BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era global
akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus-menerus berubah karena berbagai faktor yang mendasarinya juga terus mengalami perubahan. Dengan berkembangnya masyarakat dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan adanya perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan, maka mungkin saja akan terjadi pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di Rumah
Sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu, pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab, dan bertanggunggugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang manajemen asuhan keperawatan profesional adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang manajemen asuhan keperawatan profesional adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang model asuhan keperawatan profesional mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana), dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh perawat. Pelayanan keperawatan yang diberikan model asuhan keperawatan profesional memiliki pedoman dan dasar yangdapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar kehendak perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan
1
dengan masalah pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien sesuai sasaran masalah yang terjadi pada pasien, asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun keagamaannya. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas pelayanan ditatanan pelayanan di rumah sakit (Nursallam, 2011). Perawat sebagai profesi yang mempunyai kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain. Manajemen diperlukan guna tercapainya pelayanan keperawatan berkualitas. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, pengelolaan pelayanan keperawatan haruslah mendapat perhatian secara menyeluruh. Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan pelayanan di rumah sakit dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut haruslah dapat dikelola secara efektif dan efisien dengan menggunakan proses manajemen, khususnya manajemen keperawatan.. Berdasarkan penjelasa diatas, maka kami mahasiswa D-IV keperawatan akan mencoba menerapkan kembali MAKP sesuai Standar dari RSUD RS. Dr Doris sylvanus Palangka Raya di Ruang Nusa indah. MAKP yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan diruangan akan melaksanakan role play yang meliputi timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi, discharge planning dan dokumentasi dengan melibatkan perawat ruangan. Diharpka setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan ini maka akan meningkatkan kualitas perawatan terhadap pasien di ruang Nusa indah.
2
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum Setelah dilaksanakannya praktik penerapan MAKP, mahasiswa mampu
mengerti, memahami serta menerapkan konsep teori model pemberian asuhan keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip MAKP.
2.
Tujuan Khusus Dengan melaksanakan kegiatan Porgram D-IV Keperawatan pada stase
Manajemen Keperawatan, mahasiswa mampu: a.
Mampu mengumpulkan data tentang ketenagaan, pasien, model pemberian asuhan keperawatan, dan dokumentasi.
b.
Mampu menganalisis data dengan pendekatan SWOT
c.
Mampu menyusun rencana strategis berdasarkan masalah yang ditemukan dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional
d.
Mampu melaksanakan penerapan model prima: bermain peran, overran, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise dan evaluasi kepuasan pasien.
e.
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
f.
Evaluasi keperawatan
C.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi Mahasiswa
a.
Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b.
Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional yang diaplikasikan
c.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan penerapan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional
d.
Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun rencana strategi.
e.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan keperawatan professional
3
2. a.
Bagi Perawat Ruangan Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalahmasalah
yangberkaitan
dengan
pelaksanaan
Manajemen
Asuhan
Keperawatan Profesional. b.
Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c.
Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
d.
Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
3.
Bagi Pasien dan Keluarga
a.
Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
b.
Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
4.
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
4
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A.
Konsep Teori Manajemen Keperawatan
1.
Definisi Manajemen Keperawatan Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasiann penyusunan,
pengarahan
dan
pengawasan
untuk
mencapai
tujuan
yang
sudah
ditetapkan.(Manulang 2004). Manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai perawatan, tujuan pelayanan dan obejektif (Nursalam 2014). Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistisuntuk pelayanan keperawatan (Swanburg, 2000). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola
keperawatan
untuk
merencanakan,
mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008). Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok.
5
2.
Peran Manajer Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik– baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tuga professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) Komunikasi, (2) Potensial perkembangan, (3) Kebijaksanaan, (4) Gaji dan Upah, dan (5) Kondisi kerja (Nursalam, 2002). Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam kepuasan kerja yaitu: input, hubungan manajer dengan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan yang cukup, diskriminasi, kepuasan kerja, penghargaan penampilan, klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan, mendapatkan kesempatan, pengambilan keputusan, dan gaya manajer.
3.
Fungsi Manajemen Keperawatan Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Kepegawaian), Directing (Pengarahan), Controlling (Pengendalian/Evaluasi). 1.
Planning (Perencanaan) Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
6
Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya. Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. 1) Tujuan Perencanaan (1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan (2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif (3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis (4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya (5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang (6)
Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
(7)
Pentinguntukmelakukankontrol yang lebihefektif
2) Tahap Dalam Perencanaan (1)
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
(2)
Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
(3)
Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
(4)
Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
(5)
Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program
(6)
Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
7
3) Jenis Perencanaan (1)
Perencanaan Strategi Perencanaan
strategis
merupakan
suatu
proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuanyang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan. (2)
Perencanaan Operasional Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi
perawatan
pasien.
Di
dalam
perencanaan
operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek. 4) Manfaat Perencanaan (1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan (2) Memberikan
cara
pemberian
pelaksanaan (3) Memudahkan kordinasi
8
perintah
yang
tepat
untuk
(4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara jelas (5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat (6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami (7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti (8) Menghemat waktu dan dana 5) Keuntungan Perencanaan (1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif (2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai (3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan (4) Memodifikasi gaya manajemen (5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan 6) Kelemahan Perencanaan (1)
Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
(2)
Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
(3)
Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
(4)
Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
(5)
Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalamrangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
9
segenap
kegiatan
usaha
kerjasama
dengan
jalan
membagi
dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya. 1)
Manfaat Pengorganisasian (1)
Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
(2)
Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
2)
(3)
Pendelegasian wewenang
(4)
Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
Langkah-langkah Pengorganisasian (1)
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan
(2)
Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
(3)
Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis
(4)
Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
(5)
Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
(6)
Mendelegasikan wewenang
1) Staffing (Kepegawaian) Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
10
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka. Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana. Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
11
2) Directing (Pengarahan) Pengarahan
adalah
hubungan
antara
aspek-aspek
individual
yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama. Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu: (1) Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif. (2) Demokratis Pemimpin
melibatkan
bawahannya
dalam
proses
pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. (3) Laissez faire Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu
12
kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi. Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional. 3) Controlling (Pengendalian/Evaluasi) Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998). Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002). Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas
seorang
manajemen
dalam
usahanya
menjalankan
dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut: 1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja 2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi
13
3) Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program 4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja 5) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik: (1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas (2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera (3) Harus memandang ke depan (4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis (5) Harus objektif (6) Harus fleksibel (7) Harus menunjukkan pola organisasi (8) Harus ekonomis (9) Harus mudah dimengerti (10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah: 1) Analisa tugas: Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan. 2) Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
14
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat: 1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja 2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya 3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar 4) Dapat diketahuistaf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan. 4.
Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan 2. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi 3. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya 4. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang efektif 5. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan 6. Manajemen keperawatan harus terorganisasi 7. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif 8. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi 9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan 5. 1.
Komponen Manajemen Keperawatan Input Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
15
2.
Proses Pada umumnya
merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi. 3.
Output Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindak lanjuti hasil atau keluaran.
4.
Kontrol Diperlukan
dalam
proses
manajemen
keperawatan
sebagai
upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi. 5.
Mekanisme umpan balik Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
6.
Peran Kepala Ruangan Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan
16
kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005). 7.
Fungsi Kepala Ruangan Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut: 1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan. 2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metodepemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan dengan tepat. 3) Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf. 4) Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi. 5) Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.
8.
Kepala Ruangan Sebagai Manajer Keperawatan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994), adalah sebagai berikut: a.
Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan. 2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
17
Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien. b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi: 1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat. 2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian). 3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat. 4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart. 5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat. 6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal. 7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat. 8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. 9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya. 10) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program. 11) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan.
18
12) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah berlangsung. 13) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung. 14) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas wewenangnya. 15) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung. 16) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat dan benar. 17) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan. 18) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan. 19) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan. 20) Memeriksa
dan
meneliti
pengisi
daftar
pemintaan
makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya. 21) Memelihara buku register dan bekas catatan medis. 22)
Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat. c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi: 1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
19
2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnyauntuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien.Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat. 9. Peran Perawat Pelaksana Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau tidak langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai: a.
Comferter Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
20
b.
Protector dan Advocat Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai
pelindung
perawat
membantu
mempertahankan
lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakanuntuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak – hak klien.
c.
Communication Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan,
hal
ini
terkait
dengan
keberadaan
perawatyang
mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
21
d.
Rehabilitator Perawat
memberikan
asuhan
keparawatan
adalah
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)
3. Kepemimpinan 3.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun tidak. Seorang manajer ingin kepemimpinan lebih efektif, ia harus mampu memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, menggerakkan stafnya agar mereka mampu melaksanakan tuga–tugas pokok organisasi sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya dan tanggung jawab yang melekat pada setiap tugas (Muninjaya, 1999). Menurut Gillies (1994), dalam Arwani (2006), mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah tertentu (to run in a specific direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalandidepan (to go at the head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend toward a de). Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan interaksi yang efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan waktu. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pembangkit
22
tenaga (sinergis) yang menyatukan usaha banyak pekerja dengan bermacam – macam ketrampilan. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan lebih besar untuk menunjukkan dan mempengaruhi perilaku yang lain dibandingkan dengan dia, jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak– pihak yang terlibat. Dalam setiap perusahaan kerja sama memerlukan usaha banyak orang atau pekerja, pemimpin dibutuhkan untuk meluruskan pegawai dalam rangka mendukung tujuan organisasional. Untuk memulai usaha kelompok kepada akhir yang diinginkan, mencampur dan menipang usaha berbagai tenaga ahli (Gillies, 1989). Weirich dan Koontz (1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain uantuk mencapai tujuan. Menurut McGregor, dikutip dari swanburg (2001), menyatakan ada empat variabel besar yang diketahui sekarang untuk memahami kepemimpinan: 1) karakteristik pimpinan, 2) sikap, kebutuhan dan karakteristik lainnya daribawahan, 3) karakteristik dari organisasi, seperti tujuan, sruktur organisasi, keadaan asli, keadaan organisasi yang akan dibentuk, dan 4) keadaan sosial, ekonomi, dan politik lingkungan. McGregor menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat kerja, atau kekuatan dari luar. Gardner (1986), dikutip dari swanburg (2001) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “suatu proses persuasi dn memberikan contoh sehingga individu (atau pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usuan pimpinan atau usulan
23
bersama”. Morton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transakasi masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya. Ia menyatakan bahwa seseorang yang berkuasa, tidak perlu menggunakan kepemimpinan. Lebih baik lagi, seorang dengan posisi sedang berkuasa akan lebih efektif sebab dapat dikombinasikan antara kekuasaan dan kepemimpinan untuk membantu suatu orgamisasi untuk membantu mencapai tujuan. Morton menguraikan ada 4 pemimpin yang efektif yaitu: 1) Seseorang akan mengerti apabila menerima suatu komunikasi, 2) Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta oleh komunikasi tadi, 3) Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang baik, 4) Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi. Semua definisi kepemimpinan dipandang bagai suatu proses interaksi yang dinamis yang mencakup tigadimensi yaitu pimpnan, bwahan, dan situasi. Masing – masing dari dimensi tersebut saling mempengaruhi.
B.
Sumber Daya Manusia (M1/ MAN)
1.
Umur Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai keuntungan lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas dipercaya menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan fisiknya sudah mulai menurun. Tetapi produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa meningkat produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan (Nursalam 2014).
24
2.
Jenis Kelamin Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan, analisis, dorongan, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001). Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga dan keluarga. Bila ada anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja.
3.
Masa Kerja Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang meyakinkan antara dua variabel tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa suatu hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan. Masa kerja yang diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang baik terhadap produktivitas karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas berkaitan negatif dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2003).
4.
Pendidikan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
25
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3 Keperawatan). Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan.
5.
Pelatihan Kerja Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi. Moekijat juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga
26
yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas sematamata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu yang tidak mengikuti pelatihan. Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas tertentu. C.
Sarana dan Prasarana (M2) Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya produksi.
27
1.
Ruang LingkupSaranadanPrasarana 1) Peralatan/perlengkapan berbentuk lembaran Peralatan/perlengkapan yang berbentuk lembaran/helaian, yaitu kertas HVS, kertas folio bergaris, kertas karbon, kertas stensil, formulir, kertas berkop, plastik transparan, kertas karton, kertas buffalo, amplop dan map. 2) Peralatan/perlengkapan berbentuk nonlembaran Peralatan/perlengkapan yang berbentuk non lembaran (bukan brrupa kertas lembaran), yaitu pulpen, pensil, spidol, penghapus, penggaris, rautan, gunting, pemotong kertas (cutter), pembuka surat (letter opener), pelubang kertas dll. 3) Peralatan/perlengkapan berbentuk buku Peralatan/perlengkapan yang berbentuk buku, antara lain : (1) Buku catatan (block note), yaitu buku untuk menulis catatan harian sekretaris. (2) Buku pedoman organisasi, yaitu buku panduan tentang informasi yang berkaitan dengan organisasi, mulai sejarah, struktur, produk dan jasa, hingga prosedur kerja. (3) Buku agenda surat, yaitu buku yang mencatat keluar masuknya surat sehari-hari. 2.
Peralatan/perlengkapan kantor dilihat dari penggunaannya : a. Barang habis pakai Barang habis pakai adalah barang/benda kantor yang pengguanaannya hanya satu/beberapa kali pakai atau tidak tahan lama. Contoh : kertas, tinta, karbon, klip, pensil dan pulpen. b.
Barang tidak habis pakai Barang yang tidak habis pakai adalah barang/benda kantor yang penggunaannya tahan lama. Contoh : stapler, perforator, cutter, dan gunting.
28
D.
M3 Metode AsuhanKeperawatan 1.
Penerapan MAKP Model perawatan Primary Nursingmerupakan salah satu model praktek Keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Model ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat. Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing. Berdasarkanhasilpengkajian, kelompokmenerapakan model asuhankeperawatan
primer.
Adapunbagan
asuhankeperawatanadalahsebagaiberikut
:
KEPALA RUANGAN
TIM MEDIS DAN TIM LAIN
model
SARANA RS
PERAWAT PRIMER
PERAWAT PRIMER PERAWAT ASSOCIATE
KLIEN
PERAWAT ASSOCIATE
KLIEN
Gambar 2.1 Struktur Penerapan MAKP
29
Kelebihan : 1.
Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2.
Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3.
Pasien
merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu 4.
Tercapainya
pelayanan
kesehatan
yang
efektif
terhadap
pengobatan, dukungan proteksi, informasi dan advokasi (Gillies, 1989) Kelemahan : Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
pengambilan
keputusan
yang
tepat,
menguasai
keperawatan klinik, Akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin profesi. 2.
PembagianTugas Job Description Model PraktekKeperawatanprimary nursing a.
Kepala ruangan Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat. Tugas pokok : Mengawasidanmengendalikankegiatanpelayanankeperawa tan di ruangrawat yang berada di wilayahtanggungjawabnya. Uraian Tugas : a) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi : 1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan 2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai kebutuhan
30
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien. b) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi : 1) Mengatur
dan
mengkoordinasikan
seluruh
kegiatan
pelayanan ruang rawat 2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku 3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru atau tenaga lain yang akan bekerja di ruang rawat. 4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan
asuhan
keperawatan
sesuai
ketentuan/standart 5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat. 6) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya. 7) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan antara lain melalui pertemuan ilmiah 8) Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapai pelayanan yang optimal. 9) Menyusun permintaan rutin meliputi: kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat 10) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai 11) Mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
inventarisasi
peralatan 12) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi penjelasan tentang peraturan rumah
31
sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaanya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan 13) Mendampingi
dokter selama kunjungan keliling (Visite
dokter) untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya. 14) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan 15) Mengadakan pendekatan kepada tiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya 16) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung. 17) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas kewenangan 18) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung. 19) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar untuk tindakan perawatan selanjutnya. 20) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruangan yang lain, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS 21) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberikan ketenangan. 22) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan 23) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien,
32
kemudian memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya 24) Memelihara buku register dan berkas catatan medik 25) Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat. c) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi : 1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan 2) Melaksanakan
penilaian
terhadap
upaya
peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan 3) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien. 4) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat. b. Perawat Primer Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif kepada klien. Tugas pokok : 1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif 2) Membuat tujuan dan rencana perawatan 3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan. 4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin ilmu maupun perawat lain. 5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan 6) Mendampingi dokter selama visite untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan
33
7) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat. 8) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis. 9) Membuat jadwal perjanjian klinik 10) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu 11) Mempersiapkan pasien pulang 12) Membuat laporan harian c.
Perawat Associate Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien. Tugas pokok : 1. Memberikan pelayanan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang. 2. Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun 3. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan 4. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada catatan perawatan 5. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab. 1) Pemberian obat 2) Pemeriksaan laboratorium 3) Persiapan klien yang akan dioperasi 6. Memperhatikan keseimbangan fisik, mental dan spiritual dari klien: 1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan 2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberikan rasa aman, nyaman dan ketenangan. 3) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik 4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik
34
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannya 6) Memberi pertolongan segera pada pasien gawat atau sakratul maut 7. Membantu kepala ruangan dan perawat primer dalam ketatalaksanaan ruangan serta administratif. 1) Menyiapkan data klien baru pulang atau meninggal 2) Sensus harian dan formulir 3) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik 8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan 9. Menciptakan
dan
memelihara
kebersihan,
keamanan,
kenyamanan dan keindahan ruangan 10. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/ malam secara bergantian 11. Memberi
penyuluhan
kesehatan
kepada
klien
tentang
penyakitnya.
E. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan pasien (berdasarkan teori D. Orem : Self-care Deficit) 1.
Minimal Care a. Pasien bisa mandiri / hampir tidak memerlukan bantuan : 1) Mampu naik – turun tempat tidur 2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri 3) Mampu makan dan minum sendiri 4) Mampu mandi sendiri / mandi sebagian dengan bantuan 5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri) 6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan 7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan b. Status psikologis stabil c. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik d. Operasi ringan
2.
Partial Care a. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
35
1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik – turun tempat tidur 2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi / berjalan 3) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan 4) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap) 5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut 6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan b. Post operasi minor (24 jam) c. Melewati fase akut dari post operasi mayor d. Fase awal dari penyembuhan e. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam f. Gangguan emosional ringan 4) Total Care i.
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama 1) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong / kursi roda 2) Membutuhkan latihan pasif 3) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intra vena (infus) atau NG tube (sonde) 4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut 5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan 6) Dimandikan perawat 7) Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter 1. Konsep Penghitungan Ketenagaan (Ratna Sitorus, 2002) Klasifikasi Pasien Jumlah pasien
Minimal
Parsial
Total
Pagi
Pagi
Pagi
Siang
Siang
Siang
Malam
Malam
Malam
36
Tabel 2.1Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat
2. BOR ( Bed Occupation Rate) Penghitungan jumlah tempat tidur dan BOR : Rumus Perhitungan BOR : BOR = Jumlah Pasien X 100 % Jumlah TT
2.4.2 Timbang terima Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan (Nursalam, 2002) Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi.Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik
sebelum
melaksanakan
asuhan
keperawatan
pada
pasien.
Post
conferenceadalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (Marelli, et.al, 1997). Tujuan pre conference adalah: 1.
Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2.
Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.
37
3.
Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
4.
Tujuan post conference adalah: Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai. Syarat pelaksanaan : 1.
Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
2.
Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
3.
Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.
4.
Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, PP, dan PA (Jean, et.Al, 1973)
Pedoman pelaksanaan conference: 1.
Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2.
Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3.
Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan memberi umpan balik
4.
Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
5.
Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
6.
Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
7.
Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan kesesuainya dengan situasi lapangan
2.4.2.1 Tujuan 1. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum. 2. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. 3. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. 2.4.2.2 Langkah-langkah 1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
38
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan. 3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya meliputi : 1) Jumlah pasien: jumlah pasien baru, jumlah pasien lama dan pasien pulang 2) Identitas klien dan diagnosa medis 3) Masalah keperawatan 4) Data yang mendukung 5) Tindakan keperawatan yang sudah/ belum dilakukan 6) Rencana umum/ catatan khusus yang perlu dilakukan : pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu. 4. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru. 5. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien. 2.4.2.3 Prosedur Timbang Terima Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi : 1. Persiapan 1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap. 2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan. 2. Pelaksanaan Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya : 1)
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2)
Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbangterima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3)
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
4)
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah : (1) Identitas klien dan diagnosa medis.
39
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul. (3) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif). (4) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan. (5) Intervensi kolaboratif dan dependensi. (6) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya. 5)
Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6)
Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat. 7)
Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8)
Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan validasi data tidak lebih dari 5 menit.
3.
Penutup 1)
Kembali ke nurse station, klasifikasi data setelah keliling ke tiap pasien
2)
Tanda tangan perawat dan kepala ruangan di lembar timbang terima
3)
Laporan/ handover alat-alat yang dimiliki.
2.4.3 Ronde Keperawatan 2.4.3.1 Pengertian Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011) 2.4.3.2 Manfaat 1. Masalah pasien dapat teratasi 2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi 3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional 4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan. 5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
40
2.4.3.3 Kriteria klien Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan 2. Klien dengan kasus baru atau langka 2.4.3.4 Peran masing-masing anggota tim 1.
Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA) (1) Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien (2) Menjelaskan diagnosis keperawatan (3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan (4) Menjelaskan hasil yang didapat (5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil (6) Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2.
Perawat Konselor (1) Memberikan justifikasi (2) Memberikan reinforcement (3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan (4) Mengarahkan dan koreksi
2.4.4 Discharge Planning 2.4.4.1 Pengertian Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1990). Perencanaanpulangataudischarge planningmerupakan proses terintegrasi yang terdiridarifase-fase yang ditujukanuntukmemberikanasuhankeperawatan yang berkesinambungan (RadendanTraft, 1990). 2.4.4.2 Tujuan Discharge Plannin Menurut Jipp dan Sirass
(1999) perencanaan pulang (discharge
planning) bertujuan untuk:
41
1.
Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2.
Meningkatkan kemandirian klien.
3.
Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada klien.
4.
Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
5.
Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.
6.
Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
2.4.4.3 Manfaat Discharge Planning Menurut Spath (2003), discharge planning mempunyai manfaat: 1.
Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada klien yang dimulai dari rumah sakit
2.
Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan klien
3.
Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan klien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
4.
Membantu kemandirian klien dalam kesiapan melakukan perawatan rumah
2.4.4.4 Komponen Discharge Planning 1.
Kontrol (waktu dan tempat)
2.
Perawatan di rumah Meliputi pemberian
pengajaran
atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai diet, aktivitas dan istirahat, perawatan diri, perawatan luka. Pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman klien dan keluarga mengenai perawatan klien di rumah. 3.
Obat-obatan yang masih diminumkan dan jumlahnya. Pada klien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
4.
Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan fotokopi hasil pemeriksaan selama MRS dibawakan ke klien waktu pulang 1) Surat-surat seperti: surat keteranganistirahat, suratketerangandirawat RS, surat kontrol, dan lain-lain.
42
2) Rujukanpelayanankesehatanterdekat. 2.4.4.5 Tindakan Discharge Planning Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu perencanaan pulang yaitu meliputi: 1.
Pendidikan
(edukasi,
reedukasi,
reorientasi)
pendidikan
kesehatan
diharapkan bisa mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan pengetahuan klien. 2.
Program pulang bertahap Bertujuan untuk melatih klien kembali ke keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan keluarga.
3.
Rujukan Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawatan community dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan klien dirumah.
2.4.4.6BagiandariDischarge Planning Menurut Boyle (1999) discharge planning terdiri dari: 1.
Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang
2.
Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang dibutuhkan atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian.
3.
Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care).
4.
Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan memonitor kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba di rumah.
5.
Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien di rumah tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien.
6.
Melaksanakan rentang perawatan antara RS dengan masyarakat.
2.4.4.6 Jenis Discharge Planning 1.
Conditional discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi klien bagus tidak terdapat kompilikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
43
2.
Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3.
Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini klien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat Puskesmas terdekat. Pada ruang Palem II jika pasien menginginkan pulang paksa maka pasien atau keluarga harus mengisi informed consentterlebihdahulu, agar pihakrumahsakittidakdisalahkanjika ada risikosetelah di rumah.
4.
Meneruskan dengan obat jalan.
5.
Meninggal.
2.4.4.7 Komponen Perencanaan Pulang (Komponen Discharge Planning) 1.
Pada saat pasien masuk ruangan: 1) Menyambut kedatangan pasien 2) Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan 3) Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain 4) Melakukan pengkajian keperawatan 5) Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.
2.
Selama masa perawatan: 1) Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain 2) Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul sampai dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat. 3) Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas, kontrol
3.
Persiapan pasien pulang: 1) Perawatan di rumah Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat kontrol. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat pemahaman klien dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti, perawatan lanjutan seperti perawatan luka, NGT, dll.
44
2) Obat-obatan yang masih dikonsumsi klien dan dosisnya Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus diminumkan, dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat, efek samping yang mungkin muncul. 3) Obat-obatan yang dihentikan Pada pasien JPS atau Askes kalau ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh klien, dikembalikan ke depo farmasi dan untuk pasien umum mendapat ganti berupa uang di apotek dia membeli obat. 4) Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang pada klien, tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi milik RS. 5) Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol, surat rujukan, dll. 2.4.4.8 Tindakan Keperawatan Pada Waktu Perencanaan Pulang 1.
Mengkaji kebutuhan klien (fisiologis, psikologis, sosial dan kultural)
2.
Mengembangkan
rencana
keperawatan
yang
sudah
diterapkan
dan
mendokumentasikan strategi discharge 3.
Memberi pendidikan kepada keluarga dan klien (Patrice, 1999)
2.4.4.9 Peran Perawat Dalam Discharge Planning 1.
Kepala Ruangan 1) Membuka acara discharge planning kepada pasien 2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2.
Perawat Primer 1) Membuat rencana discharge planning 2) Membuat leaflet dan menyiapkan kartu discharge planning 3) Memberikan konseling 4) Memberikan pendidikan kesehatan 5) Menyediakan format discharge planning 6) Mendokumentasikan discharge planning 7) Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai dengan akhir perawatan)
45
3.
Perawat Associate Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah direncanakan oleh perawat primer.
2.4.4.10 Alur Discharge Planning Dokter dan Tim Kesehatan
PP dibantu PA Keadaan pasien: 1. Klinis dan pemeriksaan penunjang lain 2. Tingkat ketergantungan pasien Perencanaan Pulang
Penyelesaian administrasi
Lain-lain
-
Program HE: Kontrol dan obat/perawatan Gizi Aktivitas dan istirahat Perawatan diri
Monitoring oleh petugas kesehatan dan keluarga Gambar 2.2 Struktur Alur Discharge Planning
46
2.5 Pembiayaan (M4/ MONEY) 2.5.1 Kompensasi Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan imbalan finansial. Terminologi dalam kompensasi adalah: 1.
Upah dan Gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan
2.
Insentif. Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah yang diberikan organisasi
3.
Tunjangan
4.
Fasilitas (Simamora, 2004).
2.5.2
Reward Reward yaitu hadiah dan hukuman dalam situasi kerja, hadiah menunjukkan
adanya penerimaan terhadap perilaku dan perbuatan, sedangkan hukuman menunjukkan penolakan perilaku dan perbuatannya. Wahyuningsih
(2009)
juga
mendefinisikan
reward
adalah
penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai. Francisca (2006) memfokuskan definisi reward sebagai hadiah atau bonus yang diberikan karena prestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling sederhana berupa kata-kata seperti pujian adalah salah satu bentuknya. Reward biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang dalam organisasi (Raharja, 2006). Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006) bahwa reward yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi dari apa yang mereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara fundamental. 2.5.3
Punishment Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/ pelanggaran.
Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap orang pasti beda persepsi dan beda pendapat (Wahyuningsih, 2009).
47
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam perusahaan. punishmentyang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat mendidik. Selain itu punishment juga merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar. Ngalin purwanto (1988:238) membagi punishment menjadi dua macam yaitu: 1.
Hukuman prefentif Yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman
2.
Hukuman refresif Yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi kesalahan.
2.6 Pemasaran (M5/ MUTU) 2.6.1 Indeks Kepuasan Masyarakat Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen dari produk yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan Beteson (2011), yaitu: ”weithout custumers, the service firm has no reasonto exist”. Definisi kepuasan masyarakat menurut Mowen (2011,): ”Costumers satisfaction is defined as the overall attitudes regarding goods orservices after its acquisition and uses”. Oleh karena itu, badan usaha harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga mencapai kepuasan masyarakat dan lebih jauh lagi kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga menyebabkan ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan masyarakat akan suatu produk menjadi luntur dan beralih ke produk atau layanan yang disediakan oleh badan usaha yang lain. Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:
48
1.
Efektif
2.
Sederhana
3.
Kejelasan dan kepastian
4.
Keterbukaan
5.
Efisiensi
6.
Ketepatan waktu Berkembangnya era servqual juga memberi inspirasi pemerintah Indonesia
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan sektor publik. Salah satu produk peraturan pemerintah terbaru tentang pelayanan publik yang telah dikeluarkan untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja unit pelayanan publik instansi pemerintah adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP- 25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Ke-14 indikator yang akan dijadikan instrumen pengukuran berdasarkan keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara di atas adalah sebagai berikut: 1.
Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2.
Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3.
Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung jawab). Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
4.
Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
5.
Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
49
6.
Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
7.
Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.
8.
Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
9.
Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
10.
Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
11.
Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.
12.
Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resikoresiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN Hak Pasien: 1.
Hak untuk memperoleh informasi meliputi: 1)
Diagnosa penyakit yang di deritanya
2)
Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
3)
Kemunginan penyakit yang timbul sebagai akibat tersebut serta rencana tindakan untuk mengatasainya
4) 2.
Perkiraaan biaya pengobatan
Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan peraturan yang berlaku dirumah sakit.
3.
Hak untuk memberikan persetujuan/ menolak untuk tindakan atau pemeriksaan yang akan dilakukan atas dirinya sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
50
4.
Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran
5.
Hak mendapat pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
6.
Berhak memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi keperawatan.
7.
Hak atas “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk rekam medisnya.
51