Laporan Tentang Seks Linkage.doc

  • Uploaded by: rika dwi fitri
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tentang Seks Linkage.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,685
  • Pages: 7
LAPORAN AWAL PRAKTIKUM GENETIKA DASAR LINKAGE:GEN TERPAUT KROMOSOM SEKS

OLEH : KELOMPOK 7 Nama Rekan

:

1. NUNGKI PRATIWI (1810212071) 2 INDAH FAJRINA (1810212057) 3. VELIA YOWANDA (1810212023) 4. TRISIA ANGGUN (1810211026) 5. MUHAMMAD IQBAL R (1810212044)

Nama Asisten

:

1. DEDY SAPUTRA LUBIS 2. SARMAN 3. ISTIQOMAH P. LOVARINZA

DOSEN PENJAB :

Dr. P. K. DEWI HAYATI, MSi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2019

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam ilmu genetika bahwa individu itu memiliki dua macam kromosom, yaitu autosom dan seks kromosom. Oleh karena individu betina dan jantan biasanya mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya tanpa membedakan seks. Misalnya sifat keturunan seperti jari lebih, warna mata atau rambut dan albino dapat diwariskan, tetapi keturunan F1 maupun F2 tidak pernah disebut-sebut jenis kelaminnya. Selain gen-gen autosomal demikian itu dikenal pula gen-gen yang terdapat di dalam kromosom kelamin. Peristiwa ini dinamakan rangkai kelamin (Inggris: “Sex Linkage”). Gen-gen yang terdapat/terangkai pada kromosom kelamin dinamakan gen terangkai kelamin (Inggris: “Sex-linked genes”). Berhubung dengan itu dapat dibedakan gen terangkai-X (Inggris: “X-linked gene”), ialah gen yang terangkai pada kromosom-X dan gen terangkai-Y (Inggris: “Y-linked gene”), yang terangkai pada kromosom-Y. Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai kelamin (sex-linked genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen-gen ini disebut peristiwa rangkai kelamin (linkage). Adapun gen berangkai yang adalah gen-gen yang terletak pada kromosom selain kromosom kelamin, yaitu kromosom yang pada individu jantan dan betina sama strukturnya sehingga tidak dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini dinamakan autosom. Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak mengalami segregasi dan penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan melalui kombinasi gamet tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe dan genotipe yang menyimpang dari hukum Mendel. Selain itu, jika pada percobaan Mendel perkawinan resiprok (genotipe tetua jantan dan betina dipertukarkan) menghasilkan keturunan yang sama, tidak demikian halnya untuk sifat-sifat yang diatur oleh gen rangkai kelamin. Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas macam kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi

memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna (incompletely sex-linked genes). Pada bab ini akan dijelaskan cara pewarisan macam-macam gen rangkai kelamin tersebut serta beberapa sistem penentuan jenis kelamin pada berbagai spesies organisme. Pautan adalah beberapa gen yang terletak dalam kromosom yang sama. Gen sendiri pada kromosom berada pada lokus karena Lokus nya berdekatan , interval jaraknya sedikit maka gen saling berkait atau berikatan atau Linkage. Mengingat gen itu akan membawa sifat keketurunannya saat proses pembentukkan gamet maka akan berpengaruh tentu ke sifat keturunannya. Linkage dikembangkan oleh : Morgan dan Sutton. Thomas Hunt Morgan merupakan orang pertama yang membuktikan adanya gen pautan seks. Fenomena ini dapat diamati pada persilangan lalat buah (Drosophila) jantan mata putih dengan betina mata normal atau merah. Dari hasil persilangan didapatkan semua lalat generasi F1 baik jantan maupun betina, 100% bermata merah. Persilangan antara sesama F1 menghasilkan generasi F2 sebagai berikut. Pada generasi F2, diketahui bahwa tidak ada satupun lalat betina dengan mata putih. Sifat mata putih hanya ditemukan pada lalat jantan. Dari hasil tersebut, Morgan menduga bahwa gen untuk mata putih terletak pada kromosom X. Jika digunakan simbol untuk alel mata merah dan w untuk mata putih, jantan mata putih pada P memiliki kromosom XwY. Adapun betina mata merah adalah XwXw. Percobaan Morgan menjelaskan bahwa terdapat sifat yang diturunkan dan terpaut jenis kelamin. Pola ini berlaku juga pada gen-gen yang terletak pada kromosom X. Ketika gen resesif terdapat pada salah satu kromosom X di individu betina, sifat tersebut dapat terekspresikan atau tidak. Hal ini bergantung ada atau tidaknya gen dominan pada kromosom lain. Akan tetapi, pada individu jantan, semua gen pada kromosom X akan terekspresikan. Hal ini disebabkan tidak terdapat kromosom X lain sebagai alel gen tersebut. Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat banyak gen tertentu yang selalu terdapat pada kromosom sex. B.Tujuan Paktikum Memahami pautan gen pada kromosom dan Mempelajari pewarisan sifat warna pada mata drosophila melanogaster.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu bersamasama pada saat pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-gen yang tertaut tersebut dapat mengalami pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya(Suryo. 2010) Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang sangat umum terjadi pada saat pembentukan gamet pada kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi pada akhir profase I atau awal metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pindah silang pada kromatidkromatid yang lain(Campbell. 2004) Selama meiosis, kromosom homolog saling berpasangan membentuk tetrad. Pada keadaan ini, terjadi pertukaran materi genetik antara kromosom dan pasangan homolognya. Menyebabkan gen-gen dapat berpindah dari satu kromosom ke kromosom homolognya.Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang pasangan kromosom. Proses ini disebut juga pindah silang (crossing over). Pada proses meiosis, pindah silang terjadi pada kiasma. Oleh karena materi serta susunan gen berubah akibat pindah silang, proses ini disebut juga rekombinasi gen.(Yatim.1986) Individu memiliki dua macam kromosom yaitu autosom dan seks kromosom. Karena itu biasanya individu jantan dan betina memiliki kromosom yang sama oleh karena itu sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom akan diwariskan dari orang tua pada anak-anaknya tanpa membedakan seks. Contohnya seperti albino, warna mata, bentuk rambut, dan polidaktili dapat diwariskan, tapi keturunan pada F1 dan F2 tidak pernah disebut jenis kelaminnya dan jenis kelamin itu tidak mempengaruhi terhadap sifat-sifat tersebut.( Suryo.1990) Gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin yang sering dinamakan rangkai kelamin (inggris : “Sex Linkage”). Gen-gen yang terangkai pada kromosom kelamin sering disebut dengan gen terangkai kelamin (inggris: “sex lingked genes”) yang dibedakan menjadi gen terangkai Y yang terpaut pada kromosom Y dan gen terangkai X yang terpaut pada kromosom X. Gen yang terpaut pada kromosom X tidak memiliki alel pada kromosom Y sehingga penurunan sifat gen terpaut X sedikit

lain dari pada gen-gen autosom. Karena tidak memiliki alel pada kromosom Y, maka gen terpaut seks akan mampu menunjukkan ekspresinya meskipun dalam keadaan tunggal, baik dominan maupun resesif. (Sisunandar.2011) Sebenarnya telah lama sekali diketahui adanya peristiwa yang menunjukkan adanya hubungan antara sifat yang diwariskan dengan seks yaitu ditemukan tahun 600 SM. Bangsa yahudi pada zaman itu menemukan beberapa anak laki-laki yang darahnya tidak bisa membeku pada saat anak-anak tersebut di khitan. Karena ada dua anak dari ibu yang sama dan penyakit itu terdapat pada anak laki-laki, maka mereka menyimpulkan bahwa penyakit tersebut merupakan keturunan yang dipengaruhi oleh seks, kemudian pada tahun 1906 Doncaster dan Raynor mengetahui bahwa ngengat Abracas grossulariata juga termasuk sifat keturunan yang dipengaruhi oleh seks, tapi mereka tidak bisa menjelaskan bagaimana hubungan peristiwa tersebut dengan kromosom seks.( Suryo.1990) Awalnya rangkai kelamin ditemukan oleh Morgan pada tahun 1901 yang memulai penelitian di Columbia dan dilanjutkannya di Institut Teknologi Kalifornia. Dia menggunakan Drosoplhila melanogaster dengan memperhatikan warna matanya. Lalat yang normal bermata merah namun ia menemukan dari sekian banyak lalat normal tersebut ada lalat jantan yang bermata putih. Karena berbeda dari kebanyakan lalat yang normal bermata merah maka lalat jantan yang bermata putih tersebut disebut olehnya mutan karena menyimpang dari yang normal. (Suryo.1990) Maka Morgan kemudian mengawinkan dari lalat jantan yang bermata putih dengan lalat betina yang bermata merah (normal). Maka ia memperoleh keturunan F1 dengan hasil semua lalat bermata normal (merah). Setelah itu ia mengawinkan F1 dan ia mendapat hasil keturunan F2 yang memiliki rasio ¾ bermata normal (merah) : ¼ bermata white (putih). Dan lalat-lalat dari F2 yang bermata merah adalah lalat betina semuanya sedangkan ½ dari lalat jantan memiliki mata berwarna putih dan ½ nya lagi memiliki mata merah. (Suryo.1990) Berdasarkan pada hasil tersebut Morgan menyimpulkan bahwa gen yang resesif yang menentukan lalat bermata putih hanya berpengaruh pada lalat yang jantan dan gen yang menentukan warna mata dari Droshopila hanya terdapat pada kromosom X tidak pada Kromosom Y. (Suryo.1990) Dan lalat betina yang bermata putih itu juga ada apabila lalat betina bermata merah heterozigotik (+ w) dikawinkan dengan lalat jantan yang bermata putih (w-) maka keturunan yang dihasilkan dari persilangan tersebut adalah setengah dari lalat betina bermata putih dan setengahnya lagi bermata merah,. ( Suryo.1990)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum Genetika Dasar dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 april 2019 pukul 09.20-11.00 WIB di Laboratorium Genetika Dasar Fakultas Pertanian Universitas Andalas

B. Bahan dan Alat Bahan Dan Alat yang digunakan pada praktikum kali ini mengenai Linkage:gen terpaut kromosom seks antara lain: botol selai, petridish, kuas kecil, kaca pembesar, kertas stensil,kapas,spons, dan alat alat tulis, stok biakan drosophila tipe liar dan mutan, media pakan drosophila atau ubi jalar rebus dan eter (dietil eter).

C.

Cara Kerja

Pertama disiapkan botol berisi media yang telah disterilisasi sebnayak empat buah, lalu dimasukkan 3-5 pasang drosophila betina bermata merah dan drosophila jantan bermata putih kedalam botol 1. Sebaliknya masukkan 3-5 pasang drosophila betia bermata putih dan drosophila jantan berwarna merah kedalam botol 2. Diamati apakah ada drosophila yang mati selama 5-15 menit setelah pemindahan, jika mati segera lakukan pergantian. Setlah terlihat banyak pupa, dikeluarkan semua drosophila tetua, disiapkan botol 3 dan 4 yang juga bersi media yang telah disterilisasi. Diambil 3-5 pasang drosophila dari botol 1, pindahkan kebotol . demikian juga 3-5 pasang drosophila botol 2 dipindahkan ke botol 4. Setelah terlihat banyak pupa, dikeluarkan semua drosophila tetua dari botol 3 dan 4 (tetua bagi F2), baik untuk botol 1,2,3,4 diamayi dan dihitung jumlah drosophila jantan dan betina serta warna mata masingmasing sejak terbntuknya imago pertma pada hari ke-10. Dicatat pengamatan pada table 10-11.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, dkk, 2004.Biologi . Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Elrod & Stansfield. 2002. Sisunandar. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto suryo. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Suryo. 2010.Genetika untuk Strata1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yatim, Wildan. 1986.Genetika. Bandung: Transito

Related Documents


More Documents from "gopindo sembiring"