Laporan Small Research Gender dan Partisipasi dalam Pendidikan (SD Negeri – 2 Bukit Tunggal)
Disusun Oleh Ferdiansyah Chaniago ( GAA 116 025) Dea Amelia ( GAA 116 023) Lavirka Anjellika ( GAA 116 049)
SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2019
GENDER DAN PARTISIPASI DALAM PENDIDIKAN
Dalam tujuan pembangunan pendidikan serta kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pendidikan yang berperspektif gender harus disosialisasikan. Dalam pelaksanaannya tentu akan dihadapkan pada masalah-masalah dan berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya berbagai gejala ketidaksetaraan gender dalam bidang pendidikan, diantaranya: (1) Pemerataan kesempatan belajar, nilai-nilai sosial-budaya yang tumbuh dan berkembang serta dianut oleh keluarga dan masyarakat, sebagai penyebab kesenjangan angka partisipasi pendidikan perempuan dan laki-laki mulai dari pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. (2) Pemilihan jurusan dan program studi, adanya stereotype dalam masyarakat tentang gender, perempuan lebih diarahkan oleh keluarga untuk memilih jurusan atau program studi yang lebih menonjolkan perasaan, feminitas, dan lain-lain. Sementara laki-laki cenderung diarahkan untuk memilih ilmu-ilmu dasar dan teknologi. Akibatnya terjadi kesenjangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang ilmu dan teknologi. (3) Kurikulum, bahan ajar, proses pendidikan, partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dibidang pendidikan masih rendah dari pada laki-laki. Keadaan ini dapat mempengaruhi adanya kebijakan pendidikan yang dihasilkan, sehingga produk-produk kebijakan seperti kurikulum, sistem dan proses pendidikan, bahan ajar, perilaku guru/pendidik yang kurang sensitif gender yang selanjutnya membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi perempuan. Sebagai contoh, di SD Negeri – 2 Bukit Tunggal yang kami datangi masih terdapat bahan ajar (Bahasa Indonesia) yang memperlihatkan percakapan bahwa, seorang ibu sedang
memasak di dapur, ayah pergi bekerja, anak laki-laki sedang bermain sepak bola, dan anak perempuan sedang bermain masak-masakan. Dalam hal ini, perilaku guru/pendidik dan bahan ajar yang kurang sensitif gender akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi perempuan yaitu, perempuan akan selalu diarahkan untuk menjadi ibu rumah tangga dan lakilaki akan diarahkan untuk lebih menguasai berbagai bidang ilmu dan teknologi.
Peran sekolah sebagai institusi pendidikan memang seharusnya bertujuan untuk memberikan pelayanan yang adil dan seimbang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Hal tersebut sudah dipahami oleh tenaga pengajar di SD Negeri-2 Bukit Tunggal untuk menjamin tidak adanya diskriminasi dalam memberikan pelayanan pendidikan. Hal ini disampaikan oleh Ibu Waty selaku guru Agama Kristen yang mengatakan bahwa sekolah tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan dalam proses pembelajaran, dalam mendidik dan melaksanakan tugas apapun, jadi dalam memberikan pelayanan pendidikan pada anak semuanya harus sama. Misalnya saat bertugas dalam upacara bendera, anak laki-laki dan perempuan diberikan tuga yang sama secara bergantian. Dan pada saat senam pagi juga, anak laki-laki dan perempuan tiap harinya bergantian untuk memimpin senam bersama seorang guru.
Gambar 1. Murid-murid SD Negeri -2 Bukit Tunggal Saat Mengikuti Pelajaran Di Sekolah
Sumber: (Hasil observasi di SDN-2 Bukit Tunggal, 21 Maret 2019)
Gambar 2. Saat wawancara bersama Ibu Waty selaku Guru Agama Kristen
Sumber: (Hasil observasi di SDN-2 Bukit Tunggal, 21 Maret 2019)
Permasalahan yang sampai saat ini belum dibenahi adalah materi-materi pada buku pelajaran yang sebagian besar masih dianggap bias gender. Dalam hal ini pihak sekolah belum melakukan pembenahan agar materi-materi bahan ajar yang akan mereka berikan kepada siswa dapat menggambarkan potret perempuan dan laki-laki dengan posisi yang setara.