Laporan Tutorial 2 Fix.docx

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tutorial 2 Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,585
  • Pages: 72
STEP I Clarify Unfamiliar Terms

------------------

STEP II Define the Problems

1. Jelaskan anatomi sistem respirasi ! 2. Jelaskan histologi sistem respirasi ! 3. Jelaskan fisiologi sistem respirasi ! 4. Jelaskan bagaimana regulasi pusat sistem respirasi ! 5. Mengapa Arai dan Arman bisa menahan nafas ? 6. Mengapa Arai dapat menahan nafas lebih lama dibanding Arai ? 7. Bagaimana hubungan keseimbangan asam-basa dan sistem respirasi ?

1

STEP III Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation

1. Anatomi sistem respirasi : Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

Sistem respirasi terdiri dari: a. Saluran nafas bagian atas ( Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disaring dan dilembabkan ) b. Saluran nafas bagian bawah ( Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli ) Saluran nafas bagian atas terdiri dari hidung dan faring ( nasofaring, orofaring, laringofaring ). Saluran nafas bagian bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus.

2

2. Histologi sistem respirasi : Sistem pernafasan mencakup paru-paru dan sistem saluran bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Udara digerakkan melalui paru oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga thoraks, otot interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan paru. Secara fungsional, struktur-struktur tersebut membentuk bagian konduksi sistem, yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. Dan bagian respiratorik, yang terdiri atas bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli. Alveoli merupakan struktur mirip kantong yang membentuk sejumlah besar bagian paru. Alveoli adalah tempat utama bagi fungsi utama paru, yakni pertukaran O2 dan CO2 antara udara yang dihirup dan darah.

3. Fisiologi sistem respirasi : Ventilasi adalah mekanisme fisiologis bernapas. Sistem respirasi tidak ikut serta dalam semua tahap respirasi

Respirasi mencakup 2 proses : Respirasi internal Penggunaan oksigen oleh jaringan dalam metabolisme sel menghasilkan sejumlah ATP dan CO2. Contohnya, respirasi sel

Respirasi eksternal Keseluruhan rangkaian proses pertukaran oksigen dan karbondioksida baik di dalam jaringan maupun kapiler paru. Melibatkan peran sistem sirkulasi 4 fase utama respirasi eksternal : 

Oksigen dihirup dari lingkungan (inspirasi) kemudian hasil metabolit CO2 dikeluarkan (ekspirasi)



Oksigen dalam alveoli berdifusi masuk ke dalam kapiler paru

3



Oksigen dibawa oleh sistem sirkulasi menuju kapiler jaringan



Oksigen digunakan dalam respirasi aerob menghasilkan metabolit CO2 kemudian dialirkan ke sistem kembali

4. Regulasi pusat sistem respirasi : Pusat pernapasan di batang otak menentukan pola bernapas ritmis Bernapas harus berlangsung dalam pola siklik dan kontinu. Pola ritmis bernapas diciptakan oleh aktivitas saraf siklis ke otot-otot pernapasan. Dengan kata lain, aktivitas pemacu yang menciptakan ritmisitas bernapas terletak di pusat kontrol pernapasan di otak. Persarafan ke sistem pernapasan

merupakan

kebutuhan

mutlak untuk

mempertahankan

pernapasan dan untuk secara refleks menyesuaikan tingkat ventilasi untuk memenuhi kebutuhan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 yang terus berubah-ubah. Aktivitas pernapasan juga dapat dimodifikasi secara sengaja untuk berbicara, bernyanyi, bersiul, memainkan instrumen tiup, atau menahan napas ketika berenang.2 Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan 3 komponen terpisah, yaitu:2 1.

Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama inspirasi/ekspirasi bergantian

2.

Faktor-faktor yang mengatur kekuatan ventilasi (kecepatan dan kedalaman bernapas) agar sesuai dengan kebutuhan tubuh

3.

Faktor-faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk memenuhi tujuan lain. Modifikasi ini dapat bersifat volunter, misalnya kontrol pernapasan saat berbicara, atau involunter, misalnya manuver pernapasan yang terjadi pada saat batuk atau bersin.

Pusat kontrol pernapasan yang terletak di batang otak bertanggung jawab untuk menghasilkan pola bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat pernapasan medulla (medullary respiratory center), terdiri dari beberapa agregat badan sel saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran ke otot pernapasan. Selain itu, terdapat dua pusat pernapasan lain yang lebih tinggi di batang otak, di pons, yaitu pusat

4

apnustik dan pusat pneumotaksik. Pusat-pusat di pons ini mempengaruhi keluaran dari pusat pernapasan medula.

5. Belum terbahas 6. Belum terbahas 7. Belum terbahas

5

STEP IV Arrange Explanation into Tentative Solutions

1.

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

Sistem respirasi terdiri dari: c. Saluran nafas bagian atas ( Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disaring dan dilembabkan ) d. Saluran nafas bagian bawah ( Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli ) Saluran nafas bagian atas terdiri dari hidung dan faring ( nasofaring, orofaring, laringofaring ). Saluran nafas bagian bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus.

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea, bronkus, dan bronkiolus.

Hidung Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluransaluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis

6

terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa. Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius. Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi : Lubang hidung Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior Sinus frontalis, diantara concha media dan superior Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.

Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.

7

Laring (tenggorok) Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas: 1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea 2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea. Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum. Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan

cartilago cricoidea.

8

Epiglottis Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.

Trachea atau batang tenggorok Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

9

Keterangan Gambar :gambar diatas menunjukan trakea dan eosephagus berada saling bersebelahan. Cartilage C-shape bertujuan untuk bagian posterior yaitu eosephagus dapat berkontraksi secara leluasa.

Bronchus Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kirakira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

10

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat

11

sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru-Paru Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paruparu memilki : 1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula 2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada 3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung. 4. dan basis. Terletak pada diafragma paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru

12

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas. Suplai Darah 1. arteri pulmonalis 2. arteri bronkialis Innervasi 1. Parasimpatis melalui nervus vagus

2. Simpatis mellaui truncus simpaticus

2.

Histologi sistem pernafasan :

Cavum nassal atau rongga hidung Rambut hidung dan lapisan mukus berguna untuk menyaring dan melembab udara yang masuk ke hidung. Pembuluh darah untuk menghangatkan udara yang masuk.

13

Sinus paranasalis Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas mukosiliaris mendorong mukus ke rongga hidung dalam sistem drainase sinus

Keterangan gambar : Gambar diatas menunjukan pandangan sisi histologi pada hidung atau cavitas nasal.

Pharinx atau faring Phariynx merupakan organ bagian posterior. Pharynx terdiri atas tiga bagian yang masing-masing tersusun atas sel-sel yang berbeda beda. Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi dengan sel epitel berlapis semu bersilia lebih

14

dominan. Sedangkan pada bagian oropharynx epitel respiratory yang dominan adalah sel epitel berlapis gepeng. Bagain nasopharynx berkontak dengan palatum mole, Orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng. Sedangkan laryngophrynx mengandung sel epitel respiratory juga.

Larynx atau pita suara Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea yang penting bagi fonasi dan juga pelindung saluran respirasi pada waktu menelan.

Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi.

Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa. Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

15

Keterangan Gambar : Gambar diatas menunjukan glottis yang merupakan jarak antar pita suara.

Trachea atau trakea Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan

pergerakan

silia

untuk

mendorong

partikel

asing.

Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

16

Keterangan Gambar : E menunjukan epitel berlapis semu bersilia CT menunjukan kelenjar mucus G menunjukan jalur sekresi pada sel goblet P menunjukan perichondrium C menunjukan tulang rawan hyaline.

Bronchus Bronchus merupakan bagian percabangan dari trache yang secara anatomis sudah dibahas. Bronchus mengandung cartilage hyaline yang semakin lama

17

semakin menghilang sesuai dengan fungsinya. Broncus principalis setidaknya mengandung 3 kartilago yang mengelilinginya. Keberadaan bronchus menurun sesuai dengan urutan broncus

Keterangan gambar : E menunjukan epithelium C menunjukan cartilage hyaline G menunjukan sel goblet SM menunjukan otot polos V menunjukan vena pulmonal LT menunjukan jaringan tulang.

18

Keterangan Gambar : Gambar diatas menunjukan dinding bronchus. Dengan E merupakan epitel slindris dan epitel kuboid. Setiap bronchus dikelilingi oleh otot polos (SM) yang memungkinkan terjadinya bronkodilatasi dan bronkokontriksi.

Bronchiolus Bronchioles merupakan cabang dari bronchus yang secara anatomis sudah dijelaskan. Bronchiolus terdiri atas bronchioles repiratory dan bronchioles terminal.

Bronchioles

terminal

merupakan

ujung

dari

bronchious

sedangkang bronchioles repiratory adalah bagain dari bronchioles yang langsung melakukan system respirasi. Bronchioles tidak mengandung cartilage hyaline dan dikelilingi oleh serat elastin.

19

Keterangan gambar : Gambar diatas menunjukan bronchioles tidak mengandung cartilage hyaline lagi. Bronchioles terdiri atas sel epitel dan sel clara.

3.

Fisiologi sistem respirasi : Tujuan dari respirasi adalah menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbondioksida. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, respirasi dapat dibagi menjadi 4 kejadian fungsional mayor, yaitu: 

ventilasi pulmonal, yang artinya masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru.



difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah



Transport oksigen dan karbondioksida di darah dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel tubuh.

20



Regulasi ventilasi dan pengaturan respirasi lain.

MEKANISME VENTILASI PULMONAL Paru dapat berekspansi dan berkontraksi dalam 2 cara, yaitu: 1. pergerakan ke atas dan ke bawah dari diafragma untuk memperpanjang atau memperpendek rongga dada 2. dengan elevasi dan depresi tulang rusuk untuk meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior dari rongga dada Pernapasan normal terjadi hampir seluruhnya karena mekanisme yang pertama, yaitu dengan pergerakan diafragma. Selama inspirasi, kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke arah bawah. Kemudian, selama ekspirasi, diafragma berelaksasi dan elastic recoil paru. Dinding dada, dan struktur abdomen menekan paru. Metode kedua untuk membuat paru berekspansi adalah untuk menaikkan sangkar rusuk. Ekspansi paru ini karena, pada posisi istirahat natural, rusuk condong ke bawah. Oleh karena itu membuat sternum jatuh ke belakang menuju kolumna vertebral. Akan tetapi saat sangkar rusuk naik, rusuk diproyeksikan ke depan sehingga sternum juga bergerak ke depan, menjauhi tulang belakang, membuat ketebalan anteroposterior dada lebih besar 20% selama inspirasi maksimum dibandingkan selama ekspirasi. Oleh karena itu, semua otot yang mengelevasi sangkar dada diklasifikasikan sebagai otot inspirasi dan otot yang menekan sangkar dada diklasifikasikan sebagai otot ekspirasi.

Perubahan yang terjadi selama satu siklus pernapasan, yaitu satu tarikan napas (inspirasi) dan satu pengeluaran napas (ekspirasi) adalah sebagai berikut. Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan melemas, tidak ada udara yang mengalur dan tekanan intraalveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awitan inspirasi, otot-otot inspirasi, diafragma dan otot antariga eksternal, terangsang untuk berkontraksi, sehingga terjadi pembesaran rongga toraks. Otot inspirasi utama adalah diafragma, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar rongga toraks dan dipersarafi

21

Keterangan Gambar : Gambar diatas menunjulkan bawha otot otot respirasi bertindak untuk mengangkat sangkar dada seperti layaknya tungkai ember.

oleh saraf frenikus. Otot antariga diaftifkan oleh saraf interkostalis. Diafragma yang melemas berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga toraks. Sewaktu berkontraksi karena stimulasi saraf frenikus, diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga toraks dengan menambah panjang vertikalnya. Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intraalveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini menepati volume ruang yang lebih besar. Pada inspirasi biasa, tekanan intraalveolus menjadi 759 cmHg. Karena tekanan intraalveolus sekarang lebih rendah dari tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke paru mengikuti penurunan gradient tekanan dari tekanan tinggi ke rendah. Udara terus mengalir ke dalam paru sampai tidak lagi terdapat gradient. Dengan demikian, pengembangan paru bukan disebabkan oleh perpindahan udara ke dalam paru, melainkan udara

22

mengalir ke dalam paru karena turunnya tekanan intraalveolus akibat paru yang mengembang. Selama inspirasi, tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat pengembangan toraks. Pada akhir inspirasi, otot-otot inspirasi melemas. Saat melemas, diafragma kembali ke bentukny seperti kubah. Sewaktu otot antariga eksternal melemas, sangkar rusukyang terangkat turun karena adanya gravitasi, dan dinding dada dan paru yang teregang kembali menciut ke ukuran prainspirasi karena adanya sifat elastik, seperti membuka balon yang sebelumnya sudah ditiup. Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan intraalveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih besar yang terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi istirahat, tekanan intraalveolus meningkat menjadi 761 mmHg. Udara sekarang keluar paru mengikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan intraalveolus yang tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar udara berhenti jika tekanan intraalveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan tidak lagi terdapat gradien tekanan.

Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif karena terjadi akibat penciutan elastik paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya inspirasi selalu aktif karena hanya ditimbulkan oleh kontraksi otot inspirasi dan menggunakan energi.

VENTILASI ALVEOLAR Hal yang sangat penting dari sistem ventilasi pulmonal adalah untuk memperbarui udara di arkade pertukaran di paru secara kontinu. Area ini termasuk alveoli, alveolar sacs, duktus alveolar, dan bronkiolus respiratorik. Ukuran dimana udara baru mencapai area ini dinamakan ventilasi alveolar. Anehnya, selama respirasi normal, volume udara di udara tidal hanya cukup untuk mengisi jalur turun respiratorik sampai bronkiolus terminal, dengan hanya porsi kecil dari udara inspirasi yang benar-benar mengalir ke alveoli.

23

Meskipun demikian, bagaimana udara bergerak melewati jarak kecil dari bronkiolus terminal ke dalam alveoli? Jawabannya adalah dengan difusi. Difusi disebabkan oleh pergerakan kinetik molekul, setiap molekul gas bergerak pada kecepatan tinggi diantara molekul lain. Kecepatan pergerakan molekul pada udara respiratorik sangat hebat dan jaraknya sanagt pendek dari bronkiolus terminal ke alveoli dimana gas bergerak melewati jarak ini hanya dalam hitungan fraksi detik.

4.

Regulasi sistem pernafasan : Pusat pernapasan di batang otak menentukan pola bernapas ritmis Bernapas harus berlangsung dalam pola siklik dan kontinu. Pola ritmis bernapas diciptakan oleh aktivitas saraf siklis ke otot-otot pernapasan. Dengan kata lain, aktivitas pemacu yang menciptakan ritmisitas bernapas terletak di pusat kontrol pernapasan di otak. Persarafan ke sistem pernapasan

merupakan

kebutuhan

mutlak

untuk

mempertahankan

pernapasan dan untuk secara refleks menyesuaikan tingkat ventilasi untuk memenuhi kebutuhan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 yang terus berubah-ubah. Aktivitas pernapasan juga dapat dimodifikasi secara sengaja untuk berbicara, bernyanyi, bersiul, memainkan instrumen tiup, atau menahan napas ketika berenang.2 Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan 3 komponen terpisah, yaitu:2 1.

Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama inspirasi/ekspirasi bergantian

2.

Faktor-faktor yang mengatur kekuatan ventilasi (kecepatan dan kedalaman bernapas) agar sesuai dengan kebutuhan tubuh

3.

Faktor-faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk memenuhi tujuan lain. Modifikasi ini dapat bersifat volunter, misalnya kontrol pernapasan saat berbicara, atau involunter, misalnya manuver pernapasan yang terjadi pada saat batuk atau bersin.

Pusat kontrol pernapasan yang terletak di batang otak bertanggung jawab untuk menghasilkan pola bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan

24

primer, pusat pernapasan medulla (medullary respiratory center), terdiri dari beberapa agregat badan sel saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran ke otot pernapasan. Selain itu, terdapat dua pusat pernapasan lain yang lebih tinggi di batang otak, di pons, yaitu pusat apnustik dan pusat pneumotaksik. Pusat-pusat di pons ini mempengaruhi keluaran dari pusat pernapasan medula.

Neuron inspirasi dan ekspirasi di pusat medulla Kita bernapas secara berirama karena kontraksi dan relaksasi berganti-ganti otot-otot pernapasan, yaitu diafragma dan otot antariga eksternal, yang masing-masing dipersarafi oleh saraf frenikus dan saraf interkostalis. Badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk saraf-saraf tersebut terletak di korda spinalis. Impuls yang berasal dari pusat medulla berakhir di badan sel neuron motorik ini. Pada saat diaktifkan, neuron-neuron motorik ini kemudian merangsang otot-otot pernapasan, sehingga terjadi inspirasi; sewaktu neuron-neuron ini tidak aktif, otot-otot inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. Pusat pernapasan medulla terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal sebagai kelompok pernapasan dorsal dan kelompok pernapasan ventral.2

Kelompok respirasi dorsal (dorsal respiratory group, DRG) terutama terdiri dari neuron inspirasi yang serat-serat desendensnya berakhir di neuron motorik yang mempersarafi otot-otot inspirasi. Saat neuronneuron inspirasi DRG membentuk potensial aksi, terjadi inspirasi; ketika mereka berhenti melepaskan muatan, terjadi ekspirasi. Ekspirasi berakhir saat neuron-neuron inspirasi kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan. Dengan demikian, DRG pada umumnya dianggap sebagai penentu irama dasar ventilasi. DRG memiliki interkoneksi penting dengan kelompok respirasi ventral (ventral respiratory group, VRG). VRG terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi, yang keduanya tetap inaktif selama bernapas tenang. Daerah ini diaktifkan oleh DRG sebagai mekanisme overdrive

25

(penambah kecepatan) selama periode pada saat kebutuhan akan ventilasi meningkat. Selama bernapas tenang, tidak ada impuls yang dihasilkan di jalur-jalur desendens dari neuron ekspirasi. Hanya selama ekspirasi aktif, neuron-neuron ekspirasi merangsang neuron motorik yang mempersarafi otot ekspirasi. Selain itu, neuron inspirasi VRG, apabila dirangsang oleh DRG, memacu aktivitas inspirasi saat kebutuhan akan ventilasi meningkat.2

Pengaruh pusat pneumatik dan apnustik Pusat

pneumotaksik

mengirim

impuls

ke

DRG

yang membantu

‘mematikan’/swith off neuron inspirasi, sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apnustik mencegah neuron inspirasi dari proses switch off, sehingga menambah dorongan inspirasi. Pusat pneumotaksik lebih dominan daripada pusat apnustik.2

Refleks Hering-Breuer Apabila tidal volume besar (lebih dari 1 liter), misalnya ketika berolahraga, refleks Hering-Breuer dipicu untuk mencegah pengembangan paru berlebihan. Reseptor regang paru (pulmonary stretch reflex) yang terletak di dalam lapisan otot polos saluran pernapasan diaktifkan oleh peregangan paru jika tidal volume besar.2

5. Belum terbahas 6. Belum terbahas 7. Belum terbahas

26

STEP V Formulating Learning Objectives

1. Jelaskan hubungan keseimbangan asam-basa dan sistem respirasi 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan pernafasan dan regulasi 3. Anatomi diafraghma 4. Otot – otot yang mempengaruhi inspirasi dan ekspirasi maksimal 5. Jelaskan bagaimana mekanisme transport difusi 6. Jelaskan volume dan kapasitas paru 7. Apa yang dimaksud dengan polip dan penyebabnya ? Bagaimana mekanisme terjadinya cegukan ? dimanakah lokasi kartilago untuk intubasi ? Jika pleura mengalami cedera yang mengakibatkan bolong atau bocor, apakah masih bisa mengembang dengan baik, jelaskan ?

27

STEP VII Sharing Result

Jelaskan hubungan keseimbangan asam-basa dan sistem respirasi ! Asam adalah setiap senyawa kimia yang melepas ion hidrogen kesuatu larutan atau kesenyawa biasa. Contoh asam klorida ( HCl), yang berionisasi dalam air membentuk ion-ion hidrogen ( H+) dan ion klorida ( Cl-). Demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-) Basa adalah senyawa kimia yang menerima ion hidrogen. Contoh, ion bikarbonat HCO3-, adalah suatu basa karena dapat menerima ion H+ untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Demikian juga fospat ( HPO4) suatu basa karena dapat membentuk asam fospat (H2PO4). Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hydrogen. Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya HCl Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecendrungan untuk berdisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang melepaskan H+. contohnya H2CO3. Basa kuat adalah suatu basa yang secara cepat dan kuat dengan H+ dan oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh ion hidroksil (OH-), yang bereaksi dengan cepat membentuk air (H2O). Basa lemah adalah basa yang secara lemah bereaksi dengan ion H+. Contohnya HC03- Konsentrasi ion hidrogen dan Ph Pengaturan ion hidrogen yang tepat bersifat penting karena hampir semua aktifitas sistem enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena itu perubahan konsentrasi hidrogen sesungguhnya merubah fungsi seluruh sel dan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh normalnya dipertahankan pada tingkat yang

28

rendah,dibandingkan dengan ion-ion yang lain,konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena jumlahnya yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ino hidrogen disebut dalam skala logaritma dengan menggunakan satuan pH. pH=log1/H+ pH=-logH+ Normal H+ adalah 0,00000004 Eq/liter. Oleh karena itu pH normal adalah: pH=-log(0,00000004) pH=7,4 Dari rumus diatas bahwa pH berhubungan terbalik dengan konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena itu pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang tinggi dan pH yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang rendah Seseorang dikatakan asidosis saat pH turun dari nilai normal dan dikatakan alkolosis saat pH diatas nilai normal. Batas rendah nilai pH dimana seseorang dapat hidup beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah

sekitar

8,0

Pengaturan

perubahan

konsentrasi

ion

hidrogen

Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrigen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis: 

Sistem penyangga asam basa kimiawi cairan tubuh



Pusat pernafasan



Ginjal

Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga cairan tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetep terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Kemudian sistem pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit untuk mengeliminasi CO2 dan oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini menjaga konsentrasi ion hidrogen dai perubahan yang terlalu banyak sampai pengaturan yang ketiga bereaksi lebih lambat,Ginjal

29

dapat mengeliminasi kelebihan asam dan basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem penyangga dan pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang paling kuat selama beberapa jam sampai beberapa hari. Sistem penyangga ion-ion hidrogen dalam cairan tubuh Penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion hidrogen,yang segera bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem ini bekerja sangat cepet dan menghasilkan efek dalam hitungan detik. Ada 4 sistem penyangga dalam cairan tubuh 1. Sistem penyangga bikarbonat, sistem ini terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat : asam lemah H2CO3 dan garam bikarbonat NaHCO3. H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dan H2O,yang dikatalisator oleh enzim karbonik anhidrase. CO2 + H2O H2CO3. Karbonik anhidrase. Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali didinding alveoli paru dan di sel-sel epitel tubulus ginjal. H2CO3 berionisasi secara lemah untuk memebentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3- : H2CO3 ? H+ + HCO3-. Bila asam kuat seperti HCl ditambahkan kedalam larutan penyangga bikarbonat ,peningkatan ion hidrogen yang dilepas dari asam ( HCl ? H+ + Cl-) disangga oleh HCO3- : ?H+ + HCO3- ? H2CO3 ? CO2 + H2O. Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk menyebabakan peningkatan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini dapat diliat bahwa ion-ion hidrogen dari asam kuat HCl bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian membentuk H2O dan CO3. CO3 yang berlebihan sangat merangsang pernapasan, yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Komponen kedua dari sistem ini yaitu: garam bikarbonat ( NaHCO3 ). Garam ini berionisasi unuk membentuk ion-ion natrium dan ion bikarbonat ( HCO3-) sebagai berikut : NaHCO3 ? Na+ + HCO3-. Bila basa kuat NaOH ditambahkan kedalam larutan penyangga bikarbonat : NaOH + H2CO3 ? NaHCO3 + H2O. Ion Hidrosil OH- dari NaOh bergabung dengan H2CO3 untuk membentuk HCO3- tambahan.

30

Jadi basa lemah menggantikan NaHCO3 menggantikan basa kuat NaOH. Pada waktu yang bersamaan konsentrasi H2CO3 ( karena bereaksi dengan NaOH ), menyebabkan CO2 bergabung dengan H2O untuk menggantikan H2CO3 CO2 + H2O ? H2CO3 ? ? HCO3- + H+ + + NaOH Na+ .Oleh karena itu hasil akhir adalah cenderung penurunan kadar CO2 dalam darah, tetapi penurunan ini menghambat pernafasan dan menurunkan laju ekspirasi CO2. Peningkatan HCO3- dalam darah dikompensasi oleh peningkatan ekskresi HCO3- ginjal. Hasil akhir adalah pengubahan asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi basa lemah 2. Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjdi basa lemah. Natrium hidrogen fosfat ( Na2HPO4) adalah basa lemah dan natrium dihidrogen fosfat ( Na H2PO4) adalah asam lemah HCl + Na2HPO4 ? NaH2PO4 + NaCl NaOH + NaH2PO4 ? Na2HPO4 + H2O 3. Sistem protein Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung gugus karboksil yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi sebagai basa. 4. Sistem Hemoglobin dalam sel darah merah berfungsi sebagai penyangga pembentukan H+ saat terjadi transpor CO2 di antara jaringan paru. Sistem pernafasan. Sistem pernapasan melibatkan perubahan ventilasi pulmonar untuk mengeluarkan CO2 dan untuk membatasi jumlah asam karbonat yang terbentuk. Pengaturan respiratorik memerlukan waktu satu sampai tiga menit untuk mulai bekerja dan fungsinya setelah penyangga asam basa ,pernafasan sistem pengaturan asam basa kedua 

Karbon dioksida secara terus menerus ditambahkan kedalam darah vena akibat metabolisme sel dan transpor ke paru-paru. Saat CO2 terurai dalam paru maka akan terbentuk asam karbonat yang kemudian akan terurai membentuk ion hidrogen dan ion bikarbonat CO2 + H2O ? H2CO3 ? H+ + HCO3- Karbon dioksida dikeluarkan dari pada paru-paru sehingga reaksi bergerak kekiri dan plasma menjadi tidak terlalu asam.

31



Dalam keadaan normal produksi karbon dioksida diimbangi dengan pengeluarannya seperti fungsi sistem pernapasan dalam pengaturan asam basa



Jika aktivitas metabolik meningkat karena olah raga, akan terjadi peningkatan tekanan parsial karbon dioksida arteri ( pCO2 ), peningkatan kadar asam karbonat plasma dan penurunan pH plasma ( asidosis ). Pernafasan disesuaikan untuk mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida.



CO2 berlebihan dalam darah berdifusi kedalam sistem saraf pusat untuk mencapai kemoreseptor sentral. Disistem saraf pusat CO2 membetuk asam karbonat yang terurai menjadi ion hidrogen. Ion hidrogen ini merangsang kemoreseptor



Ion

hidrogen

menstimulasi

kemoreseptor

sentral

mengakibatkan

peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman ventilasi. Peningkatan frekuensi perngeluaran CO2 respiratorik mengurangi asam karbonat dan peningkatan pH 

Sebaliknya jika pH plasma meningkat ( alkalosis ), frekuensi respiratorik berkurang untuk mengurangi pengeluaran CO2. Kadar CO2 yang sedikit dalam plasma menyebabakan reaksi diatas bergerak kekanan dan penurunan pH



Pengaturan ginjal.Pengaturan ini berlangsung melalui ekresi urin asam basa. Ginjal mengatur pH darah mengeluarkan lebih banyak ion hidrogen dan mereabsorpsi lebih banyak ion bikarbonat saat plasma darah lebih asam dan dengan mengeluarka sedit ion hidrogen dan mereabsorpi sdikit ion bikarbonat saat plasma darah lebih basa. Fungsi ginjal berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari untuk mengatasi perubahan pH dan bekerja melalui mekanisme: 

Sekresi tubular ion hidrogen

1. CO2 dalam cairan intersisial berdifusi kadalam sel epitel dan berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat yang berionisasi menjadi ion hidrogen dan ion karbonat

32

2. Ion hidrogen ditranspor secara aktif keluar sel menuju lumen tubulus dan dikeluarkan dari tubuh dalam urin 

Reabsorpsi dan ekskresi bikarbonat

1. Untuk setiap ion hidrogen yang disekresi dari sel epitel kedalam lumen tubulus,satu ion natrium secara aktif ditranspor ke dalam sel epitel dari lumen tubulus untuk mempertahankan keseimbangan elektrokima. Ion natrium dan ion bikarbonat ditranspor secara bersamaan dari sel epitel menuju cairan intersisial dan masuk kedalam darah. 2. Dalam kondisi fisiologis normal,laju sekresi ion hidrogen sama dengan laju filtrasi glomerular terhadap bikarbonat. Ginjal mereabsopsi semua bikarbonat yang terfiltrasi 3. Jika pH plasma basa akan menurunkan sekresi ion hidrogen oleh sel tubular sehingga yang diekskresi dalam urin juga sedikit. Bikarbonat yang terfiltrasi tidak akan terabsopsi sepenuhnya dan yang diekskresi dalam urin semakin banyak. 

Sistem penyangga memungkinkan ion hidrogen diekskresi dalam urin

1. Pasangan penyangga fosfat 

Penyangga fosfat terkonsentrasi dalam cairan tubular karena tidak terabsorpsi. Penyangga fosfat berfungsi untuk mengeluarkan ion hidrogen dari cairan tubuler dan membawanya kedalam urine



Mekanisme ini memungkinkan pengeluaran sejumlah besar ion hidrogen yang disekresi tanpa melalui asidifikas urine yang dapat merusak traktus urinarius

1. Pasangan penyangga amonia dan amonium 

Sel-sel tubuler mensintesis amonia ( NH3 ) dari asam glutamat. Amonia berdifusi kedalam lumen tubulus dan bereaksi dengan ion hidrogen untuk membentuk ion amonium ( NH4-). Ion amonuim diekskresi kedalam urine bersama dengan klorida

33



Selain itu ion amonium mengganti ion natrium atau beberapa ion dasar lainnya unuk membentuk garam amonium dan melepas ion natrium untuk berdifusi balik kedalam sel tubulus dan berikatan dengan bikarbonat. Pembentukan ion amonium menyebabakan terjadinya penambahan lebih banyak ion bikarbonat ke dalam darah dan peningkatan pH darah.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan pernafasan dan regulasi

1. Usia Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurun 2. Jenis kelamin. Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan perempuan 3. Suhu tubuh Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat. di Lingkungan yang panas tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan frekwensi 4. Posisi tubuh Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk.

34

Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap 5. Aktivitas Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat

Jadi 

Bertambahnya umur seseorang mengakibatkan frekuensi respirasi menjadi semakin lambat.



Pada usia lanjut, energi yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada saat usia pertumbuhan, sehingga oksigen yang diperlukan relatif lebih sedikit.



Pada umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi, sehingga memerlukan oksigen yang lebih banyak.



Frekuensi pernapasan laki-laki > perempua



Pernapasan manusia dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin.



Kedua hal tersebut mempengaruhi langsung terhadap tingkat aktivitas manusia.



Aktivitas bayi dengan anak-anak jelas berbeda apalagi dengan orang tua. perbedaan aktivitas inilah yang nantinya mempengaruhi cepat tidaknya pernapasan



memang frekuensi pernafasan manusia itu dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin.



namun masih banyak faktor2 lain yang lebih dominan mempengaruhi frekuensi pernapasan yaitu.

1. Emosi seseorang 2. Perasaan seseorang 3. Kejiwaan seseorang. 4. Energi dan Aura seseorang 5. Latihan dan kebatinan seseorang

35



Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan.



Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal.



Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi.



Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.

LOKASI

INSPIRASI

EKSPIRASI

Diafragma

Kontraksi(tampak datar) Relaksasi(melengkung keatas)

Tulang iga (costae) bergerak keatas & keluar bergerak kebawah&kedalam Tulang dada

Bergerak keluar

Bergerak kedalam

Rongga dada

membesar

mengecil

Paru-paru

mengembang

mengempis

Frekuensi napas normal tergantung umur : 

Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit



Usia <>



Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit



Dewasa 16 – 20 x/menit.

1. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit 2. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut 3. Apnea : Bila tidak bernapas .

36

Anatomi diafragma Diafragma merupakan suatu septum berupa jaringan musculotendinosus yang memisahkan ronggaabdomen dan rongga thoraks dengan proyeksi/penonjolan kedalamparu‐paru, seperti kubah. Dengan demikian diafragma menjadi dasar dari rongga thoraks. Jenis-jenis diafragma: 

Diafragma thorak, jaringan otot yang memanjang antara rongga dada (thorak) dan rongga perut (abdomen) mamalia. thorak dibai menjadi dua,yaitu thorak superior dan thorak interior



Diafragma urogenital, lapisan di pinggul (pelvis) yang memisahkan deep perineal sac dari pinggul atas (upper pelvis)



Diafragma pelvis, otot pelvis yang terdiri dari Levator ani dan Coccygeus

Sejumlah

struktur

yang

berperan

seperti

diafragma,

termasuk

diantaranya iris dan gendang telinga. Setiap struktur yang memisahkan; sebagai contoh, ada gasteromycetes dan bryozoan, yang menyerupai septum. Ada tiga apertura pada diafragma, yaitu: 1. Hiatus aortikus yang dilalui oleh aorta desenden, vena azygos, dan duktus thoracicus 2. Hiatus esofageus yang dilalui oleh esofagus 3. Hiatus yang dilalui oleh vena kava inferior

Diafragma dibagi juga menjadi tiga bagian: 1. Pars sternalis, origonya di proc. Xyphoideus 2. Pars costalis, origonya pada kartilago costa VII s/d X (bagian depan) dan kartilago costa XI s/d XII (bagian belakang) 3. Pars lumbalis, origonya di bagin lumbal, membentuk turak.

37

38

Otot – otot yang mempengaruhi inspirasi dan ekspirasi maksimal Selain sebagai otot pembentuk dinding dada, otot skelet juga berfungsi sebagai otot pernapasan. Menurut kegunaannya, otot-otot pernapasan dibedakan menjadi otot inspirasi yang mencakup otot inspirasi utama dan tambahan, dan otot ekspirasi tambahan.

Otot inspirasi A. Otot inspirasi utama (principal) yaitu: 1. M. Intercostalis eksterna 2. M. Interkartilaginus parasternal 3. Otot diafragma B. Otot inspirasi tambahan (accessory) yang sering juga disebut otot bantu napas yaitu: 1. M. Sternokleidomastoideus 2. M. Skalenus anterior 3. M. Skalenus medius 4. M. Skalenus posterior Saat napas biasa (quiet breathing), untuk inspirasi tidak dibutuhkan kegiatan otot, cukup dengan daya elastis paru saja udara di dalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun ketika ada serangan asma, sering diperlukan active breathing, dalam keadaan ini dalam ekspirasi diperlukan kontribusi kerja otot-oto berikut: 1. M. Intercostalis eksterna 2. M. Interkartilaginus parasternal 3. M. Rektus abdominis 4. M. Oblikus eksternus abdominis

39

Otot-otot ekspirasi juga berperan untuk mengatur pernapasan saat berbicara, menyanyi, batuk, bersin, dan untuk mengedan saat buang air besar dan bersalin.

Keterangan Gambar : Gambar diatas menunjukan berbagai macam otot yang membantu pernapasan baik inspirasi dan ekspirasi.

40

Jelaskan bagaimana mekanisme transport difusi Proses bernapas setidaknya membutuhkan empat proses penting yaitu, vetilasi paru, difusi udara ke darah, transport pada darah dan difusi gas ke jaringan.

Ventilasi Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paruparu. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari

atmosfer

sehingga

udara

akan

tertiup

keluar

dari

paru-paru.

Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.

41

Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.

Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama

42

pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi).

Ventilasi dipengaruhi oleh 1. Kadar oksigen pada atmosfer 2. Kebersihan jalan nafas 3. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru 4.Pusat pernafasan

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara. Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat. Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal. IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru setelah inspirasi normal. ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.

Difusi

Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial

43

Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.

Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.

44

Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit.

Saat

bekerja

meningkat

menjadi

1200-1500

ml/menit.

Difusi dipengaruhi oleh : 1. Ketebalan membran respirasi 2. Koefisien difusi 3. Luas permukaan membran respirasi* 4. Perbedaan tekanan parsial

Transportasi

Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).

45

Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit. Saat olah raga berat dapat meningkat 15 – 20 kali lipat.

Transportasi gas dipengaruhi oleh : 1. Cardiac Output 2. Jumlah eritrosit 3. Aktivitas 4. Hematokrit darah

Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.

Regulasi

Kebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan

46

oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut

Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.

Daerah berirama medula mempertahankan irama nafas I : E = 2” : 3”. Stimulasi neuron inspirasi menyebabkan osilasi pada sirkuit inspirasi selama 2” dan inhibisi pada neuron ekspirasi kemudian terjadi kelelahan sehingga berhenti. Setelah inhibisi hilang kemudian sirkuit ekspirasi berosilasi selama 3” dan terjadi inhibisi

47

pada sirkuit inspirasi. Setelah itu terjadi kelelahan dan berhenti dan terus menerus terjadi sehingga tercipta pernafasan yang ritmis.

Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh : Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.

Gerakan pada paru mempengaruhi perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor. Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal. Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas.

Ventilasi, Difusi, transportasi, perfusi

Ventilasi paru Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paruparu.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical keempat.

48

Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer. Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah : a. Tekanan O2 atmosfer b. Jalan nafas c. daya kembang toraks dan paru) d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam darah

Difusi gas Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi pulmonar Membrane memiliki

ketebalan

membrane

alveolar

kapiler

yang

meningkat

akan

mengakibatkan

49

proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli. Faktor yang mempengaruhi difusi : 1. Luas permukaan paru 2. Tebal membrane respirasi 3. Jumlah eryth/kadar Hb 4. Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas 5. Waktu difusi 6. Afinitas gas

Transportasi gas Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat jarinagn, oksigen

50

ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan.Transfer ini bergantung pada proses difusi.

Transpor O2 : Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990). Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan. Transpor CO2 Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam

51

karbonat(H2 CO3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah

menjadi

ion

hydrogen(H+

)dan

ion

bikarbonat

(HCO3-

)

berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih midah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon doiksida.

Perfusi Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal O2 diangkut dlm darah; dalam eritrosit bergabung dgn Hb(oksi Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%) CO2 dlm darah ditrasport sbg bikarbonat Dalam eritosit sbg natrium bikarbonat Dalam plasma sbg kalium bikarbonat. Dalam larutan bergabung dengan Hb dan protein plasma 5 – 7 %C02 larut dalam plasma 15 – 20 % Carbamoni Hb (carbamate) HbNHCO3 Hb + CO2 HbC060 – 80% HCO3bikarbonat CO2 + H2O H2CO3 - H+ + CO3-

TRANSPOR GAS PERNAPASAN A.Ventilasi, Difusi, transportasi, Perfusi Ventilasi paru Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paruparu.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical keempat. Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer. Faktor yang mempengaruhi 1. Tekanan O2 atmosfer

52

2. Jalan nafas 3. daya kembang toraks dan paru) 4. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk merangsang CO2 dalam darah Difusi gas Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.Difusi gas pernapasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membrane Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat akan mengakibatkan proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli. Faktor yang mempengaruhi difusi :empengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah : 

Luas permukaan paru



Tebal membrane respirasi



Jumlah eryth/kadar Hb



Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas



Waktu difusi



Afinitas gas

Perfusi Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal O2 diangkut dlm darah; (oksi Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%) CO2 dlm darah ditrasport sbg bikarbonat Dalam eritosit sbg natrium bikarbonat

53

Dalam plasma sbg kalium bikarbonat Dalam larutan bergabung dengan Hb dan protein plasma 5 – 7 % = C02 larut dalam plasma 15 – 20 % = Carbamoni Hb (carbamate) = HbNHCO3 Hb + CO2 HbC0 – 80% = bikarbonat = HCO3 CO2 + H2O H2CO3 - H+ + CO3Tranport Gas Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat jarinagn, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan.Transfer ini bergantung pada proses difusi. Transpor O2 : Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990). Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.

54

Transpor CO2 Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam karbonat(H2 CO3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen (H+ ) dan ion bikarbonat (HCO3-) berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih mudah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon doiksida

Jelaskan volume dan kapasitas paru Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru Volume paru dibagi menjadi : 1. Volume tidal (TV) volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas. 2. Volume cadangan inspirasi (IRV) , volume udara maksimal yg dapat dihirup setelah inhalasi normal 3. Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal 4. Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal Kapasitas Paru 1. Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi

normal

Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi normal

55

2. Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal Typical Values (young adult male of average size) TV = 0.5-0.6 L (liters) IRV = 3.0 L ERV = 1.3 L RV = 1.2 L = TV + IRV + ERVVC = 4.8 L ( 5 Liters) VC = VC + RVTLC = 6.0 L TLC = TV + IRV + ERV + RV = RV + ERVFRC = 2.5 L FRC IC = TV + IRVIC = 3.5 L

56

Apa yang dimaksud dengan polip dan penyebabnya ? Bagaimana mekanisme terjadinya cegukan ? dimanakah lokasi kartilago untuk intubasi ? Jika pleura mengalami cedera yang mengakibatkan bolong atau bocor, apakah masih bisa mengembang dengan baik, jelaskan ? Polip Polip hidung adalah tonjolan pada jaringan permukaan (mukosa) rongga hidung bagian dalam (cavum nasi). Bentuknya bertangkai dan memanjang (mirip dengan buah anggur bening lonjong bertangkai). Itu sebabnya penderita polip hidung merasa terganggu akibat tonjolan di dalam hidungnya sehingga tidak leluasa bernafas (buntu) dan pilek berkepanjangan.Polip hidung merupakan daging tumbuh seperti tumor yang timbul di dalam salah satu rongga hidung atau keduanya. Penyakit polip hidung terjadi karena munculnya massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, bewarna putih keabu-abuan yang terjadi akibat inflamasi mukosa seperti daging yang tumbuh dalam hidung. Pada dasarnya daging yang tumbuh dalam hidung itu merupakan pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat jinak. pembentukan selaput lendir tersebut berkaitan

erat

dengan

berbagai

masalah

penyakit

THT

(telinga,hidung,tenggorokan) lainnya seperti rinitis alergi, asma, radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal, kista fibrosis, intoleransi pada aspirin. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit polip hidung bukanlah penyakit yang murni berdiri sendiri. Jenis Polip Hidung Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yakni: 1. Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan dinding sinus tulang pipi (maxilla).

57

2. Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas (etmoid). Faktor penyebab polip hidung Polip hidung biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. pada awalnya polip yang terbentuk akan tampak seperti air mata dan semakin lama akan berubah bentuk seperti daging yang tumbuh berwarna keabuabuan, pertumbuhan selaput lendir tersebut akan berakibat seringnya terjadi penyumbatan hidung yang berefek pada penurunan fungsi indera penciuman pada penderita polip hidung. Pada kasus lain penyumbatan dapat terjadi pada saluran lendir dari sinus ke hidung, bila hal ini terjadi akan menyebabkan tertimbunnya lendir dalam sinus yang berpotensi menimbulkan infeksi dan akhirnya menyebabkan terjadinya sinusitis. Hingga saat ini para pakar belum menemukan jawaban yang pasti tentang hal apa saja yang menjadi pemicu munculnya pertumbuhan dari selaput lendir berupa benjolan putih keabu-abuan bertangkai itu. Akan tetapi dari studi dan pengamatan medis, telah ditemukan ada beberapa faktor yang yang menjadi pertumbuhan selaput lendir tersebut yaitu radang kronis yang berulang pada mukosa hidung dan sinus paranasal, gangguan keseimbangan vasomotor, peningkatan cairan interstitial dan oedema (pembengkakan) mukosa hidung, faktor penyebab lainnya adalah : 

Sinusitis (radang sinus) yang menahun.



Reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang berlangsung lama



Sumbatan hidung karena kelainan anatomi sehingga mempersempit rongga pada hidung



Adanya pembesaran pada konka.



Iritasi

Gejala Polip hidung

58



Mudah merasakan sakit kepala



Hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya lendir pada sinus hidung.



Sering mengeluarkan lendir dari hidung seperti gejala influenza



Daya penciuman menurun.



Suara bindeng



Rongga sering hidung terasa gatal dan sering bersin.



Mata berair sebab alergi.

Pengobatan Untuk memastikan diagnosa Polip Hidung, mau tidak mau periksa ke Dokter THT, melalui: pemeriksaan fisik jeroan rongga hidung, Rinoskopi, Endoskopi Nasal.

Pengobatan Non Operatif Cara ini dipilih untuk pengobatan Polip Hidung yang masih kecil, untuk meredakan keluhan dan agar polip tidak membesar secara progresif. Obat yang lazim digunakan, antara lain: 

Anti inflamasi steroid oral. Diberikan pada awal pengobatan untuk mencegah hidung buntu, sekaligus untuk menilai respon pengobatan.

59

Apabila memberikan respon yang bagus, pengoabatan dengan cara ini aman diberikan secara periodik 3-4 kali setahun. 

Steroid intranasal. Efektif untuk mengurangi pertumbuhan Polip Hidung dan pasca operasi.



Injeksi Steroid intra Polip. Pengobatan cara ini sangat selektif dan dipilih atas pertimbangan khusus oleh dokter THT.



Leukotriene inhibitors. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ini bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan Polip Hidung dan meredakan keluhan, terutama pada Polip Hidung yang dipicu oleh Rhinitis Alergika.



Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai infeksi sekunder oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.

Pengobatan Operatif Tindakan operasi dilakukan untuk mengambil Polip Hidung berdasarkan indikasi sesuai hasil pemeriksaan Dokter THT. Pasca operasi dilanjutkan dengan pengobatan untuk meredakan keluhan yang mungkin masih timbul, dengan menggunakan Steroid semprot intranasal. Intubasi Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan melalui mulut, hidung, atau tracheal stoma. Apabila tidak bisa dimasukkan melalui mulut dan hidung bisa melalui cartilago tracheal yaitu cartilago crichothroidea. Tindakan Intubasi baru dapat di lakukan bila : cara lain untuk membebaskan jalan nafas (airway) gagal, perlu memberikan nafas buatan dalam jangka panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi ke paru. Pipa endotrakeal digunakan untuk menghantarkan gas anestesi langsungke trakea dan memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi. Pipa endotrakeal terbuat dari plastik Polyvinyl Chlorida yang merupakan cetakan dari bentukan jalan nafas. Bahan dari ETT harus bersifat radioopaq untuk mengetahui posisi ujung distal ke karina dan transparan agar dapat dilihat sekresi atau aliran udara yang dibuktikan oleh adanya pengembungan uap air pada lumen pipa selama ekshalasi. Pipa Murphy memiliki lubang (Murphy eye) untuk menurunkan resiko oklusi bagian

60

bawah pipa yang berbatas langsung dengan cairan atau trakea.

Tujuan Intubasi Endotrakhea

Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakhea adalah untuk membersihkan saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal (Anonim, 1986) :

61

1. Mempermudah pemberian anesthesia 2. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran pernafasan. 3. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks batuk). 4. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial. 5. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama. 6.

Mengatasi obstruksi laring akut.

Indikasi dan Kontraindikasi. Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun 2002 antara lain : 1. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen melalui masker nasal. 2. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di arteri. 3. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai bronchial toilet. 4. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau pasien

dengan

refleks

akibat

sumbatan

yang

terjadi.

Dalam sumber lain (Anonim, 1986) disebutkan indikasi intubasi endotrakheal antara lain : 1. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit. 2. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan, karena pada kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan face mask tanpa mengganggu pekerjaan ahli bedah. 3.

Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tidak ada ketegangan.

4. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction dilakukan dengan mudah, memudahkan respiration control dan mempermudah pengontrolan tekanan intra pulmonal.

62

5. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi intestinal. 6. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme. 7. Tracheostomni. 8.

Pada pasien dengan fiksasi vocal chords.

Alat-alat intubasi Alat-alat yang dipergunakan dalam suatu tindakan intubasi endotrakheal (Anonim, 1989) antara lain : 

Laringoskop, yaitu alat yang dipergunakan untuk melihat laring. Ada dua jenis laringoskop yaitu :i



Blade lengkung (McIntosh). Biasa digunakan pada laringoskop dewasa. ii. Blade lurus. Laringoskop dengan blade lurus (misalnya blade Magill) mempunyai teknik yang berbeda. Biasanya digunakan pada pasien bayi dan anak-anak, karena mempunyai epiglotis yang relatif lebih panjang dan kaku. Trauma pada epiglotis dengan blade lurus lebih sering terjadi.

B. Pipa endotrakheal. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Pipa plastik yang sekali pakai dan lebih tidak mengiritasi mukosa trakhea. Untuk operasi tertentu misalnya di daerah kepala dan leher dibutuhkan pipa yang tidak bisa ditekuk yang mempunyai spiral nilon atau besi. Untuk mencegah kebocoran jalan nafas, kebanyakan pipa endotrakheal mempunyai balon (cuff) pada ujunga distalnya. Terdapat dua jenis balon yaitu balon dengan volume besar dan kecil. Balon volume kecil cenderung bertekanan tinggi pada sel-sel mukosa dan mengurangi aliran darah kapiler, sehingga dapat menyebabkan ischemia. Balon volume besar melingkupi daerah mukosa yang lebih luas dengan tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan volume kecil. Pipa tanpa balon biasanya digunakan pada anak-anak karena bagian tersempit jalan nafas adalah daerah rawan krikoid. Pada orang dewasa biasa dipakai pipa dengan balon karena bagian tersempit adalah trachea. Pipa pada orang dewasa biasa digunakan dengan diameter internal untuk laki-laki berkisar 8,0 – 9,0 mm dan perempuan 7,5 – 8,5 mm. Untuk intubasi oral panjang pipa yang masuk 20 – 23 cm. Pada anak-anak dipakai rumus : Panjang pipa yang masuk

63

(mm) = Rumus tersebut merupakan perkiraan dan harus disediakan pipa 0,5 mm lebih besar dan lebih kecil. Untuk anak yang lebih kecil biasanya dapat diperkirakan dengan melihat besarnya jari kelingkingnya.

C. Pipa orofaring atau nasofaring. Alat ini digunakan untuk mencegah obstruksi jalan nafas karena jatuhnya lidah dan faring pada pasien yang tidak diintubasi.

D. Plester untuk memfiksasi pipa endotrakhea setelah tindakan intubasi.

E. Stilet atau forsep intubasi. Biasa digunakan untuk mengatur kelengkungan pipa endotrakheal sebagai alat bantu saat insersi pipa. Forsep intubasi (McGill) digunakan untuk memanipulasi pipa endotrakheal nasal atau pipa nasogastrik melalui orofaring. F. Alat pengisap atau suction G.Xylocain jelly H. Sarung tangan steril I. Xylocain spray J. Spuit 10 cc K. Stetoskop L.Masker

64

Tindakan Intubasi. Dalam melakukan suatu tindakan intubasi, perlu diikuti beberapa prosedur yang telah ditetapkan (Anonim, 1989) antara lain :

1. Persiapan. Pasien sebaiknya diposisikan dalam posisi tidur terlentang, oksiput diganjal dengan menggunakan alas kepala (bisa menggunakan bantal yang cukup keras atau botol infus 1 gram), sehingga kepala dalam keadaan ekstensi serta trakhea dan laringoskop berada dalam satu garis lurus. 2. Petugas mencuci tangan 3. Petugas memakai masker dan sarung tangan 4. Melakukan suction 5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan (Ventilator)

6. Oksigenasi. Setelah dilakukan anestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan oksigenasi dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2 menit. Sungkup muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan kanan.

7. Laringoskop. Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kiri dan lapangan pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke dalam rongga mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akan terlihat uvula, faring serta epiglotis. Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang tampak keputihan berbentuk huruf V.

8. Pemasangan pipa endotrakheal. Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut sampai balon pipa tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum memasukkan pipa asisten

65

diminta untuk menekan laring ke posterior sehingga pita suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasi atau oksigenasi diberikan dengan tangan kanan memompa balon dan tangan kiri memfiksasi. Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi dengan plester.

9. Mengontrol letak pipa. Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu ventilasi, dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan suara nafas kanan dan kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakheal. Bila terjadi intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-tanda berupa suara nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadang-kadang timbul suara wheezing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrum atau gaster akan mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadang-kadang keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin membiru. Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah diberikan oksigenasi yang cukup. 1. Pernafasan yang adekuat dapat di monitor melalui cek BGA (Blood Gas Analysis) ± ½ – 1jam setelah intubasi selesai 2. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi 3. Catat respon pernafasan pasien pada mesin ventilator

Cegukan Cegukan secara medis disebut sebagai singultus yaitu gangguan pada sistem pernafasan, dimana terjadinya kontraksi otot-otot pernapasan (diapraghm spasms) yang menyebabkan timbulnya gerakan menarik nafas tiba-tiba diikuti dengan menutupnya epiglottis (katup saluran pernafasan) secara tidak normal sehingga menimbulkan efek suara yang khas.

66

Cegukan cenderung terjadi ketika tingkat karbondioksida dalam darah merosot terlalu rendah. Selain itu, makanan pedas dan alkohol juga terkadang menjadi pemicu cegukan. Makanan pedas seperti cabai, lada atau makanan kari bisa menimbulkan cegukan yang berlangsung hingga lebih dari 1 menit. Sedangkan alkohol yang diminum terlalu banyak bisa menyebabkan iritasi pada saraf yang berfungsi mengendalikan diafragma. Saraf ini cenderung mendorong terjadinya kejang di dalam otot yang memicu cegukan. Cegukan juga menjadi cara tubuh memberitahukan bahwa makan atau minum terlalu banyak. Para ilmuwan juga menilai cegukan adalah refleks yang mencegah terjadinya tersedak makanan atau minuman. Cegukan juga disebabkan oleh iritasi saraf frenikus yang merupakan saraf motor ke diafragma yang membantu mengendalikan proses bernafas. tres atau emosi yang tinggi juga terkadang memicu cegukan. Bisa juga pertanda di telinga terdapat benda asing. Cegukan yang panjang bisa membuat seseorang pingsan yang disebabkan oleh masalah irama jantungnya. Selain itu sepertiga pasien kemoterapi jugamengeluh cegukan terus menerus. Cara mengatasi cegukan adalah dengan mengatur nafas dan rileks. Kemudian dilanjutkan dengan meminum dua sampai tiga gelas air tanpa henti. Jika tak kunjung hilang, Bisa juga meminum air tanpa bernapas. Hal tersebut dilakukan agar menaikkan kadar karbondioksida atau menstimulasi saraf vagus. Selain itu, menahan nafas selama beberapa detik, bernafas ke dalam kantong kertas serta menghirup bau amonia bisa menjadi alternatif lain untuk atasi cegukan.

Pleura Bocor Pleura merupakan suatu membrane yang melindungi paru. Pleura terdiri atas pleura visceral dan pleura parietal. Dalam sisi anatomis pleura teridiri atas pleura sterna, pleura diafragmatik, dan pleura mediastinum. Diantara pleura terdapat

67

suatu cavitas yang disebut sebagai cavitas pleura. Pleura terisi oleh cairan yang masuk

kedalam

pleura

melalui

pori

pleura.

Pleura

berfungsi

guna

mempertahankan sifat paru yang dianggap mengembang dengan memberikan gaya tarik. Paru paru memiliki dua gaya tarik yang kuat, yaitu gaya tarik kohesif air intramembrana pleura dan sifat elastisitas pleura yang cenderung terus mengkerut. Tekanan pada pleura minus 4 mmHg dari tekana intraalveolus menahan paru untuk tetap mengisi rongga thoraks. Apabila terjadi kebocoran pada pleura menyebabkan tekanan pada intrapleura sama dengan tekanan untra alveolus. Apabila hal ini terjadi dapat menyebabkan paru paru collapse. Sehingga pertolongan pertama yang tepat untuk kejadian ini adalah. Menahan pleura dengan tampon, atau perban untuk mencegah tekanan intra pleura meningkat.

68

LAMPIRAN SOAL

1. Apakah nama sekresi dari sel tipe 2 pada alveolus yang mengeluarkan suatu secret yang dapat menahan gaya kohesif air ?. a. Epitel Kuboid b. Mucosa sel goblet c. Cairan Intrapleura d. Cairan membrane intraalveolus e. Surfaktan paru Jawaban : Surfaktan Paru Sumber : Sherwood, Laurelee Fisiologi Manusia Edisi 6 2. Lapisan pleura terdiri atas 2 lapis yaitu, lapisan visceral dan lapisan parietal. sebutkan apa rongga apa yang terbentuk dari lapisan pleura tersebut a. Cavitas Nasalis b. Cavitas Pleura c. Cavitas Oral d. Cavitas Thoraks e. Cavitas Mediastinum Jawaban : Cavitas Pleura Sumber : Anatomi Klinis Dasar L. Moore

3. Paru dapat mengembang akibat suatu gradient dari tekanan intraalveolus dan tekanan intrapleura. Apa nama gradient tersebut ? a. Gradient intrapleuraalveolus b. Gradient transmural c. Gradient repiratory d. Gradient intaralveolus e. Gradient transthoraks Jawaban : Gradien Transmural

69

Sumber : Sherwood, Laurelee Fisiologi Manusia Edisi 6

4. Dalam setiap kali pernapasan, terdapat suatu residual yang tidak dapat dikeluarkan paru, bahkan dalam 500 ml udara hanya sekitar 350 yang berdifusi. Sisanya berada dalam suatu ruang yahg disebut? a. Ruang Alveolar b. Ruang Rugi Anatomik c. Ruang Intrabronchus d. Ruang Trakhea e. Ruang intraparu Jawaban : Ruang rugi anatomic Sumber : Sherwood, Laurelee Fisiologi Manusia Edisi 6

5. Apa nama enzim yang bekerja dua arah dalam membentuk HCO3 dan H2CO3 ? a. Karbonas anhidrase b. Asetikolin c. Nore epinefrin d. Epinefrin e. Reseptor alpha 1 Jawaban : Karbonas anhidrase Sumber : Sherwood, Laurelee Fisiologi Manusia Edisi 6

6. Apa nama efek dari menempelnya Oksigen pada hemoglobin memnyebabkan afinitas terhadap Carbon dioksida berkurang ? a. Efek Bohr b. Efek Haldane c. Efek Boyle d. Efek Pascal e. Efek ludovici Jawaban : Efek Haldane

70

Sumber : Sherwood, Laurelee Fisiologi Manusia Edisi 6

7. Apa jenis dari cartilage yang membentuk C-shape pada trachea ? a. Hyalin b. Elatis c. Fibrosa d. Fibroelastin e. Tulang Sejati Jawaban : hyaline Sumber : Color Text Book Hostology, James L. Hiatt 8. Bagian dari pharynx yang terletak posterior pada Nasal cavity disebut sebagai ? a. Nasopharynx b. Oropharynx c. Laryngeopharynx d. Palatum Mole e. Palatum Durum Jawaban : Nasopharynx Sumber : Anatomi Klinis Dasar L. Moore 9. Sel epitel yang dominan pada bronchus ? a. Epitel berlapis semu bersilia b. Epitel selapis gepeng c. Epitel selapis kubus d. Epitel berlapis gepeng e. Epitel berlapis slindris Jawaban : Epitel berlapis semu bersilia Sumber : Color Text Book Hostology, James L. Hiatt

10. Apa nama fisura yang membagi lobus pulmo dextra superior dengan lobus pulmo dextra media? a. Fisura Oblique

71

b. Fisura Longitudinal c. Fisura Horizontal d. Fisura Vertikal e. Fisura slindris Jawaban : Fisura Horizontal Sumber : Anatomi Klinis Dasar L. Moore

72

Related Documents