Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup dan lingkungan hidupnya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, keduanya saling mempengaruhi. Pada lingkungan daratan biasanya tersusun atas material tanah. Tanah adalah lapisan permukaan kulit bumi bagian atas, yang tersusun dari batuan induk (anorganik) dan jasad-jasad makhluk hidup (organik) yang sudah mati atau hancur. Batuan Induk merupakan batuan yang berasal dari dalam lapisan bumi. Selain batuan induk juga terdapat batuan sedimen dan batuan metamorf. Lingkunagan hidup manusia telah mengalami banyak perkembangan. Salah satu perkembangan yang berdampak langsung dengan alam ialah pola pemukiman. Saat ini pola pemukiman baik berupa bangunan ataupun akses jalan telah iddesain sedimikian rupa sehingga efisien digunakan dan indah dalam visualisasinya. Air dan habitat merupakan elemen hidup yang penting bagi pertumbuhan. Setiap makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dengan air. Karena pentingnya air maka pengelolaan air juga memerlukan perhatian khusus. Air dapat memberikan kehidupan bagi setiap makhluk apabila dapat dikelola dengan baik. Namun, apabila air tidak dikelola maka air akan merugikan aktivitas manusia. Sehingga, pengelolaan sanitasi air sangat diperlukan. Pembuatan selokan dan gorong-gorong harus dikelola dengan baik agar air tidak menggenang pada satu lokasi saja (banjir). Air permukaan juga dapat meresap melalui porositas dan permeabilitas tanah. Namun porositas tanah yang terisi banyak air akan mengakibatkan tanah labil dan mudah bergelombang. Tanah tipe seperti ini tidak baik untuk dibuat jalan. Seperti pada daerah penelitian, daerah penelitian berada di sebelah timur gedung graham sainta yang dahulu sering terjadi banjir. Tanah di sekitar juga rentan untuk bergelombang. Perlu dilakukan suatu langkah preventif yang efektif uintuk menghandari terjadinya jalan bergelombang dan banjir di daerah tersebut.
1.2 Tujuan
1 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Dengan dilakukannya survey elektromagnetik, khususnya metode ground penetrating radar dapat diketahui struktur batuan bawah permukaan bumi. Penelitian ini merupakan studi ekspertimental yang memanfaatkan teknik konvensional dan teknik gradio sebagai proses akuisisi, Kemudian, dari kedua teknik akan diperbandingkan berdasarkan respon gelombang elektromagnetik pada konduktifitas citranya. Metedologi penelitian yang telah dilakukan pada berbagai kajian lintasan dari karakteristik penampakan geologi baik dari atas permukaan maupun dari bawah permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik gradio telah memberikan respon gelombang elektromagnetik pada konduktifitas citra kontur yang lebih jelas dan akurasi tinggi daripada teknik konvensional. Akan tetapi, teknik tersebut membutuhkan waktu yang lama dalam proses akuisisi daripada teknik sebelumnya.
Page
Praktikum survey elektromagnetik dengan metode GPR ini bertujuan untuk mengetahui pola selokan sebagai jalan sanitasi air di sekitar jalan dan untuk mengetahui keterdapatan zona-zona tanah yang rentan serta mempelajari karakteristik tanah pada daerah penelitian.
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar 1.3 Manfaat
Page
2 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Dengan dilakukannya percobaan ini diharapkan akan diketahui langkah yang efektif untuk menanggulangi kemungkinan tanah bergelombang dan terjadinya banjir akibat sanitasi air yang tidak dapat menampung air dengan baik.
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Future 2005 merupakan piranti yang menggunakan prinsip dasar metode pulsa elkektromagnetik, yang dapat digunakan untuk memetakan anomaly konduktivitas pada derah target. Alat ini dapat digunakan untuk mendeteksi struktur bentukan alam seperti formasi, gorong-gorong, tingkat air tanah serta benda terkubur seperti pipa, tangki, kotak atau benda logam sejenisnya. GPR baik digunakan pada tanah landai yang lapang. Selain representasi grafis biasa, perangkat ini menawarkan dua spesialisasi lebih lanjut. Pertama grafis horisontal langsung yang menunjukkan benda-benda terkubur langsung ditampilkan di layar. Kedua Anda dapat membuat grafis ultrasound. Pengukuran kedalaman dan penyimpanan data akan dilakukan secara otomatis oleh perangkat mikroprosesor. Evaluasi berlangsung dengan komputer dimana area scan dapat dianalisis dalam grafik tiga dimensi. GPR Future Series 2005 mempunyai beberapa perbedaan dengan GPR konvensional pada umumnya yaitu pada GPR Future Series 2005 pada antena terdiri daribeberapa receiver dan satu transmitter yang berada di tengah-tengah antena sehingga outputnya berupa kontur yang menggambarkan penampang horisontal dari zona penelitian. Sedangkan pada GPR konvensional terdiri dari satu transmitter dan satu receiver dan outputnya yaitu penampang vertikal yang berupa satu gelombang untuk setiap pengukuran. Dan pengukuran dilakukan berulang-ulang kemudian hasilnya digabungkan lalu dilakukan pengolahan data lanjutan. Apabila GPR Future Series 2005 dibawa berjalan (menurut garis lurus), gambar yang dihasilkan akan membentuk pola-pola tertentu, bergantung kepada objek yang ditumbu oleh impuls elektromagnetik itu dan waktu tempuh sinyal (yang bergantung kepada kedalaman objek). Berikut ini adalah contoh gambar keluaran dari GPR Future Series 2005 beserta sedikit penjelasan tentang pola-pola gambar di dalamnya, yang disebut sebagai difraksi. (Astutik,1997). Ground Probing Radar (GPR) adalah salah satu metode geofisika yang dikembangkan sebagai salah satu alat bantu untuk penelitian geologi bawah permukaan yang relatif dangkal dan terperinci. Prinsip penggunaan metode GPR tidak jauh berbeda dengan metode seismik pantul, seperti identifikasi fasies dan sekuen lapisan bawah permukaan (Heteren drr., 1998).
3 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Teknik penggunaan metode GPR adalah sistem Electromagnetic Subsurface Profiling (ESP), dengan cara memanfaatkan pengembalian gelombang elektromagnet yang dipancarkan melalui permukaan tanah dengan perantaraan antena. Pemancaran dan pengembalian gelombang elektromagnet berlangsung cepat sekali yaitu dalam satuan waktu nannosecond (Allen, 1979). Kedalaman penetrasi dengan metode GEORADAR sangat bergantung sifat kelistrikan media yang diselidiki, seperti: konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik. Kedua sifat listrik tersebut berkaitan erat dengan sifat fisik tanah atau batuan yang antara lain kadar air dan sifat kegaramannya. Berdasarkan pengalaman, metode GEORADAR ini penetrasinya akan mencapai 25 - 30 m apabila digunakan pada daerah yang kadar kegaramannya relatif kecil. Khusus dalam pendeteksian material yang kadar besinya relatif tinggi, penetrasi GPR akan berkurang, sesuai dengan kadar besi yang terdapat pada material tersebut (Budiono, 1999). Page
Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses deteksi benda – benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam range 10 MHz sampai 1GHz. Seperti pada sistem radar pada umumnya, sistem GPR terdiri atas pengirim (trasmiter), 2 yaitu antena yang terhubung ke sumber pulsa, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar dan citra. Adapun dalam menentukan tipe antena yang digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan metode pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu: jenis objek yang akan dideteksi, kedalaman objek, dan karakteristik elektrik medium tanah. Dari proses pendeteksian, maka akan didapatkan suatu citra dari letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR harus memenuhi empat persyaratan yaitu kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah, penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien, menghasilkan sinyal dengan amplitude yang besar dari objek yang dideteksi, dan bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik (Daniel, 1996).
Page
4 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Jika suatu pulsa GPR mengenai suatu lapisan atau objek dengan suatu konstanta dielektrik berbeda, pulsa akan dipantulkan kembali, diterima oleh antena receiver, waktu dan besar pulsa direkam. Pada banyak kasus, antena transmitter dan antena receiver adalah sama. Walaupun GPR beroperasi sama seperti sistem radar konvensional pada umumnya, dalam artian bahwa ia mengirimkan gelombang elektromagnetik dan menerima radar yang kembali, yang kemudian diproses untuk melihat target. Namun demikian, GPR dikarekterisasi oleh tiga prinsip mendasar yang membedakannya dari sistem radar konvensional. Pertama, bandwidth operasi dari GPR diletakan pada frekuensi rendah untukmendapatkan kedalaman penetrasi yang memadai ke dalam tanah. Kenyataannya, kedalaman penetrasi dari sinyal yang dipancarkan, pada umumnya sangat terbatas sesuai dengan panjang gelombangnya. Di sisi lain, radar harus mampu menyediakan resolusi downrange yang memadai, untuk itu bandwidth operasi diperlukan bandwidth operasi puluhan sampai ratusan megahertz. Bandwidth operasi ini sesuai dengan frekuensi tengah radar, yang menyebabkan bandwidth relatif (rasio bandwidth terhadap frekuensi tengah) mendekati satu atau terkadang lebih besar. Ini berarti GPR bersifat ultra wideband dan berbeda dengan sistem radar konvensinal, yang beroperasi pada band frekuensi yang lebih tinggi. Kedua, tidak seperti sistem radar konvensional GPR beroperasi di dekat permukaan tanah. Ini berakibat kekasaran dari permukaan tanah dan ketidakhomogenan tanah dapat meningkatkan clutter. Ketiga, kebanyakan GPR merupakan sistem radar jarak dekat (short-range). Pada kondisi ini target biasanya terletak di daerah medan dekat atau medan menengah sehingga karakteristik medan dekat antenna menjadi sangat penting. Ini sangat berbeda dengan radar konvensional, yang beroperasi pada medan jauh (Ligthart, 2004).
BAB III
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum pengambilan data survey elektromagnetik dengan menggunakan metode GPR dilaksanakan pada hari Kamis 15 Mei 2014, pada jam 9.30 WIB. Pengambilan data berlokasi di sebelah timur gedung Graha Sainta Universitas Brawijaya. Dengan mengambil zona pengukuran sekitar jalan paving selebar 7.5 meter sebanyak 3 line. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah: future 2005, computer dengan software alat future 2005, Bluetooth, power tank, gagang receiver dan transmitter, headsets, meteran, kabel serta pemancar dan penerima gelombang.
5 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Gambar 3.1 Seperangkat Alat Future 2005
Page
Gambar 3.2 Meteran
Gambar 3.3 Komputer Jinjing (Laptop) 3.3 Tata Laksana Percobaan dan Desain Survey
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar Pertama, power tank dirangkai dengan control unit. Kemudian control unit dirangkai dengan headset, Bluetooth dan receiver-transmitter. Setelah itu receiver-transmitter dipasang pada gagang pegangan dan diikatkan pada tangan pembawa control unit dan diatur posisi dan panjang gagang agar tingginya tepat di atas permukaan tanah. Receiver-transmitter diatur panah segitiganya menghadap ke bawah, agar sinyal impuls dipancarkan ke bawah.
Gambar 3.4 Power Tank Dihubungkan dengan Control Unit Melalui Kabel
Gambar 3.5 Transmitter-Receiver Terpasang pada Gagang dan Menghadap Bawah
Page
6 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Laptop dihidupkan dan dibuka software future 2005.
Gambar 3.6 Kenampakan Software Future 2005 pada Layar Laptop Pada control unit dilakukan pengaturan sebagai berikut. Pertama ketika control unit telah disambungkan dengan power tank maka lampu akan berwarna hijau yang dalam keadaan ‘on’. Setelah itu tombol on-off yang berada di bagian bawah control unit ditekan maka alat akan mengeluarkan
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar bunyi tit, tunggu hingga bunyi hilang. Kemudian akan muncul pilihan metode yang digunakan pilih metode ground scan dengan cara memindahkan pilihan ke atas atau bawah pada tombol pemilih dan diklik ok pada pilihan ground scan tersebut. Selanjutnya akan muncul pilihan mode yang digunakan yang pertama mode otomatis dan yang kedua mode manual, dipilih mode otomatis. Perbedaan kedua mode ini adalah hasil yang didapatkan apakah langsung ditampilkan atau disimpan dahulu dalam memori. Kemudian muncul pengaturan impuls atau banyaknya pemancaran gelombang yang digunakan, pilih 10 impuls dan diklik ok. Setelah itu muncul pilihan mode penampilan yaitu; transfer data ke computer dan ke memori, pada pilihan transfer data ke computer klik ok. Pada layar computer akan terlihat pemberitahuan pa layar pojok kanan bawah, kemudian diklik dan muncul menu Bluetooth, ketikan password yang diinginkan dan diklik ok. Setelah terkoneksi dengan laptop maka siap untuk dilakukan pengukuran. Ketika akan memulai pengukuran diklik tombol hijau pada control unit dan alat akan mulai memancarkan impuls.
Gambar 3.7 Kenampakan Control Unit Future 2005
Page
7 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Setiap pengukuran line baru selalu dimulai dengan menekan tombol hijau. Untuk membuat dokumen baru pada software diklik file dan pilih new document. Kemudian akan muncul menu pilihan pengukuran, pada device dipilih future 2005 dan diklik ok.
Gambar 3.8 Tombol Hijau Pada Control Unit
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar
Gambar 3.9 Proses Pengambilan Data
Desain Survey
\ Gambar 3.4 Desain Survei Lokasi Pengambilan Data
Page
8 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Line 1 memiliki panjang sekitar 7.5 meter dengan banyaknya impuls 10. Line 2 memiliki panjang sekitar 7 meter dengan banyak impuls 10 dan line 3 memiliki panjang sekitar 7 meter dengan impuls sebanyak 10. Jarak antar line sepanjang gagang receiver atau kurang lebih 1.5 meter.
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar BAB IV PEMBAHASAN
Gambar 4. 1 Peta Google MAPS
Gambar 4. 2 Korelasi Denagn Peta Geologi
Page
9 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Dari hasil korelasi antara peta google earth dan peta geologi didapatkan lokasi pengambilan data (akuisisi) berada di zona Qvtm. Qvtm pada peta geologi memilki arti bahwa batuan yang ada pada zona tersebut merupakan zona yang batuannya terbentuk pada zaman quarterner yang jenis batuannya berupa batuan volcano berupa tuff malang, sehingga apabila disingkat Qvtm (Quaterner volcano tuff Malang). Berdasarkan legenda peta geologi didapatkan informasi bahwa pada zona Qvtm memiliki jenis batuan berupa: tuf batuapung, tuf pasiran, tuf breksi, tuf halus dan tuf lapilli.
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar
Gambar 4.3 Lokasi Pengambilan Data dan Kenampakan Ventilasi Selokan Utara Kenampakan sekitar lokasi ialah pada sisi sebelah utara terdapat lubang selokan. Dengan struktur jalan berupa paving. Pada penutup selokan terdapat logam pada ventilasi selokan. Ketika dilakukan pengambilan data terdapat sebuah mobil yang menghalangi daerah pengambilan data. Daerah pengambilan data 8 merupakan zona daerah terakhir kelompok 11 sehingga line yang didapatkan tidak penuh delapan line melainkan hanya tiga. Line terakhir berada disebah pintu teknik elektro tepat pada lampu pinggir jalan. Pengambilan data dimulai dari depan taman tepat menuju trotoar jalan di sebelah selatan dan sebaliknya, hingga line terpenuhi. Karena penganbilan data berada di jalan, maka setiap melakukan pengukuran jalan ditutup untuk sementara waktu.
Page
10 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Dari hasil akuisisi data didapatkan langsng hasil pengukuran pada computer jinjing yang telah di instalkan software future 2005. Dari hasil gambar dapat diinterpretasikan secara langsung dengan indikasi awal daerah berwarna hijau merupakan zona tanah, biru merupakan lubang semakin tua warna birunya menunjukkan tingkat kedalaman yang lebih dalam, daerah berwarna merah menunjukka keterdapatan logam, zona warna kuning menunjukkan daerah tersebut adalah daerah kering sedangkan warna kuning kemerah-merahan menunjukkan adanya mineral pada daerah tersebut. Dan warna hijau yang agak gelap menunjukkan daerah tersebut merupakan daerah basah. Kenampakan warna dari biru menuju hijau, kuning dan merah menunjukkan bahwa konduktivitasnya semakin besar dan resistivitasnya semakin kecil. Sedangkan dari merah menuju kuning, hijau dan biru konduktivitasnya semakin kecil dan resistivitasnya semakin besar.
Gambar 4.4 Hasil Pengambilan Data dengan Future 2005 Daerah Praktikum
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar Pada daerah pengambilan data didapatkan hasil pola gambar berupa zona lubang pada line pertama, pada line dua berupa tanah dengan indikasi tanah kering pada sebelah utara yang ditunjukkan kenampakan warna kuning hingga oranye. Kemudian pada line tiga merupakan daerah dengan lubang dibawahnya terlihat pada hasil pengukuran menunjukkan warna biru hingga biru tua.
Gambar 4.5 Kenampakan 2D
11 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Dilihat dari kenampakan 2 dimensi terhadap kedalamannya, pada line 1 memiliki zona berongga pada kedalaman yang relative dangkal hingga agak dalam. Sedangkan pada zona dangkal tidak memperlihatkan kenampakan data atau hanya bewarna hitam. Pada line 2 menunjukkan zona tanah yang agak dalam hingga dalam, dimana zona tanah dalam merupakan zona kering yang ditunjukkan dengan kenampakan warna kuning hingga oranye. Pada daerah permukaan hingga kedalaman sedang tidak menunjukkan kenampakan data atau hanya hitam. Pada line 3 menunjukkan data yang relative lengkap, pada permukaan terlihat zona rongga yang relative rendah ditunjukkan dengan warna biru dan semakin dalam semakin biru tua. Jika dikorelasikan antara data line 1- line 3 diindikasikan zona dangkal memiliki rongga dan pada zona sedang hingga dalam merupakan zona tanah yang menunjukkan semakin dalam semakin kering zona tersebut. Hal ini memberikan informasi bahwa air meresap hanya sampai pada kedalaman sedang saja. Sedangkan pada zona dalam cenderung kering. Hal ini dikarenakan curah hujan yang relative rendah pada hari hari sebelum pengambilan data. Sanitasi air di daerah tersebut juga telah diperbaiki sehingga jarang terjadi banjir. Dikarenakan permukaan jalan tertutup oleh suatu medium padat sehingga air yang masuk ke tanah tidak terlalu banyak, apalagi sebelum dilakukan pemavingan, jalan aspal cenderung impermiabel terhadap air. Sehingga air yang masuk ke dalam tanah semakin sedikit.
Gambar 4.6 Data 3D dan Korelasi Lapangan
Page
Dari hasil korelasi lapangan dengan hasil pgambilan data dapat diinterpretasikan daerah rongga pada daerah permukaan berada di sebelah utara seperti pada kenampakan lapangan yang menunjukkan terdapatnya ventilasi selokan di daerah utara jalan. Sedangkan pada daerah selatan juga dimungkinkan terdapat selokan atau rongga gorong-gorong. Namun pada kedalaman yang lebih dalam, pada kenampakan lapangan juga diketahui terdapat ventilasi jalan masuknya air namun
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar ventilasinya berbeda dengan daerah utara jalan. Di sebelah selatan ini terdapat ventilasi yang relative kecil pada diding trotoar.
Gambar 4.6 Ventilasi Gorong-gorong sebelah Selatan
Page
12 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Keterbatasan utama GPR adalah lokasi capaiannya yang spesifik. Acapkali, kedalaman penetrasi dibatasi oleh adanya mineralogi tanah liat atau pori-pori cairan dengan konduktivitas tinggi yang dapat menghambat pencapaian resolusi dan kedalaman penetrasi yang tinggi. Selain itu kondisi material tanah yang berbeda-beda pada tiap lokasi menyebabkan resolusi dan kedalaman penetrasi menjadi berubah-ubah pula sehingga untuk mendapatkan resolusi dan kedalaman penetrasi yang konstan mau tidak mau harus mengubah frekuensi serta durasi pulsa. Oleh karena itu beberapa sistem GPR dilengkapi dengan pembangkit pulsa untuk transmisi impuls dengan berbagai durasi yang berbeda untuk kedalaman penetrasi yang berbeda. Antena GPR bagaimanapun secara umum dioptimasi hanya untuk durasi pulsa tertentu. Jadi apabila GPR bekerja dengan impuls yang berbeda memerlukan antena yang berbeda. Penggantian antena berulang-ulang adalah tidak efisien, proses yang merepotkan dan bahkan menjadi aktifitas yang mengganggu bagi pengguna khususnya bagi survey yang sering.
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar BAB V PENUTUP 5.1 Kesumpulan Dari hasil praktikum pengambilan data daerah jalan di depan gedung eletro diketahui bahwa selokan berada di selah utara relative dangkal. Sedangkan di sebelah selatan terdapat gorong-gorong yang cukup dalam. Dibawah permukaan diketahui zona tanah yang semakin dalam semakin kering, oleh sebab itu dapat diindikasikan bahwa selokan dan gorong-gorong tidak mengalami kebocoran. Selain dikarenakan curah hujan yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh belum dapat diketahui indikasi tanah yang rentan untuk bergelombang. Dari data juga diketahui selokan di daerah tersebut relative kecil. Sehingga potensi terjadinya babjir lebih dikarenakan volume air yang melebihi kapasitas selokan ataupun sanitasi yang tertutup oleh sampah. 5.2 Saran
Page
13 | ©Muhamad Rahmawan 2014
Untuk mencegah banjir dapat dibuat suatu selokan dengan trap trap sehingga akan efisien dalam mengalirkan air. Selain itu hendaknyamembuang sampah pada tempat sampah buka di sembarang tempat. Selain itu disarankan pada praktikan agar brhati-hati karena lokasi pengambilan data ialah jalan raya.
Laporan Survey Electromagnetic Metode Ground Penetrating Radar DAFTAR PUSTAKA
Allen, R.L. 1979. Studies In Fluviatile Sedimentation: An Elementary Geometric Model For The Connectedness Of Avulsion-Related Channel Sand Bodies. Sedimentary Geology. Astutik S. 1997. Penggunaan Ground Penetrating Radar (GPR) Sebagai Metal Detector, Jurnal ILMU DASAR. MALA GeoScience. Budiono,K. 1999. Ground Probing Radar As A Tool For Heterogeneity Estimation In Quartenary Sediment. Proceedings of Indonesian Association of Geologists. D. J. Daniel. 1996. Surface Penetrating Radar. The Institution of Electrical Enginners.
Page
14 | ©Muhamad Rahmawan 2014
L.P. Ligthart., E.E. Ligthart. 2004. Lecture Notes for The Intensive Course on Ground Penetrating Radar.