenderung bertambah berat karena pengobatan terhadap Pak Kasti tidak menyeluruh, tidak mengedukasi hal-hal yang dapat menyebabkan darah tinggi sehingga Pak Kasti akan tetap datang dengan darah tingginya yang tak kunjung sembuh bahkan bertambah berat. c. Apakah dokter Gudman telah melakukan prinsip-pirinsip dokter keluarga dengan baik? Jelaskan! Jawab: Pada kasus ini dr.Gudman belum melakukannya dengan baik. Sesuai dengan prinsip DLP seharusnya dokter gudman harus holistik dan komprehensif atau harus menyuluruh yaitu tidak hanya mengobati satu penyakit atau apa yang dikeluhkan tetapi jg harus mencari sumber penyakit tersebut agar dapat memutus mata rantai suatu penyakit, kontinu atau terus menerus, dalam hal ini bukan berarti seorang dokter mengobati pasien dengan penyakit yang sama setiap minngu atau bulan pada orang yang sama tetapi kontinu disini bermaksud untuk terus mengawasi penyakit yang ada disekitar wilayah kerja dokter tersebut, seorang dokter layanan primer seharusnya mengutamakan pencegahan dalam hal ini sebaikanya seorang dokter lebih mengutamakan edukasi kepada pasien atau keluarga pasien demi terjadinya penyakit tersebut pada orang-orang disekitar pasien ataupun mencegah penyakit tersebut berulang atau kambuh pada pasien. 3. Tapi kali ini pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep terseebut. Ia menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering mengalami sakit kepala. “ Setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya tersebut sembuh, tapi tidak beberapa kemudian sakit kepalanya terasa kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagaimana menurut dokter ?” mendengar itu Dr. Gudman menasihatkan kepada pak Kasti agar kalau ada waktu membawa istrinya datang berobat. a. Apa yang harus dijelaskan dokter Gudman pada pak Kasti agar istrinya mau datang ke dokter? Jawab: Sebagai dokter keluarga, dr. Gudman bisa datang langsung kerumah pak Kasti (home visit) untuk memeriksa istri pak Kasti secara langsung dan mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal pak Kasti. Edukasi yang harus dilakukan adalah

14

tentang pola makan yang sehat, asupan makanan yang sehat, gaya hidup sehat seperti olahraga. Memberitahukan apa yang dapat terjadi jika tidak melakukan gaya hidup sehat dan pola makan yang sehat. b. Apakah diperbolehkan orang sakit mengobati diri sendiri? Apa dampaknya? Jawab: Pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundangan berkaitan dengan pengobatan sendiri. Pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (SK Menkes No.633/Ph/62/b). Tanda golongan obat harus tercantum pada setiap kemasan obat (SE Dirjen.POM No.02469/1983). Semua obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan keterangan tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain yang diperlukan pada setiap kemasannya (SK Menkes No.917/1993). Batas lama pengobatan sendiri hanya untuk keluhan tertentu sehingga tidak selalu tercantum pada setiap kemasan obat. Namun demikian, semua kemasan obat bebas terbatas wajib mencantumkan tanda peringatan “apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (SK Menkes No.386/1994). Jadi, simpulan pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan adalah penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas sesuai dengan keterangan yang wajib tercantum pada kemasannya. Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan perundangan tentang pedoman periklanan obat bebas. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa informasi obat bebas dalam iklan harus objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan. Iklan obat bebas hendaknya bermanfaat bagi masyarakat dalam pemilihan obat bebas secara rasional (SK Menkes No.386/1994). Pengobatan sendiri dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit berpikir dan bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya. c. Faktor faktor yang menyebabkan pasien tidak mau berobat ke dokter? Jawab: Ahmed (2005) menyatakan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pasien dalam mencari dan menggunakan pelayanan medis, diantaranya yaitu; jauh dan dekatnya lokasi sarana pengobatan dari tempat tinggal pasien, etnik, usia, dan tingkat pendidikan. Sehubungan dengan pendapat Kusmawan (2011) yang menyatakan bahwa pasien cenderung memilih lokasi pengobatan yang dekat dari tempat tinggal untuk mengatasi masalah kesehatannya terlebih jika pasien dalam kasus darurat. Begitu juga Cockroft, Milne, dan Anderson (2004) menyatakan bahwa biaya juga menjadi faktor yang menentukan pilihan pasien dalam mencari dan menggunakan pelayanan medis. Selain itu kualitas dokter dan pelayanan medis yang diberikan juga

15

menjadi salah satu faktor yang menentukan keinginan pasien untuk berobat ke dokter. d. Apakah dampak bila os terlambat datang kedokter? Jawab: Dampak bila os terlambat datang ke dokter adalah os akan mengalami komplikasi sehingga memperberat penyakitnya, yang membahayakan apabila terjadi kerusakan irreversible pada system organ. 4. Sebagai salah satu seorang dokter praktek umum yang telah mandapat pelatihan tentang prinsip-prinsip dokter keluarga dan dokter layanan primer yang telah dikontrak oleh BPJS, anda diminta untuk mengevaluasi dan mengkritisi penatalaksanaan pasien yang telah dilakukan dr. Gudman dalam menangani pasien tersebut dengan menerapkan secara lengkap dan benar semua prinsip-prinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer. a. Apa perbedaan dokter keluarga, DLP dan dokter Umum? Jawab: Dokter Umum

Dokter Keluarga

Cakupan pelayanan

terbatas

Lebih luas

Sifat pelayanan

Sesuai keluhan

Menyeluruh, paripurna, bukan sekedar yang dikeluhkan

Cara pelayanan

Kasus per kasus dengan pengamatan sesaat

Kasus per kasus dengan berkesinambungan sepanjang hayat

Jenis pelayanan

Lebih kuratif

Lebih preventif, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitas

Peran keluarga

Kurang dipertimbangkan

Lebih diperhatikan dan dilibatkan

Promotif dan pencegahan

Tidak jadi perhatian

Lebih diperhatikan dan dilibatkan

Hubungan dokter pasien

Dokter – pasien

Dokter – pasien – teman sejawat dan konsultan

16

Awal pelayanan

Secara individual

Secara individual sebagai bagian dari keluarga, komunitas dan lingkungan

DLP adalah, dokter generalis yang mendapatkan pendidikan setara spesialis, yang mengintegrasikan kedokteran keluarga, kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat maupun memimpin serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama/primer. b. Bagaimana peran dokter Gudman menerapkan prinsip prinsip dokter keluarga dan pelaksanaan BPJS dalam menangani kasus di kecamatan tersebut? Jawab: Tindakan yang telah dilakukan dokter Gudman sudah baik dalam melayani pasiennya, tetapi dokter gudman belum menerapkan prinsip dokter layanan primer yang holistik dimana belum menerapkan tindakan promotif dan preventif dengan tepat. Pelaksanaan BPJS: - Mendata peserta kapitasi berdasarkan umur, jenis kelamin, serta riwayat penyakit. - Menjelaskan apa itu BPJS dan manfaatnya bagi masyarakat. - Membantu masyarakat setempat untuk mendaftarkan BPJS

IV. LEARNING ISSUE

DOKTER KELUARGA Kedokteran keluarga sebagai jembatan dan bukan solusi. Pada tahun 1994 Conference Paper di Ontario, Kanada menyatakan “Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, perubahan mendasar harus terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan, dalam profesi kedokteran dan dalam sekolah kedokteran dan institusi pendidikan lainnya. Dokter keluarga harus memiliki peran sentral dalam pencapaian kualitas, efektifitas biaya dan keadilan dalam sistem pelayanan kesehatan.” Dokter keluarga adalah jembatan yang baik antara pelayanan rumah sakit dengan kesehatan masyarakat.1 APA ITU DOKTER KELUARGA? Dokter keluarga adalah dokter yang terutama bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada setiap individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan jika diperlukan. Dokter keluarga merawat individu dalam konteks di keluarga, dan keluarga dalam konteks di masyarakat, tanpa memandang ras, kultur, atau kelas sosial. Dokter keluarga secara

17

klinis berkompeten untuk menyediakan pelayanan yang lebih, dengan mempertimbangkan latar belakang budaya, sosial ekonomi dan psikologis. Sebagai tambahan, dokter keluarga secara personal bertanggung jawab untuk pelayanan yang komprehensif dan kontinyu kepada pasiennya. Dokter keluarga menjalankan profesionalitasnya dengan menyediakan perawatan kepada pasien atau melalui pelayanan yang lain sesuai kebutuhan kesehatan dan sumber yang tersedia.2 BAGAIMANA KARAKTERISTIK DOKTER KELUARGA? Karakteristik dari disiplin kedokteran keluarga menurut EURACT tahun 2005 adalah sebagai berikut3 : 

Biasanya kontak pertama dengan sistem pelayan kesehatan yang melayani akses terbuka dan tidak terbatas untuk pasien, berurusan dengan semua masalah kesehatan terlepas dari umur, jenis kelamin atau karakteristik lain dari orang yang bersangkutan



Membuat efisien penggunaan sumber daya kesehatan dengan pelayanan koordinatif, bekerja sama dengan profesional lainnya dalam layanan primer dan dengan mengelola komunikasi dengan spesialis, berperan memberikan advokasi kepada pasien jika diperlukan.



Melakukan pendekatan person–centred dan berorientasi kepada individu dan keluarganya, dan komunitasnya



Mempunyai proseskonsultasi yang berbeda, dimana dikembangkan hubungan dari waktu ke waktu, melalui komunikasi efektif antara dokter-pasien.



Bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan berkesinambungan yang longitudinal yang sesuai kebutuhan pasien



Dalam pengambilan keputusan berdasarkan prevalensi dan insidensi penyakit dalam komunitas



Mengelola penyakit secara simultan baik akut maupun masalah kesehatan yang kronis pada pasien



Mengelola

penyakit

yang

memberikan

gejala undifferentiated pada

tahap

awal

perkembangannya, yang membutuhkan intervensi secepatnya 

Promosi kesehatan dan kesejahteraan dengan intervensi yang tepat dan efektif



Memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat



Siap dengan masalah kesehatan pasien dalam dimensi fisik, psikologis, sosial, kultural dan eksistensial .

18

APA KOMPETENSI DOKTER KELUARGA? EURACT membagi dalam 6 kompetensi inti kedokteran keluarga, dengan aspek utama adalah sebagai berikut 3: 

Primary care management: kemampuan untuk memanajemen kontak pertama dengan pasien; melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam pelayanan primer dan spesialis; menguasai kondisi kesehatan secara keseluruhan;menguasai perawatan yang sesuai dan penggunaan sumber daya yang efektif; pemberian pelayanan kesehatan yang sesuai kepada pasien dalam system kesehatan; mampu menjadipendamping pasien.



Person-centred care : kemampuan untuk menciptakan hubungan baik dokter-pasien, dan mampu mengembangkan pendekatan patient-centred dalam menghadapi permasalahan kesehatan pasien, mampu mengaplikasikan model konsultasi yang bersifat patient-centred, berkomunikasi dan bertindak dalam hubungan dokter-pasien ; dapat memberikan prioritas dalam komunikasi dan hubungan dokter pasien ; menyediakan perawatan kesehatan yang kontinue



Specific problem solving : kemampuan untuk menghubungkan pembuatan keputusan yang spesifik sesuai dengan prevalensi dan insidensi kasus dalam komunitas; membuat efektifdan efisien penggunaan intervensi diagnostik dan terapeutik;dapat mengumpulkan, menginterpretasi dan menyimpulkan informasi dari anamnesis,pemeriksaan fisik dan tambahan kemudian mengaplikasikan dalam rencana medis kepada pasien; menyadari ketidaksesuaian data, investigasi, toleransi dan waktu; dapat memberikan intervensi yang urgen bila dibutuhkan; memanajemen kondisi yang tidak menentu .



Comprehensive approach : untuk memanajemen bermacam keluhan yang bersifat akut maupun kronis pada seorang individu; memberikan pelayanan promotif dan preventif; mampu mengkoordinasikan berbagai elemen perawatan preventif, kuratif, rehabilitative pada pasien



Community orientation:kemampuan untuk merekonsialisasikan kebutuhan kesehatan individu pasien dan masyarakat secara seimbang dengan memanfaatkan sumber daya yang ada



Holistic approach ; kemampuan untuk menggunakan model pendekatan bio-psiko-sosial dalam dimensi kultural dan eksistensial.

PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER KELUARGA Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter keluarga Gambaran pelayanan di layanan primer dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

19

Tabel Perbedaan Pelayanan ::

20

Dari sumber lain adalah sebagai berikut :

Layanan

DPU( dokter Praktek Umum)

DK (Dokter Keluarga)

Cakupan

Umumnya kuratif

Promotif, preventif, kuratif, rehabilitative

Sifat

Sesuai dengan keluhan

Menyeluruh dan paripurna

Pendekatan

Kasus per kasus,

pengamatan Kasus

per

kasus,

bersinambung,

sesaat

pengamatan sepanjang hayat

Misi

Mengobati penyakit yg ditemukan

Menyembuhkan dan menyehatkan

Peran

Kurang dipertimbangkan

Selalu

keluarga

Hubungan

dipertimbangkan,

bahkan

dimanfaatkan dan dilibatkan

Dokter dengan pasien

Dokter-pasien-teman-konsultan

IMPLIKASI KEDOKTERAN KELUARGA DI INDONESIA Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran, pasal mengenai dokter layanan primer antara lain termaktub dalam pasal7 ayat5, pasal8 ayat 2 dan 3.4 Pasal 7 ayat 5 :

21

Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas: 1. program profesi dokter dan profesi dokter gigi; dan 2. program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis Pasal 8 ayat 2 Dalam hal mempercepat terpenuhinya kebutuhan dokter layanan primer, Fakultas Kedokteran dengan akreditas kategori tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran yang akreditasinya setingkat lebih rendah dalam menjalankan program dokter layanan primer Pasal 8 ayat 3 Program dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kelanjutan dari program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter spesialis. Dalam penjelasan pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa : Program dokter layanan primer ditujukan untuk memenuhi kualifikasi sebagai pelaku awal pada layanan kesehatan tingkat pertama, melakukan penapisan rujukan tingkat pertama ke tingkat kedua, dan melakukan kendali mutu serta kendali biaya sesuai dengan standar kompetensi

dokter

dalam

sistem

jaminan

kesehatan

nasional.

SDM DALAM PELAYANAN DOKTER KELUARGA A. Kriteria Dokter Keluarga

Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga adalah dokter yang bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal perilaku kesehatan.

Indikator a) Semua dokter keluarga yang berpraktik dokter keluarga dapat menunjukkan sertifikat dokter keluarga b) Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim yang memungkinkan dokter keluarga yang berpraktik untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dokter keluarga demi menjaga kualitas praktiknya. c) Dokter pengganti dari dokter keluarga yang berpraktik di tempat yang bersangkutan juga seorang dokter yang mempunyai sertifikat dokter keluarga.

22

d) Dokter keluarga yang memberikan pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki perilaku kesehatan yang patut menjadi panutan masyarakat.

Panduan untuk interpretasi

Konsil Kedokteran Indonesia bersama-sama dengan Kolegium menetapkan standar kompetensi dokter keluarga yang harus dimiliki oleh semua dokter keluarga dan setiap 5 tahunan terdapat resertifikasi dokter keluarga dengan menunjukkan sejumlah kredit pelatihan yang telah ditentukan oleh Kolegium

B. Kriteria Perawat

Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.

Indikator

a) Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga dapat menunjukkan bukti bahwa memilik ijazah pendidikan yang sesuai. b) Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga dapat menunjukkan bukti bahwa memiliki bukti bahwa telah mengikuti pelatihan yang di dalamnya berisi dasardasar pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga. c) Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim yang memungkinkan perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga mengikuti pelatihan-pelatihan demi menjaga kualitas pelayanannya

C. Kriteria Bidan

Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.

Indikator

23

a) Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga dapat menunjukkan bukti bahwa memiliki ijazah pendidikan yang sesuai. b) Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga dapat menunjukkan bukti bahwa memiliki bukti bahwa telah mengikuti pelatihan yang di dalamnya berisi dasar-dasar pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga c) Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistem yang memungkinkan bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga mengikuti pelatihan-pelatihan demi menjaga kualitas pelayanannya

Panduan untuk interpretasi Perawat dan Bidan ::

Dalam menjaga kualitas pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga, seluruh petugas kesehatan yang berpraktik di tempat pelayanan dokter keluarga diharapkan menguasai filososi pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga agar pelayanan dapat diberikan secara terintegrasi. Pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga bagi tenaga kesehatan lain berisi serupa dengan Paket A Pelatihan dokter keluarga.

24

D. Kriteria Administrator klinik Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga, telah mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan pendekatan kedokteran keluarga.

Indikator a) Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga dapat menunjukkan bukti bahwa memiliki ijazah pendidikan yang sesuai dengan pekerjaannya b) Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga dapat menunjukkan bukti bahwa telah dilatih, setidak-tidaknya oleh pimpinan klinik, untuk dapat menunjang pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga. c) Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim yang memungkinkan pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga mengikuti pelatihanpelatihan demi menjaga kualitas pekerjaannya.

Panduan untuk interpretasi

a) Pelayanan dokter keluarga setidak-tidaknya memiliki satu pegawai administrasi. b) Dokter keluarga yang berpraktik tunggal, dianjurkan memiliki satu pegawai yang membantu dokter dalam membuat perjanjian konsultasi, menjelaskan fasilitas pelayanan dan mencatat secara administratif kegiatan pelayanan. c) Dokter keluarga yang berpraktik bersama harus memiliki setidak-tidaknya satu pegawai administrasi agar pelayanan dokter satu sama lain dapat terkoordinasi. d) Materi pelatihan pegawai administrasi untuk menunjang pendekatan kedokteran keluarga meliputi : Komunikasi, Pencatatan dan pelaporan, Penggunaan alat bantu komunikasi, Penggunaan alat bantu pencatatan dan pelaporan, Tatacara berbagai pelayanan yang menjadi fasilitas tempat praktek yang bersangkutan.

25

MANAJEMEN FASILITAS DAN UTILISASI PRAKTEK DOKTER KELUARGA Sarana dan Prasarana pada Klinik Dokter Keluarga ::

A. Peralatan Medis 1. Rutin :: Termometer, Tensimeter, Pengukur berat dan tinggi badan, Stetoskop, Penekan lidah, Senter/lampu kepala, Spekulum hidung, Diagnostic set 2. Khusus :: Otoskop, Optalmoskop, Glukometer 3. Penunjang :: Laboratorium klinik, EKG, USG, Pemeriksa visus, Pemeriksa buta warna, Ronsen 4. Kedaruratan :: Oksigen + regulator, Nebulizer, Semprit dari berbagai ukuran, Jarum suntik dari berbagai ukuran, Perangkat infus, Minor set

B. Peralatan Non-Medis Bangunan (mungkin sewa), Rekam medis, Ruangan, Sarana komunikasi, dan Sarana administrasi.

Standar Fasilitas Praktik

Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

a) Kriteria Fasilitas untuk praktik Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan, kenyamanan dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik dengan indikator, yaitu :: 1. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki tempat yang tampak terawat dan bersih 2. Pelayanan dokter keluarga membuktikan bahwa terdapat larangan merokok pada semua ruangannya. 3. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki ruang tunggu yang cukup luas dan jumlah kursi yang cukup untuk pasien yang menunggu. 4. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki toilet dan tempat cuci tangan yang bersih dan terawat yang dapat digunakan untuk pasien dan pegawai.

26

5. Tempat tunggu pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki tanda arah menuju toilet untuk pasien yang menunggu. 6. Rekam medik, kertas resep, surat kop klinik dan surat keterangan lainnya pada tempat pelayanan dokter keluarga terbukti tidak dapat diambil atau dibaca oleh orang lain/dokter yang tidak bertugas. 7. Pelayanan dokter keluarga yang berlokasi pada daerah tidak aman terbukti memiliki sistem pengamanan bagi tempat praktik. 8. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim evaluasi berupa umpan balik pasien yang berkunjung untuk merasa puas dan nyaman dengan fasilitas praktik. 9. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki keadaan ruang periksa dan ruang tunggu yang :: Bersih, Terang, Ventilasi baik, Lantai tidak licin, Tidak berbau, Tidak bising, Suhu yang nyaman, Terpisah untuk pasien infeksius.

b) Kriteria Kerahasiaan dan privasi Konsultasi dilaksanakan dengan memperhatikan kerahasiaan dan privasi pasien Indikator ::

1. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki ruang konsultasi dan pemeriksaan fisik yang terpisah dari ruang tunggu dengan ketentuan pembicaraan antar dokter-pasien tidak dapat didengar dengan pasien lain, dan pada saat pemeriksaan fisik tidak dapat terlihat oleh pasien lain. 2. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim penyimpanan rekam medik yang menjamin kerahasiaan dan memiliki peraturan bahwa rekam medik hanya boleh dibaca oleh dokter pemeriksa dan pasien yang bersangkutan. 3. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim perjanjian dan pelayanan setelahnya (after care) yang juga menjamin kerahasiaan dan privasi pasien.

c) Kriteria Bangunan dan interior

Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien dengan Indikator, yaitu ::

27

1. Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki beberapa ruang terpisah atau tergabung yang disesuaikan dengan kemampuan fasilitas pelayanan dan fisik bangunan, antara lain :: Ruang pendaftaran dan administrasi, Ruang penyimpanan obat-obatan, Ruang tunggu, Ruang pemeriksaan fisik dan Kamar kecil.

2. Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga terbukti merupakan bangunan yang dapat melindungi dari panas dan hujan, serta dapat ditutup rapat bila tidak sedang digunakan. 3. Bangunan dan ruang dalam untuk pelayanan dokter keluarga terbukti merupakan bahan bangunan yang relatif mudah dibersihkan.. 4. Ruang dalam untuk pelayanan dokter keluarga terbukti mempunyai ventilasi yang cukup, atau berpendingin bila tidak memungkinkan ventilasi yang cukup. 5. Ruang dalam untuk pelayanan dokter keluarga terbukti mempunyai sinar yang cukup, atau menggunakan lampu untuk pencahayaan bila sinar matahari tidak dapat masuk dengan baik.

d) Kriteria Alat komunikasi

Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya dengan

Indikator :: 1. Pelayanan dokter keluarga memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya misalnya telepon Panduan untuk interpretasi 2. Untuk daerah perkotaan, pesawat telpon merupakan keharusan bagi pelayanan dokter keluarga, agar memudahkan pasien untuk membuat perjanjian atau menanyakan masalah kesehatan kepada dokter selama perawatan di rumah. 3. Dokterpun dapat menggunakan pesawat telepon untuk menanyakan tindak lanjut keadaan pasien dan menjanjikan tempat rujukan bagi pasien 4. Pada daerah terpencil, pelayanan dokter keluarga dapat menggunakan SSB atau sistim radio panggil lainnya untuk mempunyai hubungan dengan sistim pelayanan kesehatan strata kedua atau dinas kesehatan.

28

e) Kriteria Papan Nama

Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh perkumpulan profesi dengan Indikator :: 1. Terdapat papan nama di depan tempat praktik pada posisi yang mudah terlihat dengan ketentuan sesuai dengan ketentuan organisasi profesi di wilayahnya. Panduan untuk interpretasi. 2. Papan praktik tidak boleh diberi lampu warna atau hiasan-hiasan yang memberi kesan seperti suatu papan iklan/promosi, karena papan nama praktik bukan media iklan. Lampu penerangan boleh ditempatkan di sekitar papan nama, selain itu tidak boleh memuat tulisan tambahan “untuk dewasa/anak” dan lain-lain. 3. Bila organisasi profesi di wilayah dokter keluarga berpraktik belum mempunyai ketentuan papan nama dokter, maka papan nama dokter keluarga mengikuti ketentuan, yaitu ::

Ukuran minimal 40 cm x 60 cm, maksimal 60 cm x 90 cm, Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam, Tulisan pada papan nama praktik memuat nama dokter keluarga, nomor SPTP yang sesuai dengan alamat praktik, jenis praktik, hari/jam praktik.

f) Kriteria Peralatan Medis

Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata pertama dengan Indikator ::

1. Pelayanan dokter keluarga yang merupakan sarana pelayanan medis strata pertama terbukti setidaknya memiliki alat-alat pemeriksaan fisik.

2. Pelayanan dokter keluarga yang merupakan sarana pelayanan medis strata pertama terbukti setidaknya memiliki alat-alat laboratorium sebagai berikut ::

Alat monitoring gula darah, pengukur kadar hemoglobin darah, pemulas sediaan gram, pemulas sediaan basah, Gelas obyek dan penutupnya, Mikroskop.

29

g) Kriteria Peralatan Penunjang Medis

Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama dengan Indikator :

1. Pelayanan dokter keluarga yang merupakan sarana pelayanan medis strata pertama terbukti setidaknya memiliki alat-alat medis tambahan.

2. Pelayanan dokter keluarga yang merupakan sarana pelayanan medis strata pertama terbukti setidaknya tas dokter untuk panggilan rumah atau perawatan di rumah dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut ::

Alat penekan lidah, Forsep hemostatik, Jarum suntik (no 22 & 23), Kapas dan alkohol, Lampu senter, Obat-obatan, Palu refleks, Semprit/spuit (3 & 5 cc), Stetoskop, Tensimeter, Termometer, dan Perlengkapan peralatan luka.

3. Pelayanan dokter keluarga yang merupakan sarana pelayanan medis strata pertama terbukti setidaknya memiliki persedian obat-obatan sebagai berikut ::

Obat suntik (Adrenalin bitatras, Kortikosteroid, Antihistamin, dan Anti konvulsan), Cairan infus, Obat (bukan obat suntik) guna diberikan untuk pertolongan pertama (ISDN, obat-obat luka, parasetamol, anti konvulsan spasmolitik), Anestesi lokal: prokain HCl, Metoda kontrasepsi.

h) Kriteria Peralatan Non Medis

Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama dengan

Indikator :: 1. Ruang pendaftaran dan administrasi pada pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki setidaknya perabotan sebagai berikut :: Meja (berlaci) pendaftaran dan administrasi,

30

Lemari/ rak penyimpan rekam medik, Komputer, Printer, Kursi staf, Kursi pengunjung, dan Tempat sampah. 2. Ruang penyimpan obat-obatan pada pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki setidaknya perabotan sebagai berikut :: Lemari rak penyimpan obat-obatan, Meja (berlaci), Komputer, Printer, Kursi staf, Tempat sampah, Tempat/ baskom cuci tangan atau wastafel dan Lap pengering 3. Ruang tunggu pada pelayanan dokter keluarga terbukti lengkap. 4. Ruang praktik pada pelayanan dokter keluarga terbukti lengkap.

i) Standar Proses-Proses Penunjang Medik

Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses proses yang menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga.

Kriteria Pengelolaan Rekam Medic :: Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah (problem oriented medical record) dengan Indikator ::

1. Pelayanan dokter keluarga terbukti menggunakan rekam medik yang digunakan berdasarkan pada berorientasikan pada masalah. 2. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki prosedur pengelolaan rekam medik yang sesuai dengan etik kedokteran. 3. Dokter keluarga tebukti memiliki bukti bahwa telah mengikuti pelatihan / pendidikan kedokteran bersinambung / program pengembangan profesionalisme kedokteran yang di dalamnya berisi mengenai rekam medik dokter keluarga. 4. Petugas kesehatan dan pegawai administrasi yang bekerja pada praktek dokter keluarga terbukti telah dilatih untuk mengelola rekam medik sesuai dengan etik kedokteran.

j) Standar proses-proses penunjang medik Kriteria Pengelolaan Rantai Dingin Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya dengan

31

Indikator ::

1. Pelayanan dokter keluarga terbukti mempunyai buku pedoman manajemen rantai beku untuk penyelenggara pelayanan strata pertama 2. Praktik dokter keluargaterbukti memiliki alat pendingin (lemari es atau termos cold chain) dengan suhu di bawah 4P celcius yang terawat baik.

Kriteria Pengelolaan Pencegahan Infeksi

Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya dengan Indikator ::

1. Dokter keluarga dan stafnya baik paramedik maupun non paramedik yang berhubungan dengan pasien, terbukti memiliki bukti bahwa telah mengikuti pelatihan/ pendidikan kedokteran bersinambung / program pengembangan profesionalisme kedokteran yang di dalamnya berisi mengenai pengelolaan pencegahan infeksi baik berhubungan dengan manusia, maupun sterilitas peralatan 2. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki panduan universal precaution yang wajib dipelajari oleh seluruh personil yang bekerja di pelayanan kesehatan 3. Pelayanan dokter keluarga dan paramedik terbukti menggunakan masker, sarung tangan dan apron plastik pada saat melakukan tindakan yang memungkinkan terpercik darah dari pasien 4. Pelayanan dokter keluarga terbukti menyediakan alat-alat dan bahan untuk mensterilkan alat-alat baik dari bakteri maupun virus. 5. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki peralatan yang memadai sesuai dengan pelayanan yang diberikan dalam rangka mencegah infeksi silang dari satu pasien ke pasien lainnya.

Kriteria Pengelolaan Limbah

Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan limbah, baik limbah medis maupun limbah non medis agar ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar klinik dengan Indikator ::

32

1. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim untuk memisahkan sampah medik dengan sampah non medik (termasuk sistim pembuangan benda medik tajam seperti jarum suntik) 2. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim pembuangan air kotor (termasuk darah dan duh tubuh pasien) yang aman bagi masyarakat sekitarnya.

Kriteria Pengelolaan Air Bersih

Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah sehingga aman digunakan dengan Indikator :: 1. Pelayanan dokter keluarga terbukti menggunakan air bersih untuk keperluan pelayanannya termasuk untuk air minum bagi dokter dan stafnya. 2. Pada lokasi dengan kesulitan mendapatkan air bersih, maka pelayanan dokter keluarga terbukti mempunyai sistim penyulingan air agar aman digunakan untuk keperluan pelayanan medis.

Kriteria Pengelolaan Obat

Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa dengan Indikator ::

1. Dokter keluarga terbukti memiliki bukti bahwa telah mengikuti pelatihan / pendidikan kedokteran bersinambung / program pengembangan profesionalisme kedokteran mengenai pengelolaan obat. 2. Tenaga kesehatan dan staf lain yang terkait terbukti telah dilatih mengenai kadaluwarsa pada obat-obatan dan alat-alat steril. 3. Pelayanan dokter keluarga terbukti tidak menyimpan obat-obatan dan vaksin yang telah kadaluwarsa pada lemari obat atau tas dokter. 4. Pelayanan dokter keluarga terbukti mempunyai catatan stok obat yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa.

33

V. KERANGKA KONSEP

Dokter Gudman tidak menerapkan prinsipprinsip kedokteran keluarga

Kurang tindakan preventif

Kurang tindakan promotif

Tidak mengedukasi penyebab hipertensi dan gastritis

Istri pak Kasti mengobati dirinya sendiri dan tidak mau ke dokter

Hipertensi dan gastritis pak Kasti bertambah berat

34

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dokter Gudman seorang dokter praktek umum belum menerapkan prinsip-prinsip dokter keluarga secara holistik dan komprehensif ditinjau dari kurangnya upaya promotif dan preventif.

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. 2004. A Primer on Family Medicine Practice. Singapore International Foundation . Penang Road. 2. WONCA. 1991.The Role of General Practitioner/ Family Physician in Health Care Systems : A statement from WONCA 3. EURACT.2005. The European Definition Of General Practice / Family Medicine. 4. Undang-Undang No 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. www.hukumonline.com 5. Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta 6. World Health Report. 2008. Primary Health Care: Now More Than Ever. WHO 7. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. 1995. PT> BInarupa Aksara. Jakarta 8. Azwar, Azrul dkk. Dokter Keluarga, Kelompok Studi Dokter Keluarga. 1983. Bunga Rampai. Jakarta 9. Azwar, Azrrul. Program Menjaga MutuPelayanan Kesehatan. 1995. Yayasan Penerbitan IDI. Jakarta 10. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik. 2011. DEPKES RI. Jakarta 11. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 Tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. 2007. DEPKES RI. Jakarta 12. Gan, Goh Lee dkk. A Primer on Family Medicine Practice. 2004. Singapore

Related Documents