TUGAS INDIVIDU MAKALAH PENYAKIT DIARE DALAM PANDANGAN ISLAM
DISUSUN OLEH : ASFIRA NIKEN FITRIAWANDA 20170320005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017 1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb. Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya serta dengan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan tugas individu blok 3 ini. Shalawat serta salam tak lupa juga saya haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari akhir. Ucapan terimakasih juga tak lupa saya ucapan kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesainya tugas ini. Karena tugas ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada saya dan telah mendukung dalam pembuatan tugas ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Saya berharap tugas makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca. Terima Kasih Wassalamualaikum wr.wb.
Yogyakarta, Desember 2017
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman judul
1
Kata pengantar
2
Daftar isi
3
BAB I PENDAHULUAN
4
1.1 Latar Belakang
4
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
5
BAB II PEMBAHASAN
6
2.1 Pengertian Diare
6
2.2 Jenis-jenis Diare
6
2.3 Etiologi Diare
7
2.4 Gejala dan Akibat Penyakit Diare
8
2.6 Pencegahan Penyakit Diare
9
2.6 Pengobatan Penyakit Diare
11
2.7 Pandangan Islam Terhadap Penyakit Diare
13
BAB III PENUTUP
19
3.1 Kesimpulan
19
3.2 Saran
19
3.3 Daftar Pustaka
20
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988) Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal. Tentang penatalaksanaan dan pencegahan diare, peran orang tua yang paling penting. Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare pada balita sangat berpengaruh terhadap penatalaksanan dan pencegahan terhadap diare itu sendiri.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari diare? 2. Apa saja jenis-jenis diare? 3. Apa etiologi penyakit diare? 4. Apa gejala dan akibat dari penyakit diare? 5. Bagaimana pencegahan penyakit diare? 6. Bagaimana pengobatan dari penyakit diare? 7. Bagaimana pandangan islam tentang penyakit diare? 1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH 1. Mengetahui pengertian diare 2. Mengetahui jenis-jenis diare 3. Mengetahui penyebab penyakit diare 4. Mengetahui gejala dan akibat penyakit diare 5. Mengetahui bagaimana pencegahan penyakit diare 6. Mengetahui cara pengobatan dari penyakit diare 7. Mengetahui ilmu fiqih yang berhubungan dengan mekanisme penyakit diare
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Diare Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer” (Goodman dan Gilman, 2003). Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu (Depkes RI,2002). Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut
Depkes
menurut
RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002). 2.2 Jenis-Jenis Diare 1. Diare Akut Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya 6
biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak. 2. Diare Bermasalah Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah. 3. Diare Persisten Diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare tersebut adalah kerusakan mukosa usus.diare persisten ini merupakan istilah yang dipakai di lur negri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus. 2.3 Etiologi Diare Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari/tangan penderita yang telah terkontaminasi (Suzanna, 1993). Mikroorganisme penyebab diare akut karena infeksi seperti dibawah ini. Virus
Bakteri
Protozoa
Rotavirus
Shigella
Giardia Lamblia
Norwalk virus
Salmonella
Entamoeba
Enteric adenovirus
Campylobacter
Histolytica
Calicivirus
Eschersia
Cryptosporidium
Small round virusses Astrovirus
Yersinina Clostridium difficile
Sumber: mendel et al,. 2004 7
Diare karena virus ini biasanya tak berlangsung lama, hanya beberapa hari (3- 4 hari) dapat sembuh tanpa pengobatan (selft limiting disease). Penderita akan sembuh kembali setelah enetrosit usus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru dan normal serta sudah matang, sehingga dapat menyerap dan mencerna cairan serta makanan dengan baik (Manson’s, 1996). Bakteri penyebab diare dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri non invasif dan bakteri invasif. Termasuk dalam golongan bakteri noninfasif adalah: Vibrio cholerae, E.colli patogen (EPEC, ETEC, EIEC), sedangkan golongan bakteri invasif adalah Salmonella sp (Vila J et al., 2000). Diare karena bakteri invasif dan noninvasif terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus berikut ini: cAMP (cyclic Adenosin Monophosphate), cGMP (cyclic Guanosin Monophosphate), Ca-dependet dan pengaturan ulang sitoskeleton (Mandal et al,., 2004). Penyebab diare juga dapat bermacam macam tidak selalu karena infeksi dapat dikarenakan faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida (inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa), Karena faktor makanan basi, beracun, alergi karena makanan, imundefisiensi atau kekebalan tubuh yang sedang menurun dan diare karena faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Vila J et al., 2000). 2.4 Gejala dan Akibat dari Penyakit Diare a. Gejala Jenis dan beratnya gejala tergantung pada jenis dan banyaknya mikroorganisme atau racun yang tertelan. Gejalanya juga bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh seseorang. Gejala biasanya terjadi tiba-tiba yaitu mual, muntah, sakit kepala, demam, dingin, badan tak enak, sering buang air besar, tanpa darah dan akhirnya terjadi dehidrasi. b. Akibat
Dehidrasi
8
Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi. Hal ini disebabkan karena banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada saat diare. Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak segera diatasi (Anonimª, 2008). Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolism tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini disebabkan kehabisan cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Dehidrasi ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat (Andrianto, 1995).
Gangguan pertumbuhan Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluaran zat besi terus berjalan (Andrianto, 1995).
2.5 Pencegahan Penyakit Diare Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
9
1. Pencegahan Primer Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya ahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada seseorang yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan
gejala
diare
dan
spasmolitik
yang
membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter. 3. Pencegahan Tertier Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus 10
mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada penderita.
2.6 Pengobatan Penyakit Diare Menurut definisi dari WHO, pengobatan obat yang rasional berarti mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai, dan harga terendah untuk masyarakat (Siregar dan Endang, 2006). a. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, dan diare pada pelancong. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Zeinb , 2004). Dalam menentukan antibiotik yang digunakan Jumono dan Prayitno (2003), berpendapat bahwa pemilihan antibiotik harus berdasarkan pola kepekaan kuman, pengalaman klinis, tempat infeksi, tiksisitas, dan harga. Pada terapi kombinasi harus diperhitungkan akibat yang merugikan, seperti antagonisme, peningkatan efek samping, dan biaya yang meningkat. Antibiotik baru boleh diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri patogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan bakteri kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotik dapat diberikan dengan pemberhatikan antara lain: usia penderita, dan perjalanan penyakit.
11
b. Obat anti diare
Berbagai obat telah digunakan untuk mengobati serangan diare. Obat ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori: antimotilitas, adsorben, senyawa antisekretori , antibiotik, enzim dan mikroflora usus i.
Opiat dan turunannya Opiat
dan
turunanya
dapat
meningkatkan
kapasitas
usus,
memperpanjang kontak dan penyerapan. Zat opioid endogen, mengatur gerakan fluida di mukosa dengan merangsang proses menyerap. Keterbatasan penggunaan opiat dikarenakan potensi kecanduan (dengan penggunaan jangka panjang) dan memburuknya diare. ii.
Adsorben Adsorben digunakan untuk mengurangi gejala-gejala. Produkproduk ini, kebanyakan tidak memerlukan resep, yaitu nontoxic, tetapi efektivitas obat ini tetap terbukti. Adsorben yang spesifik dalam pengobatan yaitu obat menyerap nutrisi, racun, obat-obatan, di dalam saluran pencernaan
iii.
Antisekretori Bismut subsalisilat digunakan untuk antisekretori, antiinflamatori, dan efek antibakteri. Maka dipasarkan untuk mengobati gangguan saluran pencernaan, mengurangi kram perut, dan pengendalian diare (Spruill dan Wade, 2005).
Pada penyakit diare akut juga dibutuhkan terapi supportif untuk membantu pasien dalam memulihkan kondisi pasien. Selama periode diare, dibutuhkan intake kalori yang cukup bagi penderita yang berguna untuk energi dan membantu pemulihan enterosit yang rusak. Obat-obatan yang bersifat antimotilitas tidak dianjurkan pada diare dengan sindroma disentri yang disertai demam. Beberapa golongan obat yang bersifat simtomatik pada diare 12
akut dapat diberikan dengan pertimbangan klinis yang matang terhadap costeffective. Ada pun pengobatan diare secara alami dan telah di anjurkan oleh rasulullah yaitu menggunakan: 2. Madu 3. Delima 4. Minyak habbatussauda 5. Air zam-zam 6. Bekam, dll.
2.7 Pandangan Islam Terhadap Penyakit Diare Lambung dan usus adalah amanah Allah Ta’ala untuk manusia. Alat pencernaan ini akan tunduk pada fungsinya yaitu memproses makanan yang masuk secara sempurna sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya. (QS. 17 : 70). Dalam pandangan islam mengenai sakit perut (terkhusus sakit diare) Terdapat hadits yang mengatakan bahwa orang yang meninggal karna sakit perut termasuk syahid. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
“Syuhada itu ada lima, yaitu orang yang meninggal karena penyakit tha’un, orang yang meninggal karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang gugur di jalan Allah.” [1] Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menyampaikan sabda Rasulullah shallallahu sallam,
13
‘alahi wa
“Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid.” Beliau menanggapi, “Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit.” “Bila demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un2 maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.” [2] Apakah setiap sakit perut pasti mati syahid? Apa bedanya dengan mati syahid di peperangan? Syaikh prof. Abdullah bin Jibrin rahimahullah menjelaskan,
Sakit perut yang (dimaksud) adalah diare yang parah karena (salah) pencernaan atau campuran rusak (makanan dan enzim perncernaan) karena adanya sisa-sisa (bahan yang tidak dibutuhkan pencernaan) yang mempengaruhi lambung berupa campuran. Campuran ini bisa mengganggu kestabilan makanan di dalam perut. Lambung itu stabil (tidak bergerak cepat) kita serupakan sebuah serbet (yang stabil). Apabila campuran mengganggunya maka akan merusak juga makanan yang sampai ke lambung.
14
Dalam kitab Fathul Bari terdapat Bab: obat sakit perut dan terdapat hadits dalam shaihain dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, beliau bersabda, “Orang yang karena sakit perut adalah syahid, Orang yang karena sakit perut adalah syahid” Yang dimaksud di sini adalah baginya pahala mati syahid. Akan tetapi mayatnya tidak diurus sebagaimana orang mati syahid (orang yang mati syahid tidak perlu dimandikan dan dikafani, pent). Maka jasadnya tetap dimandikan, dikafani dan dishalatkan berbeda dengan syahid di medan peperangan maka ia dikubur dengan pakaian syahidnya di dunia, tidak dimandikan, tidak dishalatkan sebagaimana pendapat yang masyhur di kalangan ulama. Wallahu a’lam[3] Penyebab dari diare adalah salah satunya yaitu malabsorbsi maka dalam firman Allah SWT dalam ayat di bawah memerintahkan setiap manusia untuk melihat apa yang dia makan, apa yang masuk ke dalam perutnya. ُ ان فَ ْليَ ْن َ ,َّشقَ ْقنَا ثُم َ ض ََّ شقًّا ْاْل َ ْر َ ,صبَ ْبنَا أَنا َُّ س َ طعَامهَّ ىَّ ََإل ْاْل ْن َ صبًّا ْال َما ََّء َ ,َّظر ُ ,ل َوزَ ْيتُونًا َّغ ْلبًا َو َح َدائ َق َّ ً ون َْخ,ًا ْ َوق,َا َ ضبًا َوع َنب َ َحبًّا في َها فَأ َ ْنبَتْن وْل َ ْنعَام ُك َّْم لَ ُك َّْم َمت َاعًا,َّ َ ًَوأَبًّا َوفَاك َهة "Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” ( Qs Abasa : 24-32 ) Dan terlalu cemas terhadap apa yang sedang dihadapi maka Jauh-jauh sebelumnya Allah telah memberikan petunjuk kepada umat Islam di dalam firman-Nya agar seorang muslim tidak stress dan tertekan batinnya dalam keadaan apapun juga. للا أ َ ْوليَاء إنَّ أَال َّّ َال َّ َّعلَيْه َّْم خ َْوف َّ ون ُه َّْم َو ََّ ُين يَحْ زَ ن ََّ ون َو ََّكانُوَّاْ آ َمنُوَّاْ الذ ََّ ُيَتق َ َال
15
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa “ .( Qs Yunus : 62-63 ) Adapula hadist yang mengatakan mengenai penyembuhan penyakit diare. Dalam hadist tersebut mengatakan bahwa penyembuhan penyakit diare dapat menggunakn madu. Hadits
Shahih
riwayat
Bukhari
dan
Muslim
bahwa
Nabi Shallallahu
‘alaihi
wa
sallam memerintahkan seseorang yang sakit perut (dalam riwayat lainnya: sakit diare), agar minum madu beberapa kali. Akhirnya orang tersebut sembuh. Berikut haditsnya: ْ َ أ َ ِخي يَ ْشت َ ِكي ب:َسلَّ َم فَقَال ث ُ َّم أَتَاهُ الثَّا ِلثَة.ًسال َ ا ْس ِق ِه َع:َ ث ُ َّم أَت َاهُ الثَّانِيَة فَقَال.ًسال َ اِ ْس ِق ِه َع:َ فَقَال.ُطنَه َ ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ي َّ صل َّ ِأَ َّن َر ُجالً أَت َى النَّب ْ ب َب َ سقَاهُ فَبَ َرأ َ َصدَقَ هللاُ َو َكذ َ َ ف.ً ا ْس ِق ِه َع ْسال، َطنُ أ َ ِخيْك َ ا ْس ِق ِه َع:َفَقَال َ :َ فَقَال. ُ فَعَ ْلت:َ ث ُ َّم أَت َاهُ فَقَال.ًسال “Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya (dalam riwayat lainnya: sakit diare[1]).’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah mencret).’ Nabi bersabda: ‘Allah Maha Benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.”[2]
16
Ada hal yang perlu diperhatikan di sini yaitu beberapa kali bolak-balik dan bilang belum sembuh kemudian tetap diperintahkan agar minum madu. Ini mengindikasikan bahwa madu untuk mengobati diare tidak semata-mata diminum saja tetapi ada aturan dan dosisnya. Sehingga kurang tepat jika ada orang yang ingin mengobati diare dengan madu tetapi minumnya asalasalan dan tidak tahu dosisnya. Dokter dan ulama besar Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menjelasakan mengenai hadits ini, أن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب حال الداء:معنى طبي بديع وهو وفي تكرار سقيه للعسل ً “Memberikan minum madu dengan berulang kali menunjukkan mengenai ilmu kedokteran yaitu obat harus sesuai dosis dan jumlahnya sesuai dengan keadaan penyakitnya.”[3] Obat juga harus sesuai indikasi dan dosisnya, sesuai dengan umur, jenis makanan, jenis daerahnya dan jenis rasnya serta keadaan orang tersebut dan ini dipelajari oleh kedokteran di mana saja Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahu menjelaskan hadits ini, فقد اتفق األطباء على أن المرض الواحد يختلف عالجه باختالف السن والعادة والزمان والغذاء المألوف والتدبير وقوة الطبيعة…ألن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب الداء إن قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه أو هي القوة وأحدث ضررا آخر “Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik…karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.”[4]
17
Jadi Madu adalah penyembuh dan memang benar serta harus kita yakini, akan tetapi tidak sembarangan mengobati ada caranya dan perlu ilmunya. Dalam hal ini perlu pengalaman thabib. Di zaman sekarang ini perlu penelitian ilmiah mengenai hal ini. Khasiat madu untuk pengobatan tidak diragukan lagi karena Allah telah berfirman tentang khasiat lebah. َّ َوأ َ ْو َح ٰى َربُّكَ إِلَى النَّحْ ِل أ َ ِن ات َّ ِخذِي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال ُ ش َج ِر َو ِم َّما يَ ْع ِر ۚ سبُ َل َربِِّ ِك ذُلُ ًال ِ شونَ ث ُ َّم ُك ِلي ِمن ُك ِِّل الثَّ َم َرا ُ ت فَا ْسلُ ِكي ُ ُيَ ْخ ُر ُج ِمن ب َاس ۗ إِ َّن فِي ٰذَلِكَ ََليَةً ِلِّقَ ْو ٍم يَت َ َف َّك ُرون ٌ طونِ َها ش ََرابٌ ُّم ْخت َ ِل ِ َّف أ َ ْل َوانُهُ فِي ِه ِشفَا ٌء ِلِّلن Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah,”Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,” Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. [An Nahl :68,69]. Begitu juga dalam hadits. dari Sa’id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas dari Nabi, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. َ س ٍل َوش َْر ِّ ِ ال َ شفَا ُء فِي ث َ َالث َ ٍة ش َْربَ ِة َع ٍ ط ِة ِمحْ َج ٍم َو َكيَّ ِة ن ِّ َار َوأ َ ْن َهى أ ُ َّمتِي َع ِن ْال َك ِي “Kesembuhan ada dalam tiga perkara; meminum madu, berbekam dengan gelas dan bakaran api. Tetapi aku melarang umatku melakukan pembakaran dengan besi.”[5]
18
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan tentang “Diare” ini, dapat disimpulkan bahwa, diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare ini merupakan penyakit yang mengganggu pencernaan manusia, dan dapat menghambat manusia dalam beraktifitas karena penyakit ini membuat seseorang menjadi, lebih sering buang air besar, keram dan nyeri di perut, demam, darah dalam tinja, dan kembung. Penyakit ini juga dapat berakibat gangguan sirkulasi darah berupa hipovolemik dan juga dapat berakibat kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, dan asidosis metabolik. Dalam pencegahan penyakit diare, terdapat tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga pencegahan diare inilah yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit diare. Sehingga kita dapat menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari dan terhindar dari penyakit diare tersebut.
3.2 Saran Dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya kita menjalai pola hidup yang sehat, menggunakan air bersih, mencuci alat makan dan makanan dengan air bersih, tidak memakan makanan yang kotor, dan menjaga kesehatan dan kualitas makanan tersebut. Dengan pola hidup yang sehat itulah kita dapat menjalani hidup dengan sehat dan terhindar dari berbagai jenis penyakit seperti diare yang mengganggu pencernaan manusia akibat dari makanan yang kita konsumsi dan pola hidup yang tidak baik. 19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya. 2014. Jakarta: Departemen Agama RI.
Baqi, M. F. Abdul.Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim. Penerbit: Insan Kamil
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007.
Ngastiah, editor Setiawan, S.kep. Buku keperawatan anak sakit EGC. Jakarta, 1997
Tambuwun, Ficter, Amatus Yudi Ismanto, dan Wico silolonga. 2015. Hubungan Sanitasi Linkungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado ( e-Journal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2). Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Artikel Kesehatan, Klinik Thibbun Nabawi Surabaya. 2016. cara cepat menghentikan diare, cara
mudah
stop
diare, pengobatan
alami
diare
bayi.
Diambil
dari:
https://herbanabi.com/cara-mengobati-diare-dalam-islam-secara-alami-dan-herbalmodern-traditional/
20