Laporan Sph I Tycka

  • Uploaded by: cHuAz TeeKaa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Sph I Tycka as PDF for free.

More details

  • Words: 11,387
  • Pages: 122
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN I

Oleh : Swastika Oktavia B1J007013

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN I

Oleh : Swastika Oktavia B1J007013 Rombongan VII Kelompok 2

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan I pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Menerima dan menyetujui Purwokerto, Juni 2008 Asisten

Nurul Azizah Eldirani B1J006035

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I (SPH I) sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian responsi dan ujian akhir mata kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan I di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I (SPH I) tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen Struktur dan Perkembangan Hewan I yang telah memberikan bimbingan. 2. Asisten Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini. 3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan Struktur dan Perkembangan Hewan I. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran yang sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Purwokerto,

Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ............................................................................................................ i PENGESAHAN .............................................................................................. ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv I.

Anatomi Ikan Nilem (Osteocillus hasselti ♀)

II.

Anatomi Katak (Rana cancrivora ♀)

III. Anatomi Kadal (Mabouya multifasciata ♂) IV. Anatomi Burung Merpati (Columba domestica ♂) V.

Anatomi Marmut (Cavia porcellus ♂)

VI. Preparat Histologis

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochillus hasselti ♀)

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: : : : :

Swastika Oktavia B1J007013 VII 2 Nurul Azizah Eldirani

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar wilayah dunia terdiri atas air. Ikan adalah salah satu hewan vertebrata yang hidup di air. Ikan bernapas dengan menggunakan insang, tetapi ada beberapa jenis ikan yang bernapas menggunakan paru-paru. Ikan merupakan salah satu sumber protein bagi manusia, antara lain ikan Nilem (Osteocillus hasselti), dan masyarakat Jawa mengenalnya dengan sebutan ikan wader. Protein yang berasal dari ikan merupakan 1/5 dari protein hewani yang dihasilkan dari seluruh dunia. Daging ikan mengandung 13-20% protein. Lemak ikan banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Ikan Nilem habitat aslinya di daerah beriklim sedang dengan suhu berkisar 18-28 ºC. Ikan Nilem hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, seperti danau, sungai, rawa, dan genangan-genangan air. Ikan ini mudah berkembang biak menurut aturan air mengalir. Ikan ini memakan planton dan peripyton (jasad yang menempel pada tanaman air). Ikan ini dapat bereproduksi pada usia kira-kira 9 bulan. Induk dari ikan Nilem yang dapat dipelihara di kolam berusia satu sampai dua tahun selang waktu memijahan tiga sampai empat bulan sekali. Morfologi antara ikan Nilem jantan dan betina mempunyai perbedaan. Ikan Nilem betina bentuknya membulat, kurang gesit, bagian operculum halus, perut mengembang ke arah samping dan ke arah lubang pelepasan serta mempunyai gonad yang berwarna kuning. Ikan Nilem jantan perutnya lebih

ramping, lebih gesit bagian pipih kasar, perut mengembang, dan gonadnya berwarna putih susu. Osteochillus hasselti digunakan untuk praktikum untuk mewakili class pisces. Osteochillus hasselti dipilih karena selain mudah didapat, juga murah harganya. Osteochillus hasselti mempunyai organ-organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga mudah diamati struktur tubuhnya.

B. Tujuan

Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari susunan anatomi tubuh ikan Nilem (Osteocillus hasselti ♀) baik bagian luar maupun dalam.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Osteocillus hasselti adalah salah satu jenis ikan tawar yang dapat tumbuh dengan baik jika dipelihara di kolam atau sawah. Ikan nilem dapat hidup di daerah tinggi dan rendah yaitu pada ketinggian 200-700 meter. Makanan ikan ini berupa hewan-hewan kecil tetapi juga makanan lain seperti dedak dan ampas (Kastowo, 1986). Susunan tubuh ikan terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Susunan tubuh ikan bagian luar terdiri dari kepala, badan, ekor, mulut, cekung hidung, mata, tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip perut, sirip dada, sirip punggung, sirip belakang, dan sirip ekor. Sedangkan susunan tubuh bagian dalam adalah saluran pencernaan, gelembung renang, kelenjar pencernaan, insang, jantung, kelenjar kelamin, dan ginjal (Prawirohartono, 1989). Mulut berahang, skeleton sebagian atau seluruhnya bertulang menulang. Kondrokranium (kranium tulng rawan) dilengkapi oleh tulang dermal tubuh membentuk tengkorak majemuk. Sisik bertipe sikloid yang berasal dari mesodermal. Saat stadium embrio ada 6 celah insang, untuk ikan dewasa biasanya tinggal 4 celah. Insang-insang itu tertutup oleh operkulum (Brotowidjoyo, 1993). Kulit atau cutis terdiri atas corium atau dermis dan epidermis. Corium terdiri atas jaringan pengikat. Epidermis yang melapisinya dari sebelah luar ialah epithelium. Di antara cel-cel epithelium terdapat kelenjar unicelluler yang mengeluarkan lendir lendir ini menyebabkan kulit ikan menjadi licin. Dalam corium terdapat chromatophor-chromatophor ialah sel-sel yang mengandung butir-butir pigment, yang menentukan warna kulit (Radiopoetro, 1977).

Fungsi organ dalam ikan yaitu gelembung renang (vasica matatoria) sebagai alat keseimbangan naik turun di dalam air. Ginjal (ren) sebagai tempat penyaringan urin. Usus (intestine) sebagai saluran pencernaan, tempat penyerapan sari-sari makanan. Ureter untuk menyalurkan urin (air seni) dari ginjal ke vesica urinaria. Iinsang sebagai alat pernapasan (Kimball, 1991). Sistem pencernaannya terdiri dari rahang yang mengandung gigi yang berguna untuk mengunyah makanan. Terdapat juga kelenjar mucosa, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah. Selanjutnya makanan menuju oesophagus terus ke ventriculus. Antara ventriculus dan intestinum terdapat klep pylorus. Sistem reproduksi pada ikan jantan terdapat sepasang testis, melalui vas deferent sperma dikeluarkan melalui papillae urogenetalis. Untuk hewan betina, sel telur keluar pada oviduct. Pembuahan umumnya terjadi diluar tubuh (Jasin, 1989). Ikan Nilem jantan terdapat sepasang testis yang panjang. Testis terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai dari vas deferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan Nilem betina terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduk yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis (Radiopoetro,1977).

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

A. Alat

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk.

B. Bahan Bahan yang digunakan adalah Ikan Nilem (Osteocillus hasselti ♀), air kran, dan tissue.

C. Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Ikan Nilem dimatikan dengan jarum penusuk. 2. Ikan digunting mulai dari lubang depan anus, sepanjang garis medioventral tubuh ke arah depan depan sampai dekat sirip dada. 3. Bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset 4. Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan ke arah anterior sampai ke tutup insang. 5. Pengguntingan bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong. 6. Setelah pembedahan selesai, organ-organ dalamnya diamati dan digambar serta diberi keterangan. 7.

Untuk Mengetahui otot-otot bagian ekor, maka ekor dipotong melintang dan kemudian diamati.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Anatomi Luar Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) Keterangan Gambar : A. Caput

B. Truncus

C. Cauda

1. Organon visus 2. Cavum oris

5. Abdominal fin (2)

3. Pectoral fin (2)

6. Anal fin (1)

4. Linea lateralis

7. Caudal fin (1) 8. Dorsal fin (1)

Gambar 2. Insang Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Tapis insang 2. Lengkung insang 3. Filamen insang

Gambar 3. Penampang Melintang Insang Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Tapis insang

4. Arteri epibranchialis

2. Septum branchialis

5. Lengkung insang

3. Arteri branchialis

6. Filamen insang

Gambar 4. Jantung Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Arteri branchialis

5. Ductus cuvieri

2. Bulbus arteriosus

6. Sinus venosus

3. Ventrikel (bilik)

7. Vena hepatica

4. Atrium (serambi)

Gambar 5. Rangka Ekor Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Taju neural

4. Urostyle

2. Centrum vertebrae

5. Hypolaria

3. Taju haemal

Gambar 6. Otot-otot Ekor Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Otot epaksial

7. Myomere

2. Serabut saraf

8. Taju neural

3. Lengkung haemal

9. Lengkung neural

4. Septum vertikal

10. Septum horizontal

5. Taju haemal

11. Arteri dan vena caudalis

6. Myocomata

12. Otot hepaksial

Gambar 7. Viscera Insitu/Situs Viscerum Ikan Nilem (Osteochillus hasselti♀) Keterangan Gambar : 1. Pronepros 2. Nepros 3. Vesica metatoria 4. Ovarium 5. Porus urogenitalis 6. Intestin 7. Hepatopankreas 8. Jantung 9. Insang

B. Pembahasan

Hasil pengamatan ikan Nilem didapatkan hasil bahwa tubuh ikan Nilem dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor). Batas caput mulai dari moncong sampai bagian belakang tutup insang, batas truncus mulai dari belakang tutup insang sampai anus, sedangkan batas cauda mulai dari anus sampai ujung sirip ekor. Bagian pernapasan terluar yang terdapat pada bagian kepala adalah insang dan empat potong tulang-tulang kecil yaitu operculum, preoperculum, interoperculum, dan suboperculum. Rongga insang terletak antara insang dan operculum, lubang insang berupa celah sempit yang melengkung antara gelang bahu dan operculum (Djuhanda, 1981). Klasifikasi Osteochillus hasselti menurut Brotowidjoyo (1993) adalah sebagai berikut : Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Pisces

Ordo

: Ostariophysi

Familia

: Cyprinidae

Genus

: Osteochillus

Spesies

: Osteochillus hasselti Rongga mulut adalah bagian depan atau bagian anterior dari badan, pada

umumnya berfungsi sebagai tempat mengunyah makanan pada kelompok vertebrata tingkat tinggi, tetapi pada kelompok vertebrata rendah seperti ikan, makanan hanya ditelan saja tidak mengalami proses pengunyahan dalam rongga mulut yang biasanya dibantu dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel

epitel pada rongga mulut dan juga dengan adanya kontraksi dari otot dinding mulut (Weichert,1984). Ikan Nilem tergolong dalam phylum chordata karena mempunyai penyokong tubuh yang tersusun atas ruas-ruas tulang dari cranium, truncus, dan caudal. Ciri-ciri Ikan Nilem yaitu bentuk badannya agak memanjang dan pipih. Ikan ini mempunyai dua pasang sungut yang terletak pada bibir yang berkerutkerut (Kirwanto, 1986). Ikan mempunyai organ pertukaran gas adalah insang, oksigen yang terdapat dalam air berdifusi ke dalam sel-sel insang. Insang mengandung darah yang mengangkut oksigen dari insang ke jaringan sebelah dalam dari badan. Darah mengalir dari insang ke anyaman kapiler di bagian badan selebihnya, dan pertukaran bahan makanan terjadi dengan jaringan kemudian darah kembali ke jantung. Sistem tersebut telah tertutup karena terdapat di dalam pembuluh di seluruh peredaran (Kimball, 1991). Menurut Ville et al. (1964), insang merupakan alat yang ada lamela-lamela halus, atau filamen yang menjulur keluar dari permukaan yang tampak. Meskipun fungsi utamanya adalah untuk pertukaran gas, tetapi insang dapat juga digunakan untuk keperluan lain, seperti makan, dengan cara menyaring, ekskresi, pertukaran ion, dan pengaturan tekanan osmosis. Ikan dan banyak amphibi mengadakan pertukaran gas dengan lingkungan insang. Beberapa larva ikan dan amphibi mempunyai insang dalam yang terletak dalam ruang insang. Vesica metatoria (gelembung renang) berfungsi sebagai alat hydrostatis dengan menyesuaikan diri ke dalam air. Penyesuaian ini dilakukan dengan jalan mengeluarkan dan memasukkan (menyerap) gas-gas dari pembuluh darah. Pada

ikan tertentu gelembung udara berfungsi membantu alat respirasi sebagai alat respirasi. Ada yang berfungsi sebagai alat perasa atau penghasil suara (Jasin, 1989). Menurut Hildebrand (1995) ikan Nilem memiliki organ-organ pencernaan berupa intestine, hepar, dan vesica felea. Lien dan vesica felea terdapat disebelah dalam intestine, dan akan tampak setelah intestine direntangkan. Ductus choleoduchtus merupakan saluran pada empedu yang menghubungkan kantung empedu dengan usus melalui saluran empedu pendek. Menurut Storer and Usinger (1961), sistem pencernaan ikan terdiri dari : rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. Farink terdapat insang di sisi dan samping lalu ke esophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum. Pyloric value terpisah belakang dari intestine. Tiga tubular pyloric caeca, fungsi mengabsorpsi, mengambil ke intestine. Tiga hati besar di dalam rongga tubuh dengan kantung empedu dan saluran ke intestine. Pankreasnya tidak jelas. Menurut Ville et al. (1964), pada sejumlah hewan laut dan hewan air tawar, telur dan sperma dilepaskan ke dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi di luar tubuh dan fertilisasi ini disebut fertilisasi eksternal. Ikan jantan terdapat testis yang panjang. Testis terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan. Sistem urinaria atau eksresi pada ikan adalah ren yang terjadi dari mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal

abdomen, kanan dan diri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna analis (Radiopoetro, 1977). Menurut Radiopoetro (1977), Sistem genitalia pada ikan Nilem betina terdiri dari sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduct,yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Setelah umur satu tahun, Osteochillus hasselti biasanya telah dewasa. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur dilekatkan kepada tumbuhtumbuhan yang ada di dalam air.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) merupakan hewan air, termasuk phylum : Chordate, subphylum : Vertebrata, class : Pisces, ordo : Ostariophysi, family : cyprinidae, spesies : Osteochillus hasselti. 2. Tubuh ikan Nilem terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). Seluruh badannya bersisik dan terdapat gurat sisi. 3. Ikan Nilem memiliki bentuk tubuh panjang dan pipih dengan sirip di bagian dada, perut, ekor dan punggung. 4. Sistem pencernaannya terdiri atas lidah, hati, gastrum, intestine, pankreas, kantung empedu. 5. Sistem pernafasan ikan Nilem terdiri dari insang dan vesica metatoria (gelembung renang). 6. Sistem eksresi atau urinaria pada ikan Nilem terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. 7. Sistem genitalia pada ikan Nilem betina terdiri atas sepasang ovaria yang panjang, oviduct, dan sinus urogenitalis. 8. Fertilisasi pada ikan Nilem adalah fertilisasi eksternal.

DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta. Djuhanda, T. 1981. Anatomi dari Empat Species Hewan vertebrata. Armico, Bandung. Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. John Willey and Sons, Inc, New York. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Sinar Jaya, Surabaya. Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta. Kirwanto, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. KaryaBani, Jakarta. Prawirohartono. 1989. Biologi. Erlangga, Jakarta. Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Storer, I. Tracy; Usinger, Robert L. 1957. General of Zoology. Mc Graw Hill Book Company Inc. New York. Ville, C. A., W. F. Walker,and Frederick E. S. 1964. General Zoology Second Edition. W. B. Saunders Company, Philadelphia and London. Weichert, Charles K. 1984. Element of Chordate Anatomy 4th Edition. McGraw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

ANATOMI KATAK SAWAH (Rana cancrivora ♀)

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: : : : :

Swastika Oktavia B1J007013 VII 2 Nurul Azizah Eldirani

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008

I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Amphibia berasal dari kata “amphi” artinya rangkap dan “bios” artinya hidup. Jadi amphibia berarti hewan yang hidup dalam dua fase kehidupan, yaitu dari kehidupan air menuju kehidupan darat. Kedua fase strukturnya menunjukkan bahwa amphibi merupakan kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan air (Radiopoetro, 1977). Menurut Walter&Sayles (1959) hewan yang dapat hidup di dua habitat yang berbeda, pasti akan menjumpai dua kelompok musuh, di air dan di darat. Tetapi di waktu yang sama hewan ini juga memiliki dua kesempatan untuk melarikan diri, air dan darat. Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di dalam perairan dalam, tetapi menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Sebagaimana halnya dengan jenis ikan, katak tidak mempunyai leher. Kulitnya lunak dan agak berlendir. Tidak mempunyai ekor, karena menghalang-halangi gerak meloncat. Fungsi kulit pada katak yaitu untuk melindungi tubuh dari lingkungan luar dan sebagai alat pernafasan. Untuk terjadinya pernapasan melalui kulit, kulit katak dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir agar permukaan kulit selalu basah. Bentuk kelenjar kulit pada katak seperti piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melalui epidermis yang bermuara di permukaan kulit. Katak sawah (Rana cancrivora) dipilih untuk mewakili kelas amphibia karena mudah didapat, ukuran besar, dan dapat menunjukkan banyak persamaan

dalam bentuk dan fungsi dengan vertebrata tinggi termasuk manusia. Susunan tubuh mudah dipelajari, cara hidup sederhana, dan mudah dipelajari. Sebagian katak sawah hidup di sawah. Badan katak bisa tumbuh mencapai 10 cm, dan dapat dikenali dengan melihat bercak-bercak coklat pada punggung dari depan ke belakang. Daging yang berwarna putih akan tampak, jika kulit dibedah (Susanto, 1989).

B.

TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati anatomi tubuh katak sawah betina (Rana cancrivora ♀).

II.

KERANGKA PEMIKIRAN

Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang mula-mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva disebut berudu. Pada kedua fase ini struktur dan fungsinya menunujukkan sifat antara pisces dan reptilia serta menunjukkan bahwa amphibia merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya : kaki, paru-paru, nares (nostril), yang mempunyai hubungan dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi baik dalam air maupun di darat (Jasin, 1989). Katak sawah (Rana cancrivora) termasuk ordo Anura. Dalam ordo ini, amphibi pandai melompat. Kepala dan tubuhnya bersatu, tidak mempunyai leher dan juga tidak mempunyai ekor. Katak tidak mempunyai ekor, karena menghalang-halangi gerak meloncat. Anggota gerak depan lebih pendek dan kecil dibandingkan yang belakang. Jari-jarinya hanya ada empat buah. Jari-jari anggota belakang ada lima buah. Anggota gerak bagian belakang ini jauh lebih besar dan panjang. Otot pahanya besar dan kuat untuk meloncat. Untuk memudahkan berenang, di antara jari-jari kaki belakang terdapat selaput renang. Fertilisasinya eksternal. Larva ( berudu) dengan ekor dan sirip-sirip median. Metamorfosis nyata dan mencolok. (Mahardono,1980).

Menurut Parker and Haswell (1951), kulit katak banyak mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang kutanea magna dari arteri kutanea. Dengan demikian, kulit katak memegang bagian penting dalam pernapasan. Katak bernapas dengan bebagai cara. Misalnya dengan kulit tipis dan lembab juga dengan selaput mulutnya, sehingga katak sering tampak memompa udara ke mulut, dengan menggerakkan rahang bawah. Cara lain dengan paru-paru. Paru-parunya mirip suatu percabangan usus belaka. Bentuknya panjang, tipis, dan meruncing ke ujung. Karena dari lubang hidung ada saluran yang langsung ke rongga mulut, maka katak sawah (Rana cancrivora) tidak mempunyai farink, tetapi langsung ke laring (Mahardono, 1980). Kaki depan pendek dan kaki belakang panjang berguna untuk melompat. Katak termasuk hewan poikilothermis, dimana suhu katak dipengaruhi oleh lingkungan. Saluran

pencernaan dimulai dari rongga mulut, kerongkongan,

lambung, usus, dan poros usus. Panjang usus relatif pendek , hal ini bersesuaian dengan makanannya yaitu serangga (Tjitrosoepomo, 1974). Hampir semua amphibia berkembangbiak dalam air. Sebagian besar bersifat ovipar, fertilisasi terjadi di luar dan telur berkembang menjadi larva yang dapat berdiri sendiri. Fertilisasi katak termasuk fertilisasi eksternal. Katak sawah betina memiliki tubuh yang lebih besar dari kodok jantan. Katak menghasilkan ribuan atau ratusan telur yang memenuhi sebagian (Claude,1988).

besar rongga tubuh

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

A.

Alat

Alat–alat yang digunakan adalah bak preparat, gunting bedah, pinset, dan alat penunjuk preparat.

B.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah Katak Sawah (Rana cancrivora ♀), air kran, kloroform, formalin atau eter, dan tissue.

C.

Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Katak yang masih hidup mula-mula dibius dengan larutan formalin atau eter. 2. Setelah mati lemas katak diletakkan dengan bagian dorsalnya pada bak preparat. 3. Pengguntingan dimulai dari medio-posterior ke arah anterior kemudian seluruh kulit ventral dilepaskan. 4. Bagian-bagian tubuh katak diamati dan gambar yang ada diberi keterangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Anatomi Luar Katak Sawah (Rana cancrivora) Keterangan Gambar : A. Caput

B. Truncus

1. Nares eksterna

6. Membrana nictitans

2. Cavum oris

7. Membrana timpani (tuba

3. Organon visus

audiotivus)

4. Palpebra superior

8. Ekstrimitas anterior

5. Palpebra anterior

9. Ekstrimitas posterior

Gambar 2. Cavum Oris Katak Sawah (Rana cancrivora) Keterangan Gambar : 1. Maksila 2. Choane 3. Premaksila 4. Mandibula 5. Tuba eustachius 6. Oesophagus 7. Glotis 8. Lidah

Gambar 3. Otot-otot Ekstrimitas Posterior Katak Sawah (Rana cancrivora) Keterangan Gambar : 1. Femur

9. Musculus gastrocnemus

2. Musculus trisep femuris

10. Musculus tibialis posticus

3. Musculus gracilis minor

11. Musculus tibialis anticus longus

4. Musculus sartorius

12. Musculus tibialis anticus brevis

5. Tulang osteofemur

13. Tulang tibio fibula

6. Musculus gracilis mayor

14. Web

7. Musculus adductor magnus

15. Pest

8. Crush

Gambar 4. Otot-otot Bagian Ventral Tubuh Katak Sawah (Rana cancrivora) Keterangan Gambar : 1. Musculus deltoideus

10. Inscriptio tendinae

2. Musculus pars skapularis

11. Linea alba

3. Musculus coracoidialis

12. Sternum

4. Musculus epicoracoidialis

13. Musculus pars Episternalis

5. Musculus obliquus eksternus

14. Musculus pectoralis

6. Musculus obliquus internus

15. Musculus subhyoideus

7. Musculus abdominalis

16. Musculus submandibularis

8. Musculus parstenalis

17. Os. Mandibula

9. Musculus rectus abdominis

Gambar 5. Sistem Pencernaan Katak Sawah (Rana cancrivora) Keterangan Gambar : 1. Hati (hepar)

7. Ductus choleodocus

2. Vesica felea

8. Pilorus

3. Ductus hepaticus

9. Intestin

4. Pankreas

10. Colon (usus besar)

5. Duodenum

11. Rectum

6. Gastrum (lambung)

12. Kloaka

Gambar 6. Sistem Genitalia Katak Sawah (Rana cancrivora ♀) Keterangan Gambar : 1. Telur 2. Ovarium 3. Ginjal 4. Ureter 5. Vesica urinaria 6. Kloaka

B. Pembahasan

Hasil pengamatan anatomi Katak Sawah didapatkan hasil bahwa tubuh katak tersusun atas caput, truncus, extrimitas anterior (kaki depan), extrimitas posterior (kaki belakang). Katak mempunyai kulit yang berlendir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahardono (1980) yang menyatakan bahwa tubuh katak tersusun atas bagian kepala, badan, dan anggota gerak, sebagaimana halnya dengan jenis ikan, katak tidak memiliki leher. Katak tidak mempunyai ekor karena dapat menghalangi gerak melompat. Kepala katak lebar dan pipih, mempunyai lidah yang panjang, lubang hidung tertutup katup pada saat katak menyelam di air. Matanya menonjol di sisi kepala, sisi belakang mata terdapat selaput gendang telinga. Tubuh katak menunjukkan keadaan yang serupa dengan anggota-anggota lain dalam ordonya (Anura), menjadi diperpendek. Oleh sebab itu, tidak ada cauda. Hewan-hewan yang berenang dalam air antara caput dan truncus tidak jelas (Radiopoetro, 1991). Kepala katak sawah menyatu pada badan, lubang hidung, dan mata terletak pada bagian atas kepala. Katak mengalami metamorfosis dari insang dan paru-paru untuk bernapas di darat, selain itu kulit juga digunakan untuk bernapas. Beberapa katak hidup di air, oksigen diabsorbsi dengan menggunakan pundi-pundi kulit. Modifikasi pada kulit meningkatkan area permukaan respirasi (Halliday, 1994). Rana cancrivora

mempunyai dua pasang extrimitas yaitu extrimitas

anterior dan posterior. Susunan musculusnya berhubungan dengan kompleks dari extrimitas posterior (Radiopoetro, 1977). Pada masa berkembang biak katak

jantan dapat dikenali melalui extrimitas posterior, yaitu pada medio ventral jari pertama terdapat penebalan kulit dengan hyperpigmentasi. Penebalan berguna untuk memegang hewan betina pada waktu meletakkan telur-telurnya dalam fertilisasi (Yatim, 1990). Sistem pencernaan pada katak terdiri atas rongga mulut (cavum oris), faring, oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon, dan cloaca. Cavum oris ialah lebar. Bangunan-bangunan yang berada di dalam cavum oris ialah dentes dan lingua. Di dasar cavum oris sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior. Ujungnya berlekuk sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida. Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan mangsanya ke dalam mulut (Radiopoetro,1977). Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan makanan yang terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan. Kerongkongan pada bangsa ikan dan amphibian lebih pendek daripada bangsa reptilian karena pada bangsa ikan dan amphibian tidak mempunyai leher (Kent,1983). Lubang Choane (rongga mulut berhubungan dengan rongga hidung melalui nares interna) pada amfibi, dimana lubang choane terletak di bagian depan dari langit-langit primer (Djuhanda,1982). Sistem respirasi terdiri dari paru-paru, laring, glottis. Pertukaran gasnya terdapat di kulit dan paru-paru. Pembuluh darah adalah tempat masuknya oksigen dan keluarnya karbondioksida (Manter,et al.,1959). Mekanisme pernapasan meliputi dua fase,yaitu inspirasi atau menghisap udara ke dalam pulmo dan ekspirasi atau mengeluarkan udara dari

pulmo,keduanya dilaksanakan dalam keadaan mulut tertutup. Pernapasan melalui kulit pada katak dapat berlangsung baik di darat maupun di air. Pada stadium larva pernapasan berlangsung melalui insang yang terbentuk dari perluasan epithelium pharynx (Radiopoetro,1977). Saluran reproduksi betina pada katak, tiap oviduk merupakan suatu saluran sederhana berkelompok yang menjulur dari bagian anterior rongga tubuh ke kloaka. Oviduk mempunyai sel kelenjar yang mensekresi lapisan jeli di sekitar telur, dan bagian bawah melebar untuk penampungan telur sementara, tetapi selain itu oviduk tidak mengalami spesifikasi. Karena katak kawin di dalam air, maka fertilisasi terjadi di luar. Induk katak betina yang bunting namun tidak mendapatkan pejantan yang bersedia mengawininya biasanya akan menyerap kembali telurnya (Susanto,1994). Menurut Radiopoetro (1977), katak betina memiliki sepasang ovaria yang besar, berupa kantong yang melipat-lipat, terdiri atas banyak lobi. Ovaria yang sudah masak menempati hampir seluruh bagian celom. Telur-telur katak ialah kecil, membulat, berpigment, dan diameternya ± 1,6 mm. Telur bersifat teloecithal. Telur-telurnya dikeluarkan ke dalam air dalam kelompok-kelompok. Klasifikasi Rana cancrivora ♀ menurut Jasin (1989) adalah Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Amphibia

Ordo

: Anura

Familia

: Ranidae

Genus

: Rana

Spesies

: Rana cancrivora

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Katak Sawah termasuk ke dalam phylum chordata, subphylum vertebrata, class amphibia, ordo anura, familia ranidae dengan nama spesies Rana cancrivora. 2. Tubuh katak terdiri dari caput, trucus, cauda, extrimitas anterior, extrimitas posterior. 3. Katak Sawah (Rana cancrivora) merupakan hewan amphibia yang dapat hidup di dua habitat air dan darat, dengan menggunakan insang, paru-paru, dan kulit. 4. Katak tidak mempunyai cauda karena dapat menghalangi sewaktu melompat. 5. Fertilisasi pada katak termasuk fertilisasi eksternal.

DAFTAR REFERENSI

Claude A. Vilee, dkk. 1988. Zoologi Umum edisi 6. Jakarta: Erlangga. Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amico, Bandung. Halliday, et al. 1994. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibian. Andromeda Oxford, Inggris. Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya. Kent, George C.1983. Comparative Anatomy of the Vertebrata. C.V. Mosby Company St. Louis. Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. PT Internusa, Jakarta. Manter, H.W. dkk. 1959. Introduction to Zoology. Harper dan Row Publisher, New York. Parker, T. J, and W. A. Haswell. 1951. A Text Book of Zoology II. Mac Millan and Co., Ltd., London. Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Tjiptrosoepomo, G. 1974. Makhluk Hidup II. Yayasan Usaha Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Walter, H, E & Sayles, L, P. 1959. Biology of The vertebrates. The Macmillan company, Floral Park, N. Y. Yatim, W. 1990. Biologi Modern: Histologi. Tarsito, Bandung.

ANATOMI KADAL (Mabouya multifasciata ♀)

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: : : : :

Swastika Oktavia B1J007013 VII 2 Nurul Azizah Eldirani

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Mabouya multifasciata atau kadal adalah salah satu jenis reptilia yang hidup di darat. Kadal ini merupakan jenis kelompok kadal yang paling banyak di Afrika, kepulauan Indonesia, dan Australia. Jumlah spesies kadal ini melampaui jumlah familia reptil yang lainnya. Separuh atau lebih spesies terdapat di Asia Tenggara dan hanya kira-kira 50 spesies saja yang berada di belahan bumi barat. Kadal adalah vertebrata dengan kulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atau papan-papan epidermal. Tengkorak biasanya sedikit tertekan lateral, dengan sebuah kondil oksipital. Sabuk-sabuk badan (girdle) tumbuh baik. Tubuh kadal terbagi menjadi tiga bagian,yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). Tubuh kadal ditutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat tanduk di permukaannya tanpa adanya kelenjar-kelenjar lendir. Kadal bernafas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks dari amphibian. Ginjal kadal bertipe metanerfos. Fertilisasinya internal dan bersifat ovovivipar yang menghasilkan telur dengan banyak kuning telur. Telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduk (saluran telur) hewan betina. Saluran telur itu disebut uterus. Mabouya multifasciata digunakan sebagai preparat praktikum untuk mewakili class reptilian. Praktikum ini menggunakan Mabouya multifasciata karena hewan ini tidak berbisa sehingga tidak berbahaya. Selain itu, hewan ini mempunyai struktur morfologi dan anatomi yang mudah diamati.

B.

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari dan mengamati susunan anatomi Mabouya multifasciata ♂ baik bagian luar maupun dalam.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Kadal merupakan hewan berkaki empat, kebanyakan hidup di atas tanah berumput, diantara bebatuan, pepohonan, ada juga yang hidup di gurun pasir. Umumnya kulit mengkilap dan berwarna kehijauan sampai coklat. Kulit hewan ini bersisik sehingga mudah beradaptasi di udara kering (Anonim, 1982). Kulit pada reptilia tidak berfungsi untuk pertukaran gas sehingga tidak ada percampuran darah dalam dan darah berasal dari luar. Sistem reproduksi dari reptil terjadi secara internal dan sebagian besar dari reptil bersifat ovipar dan telur berkembang di luar tubuh (Manter & Miller, 1959). Tubuh kadal memanjang, tertekan lateral, berkaki empat, kuat dan dapat digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu di bagian anterior dan tulang pterigoid, berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan. Sabuk pectoral dapat berkembang baik dan mulut lengkap. Ekornya digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari (Ville et al., 1998). Subordo lacertilia pada bagian rahang bawah bersatu sehingga kadal kurang dapat membuka mulutnya. Hewan ini mempunyai dua pasang anggota badan yang bersifat pentadactil. Membran thympani tidak cembung dan celah auris external jelas terlihat. Palpebra superior dan inferior dapat digerakkan, juga membran nictitansnya (Radiopoetro, 1977). Mabouya multifasciata mempunyai kemampuan bergenerasi pada bagian ujung ekor yang lepas. Hal ini terjadi jika ekor kadal dipegang, maka vertebrata ini akan melepaskan ekornya untuk melarikan diri (Storer, 1957).

Kelebihan utama reptilia adalah perkembangan telurnya. Telur tersebut bercangkang dan berisi kuning telur. Telur ini dapat diletakkan di atas tanah tanpa kemungkinan kering (Kimball, 1991). Fertilisasi kadal termasuk fertilisasi internal. Kadal bersifat ovovivipar dan menghasilkan telur dengan banyak kuning telur, dan telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduk hewan betina. Embrio dikelilingi oleh amnion, horion, dan alantois (Brotowidjoyo, 1993). Sistem pencernaan terdiri dari tenggorokan yang panjang dan lambung yang masih sederhana. Jantung kadal memanjang berwarna merah tua yang didepannya terlihat batang trachea. Jantung terdiri dari tiga lobi, yakni dua atrium dan satu ventrikel. Paru-paru kadal sudah berkembang dengan baik dan ukurannya cukup besar (Djuhanda, 1982).

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

A. Alat

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penususk.

B. Bahan Bahan yang digunakan adalah Kadal (Mabouya multifasciata ♂), air kran, kloroform, formalin, dan tissue.

C. Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kadal dimasukkan ke larutan eter dan dibiarkan sampai mati lemas. 2. Setelah mati kadal dibedah. Pembedahan dimulai dengan pengguntingan di depan lubang kloaka ke sisi kiri dan kanan tubuh kemudian ke arah depan melewati kaki depan smpai ke tengah rahang atas. 3. Hemipenis kadal dapat diketahui dengan cara menekan pangkal ekor. 4. Bagian-bagian rongga mulut dapat diketahui dengan cara menggunting kedua sudut mulut lebar-lebar, rahang dibuka kemudian ditarik bagian atas dan bawah, maka bagian dalam akan kelihatan. 5. Bagian-bagian dalam tubuh reptil diamati dan digambar serta diberi keterangan gambar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Anatomi Luar Kadal (Mabouya multifasciata) Keterangan Gambar : A. Caput 1. Organum visus 2. Lubang hidung 3. Cavum oris 4. Nares eksterna 5. Ekstrimitas anterior 6. Ekstrimitas posterior

B. Truncus

C. Cauda

Gambar 2. Cavum Oris Kadal (Mabouya multifasciata) Keterangan Gambar 1. Os. maksila 2. Pallatum durum 3. Pallatum molar 4. Oesophagus 5. Nesofarink 6. Farink 7. Lingua 8. Tuba eustachius 9. Glotis 10. Os. mandibula

:

Gambar 3. Sistem Pencernaan Kadal (Mabouya multifasciata) Keterangan Gambar

:

1. Gastrum (lambung) 2. Hati (hepar) 3. Kantung empedu (vesica felea) 4. Pylorus 5. Pankreas 6. Duodenum 7. Ductus choledocus 8. Intestin 9. Rectum 10. Kloaka

Gambar 4. Sistem Genitalia Kadal (Mabouya multifasciata ♂) Keterangan Gambar

:

1. Testis

6. Vesica urinaria

2. Epididimis

7. Hemipenis

3. Vas defferen

8. Kloaka

4. Ginjal (Ren)

9. Uterus

5. Ureter

B. Pembahasan

Hasil pengamatan anatomi kadal didapatkan hasil bahwa tubuh kadal (Mabouya multifasciata) terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Kadal mempunyai dua pasang kaki yang terletak pada bagian bawah, sepasang di depan, dan sepasang di belakang. Kulit kadal umumnya tertutup oleh lapisan squama epidermal yang menanduk, di bawahnya disokong oleh lamina derminalis

yang menulang.

Lubang pelepasan berupa celah tranversal

(Radiopoetro, 1977). Mabouya multifasciata mempunyai kulit yang bersisik dan kering. Kulitnya yang kurang menembus air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit sedikit. Tulang rusuk pada kadal dapat bergantian merenggang kemudian merapat karena terdapat perangkat otot-otot tulang rusuk yang yang berlawanan (Kimball, 1991). Sistem sirkulasi dari kadal berupa jantung yang memperlihatkan kemajuan daripada amphibi meskipun aliran darah arteri dan vena tidak seluruhnya terpisah. Jantung terbungkus oleh suatu membran transparan, yaitu perikardium, dan dibatasi oleh endokardium (Parker and Haswell, 1978). Jantung kadal mempunyai empat ruang, dua atrium, dan dua ventrikel. Akan tetapi, sekat dari ventrikel kanan dan kiri belum sempurna, sehingga terlihat jantung hanya terdiri dari tiga ruang (Djuhanda, 1982). Sistem peredaran darah pada kadal adalah peredaran ganda yang strukturnya hampir sempurna. Menurutt Weichert (1984), pada reptil conusnya terbagi menjadi tiga saluran,yaitu :

-

Truncus pulmonalis,yaitu conus yang mengarah ke paru-paru,

-

Truncus sistemik kiri,

-

Truncus sistemik kanan,yang keluarnya dari truncus sistemik kiri dan kanan mengarah ke peredaran darah umum atau seluruh tubuh. Truncus sistemik yang sebelah kanan pada kadal cenderung berhubungan

pada ventrikel kiri dan atrium kanannya berhubungan dengan ventrikel kiri,sehingga darah campuran akibatnya cenderung memasuki ke lengkung sistemik kiri dan darah yang mengangkut oksigen masuk ke dalam lengkung kanan. Hal ini mungkin disebabkan tidak adanya persamaan antara septum interatrial, septum inter-ventriculer, dan klep-klep di dalam conus. Sistem pencernaannya terdiri dari hepar, gastrum, lien, pankreas, duodenum, ductus choleodocus, rectum dan kloaka. Pada reptilia selain mempunyai kelenjar ludah, yang letaknya di dasar rongga mulut, dilengkapi juga kelenjar rongga mulut di depan antar lidah dan bagian depan dari rahim bawah. Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan makanan yang terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan, dinding kerongkongan sebagian besar strukturnya terdiri dari otot polos. Kadal mempunyai bentuk kerongkongan yang lebih panjang daripada bengsa ikan dan amphibi karena pada kadal sudah memiliki leher. Intestinum (usus) adalah salah satu organ sistem pencernaan yang bentuknya mirip seperti selang atau saluran, mulai dari bagian pylorus sampai pada bagian kloaka atau anus. Pada bangsa vertebrata tingkat tinggi bentuk ususnya panjang dan berkelok-kelok. Pankreas terletak di bagian duodenum. Pancreas pada umumnya terdiri dari dua bagian : bagian eksokrin yang

menghasilkan getah pankreas dan fungsinya untuk membantu dalam pencernaan makanan, kemudian bagian endokrin yang menghasilkan hormon insulin yang berfungsi untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. Pada kadal pankreas terdapat pada pertemuan antara lambung dengan duodenum (Orr, 1976). Sistem urogenital terdiri dari ginjal sepasang berbentuk tidak teratur, berwarna merah tua, terdiri dari dua lobi anterior dan posterior (Parker and Haswell, 1978). Kadal mempunyai kantong kemih atau kantong urine yang berfungsi membawa air untuk melembabkan tanah yang akan digunakan sebagai sarang. Ureter bermuara dalam kloaka dan akan diserap kembali ke dalam kantong urine (Djuhanda, 1982). Testis pada kadal mempunyai kecenderungan bahwa satu testis terletak lebih tinggi dari testis yang lain. Bagian dari ductus wolffi dekat testis berkelokkelok untuk membentuk epididymis. Ductus wolffi ke arah posterior menjadi ductus deferens yang biasanya lurus, tetapi ada pula yang berkelok-kelok (Radiopoetro, 1977). Hewan yang bertelur seperti aves dan reptil, pasokan oksigen melalui udara langsung dari lingkungan melalui umbilicus pada telur. Pada kadal, paruparu memperlihatkan struktur yang sempurna, bentuknya mirip kantung, pada permukaan dinding dalam terjadi pembagian ruang berupa kantung-kantung alveoler. Paru-paru kadal mempunyai struktur yang sempurna karena mempunyai saluran tengah yang letaknya longitudinal dan merupakan kelanjutan dari bronchus. Pada proses pernapasan antara amphibian dan reptilian ada sedikit perbedaan, pada reptilia proses masuknya udara kedalam paru-paru yaitu dengan

cara dihirup, sedangkan pada amphibi proses pengambilan udara dilakukan dengan menelan udara yang dibantu oleh rongga mulut (Storer,1957). Klasifikasi Mabouya multifasciata menurut Brotowidjoyo (1993), adalah sebagai berikut : Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Reptilia

Ordo

: Squamata

Subordo

: Lacertilia

Familia

: Scincidae

Genus

: Mabouya

Spesies

: Mabouya multifasciata

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kadal (Mabouya multifasciata) termasuk phylum : Chordata, subphylum : Vertebrata, class : Reptilia, ordo : Squamata, subordo : Lacertilia, famili : Scincidae, genus : Mabouya, spesies : Mabouya multifasciata. 2. Tubuh kadal terbagi tiga yaitu: kepala, badan, dan ekor. Kadal mempunyai sistem pernapasan, reproduksi, ekskresi, peredaran darah, dan persyarafan. 3. Sistem pencernaan pada kadal terdiri dari hepar, gastrum, lien, pankreas, duodenum, ductus choleodocus, rectum dan kloaka. 4. Sistem peredaran darah pada reptil adalah peredaran ganda yang strukturnya hampir sempurna. 5. Sistem respirasi pada kadal terdiri dari trachea, larink, bronchus dan pulmo. 6. Sistem ekskresi kadal terdiri dari ginjal, kantong kemih, dan ureter. 7. Sistem genitalia kadal jantan terdiri dari testis, epididymis, dan ductus wolffi.

DAFTAR REFERENSI

Anonim. 1982. Ensiklopedia Fauna Indonesia. Ictiar Baru, Jakarta. Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Penerbit Erlangga Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 1. Armico, Bandung. Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid 3. Erlangga, Jakarta. Manter & Miller. 1959. Introduction to Zoology. Harper and Row Publisher, New York. Orr, T, Robert. 1976. Vertebrate Biology 4th Edition. WB. Sounders Company, Philadelphia. Parker, T. J. & Haswell, W. A. 1978. Text Book of Zoology II Vertebrates. The Mac Millan Press, New York. Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Storer, I. Tracy; Usinger, Robert L. 1957. General of Zoology. Mc Graw Hill Book Company Inc., New York. Ville, C. A, Walker, W. F, and Smith, F. E. 1998. General Zoology. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Weichert, Charles K. 1984. Element of Chordate Anatomy 4th Edition. McGraw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

ANATOMI BURUNG MERPATI (Columba domestica ♂)

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: : : : :

Swastika Oktavia B1J007013 VII 2 Nurul Azizah Eldirani

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aves merupakan vertebrata yang hidup di darat, memiliki bulu hampir di seluruh tubuhnya dan sayap yang berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal sehingga dapat digunakan untuk terbang. Selain itu, aves mempunyai kaki yang dapat digunakan untuk berjalan, bertengger maupun berenang (dengan selaput interdigital), tidak bergigi dan mempunyai paruh yang berbeda-beda sesuai jenis makanannya. Beberapa aves mempunyai daya tarik tersendiri bagi manusia. Banyak diantaranya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sehingga dibudidayakan untuk diambil telur, daging, keindahan bulu dan suaranya. Columba domestica merupakan salah satu dari class aves. Burung ini termasuk hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan ovipar atau bertelur. Columba domestica mampu mengenal habitatnya. Ketika burung ini dilepas maka ia akan kembali ke sarangnya. Columba domestica kebanyakan hidup di pepohonan, beberapa diantaranya hidup di tanah dan species lainnya hidup di batu karang. Burung merpati merupakan hewan peliharaan yang hidup berkelompok dan umumnya membuat sarang yang sederhana. Telur dierami oleh induk betina dan induk jantan secara bergantian selama 2,5 minggu. Telur menetas menjadi anak burung dara. Pertumbuhannya cepat, setelah 2 minggu dapat terbang meninggalkan sarangnya. Columba domestica diambil sebagai bahan praktikum karena mempunyai tubuh yang relatif besar sehingga mudah diamati. Harganya yang cukup murah

dan mudah didapat juga menjadi pertimbangannya. Disamping itu, Columba domestica juga mempunyai organ-organ yang lengkap untuk mewakili class aves.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari anatomi (Columba domestica ♂) baik dari luar maupun bagian dalam.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Semua burung yang hidup sekarang ditempatkan dalam sekelas Neornithes. Berlawanan dengan subkelas yang ada, yang satu ini ditandai dengan bulu-bulu ekor yang tersusun seperti kipas pada ujung ekornya dan mempunyai sumbu tulang yang pendek. Tulang-tulang didalam taju berfusi satu sama lainnya, kotak otak, kaki dan tangannya pendek ( Hildebrand,1983). Burung merpati merupakan hasil domestikasi dari Columba livia. Tubuh burung merpati terdiri atas caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), dan cauda (ekor). Ordo ini mempunyai ciri-ciri paruh pendek dan langsing dengan cora pada pangkalnya serta ingluvies besar (Radiopoetro,1977). Burung mempunyai karakteristik tertentu yaitu seluruh tubuhnya ditutupi bulu, kecuali bagian crus yaitu daerah tarso metatarsus yang ditutupi sisik-sisik tanduk. Bulu merupakan hasil pertumbuhan epidermis yang berguna untuk mengisolasi panas tubuh terhadap keadaan sekitarnya, temperatur tubuh Columba domestica relatif stabil. Hal lain yang membedakan aves dengan vertebrata rendah lainnya yaitu temperatur tubuh, kemampuan untuk terbang, perkembangan suara, pendengaran, dan penglihatan serta cara memelihara telur dan anaknya (Djuhanda,1982). Columba domestica memiliki pendukung tubuh yang berada pada kaki bagian belakang, dan sisa dari kaki bagian berubah menjadi bagian yang membantu untuk terbang. Sayap tersusun atas bulu-bulu yang banyak tergabung untuk menutupi lengan, sebagai konsekuensi dari kaki depan atau lengan yang termodifikasi tersebut dan dengan beban yang berat pada saat terbang maka tidak

dapat digunakan untuk menahan atau memegang makanan. Merpati menghasilkan bahan-bahan yang bersifat fecal, untuk mengurangi berat beban pada saat terbang. Merpati tidak mempunyai tempat persediaan untuk menyimpan makanan yang sesuai sehingga dengan segera akan dikeluarkan (Walter, 1965). Burung umumnya mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit sekali. Struktur tambahan dari kulit adalah bulu yang mengandung penandukan yang kuat sekali. Bagian bawah dari kaki dan jari ditutupi sisik tanduk seperti yang terdapat pada arcnousourium dan ini tidak pernah mengelupas. Paruh juga mengalami penandukan, bulu dimulai dengan jalan membentuk suatu penonjolan mesoderm yang dinamakan papilla dermis yang ditutupi eksoderm (Hildebrand, 1983). Semua pencernaan pada burung terdiri dari lidah, oesophagus, tembolok, lambung, intestine, caecum, hati, pancreas, jejunum, ileum, rectum dan kloaka. Tembolok hanya terdapat pada aves. Tembolok ini berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan dan membasahi makanan karena terdapat kelenjar susu yang disebut pigeon milk (Storer and Usinger,1961).

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

A.

Alat

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, dan jarum penusuk.

B.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah burung merpati (Columba domestica ♂), air kran, eter, dan tissue.

C.

Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Burung merpati (Columba domestica) dibius dengan menggunakan larutan eter sampai mati lemas. 2. Sebelum pembedahan dilakukan, pertama-tama bulu-bulu pada daerah dada, perut, dan leher dibasahi kemudian dicabuti sebersih mungkin. 3. Pembedahan dimulai dengan melepaskan kulit yang membalut daerah dada, tembolok, dan leher terlebih dahulu. Di daerah tersebut terdapat otot yaitu carina sterni dan basii sterni. Pembedahan mula-mula dilakukan pada bagian sepanjang carina sterni dengan menggunakan pisau.

4. Pembedahan dilanjutkan pada daerah perut, pengguntingan dimulai dari depan kloaka menuju ke depan ke sebelah kiri dan kanan basi sternum, dengan memotong rusuk-rusuk sampai ke tulang furcula. 5. Untuk mengamati sistem pencernaan lebih sempurna, dilakukan dengan melepaskan organ-organ dari rongga perut yaitu dengan menggunting ujung dari lambung bagian anterior dan pangkal dari rectum. 6. Semua organ-organnya diamati dan digambar kemudian diberi keterangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Anatomi Caput Merpati (Columba domestica) Keterangan Gambar : 1. Paruh

6. Palpebra superior

2. Paruh superior

7. Palpebra inferior

3. Paruh inferior

8. Membrana nictitans

4. Nares externa

9. Organon visus

5. Cerome

10. Lubang telinga

Gambar 2. Macam-macam dan Bagian-bagian Bulu Merpati (Columba domestica) Keterangan Gambar : A. Plumae

C. Filoplumulae

B. Plumulae

D. Bulu kapas

1. Umbilicus inferior

5. Rami

2. Calamus

6. Radii

3. Umbilicus superior

7. Radioli

4. Rachis

8. Vexillum

Gambar 3. Cakar Merpati (Columba domestica) Keterangan Gambar : 1. Unguis 2. Sub unguis

Gambar 4. Otot-otot Ventral Merpati (Columba domestica) Keterangan Gambar : 1. Foramen trioceus 2. Tulang humerus 3. Musculus pectoralis mayor 4. Musculus pectoralis minor 5. Carnia sterni 6. Basii sterni

Gambar 5. Sistem Pencernaan Merpati (Columba domestica) Keterangan Gambar : 1. Oesophagus

9. Pankreas

2. Ingluvius

10. Ductus pankreaticus

3. Pylorus

11. Duodenum

4. Hepar

12. Jejunum

5. Ductus hepaticus

13. Ileum

6. Proventriculus

14. Caecum

7. Ventriculus

15. Rectum

8. Limfa

16. Kloaka

Gambar 6. Paru-paru dan Kantung Udara Merpati (Columba domestica) Keterangan Gambar : 1. Trachea

6. Inter clavicular

2. Servikal

7. Torachie

3. Primary bronchus

8. Posterior torachie

4. Mesobronchus

9. Abdominal

5. Lung

10. Impression of rib

Gambar 7. Genitalia Merpati (Columba domestica ♂) Keterangan Gambar : 1. Testis 2. Ginjal 3. Epididimis 4. Ureter 5. Vas defferens 6. Vesica urinaria 7. Uretra

B. Pembahasan Hasil pengamatan anatomi burung Merpati (Columba domestica ♂) didapatkan hasil bahwa tubuh merpati terdiri atas kepala (caput), anggota badan (extrimitas/truncus), leher (cervix) dan ekor (cauda). Daerah kepala terdiri dari paruh, nares externa, mata, membran nictitans dan lubang telinga luar. Daerah anggota badan bagian depan berupa sayap yang seluruhnya ditutupi oleh bulu, sedangkan kakinya hanya pada paha dan betis saja, bagian crus yaitu daerah tarso metatarsus ditutupi oleh sisik tanduk. Daerah ekor terdapat kloaka yang berfungsi sebagai tempat keluarnya feses, urin, dan sel-sel kelamin jantan maupun telur pada hewan betinanya. Menurut Jasin (1989), klasifikasi dari Columba domestica adalah sebagai berikut: Divisio

: Carinatae

Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Aves

Subclass

: Neornithes

Ordo

: Columbiformes

Familia

: Columbidae

Genus

: Columba

Spesies

: Columba domestica

Menurut Yatim (1982) menyatakan bahwa kelenjar minyak bulu aves terdapat di sekitar kulit dan bermuara ke akar bulu. Getahannya disebut sebum, berguna untuk melepaskan bulu dan tidak jadi kering. Selain itu, perlu untuk

melapisi bagian luar kulit agar tahan terhadap benda asam, cuaca buruk, dan gesekan benda keras. Minyak yang digetahkan juga perlu vitamin D oleh sinar UV dan matahari. Ergosterol yang dikandung akan berubah manjadi vitamin tersebut. Sternum pada tubuh aves berhubungan dengan gelang bahu melalui tulang clavicula dan interclavicula. Hal itu dapat memperkukuh anyaman rusuk. Gelang bahu bagian ventral dari sternum terdapat suatu lunas yang dinamakan carina (Djuhanda, 1982). Bentuk paruh burung beraneka ragam sesuai dengan jenis makanan dan habitatnya. Burung mempunyai alat indra yang yang baik, matanya memiliki kelopak mata atas dan kelopak mata bawah yang dapat membuka dan menutup. Burung juga mempunyai selaput yang tembus cahaya yang terdapat pada sudut muka dari mata dan dapat bergerak dari muka ke belakang. Selaput tersebut disebut membrana nicitans (Djuhanda, 1982). Sistem pencernaan pada Columba domestica terdiri dari mulut, oesophagus, empedal, usus halus, usus besar, rectum dan kloaka. Menurut Jasin (1989), truncus digestivus dari Columba domestica terdiri dari cavum oris, dilanjutkan ke faring yang pendek, kemudian oesophagus yang panjang dan terjadi perluasan disebut crop, yaitu tempat sementara, dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian yang halus dan terakhir adalh rectum dan kloaka. Mekanisme pernapasan pada burung ada dua yaitu pernapasan waktu istirahat dan waktu terbang. Fase istirahat dilakukan oleh pars sternalis costae dan pars vertebralis costae, keduanya dihubungkan oleh suatu persendian sehingga dapat digerakkan. Pernapasan waktu istirahat terjadi dalam dua fase yaitu fase

inspiratiodan fase exparatio. Fase terbang yang sangat berfungsi adalah saccus interclavicularis dan saccus axillaries. Apabila sayap diturunkan saccus axillaris terjepit, sehingga saccus interclavicularis menjadi longgar dan sebaliknya (Radiopoetro, 1977). Sistem pernapasan burung merpati dimulai ketika udara dihisap ke dalam sepasang rongga hidung atau nares. Rongga hidung ini dipisahkan dari rongga mulut ke langit-langit keras. Hewan dapat bernapas walaupun makanan berada dalam mulut. Udara selanjutnya melalui choane dan faring, lalu masuk ke dalam laring yang dalam keadaan terbuka. Epiglottis menekuk ke belakang jika dinaikkan (Villee et al., 1988). Ginjal merupakan salah satu alat ekskresi pada merpati. Ginjal terletak sebelah dorsal dari selom di kedua sisi aorta. Ginjal pada semua vertebrata terdiri atas unit-unit yang disebut tubulus ginjal atau nefron yang ujungnya buntu dan menerima filtrat dari darah (Villee et al.,1988). Menurut Kastowo (1979), saluran keluar pada merpati mengarah ke posterior yaitu ureter yang bermuara ke vesica urinaria. Langkah pertama dalam pembentukan urin adalah penyaringan atau filtrasi. Sisa-sisa dan materi lain dibawa ke aliran darah oleh arteria renalis dan arteriola ke glomerulus. Langkah kedua yaitu penghisapan differensial oleh sel-sel tubulus convoluted proximal dan loop of handle serta tubulus convoluted distalis. Menurut Radiopoetro (1977), perkembangbiakan aves bersifat ovipar yaitu bertelur. Organ genitalia pada Aves jantan terdiri dari: 1. Sepasang testis, bentuk oval, terletak sebelah ventral dari lobus renis yang paling cranial.

2. Sepasang epididymides, kecil, terletak pada sisi dorsal testis. Berupa suatu saluran yang dilalui oleh spermatozoa dalam perjalannya menuju ke ductus deferens. 3. Sepasang ductus deferentes. Pada hewan muda terlihat lurus pad hewan yang sudah tua kelihatan berkelok-kelok. Berjalan ke caudal menyilangi ureter, kemudian bermuara pada cloaca pada sebelah lateral. 4. Mesorchium : ialah alat penggantung testis. Berjumlah sepasang, merupakan lipatan dari peritoneum. Proctodea (bagian cloaca yang paling ujung caudal) dari kedua jenis burung ditempelkan kuat-kuat pada waktu kopulasi, sehingga sperma yang keluar pada saat ejaculation langsung masuk ke dalam proctodeum yang betina, untuk kemudian menuju ke oviduct. Menurut Radiopoetro (1977), Bulu pada Aves berfungsi untuk terbang. Fungsi lainnya yaitu untuk melindungi badan terhadap cuaca yang tidak cocok. Oleh karena itu, bulu pada Aves mempunyai bentuk tersendiri dibandingkan dengan bulu-bulu pada Vertebrata lainnya. 1. Menurut susunan anatomisnya, bulu dapat dibedakan ke dalam: a. Plumae. Plumae terdiri atas calamus, rachis, umbilicus inferior, umbilicus superior dan vexillum. Calamus yaitu tangkai bulu berbentuk memanjang dengan rongga di dalamnya. Pada pangkalnya ada lubang yang disebut umbilicus inferior, sedang bagian distalnya terdapat lubang yang disebut umbilicus superior di mana lubang ini ke arah rachis. Waktu bulu masih muda, kedua umbilicus tadi dilalui oleh pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan kepada bulu-bulu

yang masih muda tadi. Vexillum dibentuk oleh rami, ialah suatu cabang lateral daripada rachis. b. Plumae. Plumae terdapat pada burung yang masih muda, kadangkadang terdapat juga pada burung yang sedang mengerami telurnya. c. Filoplumae. Filoplumae fungsinya belum jelas. Tumbuh di seluruh tubuh tetapi jaraknya sangat jarang. 2. Menurut letaknya, bulu-bulu dapat digolongkan ke dalam : a. Remiges, yaitu bulu-bulu yang terdapat pada sayap. Di sini vexillum ialah asymetris, berguna untuk terbang. b. Rectrices, yaitu bulu-bulu yang terdapat pada daerah ekor, vexillum ialah symetris. c. Tectrices, yaitu bulu-bulu lainnya yang menutupi badan. d. Parapterium, yaitu bulu-bulu yang terdapat di daerah bahu antara badan dan sayap. e. Ala spuria, yaitu bulu-bulu kecil yang melekat pada jari ke-2 dari extrimitas superior. 3. Menurut umurnya, bulu dibagi ke dalam : Neoptyle dan Teleoptyle. Neoptyle setelah gugur diganti oleh Teleoptyle.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan: 1. Merpati (Columba domestica) termasuk class Aves dan ordo Columbiformes, tubuhnya terdiri atas caput (kepala), leher (cervix), badan (truncus), ekor (cauda). 2. Burung merpati (Columba domestica) merupakan hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan ovipar atau bertelur. 3. Mekanisme pernapasan merpati ada dua yaitu pernapasan waktu istirahat dan pernapasan waktu terbang. 4. Sistem pencernaan pada Columba domestica terdiri dari mulut, oesophagus, empedal, usus halus, usus besar, rectum dan kloaka. 5. Sistem urinaria pada merpati terdiri atas : ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra 6. Sistem genitalia jantan pada merpati terdiri atas : testis, epididimis dan ductus deferens. 7. Bulu pada Columba domestca berdasarkan susunan anatomisnya terdiri atas : Plumae, Plumulae, dan Filoplumae. Berdasarkan letaknya terdiri atas : Remiges, Rectrices, Tectrices, Parapterium, dan Ala spuria. Menurut umurnya terdiri atas : Neoptyle dan Teleoptyle.

DAFTAR REFERENSI

Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amrico, Bandung. Hildebrand, M. 1983. Analisis Vertebrae Structure. John Wiley and Son, Inc, New York. Kastowo, Hadi. 1979. Zoologi Umum. Alumni. Bandung. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata . Sinar Wijaya, Surabaya. Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Storer, and Usinger. 1961. Elemen of Zoology. McGraw-Hill Book Company Inc., London. Villee, Walker, Barnes. 1988. General Zoology 6th Edition. W. B. Saunders Company, London. Yatim, W. 1982. Biologi Modern: Histologi. Tarsito, Bandung. Walter, H. 1965. Biology of Vertebrate. The Mac Millan Company, New York.

ANATOMI MARMUT (Cavia porcellus ♂)

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: : : : :

Swastika Oktavia B1J007013 VII 2 Nurul Azizah Eldirani

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mamalia merupakan kelompok hewan yang menduduki peringkat tertinggi dalam dunia hewan. Hewan vertebrata ini memiliki kelenjar mamae yang menghasilkan air susu yang diberikan kepada anaknya yang baru lahir. Hampir seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut, memiliki kelenjar minyak dan bau untuk memikat lawan jenisnya, dan mempunyai daun telinga. Umumnya mamalia melahirkan anaknya (vivipar). Mamalia memiliki kemampuan termoregulasi internal yaitu kemampuan untuk mengontrol temperatur tubuh. Cavia porcellus merupakan hewan dari kelas mamalia yang berdarah panas (homoiterm). Suhu tubuhnya tetap, tidak terpengaruh oleh lingkungannya. Mamalia sendiri dari bahasa latin yaitu mammae. Mammae berarti buah dada, sehingga setiap hewan kelas ini mempunyai kelenjar susu. Kelenjar susu akan berkembang dan fungsi sekresinya meningkat pada hewan betina dewasa. Semua susu dikeluarkan dari kelenjar yang ada di glandula mammae.

Kulit yang

menutupi mamalia terdiri atas dua lapisan yaitu corium (di sebelah dalam) dan epidermis (di sebelah luar). Cavia porcellus mempunyai sifat yang spesifik yaitu mempunyai ekor yang menonjol, pada waktu lahir Cavia porcellus mirip Cavia porcellus dewasa karena sudah berambut dan matanya sudah terbuka. Cavia porcellus merupakan hewan pengerat, makanannya tumbuh-tumbuhan dan mempunyai gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk pemotong dan mengerat. Ciri lain yang membedakan dengan hewan lain adalah pada jantung mamalia dewasa

mempunyai dua ventikel yang berfungsi untuk memompa darah, dengan dinding yang sangat tebal dan dua atrium. Cavia porcellus menarik lawan jenisnya dengan cara menyebarkan kelenjar bau yang terdapat pada lekuk pirenium yang letaknya posterior dari penis atau vulva, peristiwa ini disebut hedonik. Cavia porcellus digunakan untuk praktikum untuk mewakili class mamalia. Cavia porcellus dipilih karena selain mudah didapat, juga tidak berbahaya. Cavia porcellus mempunyai organ-organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga mudah diamati struktur tubuhnya.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari dan mengamati susunan anatomi (Cavia porcellus ♂) baik bagian luar maupun dalam.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Mamalia merupakan kelas tertinggi dalam dunia hewan. Tubuh mamalia hampir seluruhnya ditutupi oleh rambut dan berdarah panas. Mamalia dapat hidup di berbagai habitat, bentuk tubuh mamalia bermacam-macam dan dapat dibagi menjadi caput, cervix dan truncus (Marter, 1989). Mamalia diduga berasal dari reptil sinadom (periode triassik) yang giginya berdiferensiasi. Mamalia berespirasi melalui paru-paru yang mengandung banyak bagian kecil-kecil. Paru-paru berada di ruang pleural. Mamalia mempunyai dua fragmen muscular, pada larinknya terdapat pita suara, mempunyai jantung dengan empat ruang yang terbagi secara sempurna yaitu dua serambi dan dua bilik. Lubang genitalia dan anus terpisah, baik pada jantan maupun betina. Mamalia juga mempunyai organ intronitten. Mamalia merupakan hewan vivipar (Brotowijoyo, 1993). Cavia porcellus merupakan hewan rodentia yang tidak berekor (rudiment) ,dan berjari-jari cakar (pentadactyl). Hewan ini mempunyai satu incisivus pada tiap bedah rahang, berbentuk padat, dan dapat tumbuh terus, tidak ada dentes canini, serta jumlah dentes premolars dan dentes molars ialah variabel. Lengan bawah dapat berpronasi dan bersupinasi (Radiopoetro, 1977). Cavia porcellus memiliki jantung beruang empat, yakni dua atrium dan dua ventrikel dengan sekat pemisah yang sudah sempurna. Paru-paru hewan ini terdiri dari tujuh lobi. Hewan ini memiliki diafragma yang merupakan pembatas rongga dada dan perut (Kimball, 1991).

Reproduksi seksual melibatkan dua induk. Masing-masing induk menyumbangkan satu sel reproduktif khusus yaitu suatu gamet yang kemudian bergabung untuk membentuk telur terbuahi. Telur itu berbentuk kecil dan pertumbuhan embrio berlangsung di dalam uterus (Villee et al.,1988). Menurut Sastrodinoto (1980), mammalia mempunyai dua ciri yang sama, yaitu mempunyai rambut dan menyusui anaknya. Susu ini dikeluarkan oleh kelenjar susu dalam kulit mammalia. Kelenjar susu yang menghasilkan susu hanya terdapat pada mammalia betina saja, sedangkan mammalia jantan susu tidak berfungsi.

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

A. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk.

B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah marmut jantan (Cavia porcellus ♂), air kran, formalin, dan tissue.

C. Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Marmut dibius dengan menggunakan larutan formalin sampai mati lemas. 2. Sebelum pembedahan dilakukan, rambut pada bagian ventral dibasahi dulu supaya pada waktu dibedah rambut-rambut tidak beterbangan dan mengotori. 3. Kulit dipotong dengan gunting mulai dari posterior di muka penis atau clitoris menuju anterior mengikuti garis medio ventral badan sampai di ujung mandibula. 4. Kulit dibuka kesamping sampai kelihatan otot-otot daerah abdomen dan thorax. 5. Selaput-selaput yang tidak diperlukan dipotong supaya struktur-struktur yang akan diamati tampak jelas dan pendarahan sedapat mungkin dihindari agar tidak terganggu.

6. Pembedahan daerah abdomen dimulai dari daerah inguinal menuju anterior sampai xiphisternum mengikuti garis median badan, kemudian dilanjutkan ke lateral menyusuri difragma, sehingga otot-otot pada bagian abdomen dapat dikuakkan dan organ-organ yang ada pada rongga abdomen dapat dilihat dengan jelas. 7. Pembedahan daerah thorax dilakukan dengan memotong rusuk-rusuk di kiri sternum pada bagian anterior dekat pangkal leher (sampai rusuk pertama), kemudian dilanjutkan ke lateral pada bagian anterior sampai daerah ketiak (aksiler), sedangkan sebelah posterior digunting lateral menyusuri diafragma. 8. Setelah pembedahan selesai, semua organ diamati terlebih dahulu tanpa mengubah tempat masing-masing. 9. Setelah

memperhatikan

viscera

insitu,

saluran

pencernaan

makanan

direntangkan dengan hati-hati, kemudian dipelajari dan disesuaikan dengan gaambar yang ada didiktat serta diberi keterangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Anatomi Caput Marmut (Cavia porcellus) Keterangan Gambar : 1. Rima Oris

7. Pina auricula

2. Labium superior

8. Palpebra superior

3. Labium inferior

9. Palpebra inferior

4. Incisivi

10. Membrana nictitans

5. Nares externa

11. Organon visus

6. Vibrisae

Gambar 2. Sistem Pencernaan Marmut (Cavia porcellus)

Keterangan Gambar : 1. Oesophagus

14. Duodenum

2. Pars cardia

15. Ileum

3. Fundus

16. Jejunum

4. Pars pylorica

17. Caecum

5. Gastrum

18. Haustrae

6. Curvatura mayor

19. Incisura

7. Curvatura minor

20. Taenia

8. Lien

21. Colon ascenden

9. Pankreas

22. Colon descenden

10. Hati

23. Colon transversum

11. Vesica felea

24. Colon Sigmoideum

12. Ductus hepaticus

25. Rectum

13. Pylorus

26. Anus

Gambar 3. Sistem Genitalia Marmut (Cavia porcellus ♂) Keterangan Gambar : 1. Ren

8. Caput epididymis

2. Glandula adrenal

9. Glandula vesikulosa

3. Ureter

10. Glandula prostat

4. Vesica Urinaria

11. Vas defferens

5. Cauda epididymis

12. Uretra

6. Epididymis

13. Penis

7. Corpus epididymis

B. Pembahasan Pengamatan anatomi marmut (Cavia porcellus ♂) didapatkan hasil bahwa tubuh marmut terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus) dan ekor (cauda). Seluruh tubuh marmut ditutupi oleh rambut yang merupakan karakteristik mammalia. Daerah kepala terdiri atas rima oris (mulut), nares externa, mata dan telinga. Daerah anggota badan terbagi menjadi thorax (dada), extrimitas anterior (kaki depan) yang berjari empat digiti, abdomen (perut), dan extrimitas posterior (kaki belakang) berjari tiga digiti. Daerah ekor tumbuh rudimen. Menurut Radiopoetro (1977), tubuh marmut terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus), dan ekor (cauda). Marmut mempunyai ciri-ciri yaitu pentadactyl (jari-jari bercakar), satu dens incisivus pada tiap rahang berbentuk pahat dan tumbuh terus, tidak ada dentes canini, jumlah dentes premolars dan dentes molars variable, lengan bawah dapat pronasi dan subminasi. Bagian ekor tumbuh rudiment. Rambut pada mamalia termasuk Cavia porcellus menutupi hampir seluruh tubuh kecuali telapak kaki, kuku, glands penis, hubungan mukocutaneus dan puting susu pada beberapa spesies. Kuku bersifat lentur, menghasilkan bentuk keratin oleh folikel rambut. Folikel rambut terbentuk dari pertumbuhan ectoderm ke mesoderm embrio di bawahnya. Pertumbuhan ke bawah pada epitel terbentuk saluran dari sel-sel sekitarnya berdiferensiasi menjadi beberapa lapis atau selubung yang mengelilingi akar rambut (Dellman et al.,1992). Tubuh mamalia dilindungi oleh rambut, kulit banyak mengandung bermacam-macam kelenjar, tengkorak mempunyai dua kondil oksipital, pada rahang tertanam gigi di dalam kantung gigi (alveolar) yang berbentuk dan

besarnya berbeda-beda dalam satu individu (heterodon), kaki teradaptasi untuk berjalan, memanjat, menggali tanah, berenang atau terbang. Jantung beruang empat dengan sekat-sekat yang sempurna, lengkung aorta hanya satu yaitu pada sebelah kiri, paru-paru relatif besar dan kenyal terdapat di rongga dada. Antara rongga dada dan perut terdapat sekat rongga tubuh yang dinamakan difragma (Djuhanda, 1982). Pernapasan menggunakan pulmo, larink mempunyai tali suara, mempunyai difragma anticus sempurna yang memisahkan pulmo dan cor dengan rongga abdominalis (Jasin, 1989). Klasifikasi marmut (Cavia porcellus ♂) menurut Storer and Usinger (1961) adalah: Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Mammalia

Ordo

: Rodentia

Familia

: Cavidae

Genus

: Cavia

Spesies

: Cavia porcellus

Sistem pencernaan Cavia porcellus terdiri dari rima oris, di dalam rima oris bermuara kelenjar saliva, diantaranya yang terbesar adalah glandula parotis. Gastrum mempunyai kelenjar yang menghasilkan HCL dan pepsin, gastrum terdiri dari tiga bagian yaitu : pars cardia, fundus dan pars pilorika. Intestinum terdiri dari : duodenum (berbentuk huruf U yang terdapat ductus pancreaticus dan glandula

pancreaticus),

jejunum,

ileum,

colon

(ascendent,

transversum,

descendent, dan sigmoideum), rectum yang merupakan muara keluar melalui anus

yang terletak terminal pada ujung caudal humerus. Selain pancreas, terdapat kelenjar pencernaan yang lain yaitu hepar. Hepar merupakan penghasil empedu yang di simpan dalam vesica felea (Radiopetro, 1977). Sistem pernapasan Cavia porcellus terdiri dari trachea, broncus dan paruparu. Trachea disokong oleh cincin-cincin rawan yang terbuka pada bagian dorsalnya, bekerja sebagai jalan napas. Pangkal dari trakhea berupa rongga yang disebut larink. Cabang dari trakhea adalah broncus, yang kemudian membentuk percabangan lagi disebut bronchioli. Paru-paru terdiri dari beberapa lobi, terdapat dalam rongga pleural , selaput yang membungkusnya disebut pleura (Djuhanda, 1980). Tiga stadium peristiwa di dalam pernafasan yaitu: 1. Stadium externa, yaitu pengambilan oksigen atau pergantian dengan dunia disekeliling kita. 2. Stadium interna, yaitu pergantian diantara cairan badan dan sel-sel jaringan alat pernafasan. 3. Stadium pemakina, yaitu oksigen dalam sel-sel dan lepasnya karbon dioksida yang lebih nanyak diteliti dalam metabolisme. Cavia porcellus memiliki sistem urogenitalia yang terdiri dari sistem ekskresi atau urinaria dan sitem genitalia. Menurut Villee et al. (1988), salah satu alat ekskresi pada mammalia adalah ginjal yang disebut metanefros. Jumlah nefron pada mamalia sangat besar, laju metabolisme yang tinggi menghasilkan limbah yang besar. Tubulus yang menghasilkan urin mengalir ke dalam ureter yang berkembang sebagai suatu pertumbuhan dari saluran arkinefrik. Urutan evolusi

ginjal

adalah

holonefros,

opistonefros

dan

metanefros.

Dalam

perkembangan embrio mammalia terdapat mesoderm nefrogenik (mesoderm ginjal) timbul di sebelah dorsal sepanjang embrio, tetapi hanya bagian paling belakang yang berkembang menjadi metanefros dewasa. Sistem urinaria dibangun oleh sepasang ginjal yang berwarna merah tua, berbentuk seperti kacang, terletak di daerah lumbar sebelah dorsal dari rongga abdomen dan saluran pelepasan yang merupakan bagian medial ginjal berupa hilus tempat keluarnya urine. Kelanjutan dari ginjal adalah ureter saluran yang bermuara pada vesica urinaria yaitu tempat penampungan urine sementara. Akhirnya urin dikeluarkan melalui uretra (ductus urospermatika) keluar tubuh (Jasin, 1989). Sistem genitalia Cavia porcellus jantan dibangun oleh sepasang testis yang bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididymis terdiri dari caput, corpus, cauda epididymis. Ductus deferens berupa saluran berjalan disebelah dorsal dari kantung urine dan bermuara pada ductus spermatikus yang terdapat pada batang penis (Storer and Usinger, 1961). Pada hewan betina, sepasang papilla mammae (muara glandula mammae) terletak diantara kaki belakangnya. Namun, pada hewan jantan, glandula mammae tidak melakukan sekresi. Bagian belakang penis terdapat lekuk pirenium yang merupakan lekukan yang dalam dan nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan tempat bermuara kelenjar bau yang digunakan sebagai tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis (Brotowidjoyo, 1993).

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Cavia porcellus dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput, truncus, dan caudal. 2. Cavia porcellus mempunyai anggota badan bersifat pentadactyl, jari-jarinya mempunyai cakar dan memiliki satu dens incisivus pada tiap rahang dan dapat tumbuh terus . 3. Gigi marmut terdapat di dalam kantung gigi (alveolar) yang berbentuk dan besarnya berbeda-beda dalam satu individu (heterodon). 4. Sistem pencernaan makanan pada marmut terdiri atas saluran pencernaan makanan dan kelenjar pencernaan. 5. Sistem pernapasan marmut terdiri dari trachea, broncus dan paru-paru. 6. Sistem urinaria pada marmut terdiri dari sepasang ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra. 7. Sistem genitalia marmut jantan dibangun oleh sepasang testis, epididymis, dan ductrus deferens.

DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta. Dellman, H. D. and Ester, M. B. 1992. Buku teks Histologi Veteriner. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 1. Armico, Bandung. . 1980. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya. Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga, Jakarta. Marter, H. W. 1989. Introduction of Zoology. Harpen and Row Publishers, New York. Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Sastrodinoto. 1980. Biologi Umum. Gramedia, Jakarta. Storer, and Usinger. 1961. Elemen of Zoology. McGraw-Hill Book Company, Inc., London. Villee, C. A, Walker, W. F, and Smith, F. E. 1988. General Zoology. W. B. Saunders Company, Phiadelphia.

PREPARAT HISTOLOGIS

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: : : : :

Swastika Oktavia B1J007013 VII 2 Nurul Azizah Eldirani

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008

Gambar 1.a Skematis Kulit Tipis Keterangan Gambar: 1. Stratum corneum

9. Sebaceous glands

2. Stratum granulosum

10. Hair follicles

3. Stratum spinosum

11. Panniculus carnosus

4. Stratum germinativum

(=striated muscle fibres)

5. Epidermis

12. Dermis

6. Positon of hair

13. Blood vessel

7. Matriks of reticular fibres

14. Subcutaneous fat

8. Arrector pili muscle

15. Hypodermis

Gambar 1.b Mikroskopis Kulit Tipis Perbesaran Gambar

: 4 x 10

Keterangan Gambar

:

1. Stratum corneum 2. Stratum granulosum 3. Stratum spinosum 4. Stratum germinativum (stratum basalis) 5. Epidermis 6. Hair follicles 7. Sweat gland 8. Dermis

Gambar 2.a Skematis Kulit Tebal Keterangan Gambar: 1. Stratum corneum (keratinised cells)

7.

Blood vessels

2. Stratum granulosum

8.

Matrix of reticular fibres

3. Stratum lucidum

9.

Duct of sweat gland

4. Stratum spinosum

10. Sweat gland

5. Stratum germinativum

11. Subcutaneous fat

6. Epidermis

12. Dermis

Gambar 2.b Mikroskopis Kulit Tebal Perbesaran Gambar

: 10 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Stratum corneum 2. Stratum lucidum 3. Stratum granulosum 4. Stratum spinosum 5. Stratum germinativum (stratum basalis) 6. Epidermis 7. Duct of sweat gland 8. Blood vessel

Gambar 3.a Skematis Tulang Digosok Keterangan Gambar: 1. Haversian canal 2. Interstitial bone (=between Haversian systems) 3. Volkmann’s canal 4. Haversian systems (osteons) 5. Cement line 6. Lacunae containing osteocytes 7. Canaliculi 8. Bone lamellae (= layers)

Gambar 3.b Mikroskopis Tulang Digosok Perbesaran Gambar

: 10 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Cement line 2. Haversian systems (osteons) 3. Haversian canal 4. Lacunae 5. Canalikuli 6. Bone lamellae 7. Volkmann’s canal 8. Matrix

Gambar 4.a Skematis Tulang Rawan Elastin Keterangan Gambar: 1. Matrix 2. Nuclei of chondrocytes 3. Lacunae 4. Capsule

Gambar 4.b Mikroskopis Tulang Rawan Elastin Perbesaran Gambar

: 40 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Perikondrium 2. Inti 3. Sitoplasma 4. Matrix

Gambar 5.a Skematis Tulang Rawan Hyalin Keterangan Gambar: 1. Perichondrium and fibroblasts 2. Chondroblasts 3. Matrix 4. Nuclei of chondrocytes 5. Lacunae 6. Capsule

Gambar 5.b Mikroskopis Tulang Rawan Hyalin Perbesaran Gambar

: 10 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Perikondrium 2. Chondroblast 3. Chondrocytes 4. Matrix 5. Lacunae 6. Capsule 7. Isogen group

Gambar 6.a Skematis Sistem Saraf Keterangan Gambar: 1. Epineurium 2. Dorsal root fibres 3. Nerve fibres 4. Ganglion cells 5. Ventral root fibres 6. Connective tissue 7. Blood vessel

Gambar 6.b Mikroskopis Sel Saraf Perbesaran Gambar

: 40 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Dendrit 2. Badan sel 3. Inti 4. Akson 5. Nodus ranvier 6. Selubung myelin 7. Neurit

Gambar 7.a Skematis Vesica Urinaria Keterangan Gambar

:

1. Transitional epithelium (= 6-8 layers in empty state) 2. Thick layer of connective tissue (= lamina propria) 3. Mucosa 4. Lumen 5. Folds in mucosa 6. Smooth muscle bundles 7. Connective tissue between muscle 8. Blood vessel 9. Serosa

Gambar 7.b Mikroskopis Vesica Urinaria Perbesaran Gambar

: 4 x 10

Keterangan Gambar

:

1. Lumen 2. Epitel transisional 3. Mucosa 4. Lamina propria 5. Fold invein

Gambar 8.a Skematis Oesophagus Keterangan Gambar : 1. Stratified squamous epithelium

7. Fat cells

2. Lamina propria

8. Circular muscle

3. Muscularis mucosae

9. Longitudinal muscle

4. Lumen

10. Muscularis externa

5. Mucosa

11. Tunica adventitia

6. Submucosa

Gambar 8.b Mikroskopis Oesophagus Perbesaran Gambar

: 4 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Lumen 2. Epitel squamous stratified 3. Lamina propria 4. Muscularis mucosa 5. Mucosa 6. Submucosa

Gambar 9.a Skematis Trakhea Keterangan Gambar

:

1. Hyaline cartilage 2. Connective tissue (adventitia) 3. Perichondrium 4. Ciliated pseudostratified columnar epithelium 5. Lamina propria 6. Mucosa 7. Glands 8. Submucosa 9. Smooth muscle 10. Lumen

Gambar 9.b Mikroskopis Trakhea Perbesaran Gambar

: 4 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Tulang rawan hyalin 2. Submucosa 3. Lumen 4. Epitel pseudocompleks bersilia 5. Lamina propria 6. Mucosa

Gambar 10.a Skematis Arteri Keterangan Gambar

:

1. Muscular artery (thick-walled) 2. Tunica adventitia (= connective tissue) 3. Tunica media (= smooth muscle) 4. Tunica intima (= 6 + endothelium + a little connective tissue) 5. Internal elastic membrane 6. External elastic membrane

Gambar 10.b Mikroskopis Arteri Perbesaran Gambar

: 10 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Tunica adventicia 2. Membran elastis eksterna 3. Tunica media 4. Tunica intima 5. Membran elastis interna 6. Lumen

Gambar 11.a Skematis Vena Keterangan Gambar : 1. Venule 2. Tunica adventitia (= connective tissue) 3. Tunica media (= smooth muscle) 4. Tunica intima (= 6 + endothelium + a little connective tissue) 5. Vein 6. Blood in lumen of vein 7. Thin-walled vein

Gambar 11.b Mikroskopis Vena Perbesaran Gambar

: 10 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Tunica adventicia 2. Tunica media 3. Tunica intima 4. Lumen

Gambar 12.a Skematis Otot Jantung Keterangan Gambar

:

1. Cardiac muscle fibre 2. Myofibrils 3. Branching of fibres 4. Central nucleus 5. Striations 6. Intercalated disc 7. Connective tissue between fibres

Gambar 12.b Mikroskopis Otot Jantung Perbesaran Gambar

: 40 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Sarkolema 2. Diskus interkalar 3. Inti 4. Anastomos 5. Myofibril

Gambar 13.a Skematis Otot Lurik Keterangan Gambar

:

1. Peripheral nuclei 2. Position of sarcolemma 3. I band (light) 4. A band (dark) 5. Z band (thin and dark) 6. H band (thin and light) 7. Sarcomere (= segment between two successive Z bands) 8. Myofibrils

Gambar 13.b Mikroskopis Otot Lurik Perbesaran Gambar

: 4 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Periperal nuclei 2. Sarkolema 3. A band 4. H band 5. I band 6. Z band 7. Serabut myofibril

Gambar 14.a Skematis Otot Polos Keterangan Gambar

:

1. Elongate nuclei 2. Muscle cells cut longitudinally 3. Connective tissue 4. Rounded nuclei 5. Muscle cells cut transversely or obliquely 6. Muscularis externa of gut

Gambar 14.b Mikroskopis Otot Polos Perbesaran Gambar

: 40 X 10

Keterangan Gambar

:

1. Sarkolema 2. Sarkoplasma 3. Inti

Related Documents


More Documents from "cHuAz TeeKaa"

Anr Tyckz
May 2020 21
Hipofisis
June 2020 22
Met. Fh I 2007
June 2020 17