LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN GAMETOGENESIS
OLEH:
NAMA
: AQSHA INEZA
NO. BP
: 1710422008
KELOMPOK
:5B
ANGGOTA KELOMPOK : YOLANDA AGHNIYANINGRUM
ASISTEN PJK
(1710421013)
SAIDINA BIMA
(1710421026)
ANNISA SARASI PERTIWI
(1710422014)
FIRA JULIA PUTRI
(1710423020)
: HAFIZA HAZERI
LABORATORIUM TEACHING II JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gametogenesis (gamet = sel kelamin, genesis = kelahiran, pembentukan) adalah proses terbentuknya gamet (sel kelamin), baik gamet jantan maupun gamet betina. Gametogenesis merupakan suatu cara untuk mempersiapkan sel kelamin yang berguna untuk perkembangbiakan makhluk hidup secara seksual. Peristiwa gametogenesis yang juga merupakan proses pembelahan meisosis terjadi pada organ reproduksi hewan atau tumbuhan. Hasil gametogenesis adalah sel- sel kelamin jantan dan betina yang siap mengadakan pembuahan (melebur menjadi satu), dan kelak menjadi makhluk hidup yang baru (Campbell, 2010). Secara keseluruhan gametogenesis secara berurutan dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode perbanyakan, tumbuh dan pematangan. Fase perbanyakan
yaitu
bakal sel kelamin bermigrasi ke gonad dengan melakukan beberapa kali pembelahan untuk membentuk spermatogonia atau oogenesis. Fase dimana gametosit primer mengalami dua kali pembelahan meiosis pertama menghasilkan gametosit sekunder, sedangkan membelah meiosis kedua menghasilkan gamet yang haploid disebut fase pertumbuhan. Fase pemasakan yaitu individu baru yang akan berkembang dari sel telur yang sudah dibuahi akan mempunyai kromosom yang sama jumlahnya dengan kromosom induk. Gamet yang haploid ini disebut ootid atau ovum dan spermatid (Adnan, 2010). Pada proses spermatogenesis, spermatogonia membelah diri secara mitosis sehingga menghasilkan lebih banyak spermatogonia. Beberapa spermatogonia membelah diri kembali, sedangkan lainnya berkembang menjadi spermatosit primer. Sel-sel spermatosit primer tersebut kemudian membelah secara meiosis menjadi dua spermatosit sekunder yang jumlah kromosomnya menjadi setengahnya. Selanjutnya spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi empat spermatid. Selanjutnya spermatid berdiferensi menjadi sel kelamin dewasa (masak) yang disebut spermatozoa atau sperma. Proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan spermatogenesis dan terjadi didalam epidemis (Yatim, 2009).
Spermatogenesis berlangsung di dalam testis, tepatnya pada dinding tubulus seminiferus. Proses tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen tubulus seminiferus. Proses dari pembentukan sel kelamin atau yang biasa disebut gametogenesis ini melibatkan dua tipe pembentukan gamet yaitu spermatogenesis dan oogenesis. Dimana spermatogenesis
(pada
hewan
jantan)
berlangsung pada gonad
(testis)
dan
hasilnya adalah sperma, sedangkan oogenesis (pada hewan betina) berlangsung pada gonad (ovarium) dan hasilnya adalah ovum. Sperma terbentuk melalui serangkaian pembelahan meosis dalam saluran sperma (spermatic tubule) yang sangat panajang tapi tersusun dalam kumparan yang ekstensif. Sel intertisial yang tersebar dalam saluran testis, terus menerus mensekresikan testosterone, androgenutama pada laki-laki. Androgen disintesis dan disekresikan pada laju yang tinggi setelah pubertas, saat terjadinya kematangan seksual (Ville, 2010). Oogenesis berbeda dengan spermatogenesis dalam tiga hal penting. Pertama, selama pembelahan miosis oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama (unequal), dengan hamper semua sitoplasma dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu oosit sekunder. Sel besar tersebut dapat terus berkembang menjadi ovum produk lain miosis, yaitu sel yang lebih kecil yang disebut badan polar (polar body) akan mengalami degenerasi. Hal tersebut berbeda dari spermatogenesis, ketika keempat produk miosis I dan II berkembang menjadi sperma yang dewasa. Kedua, sementara sel-sel asal sperma berkembang terus membelah melalui mitosis sepanjang hidup laki-laki, hal ini tidak berlaku bagi oogenesis pada betina. Saat lahir, ovarium telah mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi telur. Ketiga, oogenesis mempunyai periode “istirahat” yang panjang, berlawanan dengan spermatogenesis yang menghasilkan sperma dewasa dari sel prekursor dalam urutan yang tidak berhenti (Campbell, 2010). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum Gametogenesis ini adalah untuk mengetahui proses yang terjadi pada spermatogenesis dan oogenesis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis (Adnan, 2010). Gametogenesis
merupakan
proses
pembentukan
gonad
(sel
kelamin).
Gametogenesis terbagi atas spermatogenesis dan oogenesis, dimana spermatogenesis adalah proses pembentukan gamet jantan berupa spermatozoa yang terjadi pada testis khususnya ‘tubulus seminiferus”, sedangkan oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina berupa ovum yang berlangsung pada ovarium. Secara umum tahap perkembangan pembentukan gamet jantang dan betina (Gametogenesis) terbagi atas tiga tahapan, yaitu periode perbanyakan, tumbuh dan pematangan. (Djuhanda, 1981). Periode perbanyakan / proliferasi, pada fase ini primordium dari sel-sel yang bermigrasi ke gonad melakukan beberapa kali pembelahan untuk membentuk spermatogonia dan ooginia. Periode tumbuh, sebagian spermatogenesis dan oogenesis terus melakuka pembelahan, sebagian laki mengalami fase tumbuh, dimana ukuran dari sel bertambah besar dai uuran semula dan DNA dari kromosom menjadi dua kali semula. Sel yang telah mengalami fase tumbuh ini disebut gametosit primer dan berada pada stadium profase dari pembelahan meiosis. Periode pemasakan, fase dimana gametosit primer mengalami dua kali pembelahan. Meiosis pertama menghasilkan gametosit sekunder, sedangkan meiosis kedua menghasilkan gamet yang bersifat haploid. Denga kata lain dapat dikatakan tujuan utama dari fase pemasakan ini yaitu agar individu baru yang akan berkembang dari sel telur yang sudah diuai akan mempunyai kromosom yang sama jumlahnya dengan kromosom induk. Gamet yang haploid ini disebut dengan ootid/ovum dan spermatid. (Gani, 1989).
Gamet merupakan produk akhir dari gametogenesis yang berlangsung di dalam gonad (testis atau ovarium). Gamet yang merupakan hasil spermatogenesis disebut sperma, sedangkan gamet yang merupakan produk dari oogenesis disebut ovum. Gamet berfungsi sebagai pembawa informasi genetik dari kedua parental kepada keturunannya. Gamet jantan disebut spermatozoid dan gamet betina yaitu sel telur. Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus seminiferus. Spermatosit vertebrata terdiri atas bagian kepala, leher, bagian tengah dan ekor yang merupakan flagel yang panjang (Fried, 2009). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan sebagian besar protoplasma merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Suatu proses pertumbuhan dan diferensiasi yang rumit, tetapi bukan merupakan pembelahan sel, mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional (Sumarnin, 2006). Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu tostesteron. Tostesteron disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel leydig. Sel-sel leydig terdapat diantara tubulus seminiferus testis. Tostesteron berdifusi ke dalam tubulus seminiferus, ia merangsang spermatogenesis. Produksi testosteron oleh sel leydig diatur oleh hormone gonadotropin, yaitu luiteinizing hormone (LH) sering pula dinamakan Inteticial Cell Simulating Hormone (ICSH) (Sumarnin, 2006). Pada beberapa hewan vertebrata, spermatogonia terletak di bagian dalam dinding tubulus atau dekat lamina basalis. Dalam perkembangannya, sel-sel speratogonia bergerak menuju lumen tubuls seminiferus sehingga terbentuk sperma. Pada proses poliferasi atau perbanyakan sel spermatogonia, sepermatogonia tipe A menghasilkan stem cell, sebagai spermatogonium cadangan yang sedang istirahat. Adapun tipe spermatogonium A lainnya melanjutkan pembelahan, sehingga secara berturut-turut menghasilakan spermatogonium intermediet, spermatogonium tipe B dan spermatosit primer yang sedang istirahat. Spermatogonia tipe B lebih besar daripada tipe A. Spermatogonia tipe mengalami perubahan yang disebut dengan spermatosit primer. Spermatosit primer siap mengalami proses selanjutnya yaitumeiosis I dan meiosis II (Karlinah, 2015).
Spermatogenesis merupakan perbanyakan sel spermatogonia secara mitosis. Proses ini disebut juga poliferasi mitosis (mitocic poliforation) masuknya spermatogonia yang sedang istirahat kedalam fase aktif menandai meiosis dan tidak semua spermatogonia aktif berpoliferasi, tetapi diantaranya tetap sebagai spermatogonia yang sedang istirahat, dan dapat aktif lagi dalam waktu tertentu. Selama pembelahan mitosis, satu dari anakan sel ( spermatogonia tipe A) tidak membelah dan tidak mengalami diferensisasi , tetapi sel ini tetap sebagai spermatogonia tipe A dan berfungsi sebagai sel cangan ( stem cell). Setiap kalimitosisis dihasilkan stem cell, dengan adanya stem cell ini, maka persediaan spermatogonia
dan
tubulus
tetsis
tetap
ada.
Hal
ini
menjadi
salah
satu
perbedaan anatara spermatogenesis dan oogenesis. Pada proses oogenesis tidak terdapat stem cell sebagai persediaan (Tenzer, 2009). Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium. Pengaruh Hormon dalam Oogenesis yaitu kelenjar hipofisis menghasilkan hormone FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel de Graaf, Folikel de Graaf menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang, sehingga akhirnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali (Novia, 2011). Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I (polosit primer). Selanjutnya oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang lebih kecil badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua, akhirnya ada 3 badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dan oogenesis setiap satu oogonium (Gani, 1989).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Struktur Perkembangan Hewan mengenai Gametogenesis dilaksanakan pada Rabu, 20 Februari 2019 di Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah, bak bedah, object glass, cover glass, mikroskop, petridish, kaca arloji, dan tisu. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu satu ekor Mus musculus, dua pasang Fejervarya sp., dan tiga pasang Valanga sp. 3.3 Cara Kerja Disiapkan hewan uji yang akan diisolasi gonadnya. Dimasukkan hewan uji ke dalam killing bottle. Dilakukan pembedahan terhadap hewan uji dan diisolasi masing-masing gonadnya (testis dan ovarium). Gonad jantan diletakkan di atas kaca arloji dan dicacah. Ditambahkan larutan NaCl 0,9% secukupnya. Diletakkan hasil cacahan testis di atas object glass dan ditutup dengan cover glass. Diamati di bawah mikroskop. Gonad betina diletakkan di atas petridish dan dibandingkan mesing-masing gonad betina hewan yang dibawa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan pada praktikum yaitu : 4.1 Ovari Mus musculus
Gambar 1. Ovari Mus musculus
Gambar 2. Literatur Ovari Mus musculus
Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses pembentukan ovum di dalam ovarium dan didalam ovarium terdapat oogonium atau sel indung telur. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal : oogonium). Hal ini sesuai dengan pendapat Sukra (2010) bahwa pembentukan sel telur dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari. Setelah semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk kemudian siap untuk memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosisis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan selanjutnya, semua oosit primer membelah secara meiosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder akan mengalami pembelahan meiosis II. Pada saat itu , oosit sekunder akan membelah menjadi dau sel, yaitu satu sel berukuran normal yang disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan kutub sekunder. Badan kutub tersebut bergabujg dengan badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan sebelumnya sehingga ditemukan dua badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih jauh menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur).
4.2 Testis Mus musculus
Gambar 3. Literatur Testis Mus musculus Spermatogenesis berlangsung di dalam testis, tepatnya pada dinding tubulus seminiferus. Proses tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen tubulus seminiferus. Hal ini sesuai dengan pendapat Tenzer (2009) bahwa spermatogenesis berlangsung didalam testis. Tepatnya pada dinding tubulus seminiferus. Proses ini berlangsung mulai dari dinding tepi sampai lumen tubulus seminiferus yang tersusun atas dua komponen utama yaitu sel somatik berupa sel sertoli dan sel germa. Tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah yang pertama spermatogonium, yaitu dengan ukuran
relatif
kecil,
bentuk
agak
oval,
inti berwarna
kurang terang, terletak
berderet didekat/melekat membran basalis. Yang kedua spermatosit I, yaitu ukuran paling besar, bentuk ulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dari membran basalis. Yang ketiga spermatosit II, yaitu ukuran agak kecil (½ x spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauhi membran basalis (mendekati lumen). Yang keempat spermatid, yaitu ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang pignotis, letak didekat lumen. Yang kelima spermatozoid, yaitu spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapatdidalam lumen.
4.3 Ovari Fejervarya sp.
Gambar 4. Ovari Fejervarya sp.
Gambar 5. Ovari Fejervarya sp. (Sumber : (Gani, 1989)
Hasil pengamatan secara makroskopis pada katak betina diperlihatkan bahwa makroskopis telur katak berbentuk membulat dan berwarna putih dan hitam. Secara makroskopis perbedaan dari setiap stadium kematangan gonad pada katak betina dapat dilihat dari morfologi, perbedaan ukuran telur, dan adanya pigmentasi pada permukaan telur. Semakin tinggi stadium gonad yang dicapai (telur menjadi matang) maka semakin tinggi pula pigmentasi pada permukaannya, oleh karena itu pada ovarium terlihat pigmen hitam dan putih pada kuning telur. Pada katak betina, ovarium berjumlah sepasang dengan bentuk berlobus-lobus. Ukuran ovarium katak betina bervariasi dari tiap-tiap kelompok, begitu pula dengan stadium ovariumnya. Di lateral tiap ovarium terdapat oviduk yang tergantung pada dinding dorsal tubuh dan tampak berkelok-kelok. Di ujung anterior oviduk terdapat celah seperti infundibulum atau disebut tuba ostium. Di bagian posterior setiap oviduk ukurannya membesar dengan struktur seperti uterus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan telur sementara. Bagian akhir oviduk dilanjutkan ke bagian kloaka yang merupakan permuaraan untuk traktus digestivus dan traktus urogenitalis (Campbell, 2010). Ovarium katak berada di dalam rongga perut (Cavum abdominalis), yang diikat oleh suatu jaringan yang disebut dengan mesovarium. Ovarium terdiri dari beriu-ribu oogonia kecil. Oogonia akan berkembang menjadi folikel. Folikel yang besar terpisah dari folikel lainya oleh adanya jaringan ikat. Didalam jaringan ikat, terdapat pembuluh darah bercabang-cabang dalam ovarium yang berperan untuk mensuplai makanan dan oksigen
untuk perkembangan folikel. Pada saat folikel berukuran kecil, kuning telur (yolk, vitteline) tersebar diseluruh folikel, tetapi pada folikel yang berukuran besar, yolk terkonsentrasi pada kutub vegetal (vegetal pole) dan oosit berada di kutub animal (animal pole),sehingga termasuk tipe telolechital. Jumlah Yolk katak dibanding yolk vertebrata lain erjumlah sedang sehingga termasuk yolk tipe mesolechital. Yolk berfungsi sebagai nutrisi bagi embrio sampai fase berkembangan tertentu (Kecebong) (Gani, 1989). Ovarium katak secara umum memperlihatkan gambaran histologi berupa lapisan terluar teka eksterna dan di bawahnya terdapat lapisan-lapisan yang disebut teka interna. Selain itu juga terlihat sel-sel folikel mengelilingi oosit yang sedang berkembang dan erat hubungannya dengan proses pematangan yang terjadi dalam folikel. Pengamatan morfologi stadium kematangan gonad menunjukkan bahwa pada kematangan gonad stadium I, secara histologi terlihat gonad didominasi oleh oogonium yang dikelilingi oleh folikel-folikel kecil kematangan Gonad stadium I. Kematangan gonad stadium II secara histologis teramati ukuran sel telur bertambah besar dibandingkan dengan ukuran sel telur pada stadium I. Oogonium berkembang menjadi oosit. Ovarium pada kematangan gonad stadium III, secara histologi ovarium terlihat berlobuslobus berisi sel telur yang didominasi oleh oosit primer dan sedikit oogonium. Kematangan gonad stadium IV, ukuran diameter telur jauh lebih besar dari tingkat sebelumnya. Ovarium terlihat didominasi oleh oosit primer. Ketika telur (ovum) dilepaskan dari ovarium, maturasi pertama (Meiosis I) sudah terjadi dan meiosis akan dilanjutkan dalam oviduct. Selanjutnya telur akan disimpan dalam “uterus”, dan kemudian telur dilengkapi dengan membran gelatin (jelly) yang berperan untuk mengikat telur satu dengan telur yang lainya, mengapung dalam air, proteksi dan untuk memfokuskan sinar yang mengenai ovum (Campbell, 2010).
4.4 Testis Fejarvarya sp.
Gambar 6. Testis Fejervarya sp.
Gambar 7. Literatur Testis Fejervarya sp.
Pada pratikum yang sudah diamati bagian-bagian dari testis tidak tampak jelas sehingga susah
dibedakan.
Hal
ini bisa karena preparat
yang sudah tidak bagus lagi,
seharusnya akan tampak perbedaan struktur sesuai dengan pendapat Gani (1989) anatara sel leydig, sel sertoli, membran basal, tubules semeniferus, spermatosit primer, spermatosit sekunder dan juga spermatogonium dimana itu semua adalah tingkatantingkatan dari proses spermatogenesis dan sel sertoli berfungsi sebagai sumber nutrisi serta sel leydig yang juga mempunyai fungsi dan tugasnya tersendiri. Selain menghasilkan spermatozoa, testis juga menghasilkan testosteron. Didalam testis beratus-ratus tubulus seminiferus, yang terpisah menjadi lobus-lous (lobulus) oleh septa (Septula). Selanjutnya lobulus-lobulus itu bermuara pada saluran yang disebut Vasa efferentia yang terletak di dalam testis. Pematangan spermatozoa terjadi di dalam tubulus seminiferus. 4.5 Ovari Valanga sp.
Gambar 8. Ovari Valanga sp.
Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium. Menurut Darmawan (2006) ovarium tergolong kelenjar ganda sebab ia menghasilkan baik getah eksokrin (sitogenik) maupun getah endokrin. Setiap indung telur tertambat pada sisinya yang disebut hilus oleh mesovarium yang merupakan suatu lipatan peritoneum, ke ligamentum latum uterus. Peritoneum yang meliputi mesovarium mendadak lenyap pada hilus dan diganti oleh selapis sel epitel kuboid yang disebut epitel germinal yang meliputi permukaan bebas indung telur. Di bawah epitel tersebut terdapat terdapat jaringan ikat padat yang tidak terlalu jelas disebut tunika albuginea, yang semakin memadat dengan bertambahnya umur. 4.6 Testis Valanga sp.
Gambar 9. Testis Valanga sp. Pada hasil pratikum yang sudah dilaksanakan sperma yang dilihat di mikroskop sudah mati dan tidak ada menunjukkan tanda-tanda kehidupan dan tidak adanya pergerakan, hal ini mungkin karena sperma sudah terlalu lama berada di udara luar yang menyebabkan sperma mengalami lisis atau mengalami kematian. Seharusnya ketika diamati maka akan tampak ada pergerakan dari spermatogonium yang di amati sesuai dengan pendapat Sukra (2010) dimana sperma itu sendiri terdia dari 3 bagian yaitu kepala, badan dan, ekor yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi tersendri yang membantu untuk proses fertilisasi.
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum gametogenesis ini, adalah : 1.
Terdapat tahapan dalam oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel – folikel telur,
dengan
tingkatan:
Folikel
primordial;
Folikel
tumbuh:
Folikel
primordial, Folikel sekunder, Folikel tersier; Folikel matang (folikel deegraf). 2.
Terdapat tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah Spermatogonium, Spermatosit I, Spermatosit II, Spermatid, Spermatozoid
3.2 Saran Saran dari praktikum gametogenesis ini yaitu, sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita harus tahu dulu bagaimana cara kerja dan harus memeriksa segala peralatan yang akan digunakan, lebih cermat lagi dalam mengisolasi gamet pada hewan uji, serta lebih teliti dalam pembuatan preparat agar hasil yang didapatkan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi Fmipa UNM. Campbell, Reece, dan Mitchel. 2010. Biologi Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga Djuhanda, tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Amico : Bandung Fried, George, dkk. 2009. Scaum Out Lines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Gani, yarnelly. 1989. Embriologi Dasar . FMIPA UNAND: Padang Karlinah , Nelly. 2015. Bahan Ajar Embriologi Manusia. Deepublish : Yogyakarta Novia. 2011. Gametogenesis. Malang. Jurusan biologi UIN Malang Sukra, Yuhara. 2010.Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan Sumarnin, ramadhani. 2006. Perkembangan Hewan. Kencana : Jakarta Tenzer, Amy. 2009. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II . Malang. Jurusan Biologi UM Ville, Walker, dan Barnes. 2010. Zoology umum edisi keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga Yatim, Wildam. 2009. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung