LAPORAN TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)
DISUSUN OLEH : DEA ROSI ARNENDA
P27226016166
DARUR MINDARIS
P27226016165
HANA KRISTINA
P27226016174
NI P.A. SAVITRI M. D
P27226016187
RIRIS DEFI RIMAWATI
P27226016196
JURUSAN D-IV FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA 2019
Community-acquired pneumonia (CAP) Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada jaringan parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus,jamur, dan parasit (PDPI, 2014; Djojodibroto, 2009). Peradangan pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam pneumonia (Dahlana, 2014). Pneumonia komunitas merupakan jenis pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (Djojodibroto, 2009). Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi
karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru- paru,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol. (Dr. Fransisca S. K, 2000) Epidemiologi Pneumonia Komuniti ( community-acquired pneumonia ) Pneumonia merupakan suatu penyakit yang terjadi pada sebagian besar tempat di dunia. Merupakan salah satu kasus terbesar penyebab kematian pada semua kelompok umur. Pada anak-anak, mayoritas penyebab kematian yang terjadi pada saat kelahiran. Dengan lebih dari 2 juta kematian dalam setahun meliputi di seluruh dunia, 1 dari 3 kelahiran bayi meninggal akibat pneumonia. Pneumonia pada lanjut usia, beresiko terhadap
kematian. Lagi pula kasus
pneumonia terjadi selama musim dingin daripada waktu lain sepanjang tahun. Pneumonia biasanya sering terjadi pada laki-laki daripada wanita, dan seringkali pada orang kulit hitam daripada kaukasian atau kulit putih. Menyerang pada individu
dengan
penyakit
seperti;
penyakit
alzheimer’s,fibrosis
kistik,
emphysema, perokok tembakau, alkoholisme atau masalah dengan sistem imun ( HIV ) menambah resiko terjadinya pneumonia. Individu-individu ini juga mungkin dapat terjadi pneumonia yang berulang. (WHO, 2000) Berdasarkan
data
Riset
Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS)
tahun
2013, period prevalence atau prevalensi periode seluruh pneumonia di Indonesia secara nasional adalah 1,8% dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%.
Prevalensi periode paling tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun dan meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun dan kelompok umur yang lebih tua. Berdasarkan data administratif, terdapat 988 kasus CAP pada tiap 100.000 pasien yang telah keluar dari perawatan inap rumah sakit di Indonesia dengan rata-rata masa rawat inap atau length of stay adalah 6,1 hari. Satu kelompok berisiko tinggi untuk pneumonia komunitas adalah usia lanjut dengan usia 65 tahun atau lebih (American Lung Association, 2015). Usia lanjut dengan pneumonia komunitas memiliki derajat keparahan penyakit yang tinggi, bahkan dapat mengakibatkan kematian (PDPI, 2014; American Lung Association, 2015). Kejadian pneumonia cukup tinggi di dunia, yaitu sekitar 15% - 20% (Dahlana, 2014). Pada usia lanjut angka kejadian pneumonia mencapai 25 - 44 kasus per 1000 penduduk setiap tahun (Putri et al., 2014). Insiden pneumonia komunitas akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia, dengan 81,2% kasus terjadi pada usia lanjut (Fung et al., 2010). Penderita pneumonia komunitas usia lanjut memiliki kemungkinan lima kali lebih banyak untuk rawat inap dibandingkan dengan penderita pneumonia komunitas usia dewasa (Stupka et al.,2009). Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor lima pada usia lanjut (Dahlanb, 2014). Pneumonia komuniti semakin sering ditemukan pada usia lanjut dan pasien dengan penyakit komorbid. Penyakit komorbid tersebut antara lain penyakit paru obstruktif kronik, dibetes melitus, gagal ginjal, dan gagal jantung kongestif. Pasien dengan penyakit tersebut pada umumnya terifeksi organisme atipik, yang diisolasi dari sebagian besar pasien pneumonia. Istilah pneumonia atipik, yang pertama kali digunakan pada tahun 1938, awalnya mendeskripsikan pneumonia yang menunjukkan gejala-gejala sistemik yang lebih dominan dibandingkan gejala pernapasan. Pada saat penisilin dan ampisilin (dulunya merupakan antibiotik yang efektif secara niversal untuk infeksi streptococcus pneumoniae) digunakan secara luas, sejumlah kasus yang secara signifikan gagal merespon dengan terapi tersebut disebut sebagai pneumonia atipik primer. Istilah primer merujuk pada fakta bahwa S.pneumoniae tidak terdapat dalam isolat.
Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Pneumonia memiliki tingkat crude fatality rate (CFR) yang tinggi, yaitu 7,6% (PDPI, 2014). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pada tahun 2013, pneumonia ditemukan dengan prevalensi 3,1% di Sumatera Barat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Di Kota Padang jumlah kunjungan pengobatan pneumonia mengalami kenaikan dari tahun 2008 hingga 2013, dengan 5878 kasus pada 2008 dan 8970 kasus pada 2013 (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014). Prevalensi pasien pneumonia komunitas di rawat inap Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang pada 2012 adalah 16,6%, sedangkan pasien rawat jalan 1,3% (PDPI, 2014) Tanda dan Gejala Penyakit Pneumonia Orang
yang
mengalami batuk
yang
menderita
penyakit
produktif , demam
pneumonia teapi
juga
infeksius disertai
sering
menggigil
kedinginan , sesak napas , nyeri dada yang tajam atau menusuk selama napas dalam, dan peningkatan laju pernapasan. Tanda dan gelaja pada pneumonia memiliki kharakterstik yang berbeda antara balita dan lansia. Pada balita yaitu batuk, dan napas yang cepat atau sulit. Demam tidak terlalu spesifik, seperti yang terjadi pada banyak penyakit umum lainnya dan mungkin tidak ada pada mereka yang menderita penyakit parah, kurang gizi , atau pada lansia. Selain itu, batuk sering tidak ada pada anak berusia kurang dari 2 bulan. Tanda dan gejala yang lebih parah pada anak-anak mungkin termasuk kulit berwarna biru , keengganan untuk minum, kejang-kejang, muntah yang terus-menerus, suhu yang ekstrem, atau tingkat kesadaran yang menurun . Pada lansia, kebingungan mungkin merupakan tanda yang paling menonjol. Pneumonia sendiri bisa berasal dari bakteri dan virus. Masing-masing kasus pneumonia hampir memiliki gejala yang sama. Beberapa penyebab dikaitkan dengan karakteristik klinis klasik, tetapi tidak spesifik. Pneumonia yang
disebabkan
oleh Legionella dapat terjadi dengan sakit perut, diare , atau
kebingungan. Pneumonia
yang
disebabkan
oleh
Streptococcus
pneumoniae dikaitkan dengan dahak berwarna berkarat. Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella mungkin memiliki dahak berdarah yang sering digambarkan sebagai "jeli kismis". Berdarah berdarah (dikenal sebagaihemoptisis ) juga dapat terjadi dengan tuberkulosis , pneumonia Gram-negatif, abses paru-paru dan lebih umum bronkitis akut . Pneumonia yang disebabkan
oleh Mycoplasma
pneumoniae dapat
terjadi
sehubungan
dengan pembengkakan kelenjar getah bening di leher , nyeri sendi , atau infeksi telinga tengah . Pneumonia virus sering muncul dengan mengi daripada pneumonia bakteri. Pneumonia secara historis dibagi menjadi "tipikal" dan "atipikal" berdasarkan pada keyakinan bahwa presentasi meramalkan penyebab yang mendasarinya. Namun, bukti tidak mendukung perbedaan ini, oleh karena itu tidak lagi ditekankan.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Karena kejadian CAP yang berat dengan beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi maka upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara antara lain: (Djojodibroto,Darmanto. 2009)
1. Berhenti merokok sangat penting tidak hanya membantu membatasi kerusakan paru tetapi juga karena asap rokok mengganggu sistem pertahanan tubuh alami terhadap pneumonia. 2. Tes untuk wanita hamil dengan grup B streptoccocus,chlamydia trachomatis dengan pemberian antibiotik yang dibutuhkan untuk pengobatan,mengurangi pneumonia pada bayi. 3. Penghisapan melalui mulut dan tenggorokan pada bayi dengan cairan amnion berwarna meconium mengurangi jumlah dari pneumonia karena aspirasi. 4. Vaksin terhadap haemophillus influenza dan streptoccocus pneumonia dalam tahun pertama kehidupan berperan dengan baik pada masa anakanak. 5. Vaksin terhadap streptoccocus pneumonia juga dapat diberikan pada orang dewasa. 6. Edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat. Diagnosis Penyakit Pneumonia Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisis, foto toraks dan labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks trdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini : (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003) 1. Batuk-batuk bertambah 2. Perubahan karakteristik dahak / purulen 3. Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam 4. Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki 5. Leukosit > 10.000 atau < 4500 Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih' kriteria di bawah ini. Kriteria minor: 1. Frekuensi napas > 30/menit
2. Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg 3. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral 4. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus 5. Tekanan sistolik < 90 mmHg 6. Tekanan diastolik < 60 mmHg Kriteria mayor adalah sebagai berikut : 1. Membutuhkan ventilasi mekanik 2. Infiltrat bertambah > 50% 3. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok) 4. Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada penderita riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah : 1. Skor PORT lebih dari 70 2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini. -
Frekuensi napas > 30/menit
-
Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
-
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
-
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
-
Tekanan sistolik < 90 mmHg
-
Tekanan diastolik < 60 mmHg
Prognosis Penyakit Pneumonia Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA ) angka kematian.
pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas. Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999 adalah 21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 35%. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003)
SOAL DAN JAWABAN 1.
Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme dibawah ini kecuali ? a. Bakteri b. Virus c. Jamur d. Parasit e. Amuba
2.
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut terjadi pada paru bagian ? a.
Jaringan parenkim paru
b. Jaringan otot paru c. Pluera d. Alveolus e. bronkeolus 3.
Berikut ini yang merupakan manifestasi klinis pneumonia adalah, kecuali ? a. Takipnea, rochi, muntah b. Demam, wheezing, nyeri c. Menggigil, dengkur, anoreksia d. Batuk, diare, sianosis e. Flu, batuk, demam
4.
Orang
yang
menderita
penyakit
pneumonia
infeksius
sering
mengalami gejala dibawah ini adalah ? a. batuk yang produktif , demam tapi juga disertai menggigil kedinginan , sesak napas , nyeri dada yang tajam atau menusuk selama napas dalam, dan peningkatan laju pernapasan b. batuk
yang
produktif , demam
tidak
disertai
menggigil
kedinginan , nafas lancar , nyeri dada yang tajam atau menusuk selama napas dalam, dan peningkatan laju pernapasan c. batuk
yang
produktif , demam
tidak
disertai
menggigil
kedinginan , nafas lancar , nyeri dada yang tajam atau menusuk selama napas dalam, dan penurunan laju pernapasan
d. batuk berdahak, insomia, nyeri dada yang tajam atau menusuk selama napas dalam, dan peningkatan laju pernapasan e. batuk
yang
produktif , demam
tidak
disertai
menggigil
kedinginan , kesulitan tidur dan peningkatan laju pernapasan 5.
Pneumonia komunitas memiliki derajat keparahan penyakit yang tinggi, bahkan dapat mengakibatkan kematian biasa terjadi pada individu ? a. Usia lanjut b. Remaja c. Atlit renang d. Pemadam kebakaran e. Guru olahraga
6.
Atika umur 5 bulan BB 5kg, suhu 36,5 C. badan terasa panas dan batuk selama 2 hari. Anak bias minum, tidak muntah dan tidak kejang, sadar frekuensi nafas 47x per menit, tidak diare. Apa klasifikasi penyakit yang dialami Atika ? a. Batuk b. Batuk bukan pneumonia c. Pneumonia d. Pneumonia ringan e. Pneumonia berat
7.
Bayi berumur 12 bulan dirawat di RS dengan demam tinggi, sesak nafas yang berat sudah 12 jam. Foto Rontgent menunjukkan gambaran multiple radioopaque putih di kedua lapangan paru. Tampak kista dengan daerah radiolusen
tanpa fluid level pada lobus kanan bawah. Etiologi dari
pneumonia pada bayi ini adalah ? a. H. influenza b. S.pneumonia c. Klebsiella pneumonia d. Staphylococcus aureus e. Beta- haemolytic streptococcus Group B 8.
Kebingungan mungkin merupakan tanda yang paling menonjol pada penderita pneumonia ?
a. Lansia b. Balita c. Anak-Anak d. Dewasa muda e. Wanita muda 9.
Seorang lelaki 46 tahun mengeluh sesak yang makin hebat disertai batuk. Ia beberapa kali keluar masuk rumah sakit dalam 2 tahun ini karena gangguan pernafasan. Dilakukan bronkoskopi dan biopsy, dijumpai gambaran histopatologi berupa pelebaran alveli di terminal bronkus. Diagnosa pada pasien ini adalah ? a. Asthma b. Bronchiectasis c. Bronchitis d. Emphysema e. Sarcoidosis
10.
Karena kejadian CAP yang berat dengan beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi maka upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara antara lain Kecuali ? a. Berhenti merokok sangat penting tidak hanya membantu membatasi kerusakan paru tetapi juga karena asap rokok mengganggu sistem pertahanan tubuh alami terhadap pneumonia. b. Tes untuk wanita hamil dengan grup B streptoccocus,chlamydia trachomatis dengan pemberian antibiotik yang dibutuhkan untuk pengobatan,mengurangi pneumonia pada bayi. c. Penghisapan melalui mulut dan tenggorokan pada bayi dengan cairan amnion berwarna meconium mengurangi jumlah dari pneumonia karena aspirasi. d. Vaksin terhadap haemophillus influenza dan streptoccocus pneumonia dalam tahun pertama kehidupan berperan dengan baik pada masa anakanak. e. Vaksin
terhadap
hepatitis
ABC
dibutuhkan
pengobatan,mengurangi pneumonia pada bayi.
untuk
DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384. Available from: http://www.depkes.go.id. ( diakses Selasa, 12 Maret 2019 ) Dr. Fransisca S. K. Pneumonia. Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya. 2000 Dr. Gold S.P. Edukasi Dan Promosi Kesehatan Pneumonia Komuniti https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/pneumoniakomuniti/edukasi-dan-promosi-kesehatan. 2019 ( diakses Selasa, 12 Maret 2019 ) Djojodibroto,Darmanto.2009.Respirologi October 5th 2013.
(Respiratory
Medicine).
Accessed
Efni.Y, Machmu.R,Dian P. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016 Kementerian Kesehatan RI Pusat Buletin Jendela Epidemiologi. Pneumonia balita. 2010 http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/bul etin-pneumonia. ( diakses Selasa, 12 Maret 2019 ) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003