BAB IV PEMBAHASAN Semen Seng fosfat merupakan semen yang memiliki sejarah paling panjang, sehingga material ini memiliki aplikasi yang paling luas. Mulai dari semen sebagai luting, cavitas liner dan basis untuk melindungi pulpa dari stimulus mekanik, termal, maupun elektrik suatu restorasi (O’Brien 2002, p 136). Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan yang diletakkan pada botol yang terpisah dan dicampurkan sebelum dipakai. Komponen reaktif utama dari bubuk adalah seng oksida. Bubuk semen seng fosfat mengandung 75% seng oksida dan lebih dari 13% magnesium oksida. Sedangkan cairannya merupakan larutan yang terdiri dari 38%-59% asam fosfat, 30%-55% air, 2%-3% aluminium fosfat, dan sekitar lebih dari 10% seng fosfat. Cairan tersebut mengontrol pH dan kecepatan reaksi cairan-bubuk (asam-basa). Semakin kecil/halus ukuran partikel, semakin cepat semen setting. (Anusavice, 2013) Ketika dicampur, asam fosfat melarutkan seng oksida, yang bereaksi dengan fosfat aluminium dan membentuk gel seng alumino fosfat pada permukaan partikel sisanya. Semen yang telat setting mengandung partikel seng oksida yang tidak bereaksi, dibungkus dengan matriks padat yang tidak terbentuk dari seng aluminofosfat. Kehilangan air dari cairan memperpanjang reaksi setting, sedangkan penggabungan
tambahan
(Anusavice, 2013).
air
selama
pencampuran
mempercepat
reaksi.
Menurut Anusavice (2003),terdapat beberapa sifat semen seng fosfat diantaranya sebagai berikut: 1. Compressive strength 104 MPa dan tensile strength 5,5 Mpa kekuatan ini dapat berubah tergantung dengan perbandingan bubuk dan cairan yang digunakan. Pemakaian bubuk semen yang optimal akan menambah kekuatan sedangkan penurunan rasio bubuk dan cairan akan mengurangisifat fisis dan kekuatan mekanisnya. 2. Modulus elastisitas 13 Gpa, sehingga cukup kaku dan seharusnya dapatmenahan perubahan bentuk elastik bahkan jika digunakan untuk sementasi restorasi yang terkena tekanan pengunyahan yang besar 3.
Daya larut semen seng fosfat di dalam air yang relatif lebih rendah jika dites menurut spesifikasi ADA
4. Retensi : Pengerasan semen seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan keras di sekitarnya atau bahan restorati lainnya. Oleh sebab itu, ikatan utamanya merupakan kunci mekanis pada kedua permukaan dan bukan oleh karena interaksi kimia. 5.
Sifat biologis : Asam fosfor dalam cairan semen seng fosfat memiliki nilai keasaman yang cukup tinggi. Dua menit setelah pengadukan, pH semen seng fosfat berkisar 2, kemudian naik dengan cepat sekitar 5,5 setelah 24 jam. Adukan yang terlalu encer akan menyebabkan pH semen seng fosfat menjadi lebih rendah pada waktu yang lama. Keasaman ini akan mengakibatkan kerusakan pulpa, dan pada semen seng fosfat yang cairannya terbuat dari asam fosfor radioaktif
menunjukkan bahwa asam dari semen dapat menembus ketebalan dentin sampai sebesar 1, 5 mm. Jika dentin yang terletak di bawah semen tidak dilindungiterhadap penembusan asam melalui tubulus dentin, dapat terj adi cidera pulpa Pada pencampuran bubuk dan cairan secara bersamaan akan terjadi suatu reaksi, sehingga terbentuk seng fosfat yang relatif tidak larut sebagai berikut :
3ZnO + 2H3PO4 + H2O → Zn3(PO4)2 • 4H2O
Hanya pada lapisan permukaan dari partikel oksida seng yang bereaksi, meninggalkan inti yang tidak digunakan terikat oleh matriks fosfat. Reaksi ini cepat dan eksotermik meskipun laju disesuaikan oleh adanya buffer dalam asam dan proses khusus penonaktifan dari bubuk oksida seng yang melibatkan pemanasan dan sintering dengan oksida lainnya yang kurang reaktif. (McCabe, 2008 ) Pada skill lab kali ini dilakukan pengujian keasaman terhadap dua jenis uji keasaman yaitu uji keasaman pada sempel semen seng fosfat yang sudah setting dan uji keasaman pada semen seng fosfat yang dimanipulasi selama 2 menit. Pada percobaan pertama dengan menguji keasamaan semen seng fosfat basis yang baru diaduk selama 2 menit. Lalu dicampurkan air destilasi sampai larut seperti pasta. Kemudian diukur dengan kertas indikator pH universal sehingga didapatkan nilai pH 2.
Sedangkan pada percobaan kedua yaitu dengan menggunakan semen seng fosfat sebagai basis yang telah setting. Setelah itu semen seng fosfat yang telah setting digerus menggunakan mortar dan pastel sampai menjadi serbuk. Lalu diambil sekitar 1gr dan dicampur dengan sedikit air aquadest atau destilasi sampai terlarut seperti pasta. Kemudian diukur dengan kertas indikator pH universal dan didapatkan nilai pH 4. Hasil tersebut menunjukkan adanya kesesuaian dengan teori sifat biologis semen seng fosfat yang telah dituliskan diatas dimana semakin lama semen seng fosfat itu setting dan mengalami kekerasan maka pH yang ada akan semakin lemah, berbanding terbalik dengan semen seng fosfat yang baru dimanipulasi, kandungan pH asam akan lebih kuat karena telah terjadi proses manipulasi yang menimbulkan reaksi kimia. Keasaman ini menimbulkan kerusakan pada pulpa sehingga pada saat pengaplikasiannya memerlukan basis agar pulpa dan dentin dapat terlindungi dari asam.