Laporan Tutor Skenario 1 Blok 2.2 Kel 4.docx

  • Uploaded by: Gita Safitri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tutor Skenario 1 Blok 2.2 Kel 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,462
  • Pages: 67
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO I BLOK 2.2

TUTOR : dr. M. Qathar RF Taulandi

KELOMPOK IV B :

ANDINI AGUSTINA

G1A117111

ATIKAH KHAIRI MUJAHIDAH

G1A117112

GITA SAFITRI AMALIA

G1A117120

HETA APRIANA

G1A117121

MAULANA

G1A117122

ENDAH PENTIANNISA

G1A117126

SHAFIRA DWIANNA

G1A117127

JIHAN LATIFAH NABILA

G1A117128

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

SKENARIO Ai adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sedang mempelajari sistem reproduksi manusia baik perempuan dan laki laki. Sewaktu dirumah Ai mendapati adik perempuannya mengalami menarche dan juga dismennore. Kemudian Ai teringat akan pelajaran yang didapatnya dikampus mengenai siklus menstruasi dan pengaturan hormone terkait dengannya. Ai juga mengamati perbedaan perkembangan seks sekunder yang terjadi pada adik perempuan dan laki-laki, perkembangan ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Ai juga mendapatkan tugas untuk mempelajari proses fertilisasi pada manusia.

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Sistem Reproduksi

: Suatu proses kemampuan menghasilkan keturunan

2. Menarche

: Peristiwa menstruasi yang didapat pada saat pertama kali pada perempuan

3. Dismennore

: Nyeri di bagian perut pada saat menstruasi

4. Siklus Menstruasi

: Keadaan fisiologi dimana terjadi pengeluaran secret dari uterus

5. Hormon

: Zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh secara alami

6. Seks Sekunder

: Perubahan yang terjadi pada tubuh saat permulaan terjadinya pubertas

7. Fertilisasi

: Pertemuan antara sel sperma dan sel telur

IDENTIFIKASI MASALAH 1. Bagaimana anatomi dari sistem reproduksi? 2. Bagaimana histologi dari sistem reproduksi? 3. Bagaimana fisiologi dari sistem reproduksi? 4. Bagaimana mekanisme menarche dan dismennore? 5. Apa faktor yang menyebabkan menarche dan dismennore? 6. Hormon apa saja yang mempengaruhi sistem reproduksi pada pria dan wanita? 7. Hormon apa saja yang mengatur siklus menstruasi pada wanita? 8. Bagaimana proses terjadinya siklus menstruasi? 9. Bagaimana perkembangan seks sekunder pada pria dan wanita? 10. Bagaimana proses fertilisasi?

BRAIN STORMING 1. Bagaimana anatomi dari sistem reproduksi? Jawab : a. Pada masculina Externa

: Penis dan scrotum.

Interna

: Testis, duktus ekskretorius, galndula assesorius, uretra.

b. Pada feminina Externa

: Mons pubis, labium major, labium minus, orificium vagina, klitoris.

Interna

2. Bagaimana

: Ovarium, tuba fallopi, uterus, vagina.

histologi

dari

sistem

reproduksi?

Jawab : a. Pada masculina 1. Penis

: terdapat korpus cavernosum yang besarnya tidak sama.

2. Uretra

: terdapat korpus spongiosum, besarnya seragam di bagian tengah sampai ke tepiannya.

3. Testis

: dibungkus oleh jaringan ikat fibrosa yaitu tunika albuginea.

4. Tubulus deferens

: lumennya tampak bergelombang.

5. Duktus epididimis

: terdiri dari epitel torak selapis.

6. Duktus deferens

: terdiri dari epitel torak bertingkat.

7. Kelenjar prostat

: mukosanya berlipat-lipat.

8. Kelenjar bulbouretralis

: terdiri dari epitel torak simpleks.

9. Kelenjar vesikulosa

: terdiri dari epitel torak simpleks.

b. Pada feminina 1. Ovarium

: terdiri dari korteks dan medulla, pada

stratum germinativum epitelnya kuboid selapis. 2. Korpus luteum

: pada bagian tengahnya masih mengandung banyak darah sisa ovulasi.

3. Korpus albicans

: bentuknya lebih kecil dari korpus luteum, warnanya pucat.

4. Ampula tuba uterina

: pada mukosa ampula terdapat banyak lipatan yang memenuhi lumennya.

5. Isthmus tuba uterina

: lipatan mukosanya berupa lipatan longitudinal dan lumennya lebih sempit.

6. Tuba uterina pars intramural

: lapisan mukosanya tampak bergelombang dan memanjang.

7. Endometrium fase regenerasi

: epitelnya silindris selapis, mukosanya tampak lebih tipis.

8. Endometrium fase sekresi

: kelenjarnya berkelok-kelok, dindingnya berlipat-lipat, lumennya melebar.

3. Bagaimana fisiologi dari sistem reproduksi? Jawab : a. Pada masculina Pembentukan sperma di testis – sperma dimatangkan di epididymis – sperma masuk ke vas deferens – bercampur dengan cairan di vasikula seminalis – masuk ke uretra b. Pada feminina Terdapat fase preovulasi, fase ovulasi, dan fase pasca ovulasi

4. Bagaimana mekanisme menarche dan dismennore? Jawab : a. Mekanisme menarche

Terdiri atas fase folikular, fase ovulasi, fase luteal, fase ovarium, fase haid, fase proliferasi, fase sekretorik, dan fase uterus. b. Mekanisme dismennore Terjadi akibat terhentinya sekresi hormon progesteron dan horon estrogen.

5. Apa faktor yang menyebabkan menarche dan dismennore? Jawab : a. Menarche

: faktor hormonal, faktor genetic, faktor bentuk badan, faktor gizi

b. Dismennore

: faktor psiologis, faktor hormonal, peradangan pada tuba fallopi

6. Hormone apa saja yang mempengaruhi sistem reproduksi pada pria dan wanita? Jawab : a. Masculina

: testicularis, hipotalamus, hipofisis

b. Feminina

: GnRH, SH, LH, estrogen, progesterone

7. Hormone apa saja yang mengatur siklus menstruasi pada wanita? Jawab : FSH, LH, estrogen dan progesteron

8. Bagaimana terjadinya siklus menstruasi? Jawab : akan melewati fase proliferatif, masuk ke fase sekretorik, dan masuk ke fase menstruasi

9. Bagaimana perkembangan seks sekunder pada pria dan wanita? Jawab : a) Masculina

: Tumbuh jakun, tumbuh kumis & jenggot, jerawat pada wajah, tumbuh rambut pada ketiak, dada, dan kelamin, bahunya melebar melebihi lebar pinggul

b) Feminina

: Payudara membesar, pinggulnya melebar, tumbuh rambut pada daerah kemaluan, suaranya nyaring

10. Bagaimanakah proses fertilisasi? Jawab : Ketika sperma masuk kedalam vagina menuju ke tuba falopii, ovarium akan mengeluarkan ovum dan akan menuju tuba fallopi, di tuba fallopi akan terjadi peleburan antara sperma dan ovum

ANALISIS MASALAH

1.

Bagaimana anatomi dari sistem reproduksi? Jawab : A. Anatomi Masculina

a.

Eksterna : 1. Penis a) Lokasi dan Deskripsi Penis mempunyai radix yang terfiksasi dan corpus yang tergantung bebas b) Radix Penis Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringan erektil yang dinamakan bulbus penis dan crus penis dextrum dan sinistrum. Bulbus penis terletak di garis tengah dan melekat pada permukaan bawah diaphragma urogenitale. Bulbus dilewati oleh urethra dan permukaan luamya dibungkus oleh musculus bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada pinggir arcus pubis dan permukaan luarnya diliputi oleh musculus ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan diri ke depan sebagai corpus penis dan membentuk corpus

spongiosum penis. Di anterior kedua crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal corpus penis terletak berdampingan membentuk corpus cavernosum penis c) Corpus Penis Corpus penis pada hakekatnya terdiri dari tigajaringan erektil yang diliputi sarung fascia berbentuk tubular (fascia Buck). Jaringan erektil dibentuk oleh dua corpora cavernosa yang terletak di dorsal (yang saling berhubungan satu dengan yang lain) dan satu corpus spongiosum yang terletak pada permukaan ventralnya. Pada bagian distal corpus spongiosum melebar membentuk glans penis, yang meliputi uiung distal corpora cavernosa. Pada ujung glans penis terdapat celah yang merupakan muara dari urethra disebut meatus urethrae externus. Preputium merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang menutupi glans penis. Preputium dihubungkan dengan glans penis oleh lipatan yang terdapat tepat di bawah muara urethra dan dinamakan frenulum. Corpus penis disokong oleh dua buah fascia profunda yang terkondensasi, yang berjalan ke bawah dari linea alba dan symphisis pubis untuk melekat pada fascia penis.

d) Musculi Penis 1. Musculus Bulbospongiosus Musculus bulbospongiosus terletak di kanan dan kiri garis tengah,meliputi bulbus penis dan bagian posterior corpus spongiosum penis. Fungsinya adalah menekan urethra pars spongiosa dan mengosongkan sisa urin atau semen. Serabut-serabut anterior juga menekan vena dorsalis penis, jadi menghambat aliran vena dari jaringan erektil dan membantu proses ereksi penis. 2. Musculus ischiocavernosus meliputi crus penis masing-masrng sisi. Fungsi masing-masing otot ini menekan crus penis dan membanlu proses ereksi penis.

e) Pendarahan Penis 1. Arteri Corpora cavernosa penis didarahi oleh arteria profunda penis. corpus spongiosum penis didarahi oleh arteria bulbi penis. Sebagai tambahan, ada arteria dorsalis penis. Semua arteri di atas adalah cabang dari arteria pudenda intema. 2. Vena Vena-vena bermuara ke venae pudendae internae. 3. Aliran Limfe Cairan limfe kulit penis dialirkan ke kelompok medial nodus inguinalis superficialis. Struktur-struktur profunda penis mengalirkan cairan limfenya ke nodi iliaci intemi. 4. Persarafan Persarafan berasal dari nervus pudendus dan plexus pelvicus.

2. Scrotum Scrotum adalah sebuah kantong yang menoniol keluar dari bagian bawah dinding anterior abdomen' Scrotum berisi testis, epididymis, dan ujung bawah funiculus spermaticus . Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut: a) Kulit Kulit scrotum tipis, berkerut, berpigmen dan membentuk kantong tunggal. Sedikit peninggian di garis tengah menunjukkan garis persatuan dari kedua penonjolan labioscrotalis. (Pada perempuary penonjolan ini tetap terpisah dan membentuk labium majus). b) Fascia superficialis Fascia ini melanjutkan diri sebagai panniculus adiposus dan stratum membranosum dinding anterior abdomen. Akan tetapi panniculus adiposus diganti oleh otot polos yang dinamakan tunica dartos. Otot ini disarafi oleh serabut saraf simpatik dan berfungsi untuk mengkerutkan kulit di atasnya. Stratum membranosum fascia superficialis (fascia Collesi) di depan melanjutkan diri sebagai stratum membranosum dinding anterior abdomen

(fascia Scarpae), di belakang melekat pada corpus perienale dan pinggir posterior membrana perinei. Di sampingnya, fascia superficialis melekat pada rami ischiopubica. Kedua lapisan fascia superficialis berperan membentuk sekat median yang menyilang scrotum dan memisalkan testis satu dengan yang lain. c) Fasciae spermaticae Fasciae tiga lapis ini terletak di bawah fascia superficialis dan berasal dari tiga lapis dinding anterior abdomen masing-masing sisi. Musculus cremaster di dalam fascia cremasterica dapat dibuat kontraksi dengan menggores kulit sisi medial paha. Hal ini disebut refleks cremaster. Serabut aferen lengkung refleks ini berjalan pada ramus femoralis nervi genitofemoralis (L1 dan 2) dan serabut eferen motorik berjalan pada ramus genitalis nervi genitofemoralis. d) Tunica vaginalis terietak di dalam fasciae spermaticae dan meliputi permukaan anterior, media, dan lateralis masing-masing testis. Tunica vaginalis merupakan perluasan ke bawah processus vaginalis peritonei, dan biasanya sesaat sebelum lahir menutup dan memisahkan diri dari bagian atas processus vaginalis peritonei dan cavitas pertonealis. Dengan demikian tunica vaginalis merupakan kantong tertutup, diinvaginasi dari belakang oleh testis. e) Vaskularisasi 1. Arteriae : a. pudenda externa → a. femoralis dan rami scrotales a. pudenda interna 2. Venae : mengikuti arteri senama f) Inervasi 1. Anterior : N. illioinguinalis dan ramus genitalis N. genitofemoralis 2. Posterior : cab.n.perinealis dan n.cutaneus femoris posterior g) Aliran limfe 1. Dinding scrotum : dialirkan ke nodi superomedialis dari nodi ingunales superficiales

2. Testis dan epididimis : nodi lymphoidei lumbales (paraaortici) setinggi VL-1

b. Interna :

1. Testis

Testis adalah sepasang organ berbentuk lonjong dengan ukuran panjang lebih kurang 2 inci (5 cm) dan sedikit pipih sisi ke sisi (Gambar 22-3). Masingmasing testis mempakan organ kuat yang mudah bergerak, terletak di dalam scrotum. Testis sinister biasanya terletak lebih rendah dibandingkan testis dexter. Kutub atas kelenjar sedikit miring ke depan. Masing-masing testis dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat, yaitu tunica albuginea. Dari permukaan dalam capsula terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam organ testis menjadi lobuluslobulus. Di dalam setiap lobulus terdapat satu sampai tiga tubulus seminiferus yang berkelok-kelok. Tubulus seminiferus bermuara ke dalam jaiinan saluran yang dinamakan rete teslis. Di dalam setiap lobulus di antara tubulus seminiferus terdapat jaringan ikat lembut dan kelompok sel-sel bulat interstitial (sel-sel Leydig) yang menghasilkan

hormon seks laki-laki testosteron. Rete testis dihubungkan oleh ductuli efferentes yang kecil ke ujung atas epididymis

a) Vascularisasi : 1. Arteri : a.testicularis cab.aorta abdominalis (setinggi VL-2) 2. Vena : plexus pampiniformis → V.testicularis → v.renalis sinistra & v cava inferior (dextra) b) Inervasi : plexus renalis atau plexus simpaticus aorta Aliran limfe : berakhir di nodi lymphoidei lumbales setinggi VL-1

2. Duktus excretorius (epididimis, duktus deferens, dan duktus ejakulatorius) a) Epididimis Epididymis merupakan struktur kuat yang terletak posterior terhadap testis, dengan ductus deferens terletak pada sisi medialnya (Gambar 22-3). Epidldymis mempunyai ujung atas yang melebar, caput, corpus, dan cauda yang aralmya ke inferior. Di laterai, terdapat sulcus nyata di antara testis dan epididymis, yang diliputi oleh lapisan viscerale tunica vaginalis dan dinamakan sinus epididymis Epididymis merupakan saiuran yang sangat berkelok-kelok, panjangnya hampir 20 kaki (6 m), tertanam di dalam jaringan ikat. Saluran ini berasal dari cauda epididymis sebagai ductus deferens dan masuk ke dalam funiculus spermaticus. Mempunyai 4 fungsi : 1.

Transpor sperma Transport

2.

konsentrasi sperma

3.

Penyimpanan sperma

4.

Maturasi/pematangan sperma (khususnya di daerah cauda)

b) Duktus Deferens Ductus deferens merupakan saluran berdinding tebal dengan panjang sekitar 18 inci (45 cm),.yang menyalurkan sperma matang dari epididymis ke ductus ejaculatorius dan urethra. Ductus deferens berasal dari uiung bawah atau cauda epididymis dan berjalan melalui canalis inguinalis. Ductus deferens keluar dari anulus inguinalis profundus dan berjalan di sekitar pinggir lateral arteria epigastrica inferior. Kemudian ductus deferens berjalan ke bawah dan belakang pada dinding lateral pelvis dan menyilang ureter pada daerah spina ischiadica. Ductus deferens kemudianberjalanke medial danbawahpada permukaan posterior vesica urinaria. Bagian terminal ductus deferens melebar membentuk ampulla ductus deferens. Ulng bawah ampulla menyempit dan bergabung dengan ductus vesiculae seminalis membentuk ductus ejaculatorius.

Vas deferens 1.

Vascularisasi : a. deferentialis & a.rectalis medialis

2.

Aliran limfe : menuju Lnn. Iliaca Externa

3.

Inervasi : plexus hipogastica inferior

c) Duktus ejakulatorius Panjang masing-masing ductus ejaculatorius kurang dari satu inci (2.5 cm) serta dibentuk oleh penyatuan ductus deferens dan ductus vesicula seminalis (Cambar 22-9). Ductus ejaculatorius menembus facies posterior dinding prostat dan bermuara ke urethra pars prostatica, dekat pinggir utriculus prostaticus. Fungsinya adalah mengalirkan cairan vesicula seminalis ke urethra pars prostatica.

3. Glandula accessorius (vesikula seminalis, glandula bulbourethralis, glandula prostat)

a) Vesika Seminalis

Vesicula seminalis adalah dua buah organ yang berlobus dengan panjang kurang lebih 2 inci (5 cm) dan terletak pada permukaan posterior vesica urinaria. Ujung atasnya terletak agak berjauhan dan ujung bawahnya saling berdekatan. Pada sisi medial masing-masing vesicula seminalis terdapat bagian terminal ductus deferens. Di posterior, vesicula seminalis berbatasan dengan rectum. Ke inferior, masing-masing vesicula seminalis menyempit dan bersatu dengan ductus deferens sisi yang sama untuk membentuk ductus ejaculatorius. Masing-masing vesicula seminalis mengandung saluran melengkung yang tertanam di daiam jaringan ikat.

Pendarahan : 1.

Arteri Cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media mendarahi vesicula seminalis.

2.

Vena Vena-vena bermuara ke dalam vena iliacae internae. I Aliran Limfe Limfe mengalir ke nodi iliaci interni.

b) Glandula bulbourethralis Glandula bulbourethralis merupakan dua kelenjar kecil yang terletak di bawah musculus sphincter urethra. Ductusnya menembus membrana perinealis (lapisan fascia inferior diaphragma urogenitale) dan bermuara ke urethra pars spongiosa. Sekretnya dikeluarkan ke urethra sebagai akibat stimulasi erotik. Sekret dari glandula ini ditambahkan ke cairan vesicular seminalis. Fungsi tepatnya dari cairan ini tidak diketahui. Glandula bulbourethralis dikendalikan oleh testosteron, dan kastrasi menyebabkan atrofi kelenjar.

c) Glandula prostat

Lokasi dan Deskripsi Prostat merupakan organ glandula fibrorr,uskular yang mengelilingi urethra pars prostatica. Panjang prostat kurang lebih 1,25 inci (3 cm) dan terletak di antara collum vesicae di atas dan diaphragma urogenitale di bawah. Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Diluar capsula terdapat selubung fibrosa" yang merupakan bagian dari lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucuf mempunyai basis yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum vesicae; dan apex prostatae yang terletak di inferior berhadapan dengan diaphragma urogenitaie. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostat untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.

1. Batas-Batas a) Ke superior : Basis prostatae berlanjut dengan collum vesicae urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Urethra masuk ke pusat basis prostatae b) Ke inferior : Apex prostatae terletak pada facies superior diaphragma urogenitale. Urethra meninggalkan Prostat tepat di atas apex facies anterior c) Ke anterior : Facies anterior prostatae berbatasan dengan symphisis pubis, dipisahkan oleh lemak ektraperitoneal yang terdapat di dalam cavum retropubicum (cavum Retzius). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan aspek posterior os pubis oleh ligamentum

puboprostaticum. Ligamentum ini terletak di samping kanan dan kiri linea mediana dan merupakan penebalan fascia pelvis. d) Ke posterior: Facies posterior prostatae (Gambar 22-7 dan 22-9) berhubungan erat dengan facies anterior ampulae recti dan dipisahkan

dari

rectum

oleh

septum

rectovesicale

(fascia

Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh penyatuan dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang awalnya meluas ke bawah sampai ke corpus perineale. e) Ke lateral : Facies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis.

2. Struktur Prostat Kelenjar-kelenjar prostat yang jumlahnya banyak, tertanam di dalam campuran otot polos dan jaringan ikaf dan ductusnya bermuara ke urethra prostatica. Prostat secara tidak sempurna terbagi dalam lima lobus. Lobus anterior terletak di depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus adalah kelenjar berbenhrk baji yang terletak di antara urethra dan ductus ejaculatorius. Facies superior lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini mengandung banyak kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di bawah ductus ejaculatorius dan juga mengandung jaringan kelenjar. Lobus lateralis dexter dan sinister terletak di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertikal dangkal yang terdapat pada permukaan posterior prostat. Masing-masing lobus lateralis mengandung banyak kelenjar.

a) Pendarahan Arteri :

Cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media mendarahi prostat. Vena : Vena-vena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula prostatica dan selubung fibrosa Plexus prostaticus menampung darah dari vena dorsalis penis profunda dan sejumlah venae vesicales, serta bermuara ke vena iliaca interna. b) Aliran Limfe : Pembuluh limfe prostat mengalirkan cairan limfe ke nodi iliaci interni. c) Persarafan : Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatik merangsang otot polos prostat selama ejakulasi.

B. Anatomi Feminina

a. Organa genitalia eksterna Organa genitalia eksterna (pudenda), yang biasanya disebut vulva, meliputi semua organ yang tampak dari luar yang terdapat diantara os pubis dan perineun. Organa genitalia ekstema dan vagina berfungsi sebagai alat kopulasi.

Organa genitalia eksterna terdiri atas: 1.

Mons veneris atau mons pubis.

2.

Labia mayora dan labia minora

3.

Klitoris

4.

Vertibulum vaginae

5.

Himen

6.

Meatus urinarius

7.

Muara kelenjar bartholin dan kelenjar skene

8.

Bulbi verstibuli.

9.

Vagina

1.

Mons veneris/ Mons pubis Mons veneris merupakan jaringan lemak yang menonjol pada depan simfisis pubis. Setelah pubertas kulit mons pubis tertutup oleh rambut dan membentuk "escutcheon". Pada wanita escutchcon ini umumnya berbentuk segitiga dengan dasar pada tepi atas simfisis pubis dan meluas kebawah sampai sisi luar labia minora sebagai tanda kelamin sekunder.

2.

Labia mayora. Labia mayora merupakan jaringan lemak yang menonjol dari mons pubis kebawah belakang. Disebelah bawah belakang kedua labium mayus kanan kiri bersatu ditengah pada perineum, membentuk komisurra posterior Labia mayora homolog dengan skrotum laki-laki. Ligamentum rotundum berakhir pada tepi atas labia mayora.

3.

Labia minora atau nimfe. Labia minora merupakan lipatan pipih yang terletak dlsebelah medial labia mayora. Disebelah atas masing-masing labium minus terbagi menjadi lamella yang mengelilingi klitoris sebelah atas, membentuk praeputium klitoridis, dan disebelah bawah membentuk frenulum klitoridis. Disebelah belakang kedua

labium minus bersatu ditengah membentuk lipatan yang disebut frenulum labiorum pudendi atau faorchet, yang hanya tampak pada nullipara.

4.

Klitoris. Klitoris merupakan tunggul erektil dan mengandung pembuluh-pembuluh darah, yang berhubungan dengan bulbus vestibuli serta merupakan suatu organ erogen utama klitoridis. Korpus klitoridis mengandung dua buah korpora kavernosa, sedikit korpus spongiosum dan tidak mengandung urethra. Kedua krura klitoridis berjalan dari permukaan bawah ramus isyiopubikus, kemudian bersatu dibawah arkus pubis membentuk korpus klitoridis.

5.

Vestibulum vaginae Vestibulum vaginae merupakan suatu daerah diantara kedua labia minora kiri dan meluas dari klitoris sampai labiorum pudendi. Vestibulum vaginae merupakan sisa sinus urogenitalis dan biasanya terdapat muara-muara uretra, vagina serta dua buah muara glandula Bartholini dan dua buah muara glandula skenei.

6.

Glandula Bartholini Glandula bartholini (glandula vestibularis mayor) terletak dibawah m. konstriktor kunni dan sebagian kadang-kadang tertutup oleh bulbus vestibuli,; muara kelenjar terdapat pada sisi vestibulum disebelah tepi samping belakang introitus vaginae. Pada waktu rangsangan seksual, kelenjar ini mengeluarkan lendir. Muara kelenjar kadang kadang merupakan tempat bersarang gonokokki atau bakteri lain yang menimbulkan pus didalam kelenjar sehingga terbentuk abses Bartholini.

7.

Meatus urinarius. Meatus urinarius terletak ditengah vestibulum, diatas introitus vaginae dan dibawah arkus pubis. Glandula paraurethralis atau glandula Skenei biasanya

bermuara dikanan kiri meatus urinarius, tetapi kadang-kadang pada dinding belakang urethra sebelum bermuara.

8.

Himen Himen terutama terdiri atas jaringan pengtkat elastik dan kollagen, yang ditutupi sebelah dalam dan luar oleh epithel gepeng berlapis; tidak ada kelenjar atau elemen-elemen otot dan tidak banyak mengandung serabut-serabut syaraf. Himen merupakan selaput yang menutupi sebagian besar introitus vaginae yang terletak pada bagian bawah vestibulum. Biasanya himen berlubang kecil sampai sebesar ujung jari atau 2 jari, yang berguna untuk mengeluarkan darah haid dan getah dari organa genitalia interna. Kadang-kadang himen tertutup sama sekali, disebut

himen

imperforatus.

Pada koitus pertama kali umumnya akan robek pada beberapa tempat dan biasanya pada sebelah belakang dan kadang-kadang tidak berdarah. Tepi himen segera menjadi parut dan himen terbagi menjadi 2 bagian atau lebih, yang dipisahkan oleh celah yang meluas sampai dasarnya. Setelah partus himen meninggalkan sisa-sisa kecil pada pinggir introitus vaginae, disebut karunkulae himenales atau karunkulae mirtiformes.

9.

Bulbi vestibuli. Bulbus vestibuli terletak kanan kiri dibawah membrana mukosa vestibulum dan merupakan kumpulan vena. Pada ramus isyiopubicus kedua bulbi vestibuli kanan kiri terletak berdekatan dan sebagian tertutup oleh m. isyiokavernosus dan m.konstriktor kunni. Ujung belakang bulbi vestibuli biasanya sampai pertengahan introitus vaginae, sedang ujung depan meluas sampai klitoris. Embriologik bulbus vestibuli homolog dengan korpus kavernosus penis. Pada waktu partus bulbi vestibuli biasanya teriesak keatas sampai dibawah arkus pubis; kadang-kadang bulbi vestibuli dapat luka dan robek sehingga menimbulkan perdarahan banyak atau hematoma vulvae.

10. Vagina Vagina merupakan saluran muskulo membranosa yang menghubungkan vulva dan uterus, dan terletak diantara vesika urinaria dan rektum. Diantara bagian bawah vagina dan rektum terdapat septum rektovaginale, sedang bagian atas 1/2 vagina dan rektum terdapat kavum Douglasi. Diantara vagina dan vesika urinaria serta urcthra terdapat septum vesikovaginale. Fungsi vagina ialah: a) Sebagai saluran keluar darah haid dan sekret uterus b) Organ kopulasi c) Membentuk sebagian jalan lahir waktu partus.

Puncak vagina berakhir buntu dan pada tempat itu serviks uteri menonjol kedalam vagina, membagi puncak vagina menjadi forniks posterior, forniks anterior dan forniks lateralis kanan Kiri. Karena dinding forniks tipis, maka organ-organ didalam pelvis mudah diraba melalui forniks, terutama melalui forniks posterior. Vagina dan uterus membentuk sudut sehingga dinding depan vagina (6-8 cm) lebih pendek dibanding dengan dinding belakang (7-10 cm). Pada dinding depan dan belakang terdapat lipatan memanjang; pada nullipara terdapat lipatan-lipatan melintang, disebut rugae, yang makin hilang kearah dinding lateral. Rugae membentuk permukaan kasar, yang tidak terdapat sebelum menarkhe, dan setelah partus sebagian rugae akan menghilang.

Vaskularisasi vagina : a) Ramus servikovaginalis aa.uterinae, insmberi vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian atas b) Arteria vesicalis inferior, memberi vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian tengah c) Arteri

haemorrhoidalis

media

dan

a.pudendalis

interna,

memberi

vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian bawah. Sekeliling vagina terdapat pleksus venosus yang mengikuti arteria dan masuk kedalam vena hipogastrika.

Limfatisasi Vagina : a) Dari 1/3 vagina bagian atas, pembuluh limfe ke limfonodi iliaka b) Dari 1/3 vagina bagian bawah, pembuluh limfe ke limfonodi gastrika c) Dari 1/3 vagina bagian bawah dan vulva, pembuluh limfe ke limfonodi inguinalis.

b. Organa genitalia interna Organa genitalia interna berguna untuk perkembangan kelahiran jabang bayi.

Organa genitalia interna terdiri atas: 1.

Uterus

2.

Tuba falloppii

3.

Ovarium.

1.

Uterus

Pada waktu tidak hamil uterus terdapat didalam pelvis minor, diantara vesika urinaria dan rektum, sedang bagian uterus yang disebut serviks uteri menonijol kedalam vagina. Permukaan belakang uterus sebagian besar tertutup oleh serosa atau peritoneum dan bagian bawahnya merupakan batas depan kavum Douglasi; permukaan depan hanya bagian atas yang tertutup peritoneum, sedang bagian bawah melekat pada vesika urinaria dengan perantaraan jaringan pengikat longgar. Bentuk dan ukuran uterus berbeda-beda menurut umur dan paritas. Pada anakanak panjang uterus 2,5-3 cm, pada nullipara panjang uterus 6-8 cm dengan berat 50-70 gram dan pada multipara panjang uterus 9-10 cm dengan berat 80 gram atau lebih.

Uterus merupakan organ berongga dan terdri atas a) korpus uteri, bagian atas uterus, yang berbentuk segitiga terdiri atas 3 lapisam yaitu lapisan perimetrium, myometrium dan endometrium b) serviks uteri, bagian bawah uterus, yang berbentuk silinder. Diantara korpus uteri dan serviks uteri terdapat isthmus uteri.

Ligamentum uterus. a) Ligamentun latum b) Ligamentum rotundum. c) Ligamentum sakrouterium

2.

Tuba falloppii Tuba falloppii berjalan kolateral mulai dari koma uteri ke ovarium dan dibungkus peritoneum, kecuali pada perlekatan mesosalping dan pada pars interstitialis tubae. Masing-masing tuba fallopii dibedakan menjadi 4 bagian: a) Pars interstitialis (intramuralis), bagian tuba fallopii didalam dinding uterus . b) Pars isthmika, bagian tuba fallopii diluar uterus dengan lumen yang paling sempit

c) Pars ampullaris, bagian tuba fallopii dengan lumen yang paling lebar d) 1nfundibulum, ujunq tuba fallopii dengan umbai-umbai yang disebut fimbriae; fimbria yang paling panjang dlsebut fimbria ovarika, yang membentuk saluran mendekati atau sampai mencapai ovarium.

3.

Ovarium Ovarium terletak pada fossa ovarika waldeyeri, ialah suatu lekukan yang terdapat diantara vasa iliaka eksterna dan vasa hipogastrika Fungsi ovarium. a) Mengembangkan dan mengeluarkan ovum b) Menghasilkan hormon steroid.

2. Bagaimana hitologi dari sistem reproduksi? Jawab : A. .Histologi sistem reproduksi pria 1.

Penis dan uretra a.

Terdapat dua korpus kavernosum dan satu korpus spongiosum, di bagian tengah korpus spongiosum terdapat uretra dan jaringan ikat yang meliputinya.

b.

Di dalam jaringan penyambung bawah kulit pada bagian dorsal terdapat arteri,vena,dan nervus dorsalis penis.

c.

Terdapat tunika albuginea yang membungkus ketiga korpus

d.

Diantara kedua korpus kavernosum terdapat septum mediana

e.

Penis : 1.

Ruang ruang pada korpus kavernosum penis tidak seragam besarnya,bagian tengah lebih besar,semakin ke tepi makin kecil

2.

Jaringan ikat padat yang membungkusnya cukup tebal

3.

Terdapat arteri profunda penis yang akan bercabang menjadi arteri helisina

f.

Uretra 1.

:

Ruang ruang pada korpus spongiosum seragam besarnya bagian tengah sampai ke bagian tepinya

2.

2.

Jaringan ikat fibrosa di sekelilingnya lebih tipis dan elastic

3.

Di lapisi epitel selapis thorax

Testis dan epididimis Di

bungkus

oleh

jaringan

ikat

padat

fibrosa

yaitu

tunika

albuginea

testis,membungkus penuh permukaan testis

3.

1.

Di dalam mediastinum testis terdapat rete testis halleri

2.

Di dalam lobulus testis terdapat tubulus seminiferus

Tubulus eferens a.

Lumenya tampak bergelombang

b.

Di susun oleh epitel selapis yang terdiri dar sel torax sel kuboid sehingga terlihat epitelnya bergelombang tidak beraturan

4.

c.

Sel yang tinggi mempunyai kinosilia pada permukaannya

d.

Di luar membrane basal terdapat lapisan otot polos yang melingkar tipis

e.

Di dalam lumen tedapat spermatozoa

Duktus epididimis a.

Epitelnya merupakan epitel torax selapis dengan sel pengganti diantaranya sehingga di sebut juga epitel torax bertingkat

b.

Selnya tinggi, intinya lonjong gepeng dengan sumbu panjang nya mengarah ke lumen

c.

5.

Mempunyai stereosilia pada permukaan

Duktus deferens a.

b.

Tunika mukosa 1.

Epitel silindris bertingkat ,mempunyai stereosilia

2.

Epitel mukosanya bergelombang dan juga lamina propria di bawahnya

Tunika muskularis 1.

Di bawah lamina propria terdapat tiga lapisan otot polos

c.

2.

Lapisan paling dalam tersusun longitudinal

3.

Lapisan tengah sirkuler

4.

Lapisan luar longitudinal

Tunika adventisia Terdiri dari jaringan ikat longgar dan banyak pembuluh darah dan saraf

6.

7.

Kelenjar prostat a.

Kelenjar ini mukosanya berlipat-lipat

b.

Di liputi epitel selapis torax/bertingkat

c.

Di dalam lamina propria terdapat serat otot polos

d.

Di dalam lumen terdapat kohnremen yang berwarna merah homogen

e.

Tunika adventisia berupa jaringan ikat longgar

Kelenjar bulbourethralis a.

Epitelnya berupa epitel mukosa torax simplek

b.

Terdapat jaringan ikat dan sel sel otot polos

8.

Kelenjar vesikulosa a.

Mukosanya berlipat-lipat, epitel selapis torax/bertingkat, tapi di dalam lamina propria tidak di temukan serat otot polos

b.

Di bawah lamina propria dapat di temukan lapisan otot polos

c.

Tunika adventisia berupa jaringan ikat longgar

B. Histologi sistem reproduksi wanita 1. Ovarium

a. Terdiri dari korteks dan medulla. b. Epitel germinativum pada permukaannya merupakan epitel kuboid selapis. c. Di bawah epitel terdapat jaringan ikat fibrosa yang membentuk tunika albuginea ovarium. d. Korteks: 1.

Zona parenchymatosa.

2.

Jaringan korteks berada di bawah tunika albuginea.

3.

Terdapat sejumlah besar folikel ovarium dari berbagai fase perkembangan.

4.

3 tingkatan, yaitu folike primodial, folikel berkembang dan folikel dee graaf.

5.

Stroma korteks terlihat berupa jaringan yang banyak mengandung sel berbentuk gelendong mirip serat otot polos.

6.

Sel-sel itu tersusun sangat rapat satu sama lain sehingga terlihat jaringan korteks sangat erat dengan inti sel.

e. Medulla

:

1.

Zona vasculosa.

2.

Jaringan medulanya tampak lebih longgar banyak mengandung serat elastin.

3.

Serat otot polos pembuluh darah arteri dan vena.

4.

Beberapa arteri tampak masuk ke dalam jaringan korteks.

5.

Pembuluh darah dan limfe masuk dan keluar organ ini melalui hilusnya.

2. Korpus Luteum

a.

Bangunan ini tampak berwarna kekuningan.

b.

Banyak sajian yang bagian tengah korpus luteumnya masih tampak mengandung sisa darah sisa ovulasi.

c.

Di susun oleh sel lutein yang terdiri atas dua jenis yaitu sel lutein granulose yang merupakan bagian terbanyak dan sel lutein teka yang jumlahnya lebih sedikit.

d.

Sel lutein granulose berasal dari sel folikel/sel granulose.

e.

Sel lutein teka berasal dari sel teka interna yang berkembang dan menyusup diantara sel lutein granulose dari tepian.

f.

Sel lutein teka lebih kecil dibandingkan sel lutein granulose dan warnanya lebih gelap, letaknya di tepi.

g.

Sel lutein granulose lebih besar, berwarna kuning pucat dan sitoplasmanya sering terlihat bervakuol kecil-kecil.

h.

Sel ini memenuhi hampir seluruh korpus luteum. Diantara sel lutein terdapat jaringan ikat dan pembuluh darah kecil.

3. Korpus Albikans

a.

Bangunan ini lebih kecil dari korpus luteum.

b.

Tampak berwarna pucat.

c.

Tampak pembuluh darah kecil di dalamnya.

d.

Jaringan ikat terdapat di antara sisa sisa sel lutein.

4. Ampula Tuba Uterina

a.

Mukosa ampula buluh rahim mempunyai banyak lipatan yang sangat rumit yang memenuhi lumennya.

b.

Permukaan lipatan mukosa ini di liputi epitel torax selapis dengan lamina propria di bawahnya.

c.

Sel epitelnya terdiri atas dua macam sel yaitu sel bersilia dan sel yang tidak bersilia yang berfungsi sekresi.

d.

Tunika muskularisnya terdiri atas dua lapisan. Lapisan yang melingkar tebal di sebelah dalam dan lapis memanjang yang tipis di sebelah luar.

e. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar yang diliputi mesothelium.

5. Isthmus Tuba Uterina

a.

Lipatan mukosanya berupa lipatan longitudinal.

b.

Lumenya lebih sempit.

c. Lapisan otot relative lebih tebal dibandingkan ampulla terutama lapis melingkarnya.

6. Tuba Uterine Pars Intramural

a.

Lapis mukosanya tampak bergelombang memanjang.

b. Tunika muskularis menyatu dengan tunika muskularis miometrium dinding rahim.

7. Endometrium Fase Regenerasi

a.

Endometrium mukosa tampak tipis.

b.

Epitelnya silindris selapis.

c.

Kelenjarnya hampir semuanya lurus.

d.

Lumen kelenjar bundar/lonjong dan kosong.

e.

Epitel kelenjar juga silindris selapis.

f. Miometriun terdiri dari berkas berkas serat otot polos yang tersusun berlapis lapis dengan arah yang tampak kurang teratur.

8. Endometrium Fase Sekresi

a.

Endometrium tampak tebal

b.

Kelenjar berkelok-kelok, dindingnya berlipat-lipat, lumen melebar dan berisi banyak secret.

9. Endometrium Fase Prahaid

a.

Mirip fase sekresi.

b.

Di dalam stroma endometrium sudah mulai terdapat darah sehingga stroma tampak kemerahan.

c.

Epitel dan kelenjar endometrium sudah mulai terpotong.

10. Vagina

a. Dindingnya di bentuk oleh mukosa yang terdiri atas epitel berlapis gepeng non keratin. b. Di bawahnya terdapat lapisan otot polos yang terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang berjalan dalam berbagai arah. c. Vagina tidak mempunyai kelenjar di dalam dindingnya.

11. Serviks Uteri

a.

Terdiri dari otot polos.

b.

Serabut elastin sedikit banyak mengandung jaringan ikat padat kolagen.

c.

Endoserviks dilapisi epitel kolumnar simpleks tinggi dengan inti di basal dan sitoplasma pucat.

d.

Diantara sel sel sekretorik terdapat sel sel bersilia.

12. Peralihan Epitel Serviks Vagina

a.

Bagian serviks yang masuk kevagina yaitu porsio vaginalis (ektoserviks) memiliki epitel yang sama dengan epitel vagina, yaitu squamus komplek non keratin.

b.

Perubahan epitel dari columnar simpleks ke squamus kompleks tidak berkeratin ini secara langsung tanpa batas tegas.

3. Bagaimana fisiologi dari sistem reproduksi? Jawab : A. Fisiologi Reproduksi Pria 1.

Fungsi Komponen Sistem Reproduksi Pria

2.

Spermatogenesis Selama pembentukan embrio, sel germinal primordial bermigrasi ke dalam testis dan menjadi sel germinal imatur yang disebut spermatogonia yang terletak di dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus (salah satu potongan melintangnya. Spermatogonia mulai mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus berproliferasi dan berdiferensiasi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk sperma.

Tahap-Tahap Spermatogenesis Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia bermigrasi di antara sel-sel Sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferus. Sel-sel Sertoli ini sangat besar, dengan

pembungkus

sitoplasma

yang

sangat

banyak

yang

mengelilingi

spermatogonia yang sedang berkembang sampai ke bagian sentral lumen tubulus.

Meiosis. Spermatogonia yang melewati sawar (lapisan pertahanan) masuk ke dalam lapisan sel Sertoli akan dimodifikasi secara berkelanjutan dan membesar membentuk spermatosit primer yang besar Setiap spermatosit, selanjutnya mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder. Setelah beberapa hari, spermatosit sekunder juga membelah menjadi spermatid yang akhirnya dimodifikasi menjadi spermatozoa (sperma). Selama masa perubahan dari tahap spermatosit ke tahap spermatid, ke-46 kromosom spermatosit (23 pasang kromosom) terbagi sehingga 23 kromosom diberikan ke satu spermatid dan 23 lainnya ke spermatid yang kedua. Keadaan ini juga memisahkan gen kromosom sehingga hanya setengah karakteristik genetik bayi berasal dari ayah, sedangkan setengah sisanya diturunkan dari oosit yang berasal dari ibu. Seluruh proses spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi spermatozoa, membutuhkan waktu sekitar 74 hari.

Faktor-Faktor Hormonal yang Merangsang Spermatogenesis

Peran hormon dalam reproduksi akan dibahas kemudian, tetapi pada saat ini, marilah kita perhatikan bahwa terdapat beberapa hormon yang berperan penting dalam spermatogenesisi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. 1.

Testosteron, yang disekresi oleh sel-sel Leydig yang terletak di interstisium testis penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel germinal testis, yang merupakan tahap pertama pembentukan sperma.

2.

Hormon luteinisasi (luteinizing hormone), yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresi testosteron.

3.

Hormon perangsang-folikel (FSH), yang juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Sertoli; tanpa rangsangan ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.

4.

Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel Sertoli ketika sel Sertoli dirangsang oleh hormon perangsang-folikel, mungkin juga penting untuk spermatogenesis.

5.

Growth hormone (dan sebagian besar hormon tubuh lainnya) diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara spesifik meningkatkan pembelahan awal spermatogonia; bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, seperti pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali sehingga menyebabkan infertilitas.

Pematangan Sperma di Epididimis Setelah terbentuk di tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati tubulus epididymis yang panjangnya 6 m. Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimidis merupakan sperma yang tidak motil, dan tidak dapat membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam epididimis selama 18 sampai 24 jam, sperma memiliki kemampuan motilitas, walaupun beberapa protein penghambat dalam cairan epididimis masih mencegah motilitas akhir sampai setelah ejakulasi.

Penyimpanan Sperma di Testes.

Kedua testes orang dewasa membentuk sperma dengan jumlah mencapai 120 juta per hari. Sejumlah kecil sperma ini dapat disimpan di epididimis, namun sebagian besar disimpan di vas deferens. Sperma tersebut dapat tetap disimpan sehingga fertilitasnya dapat dipertahankan paling tidak selama sebulan. Selama waktu tersebut, spermasperma itu dijaga pada keadaan yang sangat tidak aktif oleh berbagai zat penghambat yang terdapat dalam sekresi duktus. Sebaliknya, pada aktivitas seks dan ejakulasi yang tinggi, penyimpanan mungkin tidak lebih dari beberapa hari. Setelah ejakulasi, sperma menjadi motil, dan juga mampu membuahi ovum, suatu proses yang disebut pematangan. SeIsel Sertoli dan epitel epididimis menyekresi suatu cairan nutrisi khusus yang diejakulasikan bersama dengan sperma. Cairan ini mengandung berbagai hormon (termasuk testosteron dan estrogen), enzim, dan zat nutrisi khusus yang sangat penting untuk pematangan sperma.

3. Aktivitas Seksual Pria Tindakan seks pria melibatkan dua komponen: (1) ereksi, atau mengerasnya penis yang normalnya lunak agar penis dapat masuk ke dalam vagina, dan (2) ejakulasi, atau penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar penis (Tabel 20-4). Selain komponen-komponen yang berkaitan erat dengan reproduksi ini, siklus respons seks mencakup respons fisiologik yang lebih luas yang dapat dibagi menjadi empat fase:

a. Fase eksitasi mencakup ereksi dan meningkatnya perasaan seksual. b. Fase plateau ditandai oleh intensifikasi respons-respons ini, ditambah responsrespons tubuh generalisata misalnya kecepatan jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan ketegangan otot yang bertambah.

c. Fase orgasme yang mencakup ejakulasi serta respons lain yang menjadi puncak eksitasi seksual dan secara kolektif dialami sebagai kenikmatan fisik yang intens. d. Fase resolusi mengembalikan genitalia dan sistem tubuh ke keadaan sebelum rangsangan. Respons seks manusia adalah suatu pengalaman multikomponen yang, selain berbagai fenomena fisiologik di atas, mencakup faktor emosi, psikologis, dan sosiologis. Kita hanya akan membahas aspek fisiologik seks

1.

Ereksi Ereksi dicapai melalui pembengkakan penis oleh darah. Penis hampir seluruhnya terdiri dari jaringan erektil yang dibentuk oleh tiga kolom atau korda ronggarongga vaskular mirip-spons yang terbentang di sepanjang organ ini (Gambar 20- 12a). Tanpa rangsangan seks, jaringan erektil hanya mengandung sedikit darah karena arteriol yang mendarahi rongga-rongga vascular ini berkonstriksi. Akibatnya, penis tetap kecil dan lunak. Selama rangsangan seks, arteriol-arteriol ini secara refleks melebar dan jaringan erektil terisi oleh darah sehingga penis bertambah panjang dan lebar serta menjadi kaku. Vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan erektil penis tertekan secara mekanis oleh pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga vaskular ini sehingga aliran keluar vena berkurang dan hal ini ikut berkontribusi dalam penumpukan darah, atau vasokongesti. Respons vaskular lokal ini mengubah penis menjadi organ yang mengeras dan memanjang yang mampu menembus vagina.

2.

Ejakulasi Komponen kedua pada tindakan seks pria adalah ejakulasi. Seperti ereksi, ejakulasi adalah suatu refleks spinal. Rangsangan taktil dan psikis yang sama yang menyebabkan ereksi akan menyebabkan ejakulasi ketika tingkat eksitasi meningkat mencapai suatu puncak kritis. Respons ejakulasi keseluruhan terjadi dalam dua fase: emisi dan ekspulsi . a.

Pertama, impuls simpatis menyebabkan rangkaian kontraksi otot polos di prostat, saluran reproduksi, dan vesikula seminalis. Aktivitas kontraktil ini

mengalirkan cairan prostat, kemudian sperma, dan akhirnya cairan vesikula seminalis (secara kolektif disebut semen) ke dalam uretra. Fase refleks ejakulasi ini disebut emisi. Selama waktu ini, sfingter di leher kandung kemih tertutup erat untuk mencegah semen masuk ke kandung kemih dan urine keluar bersama dengan ejakulat melalui uretra. b.

Kedua, pengisian uretra oleh semen memicu impuls saraf yang mengaktifkan serangkaian otot rangka di pangkal penis. Kontraksi ritmik otot-otot ini terjadi pada interval 0,8 detik dan meningkatkan tekanan di dalam penis, memaksa semen keluar melalui uretra ke eksterior. Ini adalah fase ekspulsi ejakulasi

3. Orgasme dan Resolusi Fase ketiga siklus respons seksual, orgasme, menyertai bagian ekspulsi respons ejakulasi dan diikuti fase resolusi siklus ini. Kontraksi ritmik yang terjadi selama ekspulsi semen disertai oleh denyut ritmik involunter otot-otot panggul dan intensitas puncak respons tubuh keseluruhan yang naik selama fase-fase sebelumnya. Bernapas dalam, kecepatan jantung hingga 180 kali per menit, kontraksi otot rangka generalisata yang mencolok, dan peningkatan emosi merupakan cirinya. Respons panggul dan sistemik yang memuncaki tindakan seks ini berkaitan dengan rasa nikmat intens yang ditandai oleh perasaan lepas dan puas, suatu pengalaman yang dikenal sebagai orgasme. Selama fase resolusi setelah orgasme, impuls konstriktor memperlambat aliran darah ke dalam penis, menyebabkan ereksi mereda. Kemudian terjadi relaksasi dalam, sering disertai rasa lelah. Tonus otot kembali ke normal sementara sistem kardiovaskular dan pernapasan kembali ke tingkat prarangsangan. Setelah terjadi ejakulasi timbul periode refrakter temporer dengan durasi bervariasi sebelum rangsangan seks dapat memicu kembali ereksi. Karena itu, pria tidak dapat mengalami orgasme multipel dalam hitungan menit, seperti yang dialami sebagian wanita.

4. Pengaturan Fungsi Seksual Pria

Testis dikontrol oleh dua hormon gonadotropik yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior, luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) yang keduanya diproduksi oleh jenis sel yang sama, yaitu gonadotrop. Kedua hormon pada kedua jenis kelamin bekerja pada gonad dengan mengaktifkan cAMP. LH bekerja pada sel Leydig untuk mengatur sekresi testosteron. FSH bekerja pada sel Sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis. Sekresi LH dan FSH dari hipofisis anterior dirangsang oleh satu hormon hipotalamus, gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

Baik testosteron maupun FSH berperan penting dalam mengontrol spermatogenesis, masing-masing menimbulkan efek dengan bekerja pada sel Sertoli. Testosteron esensial bagi mitosis dan rnelosis sel-sel germinativum sementara FSH diperlukan untuk remodeling spermatid. Konsentrasi testosteron jauh lebih tinggi di testis daripada di darah karena cukup banyak dari hormon yang diproduksi lokal oleh sel Leydig ini ditahan di dalam cairan intratubulus dalam bentuk kompleks dengan protein pengikat androgen yang dikeluarkan oleh sel Sertoli. Hanya dengan konsentrasi testosteron testis yang tinggi ini, produksi sperma dapat dipertahankan.

B. Fisiologi Reproduksi Wanita 1.

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita Organ-organ utama traktus reproduksi perempuan, meliputovarium, tuba fallopi (juga dinamakan tuba uterina), uterus, dan vagina. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium. Pada pertengahan setiap siklus seksual bulanan, satu ovum dikeluarkan dari folikel ovarium ke dalam rongga abdomen di dekat ujung-ujung berfimbria yang terbuka pada kedua tuba fallopi. Ovum ini kemudian bergerak melewati salah satu tuba fallopi menuju uterus; jika ovum tersebut sudah dibuahi oleh sperma, akan tertanam dalam uterus, tempat ovum tersebut berkembang menjadi fetus, plasenta, dan membran fetus dan akhir nya menjadi bayi. Selama masa kehidupan fetus, permukaan luar ovarium ditutupi oleh epitel germinativum, yang secara embriologis berasal dari epitel krista germinativum. Ketika janin perempuan berkembang, ova primordial akan berdiferensiasi dari epitel

germinativum dan bermigrasi ke dalam substansi korteks ovarium. Masing-masing ovum kemudian mengumpulkan di sekitarnya suatu lapisan terdiri atas sel-sel berbentuk kumparan dari stroma ovarium (jaringan penyokong ovarium) dan menyebabkan sel-sel tersebut memiliki ciri-ciri epiteloid; epitel khusus tersebut kemudian dinamakan sel granulosa. Ovum yang dikelilingi oleh selapis sel granulosa itu disebut folikel primordial. Pada tahap ini ovum masih belum matang, membutuhkan dua pembagian sel lagi sebelum dapat dibuahi oleh sperma. Pada tahap ini, ovum itu disebut oosit primer. Selama tahun-tahun reproduksi manusia dewasa, antara usia sekitar 13 sampai 46 tahun, 400 sampai 500 folikel primordial cukup berkembang untuk melepaskan ova-satu buah setiap bulan; sisanya berdegenerasi (menjadi

atretik). Pada akhir kemampuan reproduksi (saat

menopause), hanya tersisa sedikit folikel primordial di dalam ovarium, dan bahkan folikel tersebut kemudian segera berdegenerasi.

2.

Oogenesis Oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis dalam beberapa aspek penting, meskipun tahap-tahap identik pada replikasi dan pembelahan kromosom berlangsung selama produksi gamet pada kedua jenis kelamin. Sel germinativum primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin, oogonia (sebanding dengan spermatogonia), membelah secara mitosis untuk menghasilkan 6 juta hingga 7 juta oogonia pada bulan kelima gestasi, saat proliferasi mitosis terhenti.

a. Pembentukan oosit primer dan folikel primer. Selama bagian terakhir kehidupan janin, oogonia memulai tahap-tahap awal pembelahan meiotik pertama, tetapi tidak menuntaskannya. Oogonia tersebut, yang kini dikenal sebagai oosit primer, mengandung jumlah diploid 46 kromosom replikasi, yang dikumpulkan ke dalam pasangan-pasangan homolog, tetapi tidak memisah. Oosit primer tetap berada dalam keadaan henti meiosis ini selama bertahun-tahun hingga sel ini dipersiapkan untuk ovulasi. Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa. Bersama-sama, satu oosit dan sel-sel granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer. Oosit yang tidak

membentuk folikel kemudian mengalami kerusakan melalui proses apoptosis (bunuh diri sel). Saat lahir, hanya sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa, masing-masing mengandung satu oosit primer yang mampu menghasilkan satu ovum. Pandangan tradisional adalah bahwa tidak ada oosit atau folikel baru muncul setelah lahir, dengan folikel yang sudah ada di ovarium saat lahir berfungsi sebagai reservoar yang menjadi asal bagi semua ovum sepanjang masa subur wanita yang bersangkutan. Kumpulan folikular secara bertahap berkurang akibat proses-proses yang "menggunakan" folikel yang mengandung oosit. Namun, para peneliti baru-baru ini menemukan, paling tidak pada mencit, bahwa oosit baru dalam jumlah tertentu dapat diproduksi setelah lahir dari sel germinativum primitif di ovarium dewasa. Bahkan sebelum pubertas, kelompok folikel primer meningkatkan perkembangan folikel yang sedang terjadi, yang dirangsang oleh faktor parakrin yang kurang dimengerti yang dihasilkan oleh oosit dan sel granulosa. Setelah mulai terbentuk, folikel ditakdirkan mengalami satu dari dua nasib: Folikel mencapai kematangan dan berovulasi, atau berdegenerasi untuk membentuk jaringan parut, suatu proses yang dikenal sebagai atresia. Hingga pubertas, semua folikel yang mulai berkembang mengalami atresia pada tahap-tahap awal tanpa pernah berovulasi. Selama beberapa tahun pertama pubertas, banyak siklus bersifat anovulatorik (yaitu, tanpa pembebasan ovum). Dari cadangan total folikel, sekitar 300.000 yang ada saat pubertas, dan hanya sekitar 400 yang akan matang dan mengeluarkan ovum; 99,97% tidak pernah berovulasi, tetapi mengalami atresia pada suatu tahap perkembangannya. Sejak tahap ini, kapasitas reproduksi wanita yang bersangkutan berhenti. Potensial gamet yang terbatas pada wanita ini sangat berbeda dengan proses spermatogenesis pada pria yang terus-menerus dan berpotensi menghasilkan beberapa ratus juta sperma dalam sehari. Selain itu, dibandingkan dengan spermatogenesis, pada oogenesis banyak terjadi pemborosan kromosom, seperti yang akan kita lihat.

b. Pembentukan oosit sekunder dan folikel sekunder

Oosit primer di dalam folikel primer masih merupakan suatu sel diploid yang mengandung 46 kromosom ganda. Dari pubertas hingga menopause, sebagian dari kumpulan folikel ini mulai berkembang menjadi folikel lebih lanjut secara siklis. Belum diketahui mekanisme apa yang menentukan folikel mana dari reservoar tersebut yang akan berkembang pada suatu siklus. Pembentukan folikel lebih lanjut ditandai oleh pertumbuhan oosit primer dan oleh ekspansi serta diferensiasi lapisan-lapisan sel sekitar. Oosit membesar sekitar seribu kali lipat. Pembesaran oosit ini disebabkan oleh penimbunan bahan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh embrio awal. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer, yang nukleusnya mengalami perhentian meiosis selama bertahun-tahun, menuntaskan pembelahan meiosis pertamanya. Pembelahan ini menghasilkan dua sel anak, masing-masing menerima set haploid 23 kromosom ganda, analog dengan pembentukan spermatosit sekunder . Namun, hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak, yang sekarang dinamai oosit sekunder, yang ditakdirkan untuk menjadi ovum. Kromosom sel anak yang lain bersama dengan sedikit sitoplasmanya membentuk badan polar pertama. Dengan cara ini, calon ovum kehilangan separuh kromosomnya untuk membentuk gamet haploid, tetapi mempertahankan sitoplasma yang kaya nutrien. Badan polar yang kekurangan sitoplasma tersebut segera mengalami degenerasi.

c. Pembentukan ovum matang. Sebenarnya, oosit sekunder, bukan ovum matang, diovulasikan dan dibuahi, tetapi telah menjadi kebiasaan untuk menyebut gamet wanita yang sedang terbentuk sebagai ovum bahkan dalam stadium oosit primer dan sekunder. Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder dibutuhkan untuk memicu pembelahan meiosis kedua. Oosit sekunder yang tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan pembelahan final ini. Selama pembelahan ini, separuh set kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan sebagai badan polar kedua. Separuh set lainnya (23 kromosom tak-berpasangan) tetap tertinggal dalam apa yang sekarang dinamai ovum matang (kadang-kadang disebut ootid, yang setara dengan spermatid, hingga badan polar berdisintegrasi dan hanya tertinggal ovum matang).

Dua puluh tiga kromosom ibu ini menyatu dengan 23 kromosom ayah dari sperma yang masuk untukmenuntaskan pembuahan. Jika badan polar pertama belum berdegenerasi, sel ini juga mengalami pembelahan meiosis kedua pada saat yang sama ketika oosit sekunder yang dibuahi membagi kromosomnya

3.

Aktivitas Seksual Wanita a. Perangsangan Kegiatan Seks Perempuan. Seperti pada kegiatan seks laki-laki, keberhasilan kinerja kegiatan seks perempuan bergantung baik pada rangsang psikis maupun rangsang seks setempat. Membayangkan pikiran seks dapat membangkitkan hasrat seks perempuan, dan hasrat ini akan sangat membantu dalam kinerja aksi seks perempuan. Hasrat semacam ini didasarkan pada dorongan psikologis dan fisiologisnya, walaupun hasrat seks tidak akan meningkat sebanding dengan kadar hormonhormon seks yang disekresi. Hasrat juga berubah selama siklus seks bulanan, mencapai puncaknya menjelang ovulasi, mungkin karena kadar sekresi estrogen yang tinggi selama periode praovulasi. Rangsang seks setempat pada perempuan terjadi kurang lebih sama dengan laki-laki, karena pemijatan dan tipe

rangsang lain pada vulva, vagina, dan daerah perineal lainnya dapat menciptakan sensasi seks. Glans klitoris sangat peka untuk membangkitkan sensasi seks. Seperti pada laki-laki, sinyal sensoris seks diteruskan ke segmen sakralis medula spinalis melalui saraf pudendus dan pleksus sakralis. Segera setelah masuk ke medula spinalis, sinyal akan diteruskan ke serebrum. Di samping itu, refleks setempat yang terintegrasi di segmen sakralis dan lumbalis medula spinalis setidaknya bertanggung jawab sebagian terhadap sebagian reaksi di organ seks perempuan.

b. Ereksi Perempuan dan Pelumasan. Jaringan erektil yang mirip dengan jaringan erektil penis terletak di seldtar introitus dan meluas ke klitoris. jaringan erektil ini, seperti pada penis, dikendalikan oleh saraf parasimpatis yang melalui saraf erigentes yang keluar dari pleksus sakralis menuju genitalia eksterna. Pada tahap awal rangsang seks, sinyal parasimpatis mendilatasi arteri jaringan erektil mungkin akibat pelepasan asetilkolin, oksida nitrat, dan polipeptida intestinal vasoaktif (VIP) di ujung saraf. Hal ini memungkinkan akumulasi cepat darah di jaringan erektil sehingga introitus mengencang di sekeliling penis; ini sangat membantu laki-laki dalam pencapaian rangsang seks yang cukup untuk terjadinya ejakulasi. Sinyal parasimpatis juga berjalan ke kelenjar Bartholin bilateral yang terletak di bawah labia minora dan menyebabkan kelenjar tersebut menyekresi mukus tepat di dalam introitus. Mukus ini berperan dalam pelumasan yang banyak selaama hubungan seks, walaupun pelumasan yang banyak juga diperoleh dari mukus yang disekresi oleh epitel vagina dan dalam jumlah kecil disekresi dani kelenjar uretra laki-laki. Pelumasan ini dibutuhkan selama hubungan seks untuk mendapatkan sensasi pijatan yang memuaskan dan bukan sensasi iritasi, yang dapat timbul apabila vagina kering. Sensasi pijatan merupakan rangsang yang optimal untuk membangkitkan refleks yang sesuai, yang berkulminasi pada klimaks yang dialami laki-laki maupun perempuan.

c. Orgasme Perempuan.

Ketika rangsang seks setempat mencapai intensitas maksimal, dan terutama jika sensasi setempat didukung oleh sinyal fisik yang tepat dani serebrum, refleksrefleks terpicu yang menyebabkan orgasme pada perempuan, yang juga disebut klimaks perempuan. Orgasme perempuan sepadan dengan emisi dan ejakulasi pada laki-laki, serta dapat membantu meningkatkan pembuahan ovum. Memang, perempuan terbukti lebih subur apabila diinseminasi melaluihubungan seks yang normal daripada dengan metode buatan,dengan demikian menunjukkan fungsi penting orgasmeprempuan. Alasan yang mungkin adalah sebagai berikut. Pertama, selama orgasme, otot perineal perempuan berkontraksi secara ritmis, yang berasal dari refleks medulla spinalis yang mirip dengan refleks yang menimbulkan ejakulasi pada laki-laki. Terdapat kemungkinan bahwa refleksrefleks ini meningkatkan motilitas uterus dan tuba fallopi selama orgasme, sehingga membantu mengangkut sperma ke atas melalui uterus ke arah ovum; namun, informasi mengenai hal ini hanya sedikit Selain efek orgasme terhadap pembuahan, sensasi seks yang kuat yang terbentuk selama orgasme juga berjalan ke serebrum, dan menyebabkan ketegangan otot yang kuat di seluruh tubuh. Tetapi sesudah kulminasi kegiatan seks, ketegangan tersebut berakhir dalam beberapa menit berikutnya dan berganti menjadi sensasi kepuasan yang ditandai dengan rasa kedamaian dan relaks, suatu efek yang disebut resolusi.

4.

Pengaturan Fungsi Reproduksi Wanita Sistem hormon perempuan, seperti pada laki-laki, terdiri atas tiga hierarki hormon sebagai berikut. 1.

Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepasgonadotropin (GnRH).

2.

Hormon eks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinisasi (LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH dari hipotalamus.

3.

Hormon-hormon ovarium, estroen Ādan progesteron, yang disekresi oleh ovarium sebagai respons terhadap kedua hormon seks perempuan dari kelenjar hipofisis anterior.

Berbagai macam hormon ini disekresi dengan kecepatan yang sangat berbeda pada berbagai bagian yang berbeda dari siklus seks bulanan perempuan tersebut. Gambar berikut menunjukkan perkiraan perubahan konsentrasi hormon-hormon gonadotropik hipofisis anterior FSH dan LH (dua kurva bawah), serta hormon-hormon ovarium, estradiol (estrogen) dan progesteron (dua kurva atas). Jumlah GnRH yang dilepaskan dari hipotalamus meningkat dan menurun tidak begitu cepat selama siklus seksual bulanan. GnRH disekresi dalam semburan-semburan pendek rata-rata sekali setiap 90 menit, seperti yang terjadi pada laki-laki.

5.

Pubertas, Menarke, dan Menopause a. Pubertas dan Menarke Pubertas berarti awal kehidupan seks dewasa, sedangkan menarke berarti permulaan siklus menstruasi. Periode pubertas terjadi karena peningkatan berangsur-angsur sekresi hormone gonadotropin oleh hipofisis, dimulai pada sekitar tahun kedela- lapan kehidupan, dan biasanya mencapai puncak pada awal pubertas dan menstruasi, yaitu antara usia 11 dan 16 tahun pada, anak perempuan (rata-rata 13 tahun). Pada perempuan seperti halnya laki-laki, kelenjar hipofisis dan ovarium infantil mampu menjalankan fungsi penuh apabila dirangsang secara tepat. Akan tetapi,

seperti juga pada laki-laki, dan karena alasan yang masih belum diketahui, hipotalamus tidak menyekresi jumlah GnRH yang bermakna selama masa kanakkanak. Eksperimen menunjukkan bahwa hipotalamus mampu menyekresi hormon ini, tetapi tidak ada sinyal yang tepat dari beberapa daerah otak yang lain yang menyebabkan terjadinya sekresi. Oleh karena itu, kini diyakini bahwa timbulnya pubertas dirangsang oleh berbagai proses pematangan yang berlangsung di tempat lain di otak. b. Menopause Pada usia 40 sampai 50 tahun, sildus seks biasanya menjadi tidak teratur dan ovulasi sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, siklus terhenti sama sekali, seperti diperlihatkan pada Gambar 81-12. Periode antara berhentinya siklus dan berkurangnya hormon-hormon seksperempuan sampai hampir tidak ada disebut menopause. Penyebab menopause adalah "matinya" (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seks seorang perempuan, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan ratusan ribu ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal sedikit folikel primordial yang harus dirangsang oleh FSH dan LH dan produksi estrogen dari ovarium menurun saat jumlah folikel primordial mendekati nol. Ketika produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium benar-benar turun menjadi nol

Pada saat menopause, seorang perempuan harus menysuaikan kembali kehidupannya dari kehidupan yang secara fisiologis dirangsang oleh produksi estrogen dan progesteron menjadi kehidupan tanpa hormon-hormon tersebut. Hilangnya estrogen sering kali menyebabkan terjadinya perubahan isiologis yang bermakna pada fungsi tubuh, termasuk (1) "rasa panas" (hot flushes) ditandai dengan kemerahan kulit yang ekstrem, (2) sensasi psikis berupa dispnea, (3) gelisah, (4) letih, (5) ansietas, dan (6) penurunan kekuatan serta kalsifikasi tulang

di seluruh tubuh. Gejala-gejala tersebut cukup berat pada sekitar 15 persen perempuan sehingga membutuhkan perawatan. Jika pemberian nasihat gagal, pemberian estrogen harian dalam jumlah kecil biasanya dapat meredakan gejala, dan dengan berangsur-angsur menurunkan dosisnya perempuan pascamenopause tampaknya dapat terhindar dari gejala gejala yang berat.

4.

Bagaimana mekanisme menarche dan dismennore? Jawab : A. Mekanisme Menarche : Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Hal ini terjadi akibat adanya siklus ovarium dan siklus uterus. 1.

Siklus Ovarium a. Fase folikular Hari ke-l - 8: Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan memacu perkembangan 10 – 20 folikel dengan satu folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak pada fase midfollicular, sisa folikel mengalami atresia. Relatif tingginya kadar FSH dan LH merupakan triger turunnya estrogen dan progesteron pada akhir siklus. Selama dan segera setelah haid kadar estrogen relatif rendah tapi mulai meningkat karena terjadi perkembangan folikel.

Hari ke-9 - 14: Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan tampak di sekitar sel granulosa dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di ruang sentral yang disebut antrum yang merupakan transformasi folikel primer menjadi sebuah Graafian folikel di mana oosit menempati posisi eksentrik, dikelilingi oleh 2 sampai 3 lapis sel granulosa yang disebut kumulus ooforus.

Perubahan hormon: hubungannya dengan pematangan folikel adalah ada kenaikan yang progresif dalam produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulosa dari folikel yang berkembang. Mencapai puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena kadar estrogen meningkat, pelepasan kedua gonadotropin ditekan (umpan balik negatif) yang berguna untuk mencegah hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak folikel. Sel granulosa juga menghasilkan inhibin dan mempunyai implikasi sebagai faktor dalam mencegah jumlah folikel yang matang .

b. Ovulasi Hari ke-14 Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh kumulus ooforus. Pada beberapa perempuan saat ovulasi dapat dirasakan dengan adanya nyeri di fosa iliaka. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya rasa sakit yang terjadi sebelum folikel pecah. Perubahan hormon: estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen (umpan balik positif). Segera sebelum ovulasi

terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan peningkatan produksi progesteron. Ovulasi terjadi dalam 8 jam dari mid-cycle surge LH,

c. Fase Luteal Hari ke-15 – 28 Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenitrasi oleh kapilar dan fibroblas dari teka. Sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormon steroid seks, estrogen dan progesteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca-ovulasi. Korpus luteum meningkatkan produksi progesteron dan estradiol. Kedua hormone tersebut diproduksi dari prekursor yang sama. Selama fase luteal kadar gonadotropin mencapai nadir dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi pada hari ke-26 - 28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi, korpus luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan oleh gonadotrofin yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi korpus luteum akan mengalami regresi dan terjadilah haid. Setelah kadar hormon steroid turun akan diikuti peningkatan kadar gonadotropin untuk inisiasi siklus berikutnyal.

2. Siklus Uterus Dengan diproduksinya hormon steroid oleh ovarium secara siklik akan menginduksi perubahan penting pada uterus, yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks.

Endometrium Endometrium terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan superfisial yang akan mengelupas saat haid dan lapisan basal yang tidak ikut dalam proses haid, tetapi ikut dalam proses regenerasi lapisan superfisial untuk siklus berikutnya. Batas antara 2 lapis tersebut ditandai

dengan

perubahan

dalam

karakteristik

arteriola

yang

memasok

endometrium. Basal endometrium kuat, tapi karena pengaruh hormon menjadi berkeluk dan memberikan kesempatan a. spiralis berkembang. Susunan anatomi tersebut

sangat

endometrium.

penting

dalam

fisiologi

pengelupasan

lapisan

superfisial

a. Fase Proliferasi Selama fase folikular di ovarium, endometrium di bawah pengaruh estrogen. Pada akhir haid proses regenerasi berjalan dengan cepat. Saat ini disebut fase proliferasi, kelenjar tubular yang tersusun rapi sejajar dengan sedikit sekresi.

b. Fase Sekretoris Setelah

ovulasi,

produksi

progesteron

menginduksi

perubahan

sekresi

endometrium. Tampak sekretori dari vakuole dalam epitel kelenjar di bawah nukleus, sekresi maternal ke dalam lumen kelenjar dan menjadi berkelok-kelok.

c. Fase Haid Normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada akhir fase ini terjadi regresi korpus Iuteum yang ada hubungannya dengan menurunnya produksi esrrogen dan progesterone ovarium. Penurunan ini diikuti oleh kontraksi spasmodik yang intens dari bagian arteri spiralis kemudian endometrium menjadi iskemik dan nekrosis, terjadi pengelupasan lapisan superfisial endometrium dan terjadilah perdarahan. Vasospasmus terjadi karena adanya produksi lokal prostaglandin. Prostaglandin juga meningkatkan kontraksi uterus bersamaan dengan aliran darah haid yang tidak membeku karena adanya aktivitas fibrinolitik lokal dalam pembuluh darah endometrium yang mencapai puncaknya saat haid.

Beberapa Hal Penting Pada saat permulaan siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan merangsang perkembangan 10 - 20 folikel. Sebuah folikel dominan yang masak memproduksi estrogen, sisanya mengalami atresia. Pada saat kadar estrogen naik, terjadi penekanan pelepasan kedua gonadotropin (umpan balik negatif) sehingga mencegah teriadinya hiperstimulasi ovarium dan pemasakan banyak folikel.

Estradiol praovulasi yang tinggi memacu umpan balik positif mid-cycle surge LH dan FSH yang dalam gilirannya memacu ovulasi. Sisa folikel matang membentuk korpus luteum sumber utama progesteron. Jika konsepsi dan implantasi terjadi, korpus luteum

dipertahankan oleh gonadotropin yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi, koqpus luteum mengalami regresi, kadar hormon steroid turun, kadar gonadotropin naik dan terjadi haid.

B. Mekanisme Dismenore : Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri. Dismenore terbagi menjadi dismenore primer dan sekunder.8 Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi patologis, sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis seperti ditemukannya endometriosis atau kista ovarium. Onset awal dismenore primer biasanya terjadi dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah menarke dengan durasi nyeri umumnya 8 sampai 72 jam.9 Dismenore primer berkaitan dengan kontraksi otot uterus (miometrium) dan sekresi prostaglandin, sedangkan dismenore sekunder disebabkan adanya masalah patologis di rongga panggul.

Dismenore primer terjadi karena peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Adanya kontraksi yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi dan pelebaran dinding rahim saat mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid.

5.

Apa faktor yang menyebabkan menarche? Jawab : a.

Faktor hormonal setiap orang memiliki regulasi hormon yang berbeda-beda.

b.

Faktor genetik seorang gadis yang mempunyai usia menarche dini kemungkinan ibunya dulu juga mendapat menstruasi pertama pada usia dini.

c.

Faktor bentuk badan seorang gadis dengan bentuk tubuh yang pendek dan gemuk biasanya akan lebih cepat mendapat menstruasi dari pada gadis yang tinggi dan kurus.

d.

Faktor keadaan gizi keadaan gizi yang baik akan mempercepat terjadinya menarche.

6.

Hormone apa saja yang mempengaruhi sistem reproduksi pada pria dan wanita? Jawab : C. Hormon pada sistem reproduksi pria 1.

GnRH ( Gonadotropin-releasing hormone ) Merupakan hormon hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior mensekresikan LH dan FSH.

2.

LH ( Leutinizing hormone )

Bekerja pada sel leydig untuk mengatur sekresi hormon testosteron. LH disebut juga ICTH ( interstitial-cell-stimulating hormone) 3.

FSH ( Follicle-stimulating hormone ) Bekerja pada tubulus seminiferosa terutama sel sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis. Diperlukan untuk remodelling spermatid.

4.

Testosteron Dihasilkan oleh LH berperan dalam maskulinisasi saat sebelum lahir. Setelah lahir, testosteron berperan dalam pertumbuhan dan pematangan keseluruhan sistem reproduksi. Berpengaruh pada pembesaran testis dan terlaksananya spermatogenesis, pembesaran penis dan skrotum. Selain itu juga bertanggung jawab

dalam

pembentukan libido, pertumbuhan rambut dada, janggut, ketiak dan sekitar inguinal, penebalan kulit, beratnya suara, juga berperan dalam konfigurasi tubuh pria. Hormon ini juga memberikan efek non-reproduktif seperti memiliki efek anabolic protein, mendorong pertumbuhan tulang saat pubertas, menutup lempeng epifisis setelah diubah menjadi estrogen oleh aromatase, dan memicu perilaku agresif.

D. Hormon pada sistem reproduksi wanita 1. GnRH ( Gonadotropin-releasing hormone ) Mengontrol LH dan FSH. 2. LH ( Leutinizing hormone ) Bertanggung jawab atas sekresi hormon gonad, diperlukan untuk sintesis dan sekresi estrogen oleh folikel. 3. FSH ( Follicle-stimulating hormone ) Berperan dalam gametogenesis, menginduksi pembentukan antrum, merangsang proliferasi sel sel granulosa dan diperlukan untuk sintesis dan sekresi estrogen oleh folikel. 4. Estrogen Dihasilkan oleh ovarium, berperan penting dalam masa prakonsepsi untuk pematangan dan pembentukan ovum, pembentukan karakteristik seks sekunder wanita, mengangkut sperma dari vagina ke tempat fertilisasi di oviduktus dan

berperan dalam perkembangan payudara sebagai antisipasi laktasi. Merangsang proliferasi sel sel granulosa dan menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin. 5. Progesteron Berfungsi untuk mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk merawat janin dan berperan dalam kemampuan payudara menghasilkan susu.

7. Hormone apa saja yang mengatur siklus menstruasi pada wanita Jawab : 1. Estrogen Diproduksi oleh folikel ovarium dan adrenal. Sel targetnya, yaitu organ seks wanita dan seluruh tubuh serta tulang. Hormon ini berperan penting dalam masa prakonsepsi untuk pematangan dan pembentukan ovum, pembentukan karakteristik seks sekunder wanita, mengangkut sperma dari vagina ke tempat fertilisasi di oviduktus dan berperan dalam perkembangan payudara sebagai antisipasi laktasi. Merangsang proliferasi sel sel granulosa dan menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin.

2. Progesteron Diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta. Sel targetnya, yaitu uterus. Hormon ini berfungsi untuk mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk merawat janin dan berperan dalam kemampuan payudara menghasilkan susu. 3. LH Diproduksi oleh Hipofisis anterior. Sel targetnya, yakni folikel ovarium dan korpus luteum. Hormon ini bekerja pada saat ovulasi, merangsang oosiit primer dan oosit sekuder 4. FSH Diproduksi oleh Hipofisis anterior. Sel target pada hormon ini, yaitu folikel ovarium. Berfungsi untuk membantu sel telur matang.

8. Bagaimana proses terjadinya siklus menstruasi? Jawab :

Kira kira setiap 28 hari, hormone gonadotropik kelenjar hipofisis anterior menyebabkan sekitar 8 sampai 12 folikel baru mulai berkembang di ovarium. Satu dari folikel ini akhirnya menjadi “matang” dan berovulasi pada hari ke-14 siklus seks. Selama pertumbuhan folikel disekresi terutama estrogen. Sesudah diovulasi, sel-sel sekretorik pada folikel berovulasi berkembang menjadi korpus lueum yang menyekresi sejumlah besar kedua hormone utama perempuan, progesterone dan estrogen. Dua minggu kemudian, korpus luteum berdegenerasi, sedangkan hormone ovarium yaitu estrogen dan progesterone akan sangat berkurang jumlahnya dan akan terjadi menstruasi. Keadaan ini diikuti dengan siklus ovarium yang baru.

Dalam beberapa menit dari pelepasan sel telur, sel telur akan menuju tuba falopi dan memulai perjalanan selama 5 atau 6 hari, melewati tuba falopii untuk mencapai rongga rahim. Setelah folikel pecah akan berbentuk materi kekuningan yang disebut korpus luteum.

Sel korpus luteum mengsekresi hormone progesterone yang membawa perubahan penting dalam lapisan uterus mempersapkan untuk kehamilan, walaupun kenyataannya pada lapisan uterus yang biasanya kita sebut endometrium tidak mengalami perubahan terhadap tingkatan hormone selama siklus menstruasi.

Pada siklus pertama yang disebut fase folikuler. Folikel yang berkembang, meningkatkan sekresi hormone estrogen yang merangsang degenerasi endometrium. Setelah ovulasi adanya perubahan dalam endometrium yang bertujuan untuk menerima telur yang telah dibuahi.

Perubahan ini disebabkan oleh sekresi korpus luteum, sekresi progesterone dipertahankan selama beberapa hari. Tetapi jika telur tidak dibuahi pada waktu ini, maka korpus luteum menurunkan kadar progesterone dan estrogen, sehingga memicu perlepasan dinding Rahim yang disebut darah menstruasi. Siklus kemudian mulai berulang lagi tetapi jika sel telur dibuahi, maka menstruasi tidak terjadi dan korpus luteum tetap berfungsi mengsekresi

progesterone selama trimester pertama kehamilan sehingga ada banyak perubahan untuk mendukung embrio berkembang.

9. Bagaimana perkembangan seks sekunder pada pria dan wanita? Jawab : A. Pada masculina 1.

Mulai tumbuh jakun

2.

Perubahan suara menjadi lebih besar dan berat

3.

Tumbuh kumis atau jenggot

4.

Tumbuh rambut di dada, kaki, ketiak dan sekitar kemaluan

5.

Mulai tampak otot-otot yang berkembang lebih besar dan menonjol

6.

Bahu melebar melebihi bagian pinggul

7.

Perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori tampak membesar

8.

Kadang-kadang diikuti dengan munculnya jerawat di daerah wajah

B. Pada feminina a. Perkembangan primer 1. Organ reproduksi wanita tumbuh 2. Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram, pada usia 16 rata-rata beratnya 43 gram 3. Tuba falopi 4. Ovarium dan vagina 5. Menstruasi b. Perkebangan sekunder 1. Pertumbuhan payudara (telarche) 2. Tumbuh bulu bulu halus disekitar ketiak dan kemaluan (puberche) 3. Panggul mulai melebar, tangan dan kaki bertambah besar 4. Tulang tulan wajah mulai memanjang dan membesar 5. Vagina mengeluarkan cairan 6. Keringat bertambah banyak, rambut mulai berminyak

10. Bagaimanakah proses fertilisasi? Jawab :

Fertilisasi merupakan penyatuan gamet pria dan wanita, dalam keadaan normal terjadi di ampula, yaitu sepertiga atas oviduktus. Oleh sebab itu, baik ovum maupun sperma harus diangkut dari tempat produksi mereka di gonad ke ampula.

A. Transpor Ovum ke Oviduktus Tidak seperti saluran reproduksi pria, yang memiliki lumen kontinu dari tempat produksi sperma di tubulus seminiferus hingga tempat keluar sperma saat ejakulasi (uretra), ovarium tidak berkontak langsung dengan saluran reproduksi. Ovum dilepaskan ke rongga abdomen pada saat ovulasi. Namun, dalam keadaan normal, ovum segera diambil oleh oviduktus. Ujung oviduktus yang melebar menjulur membungkus ovarium dan mengandung fimbria, tonjolan mirip jari yang berkontraksi dengan gerakan menyapu untuk menuntun ovum yang baru dibebaskan ke dalam oviduktus. Selain itu, fimbria dilapisi oleh silia, tonjolan halus mirip-rambut yang berdenyut dalam gelombang gelombang mengarah ke interior oviduktus-yang ikut menjamin mengalirnya ovum ke dalam oviduktus. Di dalam oviduktus, ovum cepat didorong oleh kontraksi peristaltik dan efek silia pada ampula.

Konsepsi dapat terjadi selama rentang waktu yang sangat terbatas dari setiap siklus (masa subur). Jika tidak dibuahi, ovum mulai mengalami disintegrasi dalam 12 hingga 24 jam lalu difagosit oleh sel-sel yang melapisi bagian dalam saluran reproduksi. Karena itu, fertilisasi harus terjadi dalam 24 jam setelah ovulasi, ketika ovum masih hidup. Sperma biasanya bertahan hidup sekitar 48 jam, tetapi dapat tetap hidup hingga lima hari di dalam saluran reproduksi wanita, sehingga sperma yang diletakkan lima hari sebelum ovulasi hingga 24 jam setelah ovulasi dapat membuahi ovum yang dibebaskan, meskipun waktu-waktu ini dapat sangat bervariasi. Kadang-kadang ovum gagal disalurkan ke oviduktus dan tetap berada di rongga abdomen. Meskipun jarang, ovum ini dapat mengalami pembuahan dan menyebabkan kehamilan ektopik abdomen, yaitu telur yang

telah dibuahi tertanam di anyaman pembuluh darah ke organ-organ pencernaan dan bukan di tempat lazimnya di uterus (ektopik artinya "salah tempat"). Kehamilan abdomen ini sering menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa karena aliran darah organ pencernaan tidak di persiapkan untuk

berespons secara benar terhadap implantasi

selayaknya endometrium. Jika kehamilan tak-lazim ini di biarkan berlanjut hingga aterm, bayi harus dilahirkan secara bedah karena tidak tersedia pintu keluar normal melalui vagina. Kemungkinan penyulit pada ibu saat lahir sangat besar karena pembuluh darah pencernaan tidak dirancang untuk "menarnbal sendiri" setelah persalinan seperti halnya endometrium.

B. Transpor Sperma ke Oviduktus Setelah diendapkan di vagina saat ejakulasi, sperma harus berjalan melewati kanalis servikalis, lalu uterus, dan kemudian hingga ke sel telur di sepertiga atas oviduktus. Sperma pertama tiba di oviduktus setengah jam setelah ejakulasi. Meskipun sperma dapat bergerak melalui kontraksi mirip-pecut ekor mereka, 30 menit adalah waktu yang terlalu singkat bagi mobilitas sperma sendiri untuk membawa diri mereka sendiri ke tempat pembuahan. Untuk menempuh perjalanan jauh ini, sperma memerlukan bantuan saluran reproduksi wanita. Hambatan pertama adalah melewati kanalis servikalis. Hampir sepanjang siklus, mukus serviks menjadi terlalu kental untuk memungkinkan penetrasi sperma. Mukus serviks menjadi cukup encer dan tipis untuk melewatkan sperma hanya jika kadar estrogen tinggi, ketika folikel matang siap untuk berovulasi. Sperma bermigrasi naik melewati kanalis servikalis dengan kemampuannya sendiri. Saluran ini hanya dapat dilewati selama dua hingga tiga hari dalam setiap siklus haid, sekitar waktu ovulasi.

Setelah sperma masuk ke uterus, kontraksi myometrium mengaduk-aduk sperma seperti "mesin cuci" dan dengan cepat menyebabkan sperma tersebar ke seluruh rongga uterus. Ketika mencapai oviduktus, sperma terdorong ke tempat pembuahan di ujung atas oviduktus oleh kontraksi otot polos oviduktus yang mengarah ke atas. Kontraksi miometrium dan oviduktus yang mempermudah transpor sperma ini diinduksi oleh kadar estrogen yang tinggi tepat sebelum ovulasi, yang dibantu oleh prostaglandin

semen.

Riset-riset baru menunjukkan bahwa ketika sperma mencapai ampula, ovum bukan merupakan mitra pasif dalam konsepsi. Sperma memiliki reseptor olfaktori spesifik, yang dinamai hOR17-4, yang identik dengan yang ditemukan di hidung untuk persepsi bau. Reseptor ini terikat ke odoran bourgeonal, suatu molekul yang mensentisasi bau bunga bakung di lembah. Di dalam ampula, bourgeonal bekerja sebagai kemoatraktan atau kemotaksin, menarik sperma dan menyebabkannya untuk menarik sperma itu sendiri ke tempat penantian gamet betina. Karena itu, sperma "membaui" jalur mereka ke sel telur. Sumber bourgeonal pada saluran reproduksi wanita dewasa tampaknya adalah lapisan sel folikular (korona radiata) yang mengelilingi telur pada ovulasi. Pengaktifan reseptor hOR17-4 pada pengikatan dengan bourgeonal memicu suatu jalur caraka kedua cAMP di sperma yang menyebabkan pelepasan Ca2+ intrasel. Ca2+ ini selanjutnya mengaktifkan pergeseran milcrotubulus yang menyebabkan gerakan ekor dan berenangnya sperma menuju arah yang konsentrasi bourgeonalnya lebih tinggi,

mengarah ke sel telur

"berparfum".

Progesteron yang dilepaskan ke dalam oviduktus dari sel folikullar yang mengelilingi telur pada saat ovulasi adalah kemoatraktanmayor lainnya. Progesteron ini terikat dengan reseptor membrane 813 permukaan yang nongenomik dan berespons cepat pada sperma, tidak seperti pengikatan steroid biasa ke reseptor intrasel yang berespons lambat pada sel target lainnya. Para ilmuwan telah meneliti bahwa progesteron membuka saluran kation permeable Ca2+ yang disebut saluran CatSper yang ditemukan secara khusus pada membran plasma ekor sperma. Hasilnya, pemasukan Ca2+ penting bagi kejadian terkait fertilisasi berikut ini pada sperma: (1) kapasitasi, (2) motilitas hiperaktif, dan (3) Reaksi akrosom. Karena itu, aktivasi CatSper penting bagi fertilitas pria. Anda telah mengetahui tentang kapasitasi dan segera akan belajar tentang reaksi akrosom. Kita sekarang akan fokus pada perubahan motilitas yang terjadi. Ketika Ca2+ membanjiri sel pada pembukaan saluran CatSper yang diinduksi oleh progesteron, sperma berpindah dari pergerakan renang mereka yang biasanya mulus, menjadi asimetrik dan tak beraturan yang dikenal dengan motilitas hiperaktif. Jenis motilitas yang lebih kuat ini menghasilkan

"kepercayaan" ekstra bagi sperma untuk memenetrasi korona radiata dan zona pelusida untuk memperoleh jalan masuk ke sel telur.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Snell RS. 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran, edisi ke-6. Jakarta: EGC

2.

Supono. Ilmu Kebidanan. 1985. Palembang

3.

Wonodirekso Sugito. Penuntun Praktikum Histologi, Edisi 1. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat, 2003

4.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

5.

Alatas, Faridah & Larasati, TA. September 2016. Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada Remaja. Volume 5, No. 3, http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1040/835

6.

Guyton, A.C., dan Hall. J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Penerjemah: Ermita I. Ibrahim I. Singapura: Elsevier.

Related Documents


More Documents from "Eva Nur Chanifah"