Laporan Resmi Biokimia Revisi 1.docx

  • Uploaded by: Nindya Ilona Wanda Rizka
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Resmi Biokimia Revisi 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 18,034
  • Pages: 145
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA (MKK 17205)

Oleh: KELOMPOK III Nama

: 1. Alviana Dewi (16.72.017151) 2. Gustian Lamandau (16.72.017140) 3. Ludhita Rahmadani (16.72.017150) 4. Syamsudin Mursidi (16.72.017148) 5. Yulianti Rusmidah (16.72.017127)

Mata Kuliah

: Biokimia

Dosen Pengampu

: 1. Suratno, S,Pd, M.Sc : 2. Dwi Purbayanti, ST, M.Si : 3. Novidha Muji R, S.Si

Asisten Praktikum

: 1. Putri Ayu Ferdinasari : 2. Citra Aktaviani : 3. Siti Noor Latifah : 4. Maulana

PROGRAM STUDI ANALISIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADDIYAH PALANGKA RAYA

2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar ...................................................................................................2 Karbohidrat.........................................................................................................4 Identifikasi Karbohidrat......................................................................................24 Identifikasi Vitamin B6.......................................................................................36 Identifikasi Vitamin C.........................................................................................46 Lemak .................................................................................................................55 Uji Kelarutan Dan Ikatan Peptida Pada Protein..................................................72 Identifikasi Protein Dan Salting Out...................................................................86 Pemisahan Protein...............................................................................................101 Enzim..................................................................................................................110 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim............................................118

2

KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur kami haturkan kepada Sang Kholiq yang tak pernah letih ataupun tidur dalam mengurus semua makhluk-Nya yang berada di langit maupun di bumi. Dialah Allah SWT, Tuhan semesta alam dengan kekuasaan yang meliputi langit beserta isinya dan bumi beserta isinya pula. Dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, maka kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir Praktikum BIOKIMIA yang tentunya masih jauh dari kata sempurna ini. Kami sebagai penulis juga ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah BIOKIMIA yaitu Bapak Suratno, S.Pd., M.Sc, Ibu Dwi Purbayanti., M.Si, serta Ibu Novidha Muji R., S.Si yang telah sabar mengajar kami, sehingga kami tidak memiliki banyak kesulitan dalam membuat tugas akhir praktikum ini. Kami sebagai penulis juga berharap bahwa apa yang sudah penulis tulis dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca dalam memperoleh pengetahuan tentang materi-materi yang ada dalam tugas akhir kami ini dan jika ada masukan, sekiranya tak segan untuk menambahkan supaya kedepannya kami dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam tugas akhir kami ini. Palangkaraya, 20 Juli 2017

Penyusun

3

PERCOBAAN I KARBOHIDRAT I.

JUDUL PRAKTIKUM Karbohidrat

II.

TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengidentinfikasi karbohidrat secara kualitatif 2. Mengidentifikasi polisakrida secara kualitatif 3. Mengidentifkasi gula pereduksi 4. Membedakan monosakarida dan disakarida 5. Mengindentifikasi pentosa 6. Mengidentifikasi ketosa 7. Mempelajari reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi karbohidrat 8. Mengetahui sifat-sifat karbohidrat.

III.

DASAR TEORI Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari poliaalkohol dengan

rumusan umum Cn(H2O)n. Karbohidrat adalah bagian dari zat gizi utama yang berperan sebagai sumber energi terutama pada manusia, karbohidrat di konsumsi sebagai polisakarida, disakarida, dan monosakrida. Polisakarida adalah polimer dari monosakarida, yang terpenting sebagai bahan dimer dari monosakarida. Disakarida yang lazim dikonsumsi adalah maltosa dan sukrosa. Laktosa merupakan satu-satunya disakarida yang dihasilkan oleh mamlia, glukosa, galaktosa dan fruktosa merupakan monosakarida yang mempunyai 6 atau C(heksosa). Glukosa dan galaktosa merupakan suatu aldosa (gula dengan gugus aldehid) sedangkan fruktosa adalah ketosa (gula dengan gugus keton) beberapa karbohidrat mempunyai sifat sebagai gula pereduksi seperti glukosa, fruktosa, maltosa dan lain-lain. Fungsi karbohidrat menyediakan sebagian energi dalam kebanyakkan organisme (karbohidrat sederhana adalah gula; kabohidrat yang kompleks dapat

4

dipecahkan menjadi gula sederhana) karbohidrat juga adalah komponen struktural dari dinding sel dan membran sel. Karbohidrat bekerja sama sebagai senyawa antar metabolik yaitu (glukosa-6-fosfat). Karbohidrat misalnya (ribose, deoksiribosa) adalah komponen dari nukleutida yang membentuk DNA dan RNA. Karbohidrat juga memainkan peran sebagai pelicin, dalam latar komunikasi dan imunitas. IV.

ALAT DAN BAHAN Alat: 1) Tabung reaksi

: 6 buah

2) Rak tabung reaksi

: 1 buah

3) Penjepit tabung

: 1 buah

4) Pipet tetes

: 2 buah

5) Porselin tetes

: 1 buah

6) Lampu spritus

: 1 buah

7) Gelas beker 500 ml

: 2 buah

8) Hotplate

: 1 buah

9) Kaki tiga dan kawat kasa

: 1 buah

10) Botol semprot

: 1 buah

Bahan: 1) Larutan amilum,glukosa,sukrosa,maltosa,fruktosa, dan laktosa 1 % 2) Larutan iodium 3) Larutan Fehling A 4) Larutan Fehling B 5) Pereaksi Benedict 6) Pereaksi Barfoed 7) Pereaksi Molisch 8) Pereaksi Seliwanoff

5

V.

CARA KERJA

1. Uji Molisch a) Masukkan 15 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi b) Tambahkan 3 tetes pereaksi molisch, dicampurkan dengan baik c) Miringkan tabung reaksi kemudian alirkan dengan hati-hati larutan H2SO4 pekat melalui dinding tabung agar bercampur dengan baik. Diamati apa yang terjadi 2. Uji iodium a) Masukan 1 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi b) Tambahkan 2 tetes larutan iodium c) Kemudian, amati warna spesifik yang terbentuk 3. Uji benedict a) Masukan 2 ml larutan benedict ke dalam tabung reaksi b) Ditambahkan 1 ml (2 tetes) larutan uji dan campurkan dengan baik. c) Kemudian dipanaskan kedalam air mendidih selama 15 menit d) Perhatikan warna atau endapan berwarna hijau sampai merah bata. 4. Uji fehling a) Sebanyak 1 ml (2 tetes) larutan fehling A dan B dimasukan ke dalam tabung reaksi. b) Ditambahkan 1 ml (20 tetes) larutan uji, dan campurkan dengan baik. c) Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. Reaksi positif bila terjadi endapan yang berwarna hijau sampai merah bata. 5. Uji barfoed a) Sebanyak 10 tetes larutan uji dimasukan kedalam tabung reaksi b) Ditambahkan 10 tetes pereaksi barfoed dan campurkan dengan baik c) Kemudian di panaskan dengan air mendidih selama 5 menit d) Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk 6. Uji seliwanoff a) Sebanyak 5 tetes larutan uji dimasukan kedalam tabung reaksi. b) Ditambahkan 15 tetes pereaksi seliwanoff dan campurkan dengan baik c) Kemudian dipanaskan dengan air mendidih selama 1 menit.

6

d) Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. VI.

Hasil Pengamatan 1. Uji Molisch No

Larutan uji 1%

1 2 3 4 5 6

Fruktosa Amilum Maltosa Glukosa Laktosa Sukrosa

Warna saat ditambahkan, pereaksi Molisch Putih keruh Putih keruh Putih keruh Putih keruh Putih keruh Putih keruh

Warna setelah ditambahkan H2SO4 Endapan cincin ungu Endapan cincin ungu Endapan cincin ungu Endapan cincin ungu Endapan cincin ungu Endapan cincin ungu

Hasil uji (+/-) + + + + + +

2. Uji Iodium No

Larutan uji 1%

1 2 3 4 5 6

Amilum Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa

Perubahan warna saat ditambahkan iodium Biru Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning

Hasil uji (+/-) + -

3. Uji Benedict No

Larutan uji 1%

1 2 3 4 5 6

Amilum Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa

Warna saat ditambahkan pereaksi Benedict Biru Biru Biru Biru Biru Biru

Warna setelah dipanaskan Biru Endapan merah bata Endapan merah bata Biru Endapan merah bata Endapan merah bata

Hasil uji (+/-) + + + +

4. Uji Fehling No 1 2

Larutan uji 1% Amilum Glukosa

Warna saat ditambahkan, peraksi fehling A dan B Biru endapan putiih Biru

Warna setelah dipanaskan Biru Endapan merah bata

Hasil uji (+/-) +

7

3 4 5 6

Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa

Biru Biru Biru Biru

Endapan merah bata Biru Endapan merah bata Endapan merah bata

+ + +

5. Uji Barfoed No

Larutan uji 1%

1 2 3 4 5 6

Amilum Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa

Warna saat ditambahakan pereaksi Barfoed Biru Biru Biru Biru Biru Biru

Warna setelah dipanaskan Biru Endapan merah bata Endapan merah bata Biru Biru Biru

Hasil uji (+/-) + + -

6. Uji Seliwanoff

VII.

No

Larutan uji 1%

1 2 3 4 5 6

Amilum Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa

Warna saat ditambahkan peraksi seliwanoff Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna

Warna setelah dipanaskan Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Bening tidak berwarna Benng tidak berwarna

Hasil uji (+/-) -

PEMBAHASAN a. Uji Molisch Merupakan

uji

dalam

membedakan

atau

senyawa

bukan

karbohidrat yang didalamnya terdapat senyawa kompleks yaitu pereaksi Molisch terdiri dari senyawa yang akan beraksi dengan furfural yang membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh adanya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Tujuan

ditambahkan

H2SO4

(asam

sulfat)

pekat

menghidrolisis ikatan pada sakarida yang menghasilkan furfural. Pada praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan larutan uji amilum, glukosa, sukrosa, maltosa, fruktosa, dan laktosa 1% yang 8

dicampurkan dengan pereaksi molisch serta ditetesi dengan H2SO4 pekat menunjukan perubahan warna serta terdapat endapan cincin ungu yang menunjukkan larutan uji ini positif dan mengandung karbohidrat didalam senyawa karbon yang terdapat monosakarida yaitu gula sederhana pada glukosa, pada disakarida sukrosa, oligosakarida maltosa, laktosa dan polisakrida yaitu amilum yang bereaksi dengan asam akan menghasilkan cincin ungu. b. Uji Iodium Setelah melakukan percobaan kita mengetahuit adanya atau tidak polisakarida dalam larutan uji, yang mendinteksi amilum yang ditandai dengan warna biru. Pada hasil pengamatan percobaan menunjukan bahwa amilum 1% positif pada reaksi ini karena, pecahnya pati dengan pereaksi larutan iodium. Sedangkan pada larutan uji monosakrida dan oligosakarida yaitu glukosa, sukrosa, maltosa, fruktosa, dan laktosa menghasilkan negatif. Pada larutan uji amilum menunjukan positif terhadap larutan iodium karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap glukosanya. Hala ini, menyebabkan pati menhasilkan warana biru pekat pada saat dilakukan percobaan yaitu amilum positif dan yang negatif larutan uji glukosa, sukrosa, maltosa, fruktosa, dan laktosa berwarna kuning setelah ditambahkan pereaksi iodium dan tidak terjadi perubahan warna. c. Uji Fehling Pada percobaan karbohidrat yang dilakukan dengan uji gula pereduksi menggunakan uji glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa dan amilum yang direaksikan dengan Fehling A dan B yang dipanaskan dengan air mendidih selema 5 menit agar mudah tereduksi. Dari pecobaan,yang dilakukan menghasilkan larutan uji fruktosa, glukosa, dan laktosa terjadi perubahan warna yaitu merah bata yang menunjukan hasil negatif karena, bukan gula pereduksi. Akan tetapi larutan uji fruktosa harusnya menghasilkan negatif karena bukan gula

9

pereduksi namun, karana adanya pencampuran dengan pereaksi fehling A dan B dapat menjadi positif berwrna merah bata disebabkan oleh reaksi larutan Cu(II) dengan dioksida yang dereduksi menjadi Cu(I) dalam suasana basa serta larutan pereaksi Fehling ini terdapat natrium hidroksida, dengan adanya aldehida dan ketosa dalam pereaksi Fehling yang menjadikan fruktosa akan berubah warna merah bata positif pada uji Fehling. d. Uji Benedict Pada percobaan karbohidrat yang dilakukan dengan uji gula pereduksi, yang menggunakan larutan uji yang direaksikan dengan larutan benedict yang terdapat Cu(II) sulfat yang dilarutkan dalam buffer natrium karbonate yang suasana basa direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida akan membentuk Cu2O yang berwarna kuning sampai merah bata menujukan reaksi positif. Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat pada reaksi larutan uji berupa monosakarida dan disakrida sebagai perduksi yaitu glukosa, maltosa, fruktosa, dan laktosa yang digunakan pada uji Benedict menunjukan hasil positif dengan warna merah bata. Pada larutan uji amilum dan sukrosa (polisakarida) yaitu pati menghasilkan reaksi negatif yang menunjukkan perubahan warna biru karena bukan gula perduksi akibat gugus aldehida dan ketonnya digunakan berkaitan gliksidik. Sedangkan pada fruktosa bukan gula perduksi namun dapat berubah menjadi glukosa dan manusia yang memberiksan hasil positif pada uji benedict karen dapat beraksi dalam gugus diomatik dan alfa hidroksi keton. Uji Benedict ini,mempermudah dalam membedakan monosakrida dan disakarida dengan polisakarida melalui perubahan warna pada reaksi larutan uji. e. Uji Barfoed Merupakan

uji

dalam

membedakan

monosakarida

dengan

disakarida dengan menggunakan pereaksi barfoed yang didalamnya

10

terdapat larutan kuoridsetat dan asam asetat dalam air. Pada pecobaan yang dilakukan dengan larutan uji berupa larutan glukosa, sukrosa, maltosa, fruktosa, laktosa dan amilum dengan pereaksi barfoed menghasilkan reaksi positif pada larutan uji glukosa dan fruktosa. Karena, saat dipanaskan di air mendidih terjadi perubahan warna endapan merah bata lebih cepat, yang menunjukan bahwa larutan uji tersebut adalah monosakarida dan pada amilum,sukrosa,maltosa,dan laktosa. Yang menunjukan lambatnya perubahan bahkan tidak ada perubahan tetap berwarna biru yang menujukan hasil reaksi negatif karena disakarida yang memiliki konsentrasi rendah tida menunjukan reaksi positif berbeda dengan monosakarida yang dapat cepat mereduksi. Hal ini terjadi dikarenakan asam asetat, asam laktat, dan ion cut yang dihasilkan direduksi sehingga menghasilkan warna meraah bata menunjukan adanya monosakarida serta ikatan peptida saling berikatan satu sama lain sehingga menunjukan reaksi positif, reaksi yang terjadi dalam suasana asam. f. Uji Seliwanoff Merupakan uji dalam membedakan gula ketosa dan aldosa yang dimana ketosa dibedakan dari aldosa dengan gugus fungsi keton dan aldehida gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, berarti ketosa dan sebaliknya mengandung gugus aldehid berarti aldosa. Dalam percobaan dilakukan dengan larutan uji peraksi seliwanoff yang didasari pada ketika pemanasan, kerosa lebih cepat terhidrasi dari pada aldosa. Dalam percobaan dilakukan seusai prosedur dengan menggunakan larutan uji yaitu, amilum, glukosa, sukrosa, maltosa, fruktosa da laktosa yang dipanaskan di air mendidih selama 2 menit menghasilkan reaksi negatif. Pada larutan uji berwarna bening tidak berwarna dan tidak mengalami perubahan yang berarti larutan uji ini tidak mengandung gula ketosa. Kemungkinan ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pencampuran larutan uji dengan pereaksi Seliwanoff atau saat pemanasan dan saat penetesan larutan.

11

Akan tetapi pada prinsipnya sukrosa merupakan gula ketosa yang mempunyai gugusketon dengan adanya sakarida melalui pemanasan yang adanya perubahan warna menjadi merah cerry yaitu reaksi positif. Sedangkan pada amilum, glukosa, maltosa, fruktosa, dam laktosa menghasilkan negatif karena tidak mengandung gugus keton (Theodore seliwanoff 1887). VIII.

KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dengan melalui beberapa pengujian karbohidrat dan uji gula pereduksi kita dapat membedakan dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida dengan reaksi pada larutan uji yang digunakan dengan perubahan-perubahan warna yang terbentuk. Seta mengetahui identifikasi karbohidrat dengan reaksi kondensasi. Pada pengujian dengan indikator perubahan yang terjadi reaksi kita dapat mengetahui hasil serta kandungan di dalam larutan uji, dengan prosedur yang tepat dengan sesuai. Mendapatkan hasil yang sesuai dengan prinsip pengujian, uji yang digunakan.

IX.

DAFTAR PUSTAKA 1) Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 2) Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset 3) Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya 4) Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta 5) Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta

12

X.

LAMPIRAN Pertanyaan : 1. Sebutkan beberapa sumber alam dari amilum? Jawaban Amilum banyak terdapat di alam sebagai pati pada umbi, daun dan biji-bijian. 2. Pada percobaan ini manakah yang menunjukan hasil negatif terhadap uji fehling? Mengapa? Jawaban Surkrosa dan amilum karena, bukan gula pereduksi dan termasuk dalamm pati(polisakarida). 3. Menurut hasil percobaan, apakah sukrosa termasuk gula pereduksi jelaskan alasan anda? Jawaban Sukrosa bukan gula pereduksi, karena sukrosa tidak memiliki kemampuan untuk mereduksi. Karena gugus aldehida dan ketonnya digunakan

untuk

berkaitan

glikosidik

menghubungkan

dua

monosakarida. 4. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi dalam uji berikut: Jawaban a. Uji molisch

b. Uji iodium

13

c. Uji Fehling

D. Uji Benedict

E. Uji Barfoed

14

F. Uji Seliwanoff

15

7

16

17

18

19

20

Karbohidrat Uji Molis

Larutan Uji Masukkan kedalam tabung reaksi 1ml larutan uji Molis

Tambahkan 2 tetes dan di kocok

H2SO4

Tambahkan 1 ml H2SO4 Amati hasilnya.

Uji Iodium Larutan uji

Ambil sebanyak 1ml larutan uji Masukkan ke dalam tabung reaksi Iodium

Tambahkan 2 tetes iodium Amati perubahan warna

21

Uji Benedict Larutan Benedict

Masukkan 2 ml larutan benedict ke dalam tabung reaksi Larutan uji

Kemudian tambahkan 1 ml larutan uji Benedict + Larutan uji

Panaskan 5 menit amati perubahan warna Uji Fehling Fehling A+B

Di ambil sebanyak 1 ml masukkan dalam tabung reaksi Tambahkan dengan larutan uji sebanyak 1 ml Larutan uji

Panaskan pada air mendidih selama 5 menit Amati warna endapan yang terbentuk

22

Uji Barfoed Larutan uji Masukkan 5 tetes larutan sampel ke dalam tabung reaksi

Larutan barfoed

Tambahkan 1 ml larutan barfoel Panaskan dalam penangas air, hitung waktu tertentu perubahan warna merah bata

Uji seliwanoff

Larutan seliwanof

Masukkan 3 ml larutan seliwanoff ke dalam tabung reaksi

Larutan uji

Tambahkan 1 ml larutan uji Panaskan selama 30 detik, amati hasil.

23

PERCOBAAN II IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT I.

JUDUL PRAKTIKUM

:

Identifikasi hasil hidrolisis karbohidrat (Amilum) II.

TUJUAN PRAKTIKUM

:

Mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum III.

DASAR TEORI Pati (starch) merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besra tumbuhan, terutama pada golongan umbi-umbian dan padi. Pati terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, yaitu fraksi terlarut dan tidak larut. Fraksi terlarut, disebut amilosa (+_ 20%) yang memiliki struktur makromolekul linier dan membentuk warna biru dengan penambahan larutan iodium. Fraksi yang tidak larut disebut

amilopektin (+_ 80%), memiliki struktur

bercabang dan membentuk warna ungu hingga merah dengan penambahan larutan iodium. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.hasil dari hidrolisis tersebut dapat di uji dengan iodium yang akan menghasilkan warna biru hingga tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis tersebut dapat ditegaskan/diperkuat dengan uji benedict. Pati yang mengandung amilosa dan amilopektin yang merupakan polisakarida berantai lurus bagian dari butir-butir pati yang terdiri atas moleku-molekul glukosa-1,4-glikosida. Amilosa merupakan bagian dari pati yang larut dalam air, yang mempunyai molekul antara 50.000200.000 dan bila ditambahkan dengan iodium akan memberikan warna biru(Poedjadi,1994). Pada amilopektin merupakan polisakarida bercabang dari bagian pati terdiri atas moleku-molekul glukosa yang percabangan melalui

24

ikatan 1,6-glikosidik pada setiap 20-25 unit glukosa. Amilopektin ini bagian dari pati yang tidak larut dalam air dan mempunyai molekul antara 70.000 sampai satu juta. Amilopektin dengan iodium memberikan warna ungu hingga merah atau asam oleh enzim. Jika pati dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan glukosa(Lehninger 1998). Karbohidrat merupakan sumber energi bagi mahluk hidup karena, menyediakan unsur karbon yang siap digunakan sel. Karbohidrat sebagai turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidik (karena mengandung gugus hidroksil lebih dari satu) atau sebagai senyawa yang dihasilkan turunan tersebut apabila dihirolisis.Hasil metabolisme karbohidrat yaitu glukosa di dalam darah sedangkan glikogen dalam karbohidrat adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Amilum atau pati selulosa,glikogen gula atau sukrosa dari glukosa merupakan senyawa penting bagi kehidupan manusia. Monosakarida

merupakan

karbohidrat

yang

tidak

dapat

dehidrolisis dan tidak dapat kehilangan gulanya yaitu glukosa. Disakarida bila dihidrolisis akan menghasilkan dua monosakarida yang sama atau berbeda, yaitu seperti sukrosa dihidrolisis akan menjadi glukosa dan fruktosa polisakarida yang merupakan molekul yang lebih tinggi dan bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida

seperti

amiulum,glikogen,dan

selulosa(Poedjiadi,Anna:1994). IV.

ALAT DAN BAHAN Alat : 1) Batang pengaduk

: 1 buah

2) Gelas kimia 50 ml

: 1 buah

3) Botol semprot

: 1 buah

4) Pipet ukur

: 1 buah

25

5) Rak tabung

: 1 buah

6) Pipet tetes

: 1 buah

7) Bola hisap

: 1 buah

8) Labu ukur 100 ml

: 1 buah

9) Kertas lakmus

: 1 buah

10) Hot plate

: 1 buah

11) Tabung reaksi

: 2 buah

12) Penjepit tabung

: 1 buah

13) Pipet ukur 5 ml

: 1 buah

14) Gelas kimia 250 ml

: 1 buah

15) Porselin tetes

: 1 buah

Bahan : 1) Larutan amilum 1% 2) Larutan HCL 2 N 3) Larutan NaoH 2 % 4) Larutan indikator PP 5) Larutan iodium 6) Larutan benedict V.

CARA KERJA a) Membuat larutan amilum 1% dari padatan yaitu di timbang 1 gram amilum kristal atau padatan yang dilarutkan denagan 100 mL aquadest pada labu ukur. b) Ambilah 5 mL amilum 1% dari labu ukur tadi dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2,5 mL HCl 2N c) Kemudian kocok hingga tercampur dengan baik, lalu dipanaskan dengan penangas air mendidih pada gelas kimia yang dipanaskan dengan hotplate. d) Setelah 3 menit, ambillah 2 tetes larutan tersebut kedalam porselin tetes dan tambahkan 2 tetes larutan iodium lalu di aduk dengan batang pengaduk. Catat perubahan warna yang terjadi.

26

e) Lakukan uji iodium setiap 3 (tiga) menit hingga hasil nya kuning pucat. f) Setelah uji iodium selesai lanjutkan dengan hidrolisis di asam kan selama 5 menit lagi. g) Setelah didinginkan anbil 2 mL larutan hasil hidrolisis dan di tambahkan indikator PP, lalu netralkan dengan NaOH 2% dan dilakukan uji dengan kertas lakmus. h) Larutkan uji tadi kenudian di tambahkan 40 tetes atau 2 mL larutan pereaksi benedict dan campur dengan .... i) Panaskan pada penangas air mendidih selama 5 menit dan amatilah perubahan VI.

HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan

No

1.

2.

3.

Perlakuan

Perubahan warna setelah dipanaskan

Perubahan warna uji iodium

5 mL amilum 1%+2,5 mL HCl 2N dipanaskan pada  3 menit Bening Biru  6 menit Bening Ungu  9 menit Bening Violet  12 menit Bening Kuning coklat  15 menit Bening Kuning coklat  18 menit Bening Kuning pucat  21 menit Bening Kuning pucat  24 menit Bening Kuning pucat Di hidrolisis 5 menit  Kertas lamus warna biru berubah menjadi didinginkan, di netral kan warna merah bersifat asam dengan NaOH 2%  Kertas lakmus warna merah tidak berubah *uji kertas lakmus menunjukan tetap netral Uji benedict Saat larutan uji ditambahkan benedict (biru) setelah 5 menit dipanaskan terdapat endapan merah bata VII.

PEMBAHASAN 27

uji Iodium dalam hidrolisis pati reaksi dari uji (persamaan reaksi) H2O2 (aq) + 3I- (aq) + 2 H -->>> 2H + I3 +2H2O I3 (aq) + 2S2O32 (aq) ---->> 3I(aq) +S4O62-(aq) Uji Iodium Pada percobaan uji benedict mnggunakan larutan 4 larutan uji yaitu pati, glukosa, sukrosa, dan aquades. Percobaan menunjukkan hasil bahwa hanya larutan pati yang menghasilkan warna larutan yang spesifik yakni warna ungu atau hitam kebiruan. amilum (pati), setelah di netralkan, ditambahkan pereaksi iodium maka akan terjadi perubahan warna dan dipanaskan selama beberapa menit terjadi perubahan warna yaitu menjadi kuning pucat sampai dengan merah pada menunjukan positif melaui melalui proses hidrolisis.Pada percobaan ini harus memperhatikan suhu, perubahan warna, waktu hidrolisis dan cara pencampuran yang sesuai dengan literatur sebab jika terjadi kesalahan maka hasil akan berbeda dengan teori atau percobaan yang telah dilakukan. Dalam

percobaan

identifikasi

hasil

hidrolisis

karbohidrat

yang

merupakan golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodium dan memberikan warna spesifik bergantung pada jenis karbohidrat. Amilosa dengan iodium akan berubah menjadi biru, dan amilopektin dengan iodium akan berwarna ungu sampai dengan violet, maupun dekstin (eritrodektiin, akrodekstrin, sampai denga merah-kuning coklat) dan pada maltosa dan glukosa. Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (20%) dan sisa nya amilopektin. Amilosa terikat dengan ikatan alpa-1,4-glukosidik, jadi molekulnya merupakan rantai tebuka amilopektin terikat dengan ikatan yang sebagian besar 1,4 glikosidik dan sebagian lagi 1,6-glikosidik. Ada nya ikatan 1,6-gliosidik ini menyebabkan terjadinya cabang yang terbentuk molekul

28

amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa pada glukosa, butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan maka saat diberikan larutan iodium terjadi perubahan yang terjadi pada warna amilosa dan amilopektin seperti pada percobaan larutan uji dipanaskan menghasikan warna bening karena adanya perubahan suhu yang tinggi sehingga menyebabkan rantai amilum memanjang yang terjadi saat pemanasan. Pada hasil percoabaan yaitu dengan iodium pada waktu 3 menit menghasilkan hidrolisis berwarna biru, yaitu amilosa, padamenit ke 6 menghasilkan hidrolisis berwarna ungu yaitu amilopektin, pada menit ke 9 menghasilkan hidrolisis violet yaitu amilopektin dan pada menit ke 12 terjadi hidrolisis tetapi berwarna VIII. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan menghidrolisis pati dengan beberapa tahap menunjukan bahwa pat terdapat juga di dalam nya dengan proses hidrolisis melalui pemanasan menghasilkan pecah nya pati pada amilum yang terjadi pada menit ke 24 yang membentur warna kuning pucat menunjukan glukosa dengan proses dari amilosa, amilopektin, dextin, dan maltosa. Pada uji pH yang menggunakan larutan PP sebagai indikator penetuan sifat larutan tersebut dan dengan kertas lakmus yang dipergunakan dan menghasilkan asam karena menggunakan kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan itu menunjukan netral. Pada percobaan uji benedict menggunakan larutan uji iodium dengan amilum (pati), setalah dinetralkan ditambahkan pereaksi benedict biru menjadi perubahan warna, dan dipanaskan dengan waktu 5 menit terjadi perubahan warna yaitu menjadi merah bata hasil menunjukan positif melalui proses hidrolilis Pada percobaan ini harus memperhatikan suhu, pH, waktu hidrolisis campuran yang sesuai dengan literatur sebab jika terjadi kesalahan maka hasil akan berbeda denagan teori atau percobaan yang telah dilakukan . DAFTAR PUSTAKA

29

a) Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 b) Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset c) Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya d) Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta e) Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta LAMPIRAN Pertanyaan 1.

Apa kegunaan uji iodium dan uji benedict pada percobaan diatas Jawaban : -kegunaan uji iodium ini dalam menghidrolisis pati dalam poliakarida Mengetahui adanya kandungan monosakarida yang pecah dari polisakarida dari larutan uji yang digunakan yaitu amilum dalam hidrolisis karbohidrat yang dipanaskan dengan dicampurkan iodium membantu nya rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada glukosa yang molekul iodium dapat masuk ke dalam spiral dan menunjukan perubahan warna -kegunaan uji benedict dalam membuktikan dalam larutan hasil uji hidrolisis amilum terdapatgula di dalam nya yaitu glukosa dengan pereaksi benedict menhasilkan perubahan warna yaitu terbentuk endapan merah bata yang menunjukan hasil positif terdapat gula di dalam larutan pati yang di hidrolisis.

2.

bagaimana cara mengetahui bahwa hirolisis pati telah sempurna? Jawaban : dengan proses hidrolisis yaitu pemanasan selangwaktu 3 menit lalu ditambahkan larutan iodium kemudian akan menghasilkan perubahan warna yang menunjukan bentuk hidrolisis yang terbentuk dari amilosa sampai dengan glukosa pada akhir nya dengan warna khas yaitu kuning pucat.

3.

mengapa larutan hasil hidrolisis perlu dinetralkan terlebih dahulu

30

Jawaban : karena larutan hasil hidrolisis harus pH nya sesuai dengan iju benedict menggunakan pereaksi benedict yang pH nya di antara basa dan asam

31

32

33

34

35

36

Flow chart identifikasi hasil hidrolisis karbohidrat

5 ml amilum 1% + 2,5 ml + cl 2 N

Masukkan ke dalam tabung reaksi

Kocok hingga tercampur baik

3 menit di panaskan pada penangas air mendidih

2 tetes larutan uji + 2 tetes larutan iodium

Masukkan ke dalam perselen tetes

Lakukan uji iodium setiap 3 (tiga) menit, hingga hasilnya berwarna kuning pucat

Hidrolisiskan selama 5 menit Di dinginkan

Ambil 2 ml larutan hasil hidrolisis, netralkan dengan NaOH2% Uji dengan kertas lakmus 37

PERCOBAAN III IDENTIFIKASI VITAMIN B6 I.

Tujuan Praktikum

: Untuk mengidentifikasi vitamin B6 dalam sampel secara kualitatif.

II.

Dasar Teori

:

Vitamin (bahasa Inggris : vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim dan pada dasarnya senyawa vitamin digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Terdapat 13 jenis vitamin yaitu : Retinol, Calciferol, Tocoferol, Philoquinon, Thiamin, Riboflarin, Niasin, Asam Pantotenat, Piridoksin, Biotin, Cyanocobalamin, Asam Askorbat, Asam Folat. Vitamin B adalah kelompok vitamin yang larut dalam air. Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam vitamin B inijuga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Vitamin B6 atau dikenal juga dengan istilah piridoksin merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini adalah suatu vitamin yang larut dalam air dan termasuk dalam golongan vitamin B kompleks. Piridoksal fosfat (PLP) adalah bentuk aktifnya dan kofaktor dalam berbagai reaksi metabolisme asam amino dan dalam reaksi enzimatis yang mengatur proses pelepasan glukosa dari glikogen. Di dalam, vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa. Yaitu pirodoksin, pirodoksal, dan pirodoksamin. Ketiga bentuk

38

vitamin B6 terdapat baik dalam hewan maupun tumbuhan, terutama pada beras atau gandum. Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam. Pirodoksal dan pirodoksamin mudah terdegradasi oleh pemanasan udara dan cahaya. Dari ketiga vitamin B6 tersebut hanya pirodoksin yang paling tahan terhaap pengaruh pengolahan dan penimpaan (Yazid dan Nurisanti, 2015). III. Alat dan Bahan : a) Alat

: 1. Tabung reaksi

(2 buah)

2. Rak tabung

(1 buah)

3. Pipet tetes

(1 buah)

4. Botol semprot

(1 buah)

5. Penjepit

(1 buah)

6. Labu ukur 25 ml (1 buah) 7. Labu ukur 50 ml (1 buah) 8. Gelas Beaker

(1 buah)

9. Batang pengaduk (1 buah) b) Bahan : 1. Larutan pirodoksin – HCl 1% 2. Larutan CuSO4 0,5 m 3. Larutan NaOH 10% 4. Larutan besi (III) klorida (FeCT3) 3% IV.

Cara Kerja : 1. Pereaksi Tembaga Sulfat (CuSO4) a) Dimasukkan 5 tetes larutan pirodoksin – HCl 1% ke dalam tabung reaksi. b) Ditambahkan 2 tetes larutan CuSO4 0,5 m dan 10 tetes larutan NaOH 10%. c) Diamati warna yang terjadi. Terbentuknya warna biruungu menunjukkan positif vitamin B6.

39

2. Pereaksi Besi Klorida (FeCL3) a) Dimasukkan 5 tetes larutan pirodoksin – HCl 1% ke dalam tabung reaksi. b) Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 3%. c) Diamati perubahan warna yang terjadi. Terbentuknya warna jingga sampai merah tua menandakan hasil positif vitamin B6. V.

Hasil Pengamatan Perlakuan A. Pereaksi tembaga sulfat Ditambah 5 tetes larutan pirodoksin – HCl 1% + 2 tetes CuSO4 0,5 m + 10 tetes NaOH 10% B. Pereaksi Besi Klorida + 5 tetes larutan pirodoksin HCL 1% + 2 tetes FeCl3 3%

VI.

Hasil Perubahan Warna Bening Biru Biru keunguan Bening Merah tua

Pembahasan Dari praktikum yang telah dilakukan adalah bertujuan untuk mengidentifikasi vitamin B6 secara kualitatif yaitu mengidentifikasi ada tidaknya kandungan vitamin B6 pada sampel yang di uji yaitu pirodoksin – HCL 1%.

Pereaksi tembaga sulfat H3C

N Pirodoksin-HCl → CuSO4 → NaOH Biru

Biru keunguan

CH2OH

HO CH2OH

1. Pereaksi Tembaga Sulfat

40

Pada praktikum yang telah dilakukan yang digunakan adalah pereaksi tembaga sulfat 0,5 m dan NaOH 10%. Pada saat pirokdosin – HCl 1%, ditambah dengan CuSO4 warna yang dihasilkan adalah biru dan setelah ditambah dengan NaOH 10%. Maka warna yang dihasilkan atau terbentuk adalah warna biru keunguan yang berarti hasil sampel yang diuji menunjukkan positif mengandung vitamin B6.

N

H3C

Pereaksi besi klorida Pirodoksin – HCl Merah

FeCl3 tua

CH2OH

HO CH2OH

2. Pereaksi Besi Klorida Pada percobaan ke 2 untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan vitamin B6 dengan pereaksi besi klorida. Saat larutan pirodoksin – HCl 1% ditambahkan dengan FeCl3 dan dihomogenkan. Warna yang terbentuk atau dihasilkan adalah merah tua. Pada peraksi ini, hasil positif ditandai dengan perubahan warna jingga – merah tua, yang berari dari hasil uji yang telah dilakukan bahwa pirodoksin – HCl merupakan positif vitamin B6. VII. Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan : 1. Vitamin B6 adalah vitamin yang larut dalam air. 2. Larutan pirodoksin – HCl positif mengandung vitamin B6. 3. Vitamin B6 dalam bentuk pirodoksin – HCl stabil terhadap pemanasan, alkalis dan asam.

41

4. Vitamin B6 berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. VIII. Daftar Pustaka 1) Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 2) Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset 3) Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya 4) Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta 5) Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta IX.

Lampiran

A. Pertanyaan 1. Tuliskan struktur kimia ketiga bentuk aktif vitamin B6! Jelaskan perbedaannya. 2. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi dalam identifikasi vitamin B6 melalui dua metode di atas! 3. Sebutkan fungsi utama vitamin B6! 4. Sebutkan penyakit difisiensi vitamin B6! Jawaban :

42

1. Pirodoksin Ho CH2OH

H3C

N H

CH2OH HO

Piridoksal CHO

H3C

CH2OH

pirodoksamin HO CH2NH2 CH2OH H3C

N H

N

Perbedaan ke tiganya adalah : c) Pirodoksin merupakan vitamin B kompleks d) Piridoksin bentuk aktif vitamin 6 dan merupakan kofaktor banyak reaksi asam amino, dekarboksilasi e) Piridoksamin memiliki kerangka dasar cincin piridin dengan subtituen senyawa hiroksil, metil, dan hidroksimetil. 2. Reaksi kimia yang terjadi a. Peraksi tembaga sulfat N H3C

CH2OH

HO CH2OH Pirodoksin - HCl

CuSO4 Biru

NaOH Biru keunguan

b. Pereaksi besi klorida N H3C

CH2OH

HO CH2OH Pirodoksin - HCl

FeCl3 Merah tua

43

3. Fungsi utama vitamin B6 adalah berperan sebagai metabolisme asam amino dan asam lemak dan membantu tubuh untuk mensintesis asam amino nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel darah merah (eritrosit). 4. Difisiensi

vitamin

B6

adalah

menyebabkan

gangguan

pertumbuhan, gangguan fungsi motorik, anemia, penurunan sistem imun, kerusakan pada sistem syaraf pusat.

44

Vitamin B6

45

46

47

Flow chart “ identifikasi vitamin B6” 1 pereaksi tembaga sulfat 5 tetes larutan pirodoksia HCL 1%

48

Kedalam tabung reaksi 2 tetes larutan CuSO4 2% 10 tetes larutan NaOH 3N Amati warna yang terjadi terbentuk warna biru-ungu menunjukan positif vitamin B6 2. pereaksi besi klorida 5 tetes larutan pirodoksin – HCL 1% Kedalam tabung reaksi

2-3 tetes larutan FeCL3 1%

Amati perubahan warna yang terjadi terbentuknya warna jingga sampai merah tua menandakan hasil positif vitamin B6

PERCOBAAN IV IDENTIFIKASI VITAMIN C I.

Tujuan praktikum : Untuk mengidentifikasi vitamin c secara kualitatif

49

II.

Dasar Teori

:

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Karakteristik vitamin C antara lain sangat mudah teoksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin V diperlukan untuk menjaga struktur kolagen tubuh, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan dan jaringan lainnya. Vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamin ini juga dapat meningkatkan pembuangan fases atau kotoran. Vitamin ini juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Vitamin C di alam terdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk teroksidasi (asam askorbat) dan tereduksi (asam dehidro askorbat) keduanya memiliki aktivitas sebagai vitamin C. Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur – sayuran berwarna hijau dan buah – buahan, terutama yang masih segar. Vitamin C larut dalam air stabil dalam larutan asam, tetapi sangat mudah teroksidasi, terutama bila dipanaskan. Proses oksidasi akan dipercepat oleh tembaga, oksigen dan alkali (Yazid dan Nursanti, 2015). III. Alat dan Bahan : Alat :

1. Tabung reaksi

(2) buah

2. Rak tabung reaksi

(1) buah

3. Penjepit tabung reaksi

(1) buah

4. Alat pemanas / spiritus

(1) buah

5. Pipet tetes

(1) buah

6. Botol semprot

(1) buah

7. Labu ukur 25 ml

(1) buah

8. Labu ukur 50 ml

(1) buah

50

9. Gelas beaker Bahan :

(1) buah

1. Larutan asam askorbat 1% 2. Pereaksi Benedict

IV.

3. Larutan NaHCO3 5%

Cara Kerja

4. Larutan FeCl3 3%

:

5. PH indikator / indikator universal

1. Pereaksi

Benedict a) Dimasukkan 5 tetes larutan asam askorbat 1% ke dalam tabung reaksi. b) Ditambahkan 15 tetes pereaksi Benedict. c) Dipanaskan di atas api kecil hingga mendidih selama 2 menit. d) Diperhatikan endapan yang terbentuk. Terbentuknya warna

hijau

kekuningan

sampai

merah

bata

menunjukkan positif vitamin C. 2. Pereaksi FeCl3 suasana basa a) Dimasukkan 10 tetes larutan asam askorbat 1% ke dalam tabung reaksi. b) Dinetralkan larutan sampai (PH = 8) menggunakan NaHCO3 5%. c) Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 3% d) Diamati warna yang terbentuk. Terbentuknya warna merah-ungu menunjukkan positif vitamin C. V.

Hasil Pengamatan : Perlakuan a. Pereaksi Benedict + 5 tetes larutan asam askorbat 1% f) + 15 tetes Pereaksi Benedict g) Setelah dipanaskan b. Pereaksi FeCl3 h) + 10 tetes larutan asam askorbat 1% i) Netralkan dengan NaHCO3 5% j) + 2 tetes FeCl3

Hasil Perubahan Warna Bening Biru Merah bata Bening Bening Ungu

51

VI.

Pembahasan : Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air, vitamin C dialam terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk teroksidasi (asam askorbat) dan tereduksi (asam dehidroaskorbat). Pada praktikum kali ini, dilakukan uji vitamin C yang pertama dengan sampel asam askorbat 1% dengan pereaksi Benedict. Pereaksi Benedict pada uji vitamin C bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya keberadaan vitamin C. Vitamin C mampu mereduksi tembaga sulfat dari reagen Benedict sehingga menghadirkan warna merah bata dan terdapatnya endapan. Langkah awal dimasukkan 5 tetes larutan asam askorbat 1% ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 15 tetes pereaksi benedict 15 tetes dan warna yang dihasilkan adalah biru dan kemudian dipanaskan dengan api kecil selama 2 menit dan warna yang dihasilkan adalah merah bata dan adanya endapan.

Reaksi uji vitamin C dengan menggunakan Pereaksi Benedict. HO HO H O O 2Cu+2 + 5 OHHO OH Vitamin C

Pemanasan Benedict

Warna yang terbentuk adalah merah bata dan adanya endapan Pada praktikum uji vitamin C menggunakan reaksi Benedict warna merah bata menunjukkan hasil positif adanya kandungan vitamin C. Praktikum ke dua dilakukan uji vitamin C dengan larutan sampel berupa asam askorbat 1% dengan NaHCO3 5% sebagai

52

penetral dan FeCl3 sebagai pereaksi. Penetralan bertujuan supaya memberikan hasil positif dan PH harus = 8. Langkah awal yang harus dilakukan adalah memasukkan 10 tetes larutan asam askorbat 1 ke dalam tabung reaksi dan dinetralksan dengan NaHCO3 5% sampai PH = 8 dicek menggunakan indikator universal. Jika PH sudah 8 maka tambahkan larutan 2 tetes larutan FeCl3 3% dan warna yang terbentuk adalah ungu. Dengan reaksi sebagai berikut. HO

HO

H

O

O

Dinetralkan NaCOH3

FeCl3

Perubahan Warna ungu

HO OH Vitamin C Warna ungu menunjukkan hasil positif terhadap dan terdapat vitamin C. VII. Kesimpulan Dari praktik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air. 2. Bentuk vitamin C dalam alam terdapat dua bentuk yaitu teroksidasi dan tereduksi. 3. Larutan asam askorbat positif mengandung vitamin C. 4. Bentuk teroksidasi vitamin C adalah asam askorbat, dan bentuk tereduksi asam dehidro askorbat. VIII. Daftar Pustaka 1) Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 2) Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset

53

3) Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya 4) Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta 5) Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta IX.

Lampiran

A. Pertanyaan 1. Tuliskan struktur vitamin C! 2. Bagaimana prinsip-prinsip metode Benedict dan uji vitamin C? 3. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi dalam identifikasi vitamin C dalam percobaan! 4. Sebutkan fungsi utama vitamin C dalam tubuh! 5. Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin C dan gejalanya! Jawaban 1.

HO

HO

H

O

O

HO OH Struktur Vitamin C 2. Prinsip metode Benedict dalam uji vitamin C adalah bahwa vitamin C mampu mereduksi tembaga sulfat dari reagen Benedict sehingga menghasilkan endapan merah bata. 3. Reaksi kimia k) Pereaksi Benedict HO

HO

H

O

O 2Cu+2 + 5 OH-

HO

Pemanasan

OH 54

Vitamin C Endapan merah bata

l) Pereaksi FeCl3 HO

HO

H

O

O

Dinetralkan NaCOH3

Perubahan Warna ungu

FeCl3

4. Fungsi utama vitamin C adalah : HO OH m) Seabgai antioksidan Vitamin C n) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh o) Menangkal radikal bebas p) Mencegah kanker mencegah sariawan atau radang gusi 5. Difisiensi vitamin C dan gejala : q) Mengalami anemia (pusing, mudah lelah, mudah terserang penyakit) r) Terserang penyakit s) Kulit kering (bersisik) t) Radang gusi (gusi bengkak dan terasa nyeri)

55

identivikasi vit c

56

57

58

Flow chart “identifikasi vitamin C” 1. Pereaksi benedict 5 tetes larutan asam askorbat 1% Masukan kedalam tabung reaksi 15 tetes pereaksi benedict

Panaskan diapi kecil hingga mendidih selama 20 menit

Endapan yang terbentuka diperhatikan 2. Perekasi FeCL3 suasana basa 10 tetes larutan asam askorbat 10% Masukkan kedalam tabung reaksi Dinetralkan menggunakan NaHCO3 5%

2 tetes larutan larutan FeCL 3

59

Warna yang terbentuk diamati PERCOBAAN V LEMAK I.

Judul Praktikum

: Lemak

II.

Tujuan Praktikum

:

1. Mengetahui kelarutan lemak pada pelarut tertentu 2. Mengetahui pembentukan emulasi dari minyak 3. Mengetahui sifat asam basa minyak III. Dasar Teori Lipid umumnya merupakan senyawa yang hanya larut dalam pelarut non polar. Misalnya klrofrom, eter, alkohol, aseton, dan pelarut nonpolar. Lipid tidak larut dalam pelarut polar. Misalnya air. Lipid memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai cadangan makanan misalnya triaslgliserol, sebagai penyusun utama membran sel, derivat lipid dapat membentuk hormon bersama protein membentuk senyawa gabungan. (lipoprotein), yang memiliki fungsi khusus dalam tubuh organisme (Sukara 2008). Lipid adalah salah satu kelas molekul biologi berukuran besar yang tidak mencakup polimer sejati. Senyawa yang tergolong lipida diartikan dengan struktur yang khas, yaitu memiliki kepala yang bersifat polar dalam ekor hidrokarbon yang bersifat nonpolar. Dalam suatu larutan, kepala yang membentuk senyawa amfipatik (memiliki dua kutub positif dan negatif). Konsekuensinya didalam suatu larutan, lipida dapat membentuk formasi satu lapisan lipida (monolayer), dua lapisan (kilayers) micel dan vesikula ( Sukara 2008).

60

Lipid (lemak) sederhana terbuat dari dua jenis molekul yang lebih kecil : Gliserol dan asam lemak. Gliuserol merupakan alkohol dengan tiga karbon yang masing-masing berikatan dengan satu gugus karboksil. Sedangkan asam lemak memiliki rantai karbon panjang dengan salah satu ujungnya merupakan gugus karboksil. Asam lemak memiliki panjang, jumlah, dan lokasi ikatan rangkap yang bervariasi. Akibat struktur ini berpengaruh pada penanaman asam lemak sendiri. Asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap disebut asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh (Campbell 2008). Asam lemak yang umumnya dijumpai bersifat tidak larut dalam air, di dalam NaOH dan kOH encer dapat mengubah asam lemak menjadi sabun. Berikut reaksi penyabunan (sapanifikasi0 dibawah ini. RCOOH + NaOH → RCOONa + H2O Jika sabun dimasukan kedalam air sadah ( air yang mengandung banyak non Ca++ dan Mg++) maka akan terjadi peristiwa pertukaran ion, antara molekul sabun dengan air sadah dan terbentuknya sabun Ca++ dan Mg++ dari asam lemak yang bersifat amat tidak larut. RCOOK + Ca++ → Ca (RCOO)2 Sabun yang

sabun Ca++

Tidak larut Pengajian lipid untuk menguji sifat dalam komposisi lipid ada beberapa uji yang dapat kita lakukan, berikut ini : a.

Uji kelarutan lipid Uji kelarutan lipid dapat dilakukan untuk melihat sifat lipid, yang molekul non polar yang hanya dapat larut dalam

61

pelarut non polar (klorofrom, eter, metilen, alkohol) sehingga bisa dilarutkan dalam pelarut polar lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut. b.

Uji ketidak jenuhan lipid Asam-asam lemak yang ada di dalam lemak hewan selalu jenuh, sedangkan asam-asam lemak didalam minyak tumbuhan mengandung satu atau beberapa ikatan rangkap. Uji ini dapat di lakukan untuk mengidentifikasi larutan yang tergolong ke dalam asam lemak jenuh atau tak jenuh. Bila larutan klorofrom yang ditambah asam lemak dicampur dengan unsur hologen akan merubah warna larutan unsur hologen (kromin atau iodium) sehimgga hal tersebut dapat dijadikan indikator adanya ikatan rangkap dalam asam.

c.

Uji asam lemak bebas Uji ini menggunakan indikator basa phenophtalin yang memiliki warna pink, sehingga termasuk asam lemak bebas warna phenophtalin ini akan hilang. Lemak adalah garam yang terbentuk dari pengatuan asam lemak dengan alkohol organik yang disebut gliserol atau gliseril. Lemak yang dapat cair dalam temperatur biasa disebut minyak, sedangkan dalam bentuk padat disebut lemak. Seperti halnya karbohidrat, lemak tersusun atas molekul karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O2), dengan jumlah atom lebih banyak, misalnya stearin (C57H10Oa). Sifat-sifat lemak antara lain mengapung pada permukaan air, tidak dapat larut dalam air, mencair dalam suhu tertentu, dan dapat melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus dan dapat memperlama masa kenyang (Surbakti, 2010). Berdasarkan kerangka dasarnya, lipit atau lemak dibedakan menjadi lipit kompleks dan lipida sederhana. Golongan pertama dapat dihidrolisis, sedangkan golongan

62

kedua tidak dapat dihidrolisis. Lipida komplek dibagi menjadi triasilgliserol, fosfolipida, sfingolipida, dan lilin. Asam lemak yang terdapat didalam dapat dikelompokan berdasarkan jumlah atom C, tarap kejenuhan dan tingkat esensialitasnya, asam lemak tergolong dalam asam lemak esensial antara lain adalah asam lemak beratom C16. Ikatan ganda (rangkap) kalau hanya sebuah terdapat lebih dari satu, maka ikatan atom C rangkap berikutnya terjadi dengan antara tiga buah atom C. Larutan lemak adalah trigoleserida atau triasilgliserol yaitu suatu ecter yang terbentuk dari asam lemakdan gliserol. Lemak tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Secara kimia lemak terbagi menjadi tiga jenis yaitu : 1) lemak sederhana, 2) lemak majemuk, jika hidrolisis menghasilkan alkohol, asam lemak dan senyawa lain bukan alkohol maupun asam lemak, 3) turunan lemak merupakan berbagai senyawa yang diperoleh dari didrolisis pemecahan kedua jenis lemak diatas. IV.

Alat dan bahan :

1) Alat : a) Tabung reaksi

(4 buah)

b) Pipet ukur

(5 buah)

c) Pipet tetes

(6 buah )

d) Rak tabung reaksi (1 buah) e) Bola hisap

( 6 buah )

f) Porseten tetes

( 1 buah )

2) Bahan : a) Minyak kelapa b) Minyak tengik c) Air suling (aquades) d) Kloroform

63

e) Alcohol f) Eter g) Larutan Na2CO3 h) Larutan sabun i) Larutan protein 2% j) Kertas lakmus merah atau biru V.

Cara kerja : 1) Uji kelarutan

a) Disediakan 4 tabung reaksi , masing –masing diisi dengan 1 ml : air suling , kloroform, alkohol, dan eter b) Ditambahkan 2 ml minyak kelapa pada setiap tabung c) Dikocok dengan kuat , amati sifat kelarutan 2) Pembentukan emulsi a) Disiapkan 4 tabung reaksi , kemudian diisi dengan : Tabung 1:2 ml aquades, dan 2 tetes minyak Tabung 2:2 ml aquades , 2 tetes minyak dan 2 tetes Na2CO3 0,5% Tabung 3:2 ml aquades , 2 tetes minyak dan 2 tetes sabun Tabung 4:2 ml larutan protein 2 % dan 2 tetes minyak b) Dikocok setiap tabung dengan kuat kemudian biarkan beberapa saat c) Diamati yang terjadi VI.

Hasil pengamatan :

1) Uji larutan N O 1 2 3 4

LARUTAN

HASIL

AQUADES KLOROFORM ALKOHOL ETER

Larut Larut Tidak larut Larut

64

2) Pembentukan emulsi TABUNG 1 2

LARUTAN 2 aquadest + 2 tetes minyak 2 ml aquadest + 2 tetes minyak +2 tetes Na2CO3

HASIL Terbentuk emulsi Terbentuk emulsi

3

2 ml aquadest + 2 tetes minyak + 2 tetes sabun

4

2 ml liur protein 2% + 2 tetes minyak

Tidak terbentuk emulsi Terbentuk emulsi

3) uji kesamaan larutan N O 1 2 VII.

LARUTAN

HASIL

Minyak kelapa Minyak tengik

5(ASAM) 5(ASAM) ( Harusnya PH nya 7)

Pembahasan

Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti ester, aseton, kloroform, dan benzena. Larutan polar merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik sedangkan larutan nonpolar merupakan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan

65

suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan.

Adapun pembahasan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu: 1. Uji kelarutan lemak Pada percobaan ini, semua bahan diuji secara organoleptis yaitu uji yang meliputi panca indera, dalam hal ini adalah penglihatan. Pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 1 antara minyak kelapa dengan aquades, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada aquades, minyak tidak dapat larut dengan baik dan antara minyak kelapa dan aquades terpisah karna air adalah senyawa polar, sementara minyak adalah senyawa non polar, warnanya pun keruh da nada endapan minyak di permukaan. Sedangkan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 2 antara minyak kelapa dengan alkohol, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada alkohol, tidak terjadi kelarutan sempurna dibuktikan dengan terlihatnya larutan yang koloid dan membentuk koloid dan membentuk gumpalan terlihat ada pemisahan dan warnanya yang cerah . Hal ini dikarenakan etanol merupakan zat pelarut yang baik. alasan selanjutnya terlihat dari rumus kimianya terdapat dua gugus alkil (etil alkohol) sehingga apa bila terjadi reaksi gugus alkil yang paling luar lebih mudah untuk lepas sehingga terjadilah ikatan kimia. Sedangkan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 3 antara minyak kelapa dengan eter,saat minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada eter, minyak dapat larutdengan baik dan dapat bercampur dengan sempurna dan karena kedua larutan ini dapat berikatan dengan gaya vanderwalls dan kedua larutan sama-sama bersifat polar.

66

Dan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 4 antara minyak kelapa dengan kloroform, saat minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada kloroform, minyak dapat larut dengan baik dan warna yang terbentuk adalah kuning. Yang terakhir pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 5 antara minyak kelapa dengan Na2CO3 0,5%, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada larutan Na2CO3 0,5% diperolah minyak tidak larut dalam Na2CO3 0,5 %. Seharusnya disamping lipid tidak larut dan terbentuk emulsi. Dan juga terbentuk buih warna putih Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Minyak mempunyai sifat tidak larut dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut nonpolar. Pada pengamatan yang dilakukan pada uji kelarutan minyak kelapa , larutan minyak kelapa hanya dapat larut dalam larutan bensin, mentega, dan larutan air + Na2CO3 + minyak. Hal ini dikarenakan bensin

dapat

memecah

ikatan

polipeptida

pada

rantai

hidrokarbonnya yang terdapat dalam minyak kelapa dan Na2CO3. Sedangkan pada mentega tidak dapat larut dengan sempurna karena minyak dan mentega mempunyai ikatan lemak tidak jenuh yang disebabkan rantai karbonnya dapat menyatu ketika dihomogenkan. Pada larutan empedu yang tidak larut dalam minyak kelapa terlihat menghasilkan warna hijau dan ketika dicampurkan dengan minyak kelapa empedu berada dibagian bawah dan minyak di atas meskipun tidak larut. Hal ini disebabkan larutan empedu mampu membantu penyerapan lemak namun pada hasil percobaan tidak terjadi adanya endapan. Pada larutan air, albumin, Na2CO3, alkohol panas, alkohol dingin tidak larut dalam minyak kelapa karena tidak mempunyai sifat pelarut khusus untuk minyak kelapa. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kelarutan suatu zat

67

ditentukan oleh banyak hal, diantaranya yaitu sifat kepolaran zat dan pelarutnya. 2. Uji pembentukan emulsi Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. emulsi dapat pula diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Pada pengamatan yang dilakukan pada tabung I yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak zaitun. Terbentuk emulsi tetapi emulsinya stabil atau dengan kata lain bahwa kedua cairan ini tidak larut (tidak menyatu), larutan mengalami emulsi stabil dikarenakan adanya emulsigator pada reagen uji sehingga kondisinya stabil. Pada tabung II yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak zaitun, serta Na2CO3 mengalami emulsi tapi tidak stabil karena ketiga cairan ini dapat menyatu (larut). Larutan mengalami emulsi tidak stabil dikarenakan tidak adanya emulsigator pada reagen uji sehingga kondisinya stabil. Pada tabung III yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak zaitun, Na2CO3, serta larutan sabun mengalami emulsi tapi tidak stabil karena ketiga cairan ini dapat menyatu (larut), karena sabun merupakan larutan yang bersifat basa sehingga dapat saling berikatan dengan ikatan minyak zaitun. Larutan mengalami emulsi tidak stabil dikarenakan tidak adanya emulsigator pada reagen uji sehingga kondisinya stabil. 3. Uji keasaman minyak

68

Pada percobaan yang ketiga yaitu uji keasaman minyak, kita ingin mengetahui sifat asam – basa minyak kelapa. Hasil yang di peroleh yaitu ketiga jenis minyak, baik minyak kelapa murni, minyak kelapa tengik I maupun minyak kelapa tengik II, sama – sama tidak menunjukkan perubahan pada pengujian sifat asam basa dengan menggunakan kertas lakmus merah dan biru. Artinya, minyak – minyak tersebut bersifat netral. Akan tetapi, sebenarnya hasil yang di peroleh ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa minyak kelapa tengik memiliki sifat asam. Menurut teori, minyak tengik sebenarnya bersifat asam karena telah mengalami hidrolisis dan oksidasi yang menghasilkan aldehid, keton dan asam – asam lemak bebas. Proses ketengika tersebut dapat di percepat oleh adanya cahaya, kelembapan, pemanasan, aksi mikroba dan katalis logam tertentu seperti : Fe, Ni, atau Mn. Sementara hasil yang diperoleh tidak demikian halnya. Pengujian sampel minyak tengik pada kertas lakmus merah dan biru menunjukkan bahwa minyak tersebut bersifat netral. Kekeliruan hasil percobaan ini terjadi sesuai dengan semestinya ( bisa saja lebih atau kurang ). Atau, boleh jadi minyak tengik yang di jadikan zat uji belum terlalu lama di biarkan pada udara lembab, sehingga belum begitu tengik.Pada uji keasaman dan kebasahan lipid pada percobaan ini yaitu ingin mengetahui sifat keasaman dan kebasaan pada minyak kelapa ,dan minyak tengik . Langkah pertama yang di lakukan yaitu memasukkan sampel minyak kelapa ,dan minyak tengik ke dalam porselin tetes kemudian mencelupkan kertas indicator ke dalam porselin tetes tersebut kemudian melihat dan mengukur perubahan yang terjadi. Pada percobaan ini menunjukkan pH pada minyak kelapa , dan minyak tengik, berturut turut adalah 7,7. Hal ini menunjukkan pada minyak kelapa tengik dan minyak kelapa bersifat netral . Hal ini berbeda dengan literature yang ada dimana dikatakan bahwa seharusnya minyak tengik bersifat lebih asam dibandingkan dengan minyak kelapa karena telah mengalami hidrolisis dan oksidasi

69

yang mengahasilkan aldehid, keton,dan asam lemak bebas. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pada praktikan pada saat melakukan pengukuran pH-nya. VIII. KESIMPULAN 1. Lemak adalah trigriserida yaitu trimester dari gliserol. 2. Pada uji kelarutan minyak atau lemak setelah penambahan minyak di kocok dan didiamkan akan terjadi larutan campur dan tidak campur, hal ini dikarenakan ada tidaknya kandungan gugus karboksil dalam senyawa tersebut. 3. Lemak atau lipid ada yang bersifat non polar dan polar 4. Minyak nabati dapat larut dalam pelarut kloroform dan etanol, namun tidak dapat larut dalam aquades. 5. Emulsi pada minyak terbentuk jika terdapat zat pengemulsi atau emulsifier sebagai pada larutan. IX.

LAMPIRAN

PERTANYAAN 1.

Lipid dapat larit dalam apa ? Mengapa !

2. Bagaimana sifat minyak yang sudah tengik ? Mengapa ! JAWAB : 1. Lipid dapat larut dalam pelarut – pelarut lemak seperti eter, kloroform, alkohol, dan benzene. Tetapi lipid tidak larut dakam air . mereka no-polar dan dengan demikian larut dalam non polar lingkungan seperti kloroform tetapi tidak larut katub lingkungan seperti air. Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dlam asam atau basa, air dan enzim lipase, hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliresol dan asam – asam lemak penyusunnya.

70

2. Untuk sifat minyak yang sudah tengik yaitu bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi sehingga menghasilkan , aldehida, keton dan asam-asam lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya cahaya, kelembapan ,pemanasan ,aksi mikroba ,dan katalis logam tertentu seperti Fe, N, atau Mn. Sebaliknya zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses ke tengik an disebut antioksidasi, misalnnya, tokoferol ( vitamin e ) , asam askorbat ( vitamin c ) , poritenol, hidroquinol, dan plavonoid.

DAFTAR PUSTAKA

:

1. Kusnawidjaya,K. (1993). Petunjuk Pratikum Biokimia. Alumni : Bandung 2. Lehnigner, A. L .(1982). Dasar-Dasar Biokimia (Terj. M. Thenawijaya). Erlangga: Jakarta 3. Page, D.S. (1981). Prinsip-Prinsip Biokimia. (Terj,R.Soendoro). Erlangga: Jakarta 4. Sudarmadji, B.,et,al. (1982). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty : Yogyakarta 5. Winarno,F.G. (1986). Kimia Pangan Dan Gizi. PT.Gramedia : Jakarta

71

1. UJI KELARUTAN

72

73

74

FLOWCHART PERCOBAAN KE V ( 5 ) 1. Uji Kelarutan Sediakan 4 Tabung Reaksi ↓ Masing-Masing isilah dengan 1 ml : Air Suling, Kloroform, Alkohol, Eter ↓ Tambahkan 2 ml minyak kelapa pada setiap tabung ↓ Kocok dengan kuat ↓ Amati sifat kelarutannya 2. Pembentukan Emulsi Siapkan 4 tabung reaksi, Kemudian isilah ↓ Kocok setiap tabung dengan kuat, biarkan beberapa saat. ↓ Amati yang terjadi. Tabung 1 : 2 ml aquadest & 2 tetes minyak Tabung 2 : 2 ml aquadest, 2 tetes minyak dan 2 tetes Na2CO30,5% Tabung 3 : 2 ml aquadest, 2 tetes minyak , dan 2 tetes sabun Tabung 4 : 2 ml larutan protein 2% dan 2 tetes minyak.

75

3. Sifat ketidak jenuhan minyak Masukkan 2 tetes minyak ke dalam tabung ↓ Tambah 2 ml larutan kloroform ↓ Tambah setetes demi setetes air Bpom,kocok hingga warna merah air Bpom tidak berubah Hitung jumlah tetesan yang dibutuhkan 4. Uji keasaaman minyak Sedikit minyak kelapa pada porselin tetes diteteskan ↓ Uji dengan kertas lakmus ↓ Amati perubahan warna kertas lakmus ↓ Ulangi percobaan menggunakan minyak kelapa tengik

76

PERCOBAAN KE-VI UJI KELARUTAN DAN IKATAN PEPTIDA PADA PROTEIN I. Judul Praktikum

:

Uji Kelarutan dan Ikatan Peptida Pada Protein II. Tujuan Praktikum

:

1. Mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu 2. membuktikan adanya iktan peptida pada protein III. Dasar Teori : Protein berasal dari bahasa Yunani protetos yang artinya tempat pertama. Protein meliputi lebih dari 50% bobot kering sebagian besar sel, dan molekul ini sangat berguna sebagai alat bantu dalam hampir setiap hal yang dilakukan oleh organism. Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang terdiri atas unsur-unsur karbon (50-55%), hidrogen (±7%), oksigen (±13%) dan fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi. Protein merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks. Pada sel hidup, protein mempunyai dua peran utama, yaitu peran katalitik dan mekanik. Peran katalitik ditunjukkan oleh enzim, sedangkan peran mekanik ditunjukkan oleh protein otot. Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya pada pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian, terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein aktif. Beberapa di antaranya adalah enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen,

77

hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antibodi untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan asam-asam amino sebagai monomer-nya. Asamasam amino terikat satu sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air. Peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya, peptida yang terdiri atas tiga, empat atau lebih asam amino masing-masing disebut tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuatener. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antarasam aminonya adalah ikatan peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui. Ada dua bentuk lembaran berlipat, yaitu bentuk paralel dan bentuk anti paralel. Bentuk paralel terjadi apabila rantai polipeptida yang berikatan melalui ikatan hidrogen itu sejajar dan searah, sedangkan bentuk anti paralel terjadi apabila rantai polipeptida berikatan dalam posisi sejajar tetapi berlawanan arah. Struktur αheliks dan lembaran berlipat merupakan struktur sekunder protein. Struktur tersier menunjukkan kecenderungan polipeptida membentuk lipatan atau gulungan, dan dengan demikian membentuk struktur yang lebih kompleks. Struktur ini dimantapkan oleh adanya beberapa ikatan antara gugus R pada molekul asam amino yang membentuk protein. Beberapa jenis ikatan tersebut misalnya ikatan elektrostatik, ikatan hidrogen, interaksi hidrofob antara rantai samping nonpolar, interaksi dipol-dipol dan ikatan disulfida yaitu suatu ikatan kovalen. Struktur kuartenet menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein. Sebagian besar protein globular terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang terpisah. Rantai polipeptida ini saling berinteraksi membentuk

78

persekutuan. Sebagai contoh enzim fosforilase terdiri atas dua unit protein yang bila terpisah tidak memperlihatkan aktivitas enzim, tetapi bila bersekutu membentuk enzim aktif. Karena kedua unit protein ini sama, maka disebut struktur kuartener homogen. Apabila unit-unit itu tidak sama, misalnya virus mozaik tembakau, disebut kuartener heterogen . Berdasarkan komposisi kimianya protein digolongkan menjadi dua, yaitu protein sederhana dan protein gabungan a. Protein Sederhana Jika protein sederhana dihidrolisis, hanya akan menghasilkan asam amino. b. Protein Gabungan Jika protein gabungan dihidrolisis, akan menghasilkan asam amino dan senyawa lain. Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu 1. Protein globuler, yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam basa, atau etanol. Contohnya adalah albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibodi. 2. Protein fiber, yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber memberikan struktural atau pelindung. Protein fiber pada rambut, kalogen pada tulang rawan dan fibroin pada sutera. Seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga

79

tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruhpengaruh fisik dan zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses denaturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktifitas biologis dan berkurangnya kelarutannya, sehingga mudah mengendap Viskositas adalah tahanan yang timbil oleh adanya gesekan antara molekul-molekul di dalam zat cair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air mempunyai viskositas atau kekentalan yang relatif besar daripada air sebagai pelarut. Pada umumnya viskositas suatu larutan tidak ditentukan atau diukur secara absolut, tetapi ditentukan viskositas relatif, yaitu dibandingkan terhadap viskositas zat cair tertentu. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi serta suhu larutan. Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi dan berbanding terbalik dengan suhu Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa gugus karboksilat bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein bermuatan negatif. Adapun muatan pada molekul menyebabkan protein bergerak di bawah pengaruh medan listrik

80

Banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal. Meskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang sukar. Beberapa enzim antara lain pepsin, tripsin, katalase dan urease telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal. Albumin pada serum atau telur sukar dikristalkan. Proses kristalisasi protein sering dilakukan dengan jalan penambahan garam amoniumsulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya. Kadang dilakukan penambahan aseton atau alkohol dalam jumlah tertentu Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Akibatnya, protein tidak bergerak di bawah pengaruh medan listrik. Pada titik isoelektrik, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat dan prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau pemurnian suatu protein IV. Alat dan bahan : a) 1) 2) 3) 4) 5)

Alat : tabung reaksi Pipet ukur Pipet tetes Rak tabung Bola hisap

(4 buah) (6 buah) (2 buah) (1 buah) (6 buah)

b) Bahan : 1) larutan albumin telur 2) gelatin 3) susu 4) larutan HCl 10% 5) larutan NaoH 40% 6) larutan NaoH 10% 7) alkohol 96% 8) kloroform 9) eter 10) larutan CuSo4 0,2% 11) aquadest 81

V. Cara kerja : a. Uji kelarutan 1. Disediakan 4 tabung reaksi masing masing diisi dengan 1 ml : aquadest, Hcl10% dan NaoH 40%,kloroform,eter dan alkohol 96% 2. Ditambahkan 2 ml albumin telur pada setiap tabung 3. Di kocok dengan kuat, di amati sifat kelarutannya 4. Ulangi percobaan menggunakan gelatin dan susu b. Uji Biuret 1. Di masukan 2 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi 2. Di tambahkan 1ml NaoH 10% dan 3 tetes CuSo4 3. di campur dengan baik, di amati perubahan warna yang terjadi 4. ulangi percobaan menggunakan gelatin dan susu 5. VI. Hasil Pengamatan

:

UJI KELARUTAN Larutan Larutan uji Albumin Air suling telur Hcl 10% dan NaoH 40% kloroform eter dan alkohol 96% Gelatin Air suling Hcl 10% dan NaoH 40% kloroform eter dan alkohol 96% Susu Air suling Hcl 10% dan NaoH 40% kloroform eter dan alkohol 96%

Hasil Larut Tidak larut Tidak larut Tidak larut Tidak larut Larut Tidak larut Larut Larut Tidak larut Tidak larut Tidak larut

82

UJI BIURET Larutan

Albumin Gelatin Susu

Sesudah ditambah NaOH Kuning Bening Putih susu

VII. Pembahasan

Sesudah ditambah CuSO4

Hasil

Kuning keungu-unguan Ungu bening Putih keungu-unguan

Positif Positif Positif

:

Pada uji kelarutan ini, bertujuan untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Bahan uji yang digunakan yaitu albumin dan gelatin. Ketika bahan uji direaksikan dengan air suling, HCL 10%, NaOH 40%, dan alkohol 96% terbentuk 1 fase yang menandakan albumin dan gelatin terlarut. Berbeda saat kedua bahan uji direaksikan dengan kloroform, baik albumin dan gelarin tidak larut dalam kloroform, hal ini disebabkan kloroform merupakan pelarut lemak. Uji biuret ini bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. Ion CU2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Adapun bahan uji yang digunakan adalah albumin, gelatin, kasein, dan glisin. Saat albumin direaksikan dengan NaOH dan CuSO4 terjadi perubahan warna. Warna ungu yang dibentuk menandakan albumin sebagai protein kompleks dimana ia mempunyai lebih dari dua ikatan peptide. Hasil yang sama (terjadi perubahan warna ungu) juga ditunjukkan oleh gelatin dan kasein. Untuk glisin, ketika direaksikan tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap bening). Hal ini

83

menunjukkan bahwa glisin hanya mengandung dua ikatan peptida (dipeptida). Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. Ion CU2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Adapun bahan uji yang digunakan adalah albumin, gelatin, kasein, dan glisin. Saat albumin direaksikan dengan NaOH dan CuSO4 terjadi perubahan warna. Warna ungu yang dibentuk menandakan albumin sebagai protein kompleks dimana ia mempunyai lebih dari dua ikatan peptide. Hasil yang sama (terjadi perubahan warna ungu) juga ditunjukkan oleh gelatin dan kasein. Untuk glisin, ketika direaksikan tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap bening). Hal ini menunjukkan bahwa glisin hanya mengandung dua ikatan peptida (dipeptida). VIII. KESIMPULAN

:

rotein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida. Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting

84

bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Oleh karena itu, kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari suatu protein, membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein, membuktikan adanya asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein terhadap suatu pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein secara kualitatif. X. DAFTAR PUSTAKA

:

1. Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 2. Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset 3. Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya 4. Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta 5. Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta XI. LAMPIRAN PERTANYAAN

:

1. Protein dapat larut dalam pelarut apa? Mengapa ? 2. Sebutkan perbedaan protein dan polipeptida? JAWABAN

:

1. Berat molekul protein sangat besar. Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak dapat larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan terisah sebagai

85

endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut salting out. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol maka protein akan menggumpal. 2. - Ketika dua asam amino bergabung bersama untuk membentuk sebuah dipeptida, kombinasi berlangsung dalam gugus -NH2 satu asam amino dengan gugus -COOH asam amino lain. Sebuah molekul air akan dihapus, dan ikatan yang terbentuk dikenal sebagai ikatan peptida. - Bentuk rantai ketika sejumlah besar asam amino yang bergabung bersama-sama dikenal sebagai polipeptida. Protein terdiri dari satu atau lebih rantai polipeptida tersebut. Struktur utama dari protein yang dikenal sebagai polipeptida.

86

87

88

89

90

91

PERCOBAAN KE VI ( 6 ) 1. Uji kelarutan 4 tabung reaksi, masing-masing isi dengan : Tabung 1 : Air suling Tabung 2 : HCL 10 % , NaOH 40% Tabung 3 : Kloroform Tabung 4 : Eter dan Alkohol 96% ↓ ( + ) 2 ml Albumin telur pada setiap tabung ↓ Kocok dengan kuat ↓ Amati sifat kelarutannya ↓ Ulangi percobaan menggunakan gelatin dan susu. 2. Uji Biuret 2 ml Albumin telur ke dalam tabung reaksi ↓ ( + ) 1 ml NaOH 10% ↓ ( + ) 3 Tetes CuSO4 ↓ Campurkan dengan baik. ↓ Amati perubahan warna yang terjadi ↓ Ulangi percobaan mengunakan gelatin dan susu 92

PERCOBAAN VII IDENTIFIKASI PROTEIN DAN SALTING OUT I.Judul Praktikum

:Identifikasi Protein dan Salting Out

II. Tujuan Praktikum

:

1. Membuktikan adanya asam amino dengan inti benzene padaprotein 2. Mengetahui pengaruh logam berat dan larutan garam kosentrasi tinggi terhadap protein III. Dasar Teori : Protein

adalah

sumber

asam-asam

amino

yang

mengandung unsur-unsur C,H,O dan N. yang tidak dimilki oleh lemak dan karbohidrat. Disetiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan kompenen terbesar setelah air. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat menggangu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Didalam tubuh manusia terjadi suatu siklus protein, artinya protein dipecah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil yaitu asam amino atau peptida. Terjadi juga sentesis protein yang baru untuk mengganti yang lama. Waktu yang diperlukan untuk mengganti separuh dari jumblah kelompok protein tertentu dengan protein yang baru disebut halftime atau waktu paruh jangka hidup protein. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok protein, yaitu protein globuler san protein serabut (fibrios protein). a. Protein globuler dapat dilipat dengan kompak dan didalam larutan lebih kurang berbentuk seperti partikel-partikel bulat. Kebanyakan enzim merupakan protein globular.

93

b. Protein

serabut

berbanding

mempunyai

lebar)yang

sangat

nisbah tinggi

aksial

(panjang

dan

seringkali

merupakan protein struktural yang penting, misalnya fibrin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Ukuran protein berkisar dari beberapa ribu Dalton (Da), misalnya hormone insulin yang mempunyai berat melekul 5 Da, hingga sekitar 5 juta Da seperti pada kompleks enzim piruvat dehydrogenase. Beberapa protein berikatan dengan materi nonprotein, baik dalam bentuk gugus prostetik yang dapat bekerja sebagai kofaktor enzim maupun dalam asosiasi dengan molekul berukuran besar seperti pada liporolipoproteinan lemak) atau glikoprotein(dengan karbohidrat). Tiap polipeptida biasanya terdiri atas 100 hingga 1500 asam amino. Struktur molekul protein seperti ini dinama kan struktur primer. Polaritas yang tinggi pada gugus c=o dan N-H didalam tiap ikatan peptida, selain menjadikan ikatan tersebut sangat kuat, juga memungkinkan terbentuknya sejumlah ikatan hidrogen diantara asamasam amino pada jarak tertentu. Rantai polipeptida dapat mengalami pelipatan menjadi struktur yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan hidrogen tersebut. Struktur semacam ini merupakan struktur sekunder molekul protein. Struktur yang paling dikenal adalah α-heliks. Disamping α-heliks, terdapat juga struktur sekunder yang dinamakan lembaran β ( β-sheet ). Beberapa bagian struktur sekunder dapat mengalami pelipatan sehingga terbentuk struktur tiga dimensi yang merupakan struktur tersier molekul protein. Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya adalah gugus pada molekul unit pembangun protein yang relatif sederhana dibangun dari rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino mempunyai rantai samping yang khusus, yang berikatan kovalen dalam urusan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang khusus yang memberikan sifat kimia masing-masing

94

individu, kelompok 20 unit pembangunan ini dapat dianggap sebagai objek struktur protein. ( Lehniger, 1996 ) Kebutuhan manusia akan protein dapat dihitung dengan mengetahui

jumlah

nitrogen

yang

hilang.

Bila

seseorang

mengkonsumsi ransum tanpa protein, maka nitrogen yang hilang tersebut pasti berasal dari protein tubuh yang dipecah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Kebutuhan protein untuk tubuh manusia rata-rata sebesar 1g protein/kg berat badan perhari. IV. Alat dan Bahan : Alat : 1. Tabung reaksi ( 5 buah ) 2. pipet ukur ( 1 buah ) 3. Pipet tetes ( 1 buah ) 4. spiritus ( 1 buah ) 5. penjepit tabung reaksi ( 1 buah ) 6. hot plate ( 1 buah ) 7. pengatur waktu ( 1 buah ) 8. batang pengaduk ( 1 buah ) Bahan

: 1. Larutan Albumin Telur 2. Larutan susu (Indomilk) 3. Larutan NaOH 4N 4. Larutan HNO3 Pekat 5. Larutan NaCl 5% 6. Larutan BaCl2 5% 7. Larutan CaCl2 5% 8. Larutan MgSO4 5% 9. Larutan HgCl2 5% 10. Larutan CuSO4 5% 11. Larutan Pb-Asetat 5% 12. Pereaksi Ninhidrin

V. Cara Kerja: 1. Uji Xantroprotein 1) a)

a) 2 mL albumin dimasukkan kedalam tabung reaksi. b) 1 mL HNO3 pekat ditambahkan, endapan putih yang terbentuk diperhatikan. 95

a)

c) Secara hati-hati dipanaskan sampai larutan berubah

b)

menjadi kuning. d) Dinginkan dibawah kran, lalu ditambahkan tetes demi tetes NaOH melalui dinding tabung. Perubahan warna yang

c)

terjadi diperhatikan. e) Percobaan diulangi menggunakan susu.

2. Uji Ninhidrin a) b) c) d)

2 mL albumin dimasukkan kedalam tabung reaksi. 5 tetes reaksi Ninhidrin ditambahkan. Perubahan warna yang terjadi diamati. Percobaan diulangi menggunakan susu.

3. Uji Pengendapan Protein a) 2 mL albumin masing-masing dimasukkan kedalam 6 tabung reaksi. b) Pada tabung 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 berturut-turut ditambahkan larutan NaCl, BaCl2, CaCl2, MgSO4, HgCL2, CuSO4 setetes demi setetes sampai terbentuk endapan. c) Larutan-larutan garam ditambahkan

kembali

secara

berlebihan. Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. d) Percobaan diulangi menggunakan susu.

VI. Hasil Pengamatan : 1. Uji Xantoprotein No . 1. 2.

Perlakuan

Hasil Pengamatan

2 mL albumin (+) 1 mL HNO3 pekat (+) NaOH (9 tetes) 2 mL susu (+) 1 mL HNO3 pekat (+) NaOH (9 tetes)

Terbentuk endapan putih Perubahan warna menjadi merah bata Terbentuk endapan putih Perubahan warna menjadi merah bata

2. Uji Ninhidrin 96

No . 1.

Perlakuan 2 mL albumin (+) 5 tetes pereaksi ninhidrin Dipanaskan dalam penangas air hingga mendidih selama 5 menit 2 mL susu (+) 5 tetes pereaksi ninhidrin Dipanaskan dalam penangas air hingga mendidih selama 5 menit

2.

Hasil Pengamatan Terbentuk cincin berwarnamerah Dan adanya gumpalan Terbentuk cincin berwarna ungu

3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam (Salting Out) No . 1. 2.

Albumin

Perlakuan

Tabung Ke-1 Tabung Ke-2

2 mL albumin(+) NaCl 2 mL albumin(+) BaCl2

3. 4.

Tabung Ke-3 Tabung Ke-4

2 mL albumin(+) CaCl2 2 mL albumin(+) MgSO4

5. 6. 1.

Tabung Ke-5 Tabung Ke-6 Tabung Ke-1

2 mL albumin(+)HgCL2 2 mL albumin(+)CuSO4 2 mL susu(+) NaCl

2.

Tabung Ke-2

2 mL susu(+) BaCl2

3.

Tabung Ke-3

2 mL susu(+) CaCl2

4.

Tabung Ke-4

2 mL susu(+) MgSO4

5.

Tabung Ke-5

2 mL susu(+) HgCL2

6.

Tabung Ke-6

2 mL susu(+) CuSO4

VII.

Endapan Sebelum Sesudah Ada Ada Ada Tidak Ada (Menyatu) Ada Ada Ada Tidak Ada (Menyatu) Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada (Menyatu) (Menyatu) Ada Tidak Ada (Menyatu) Tidak Ada Tidak Ada (Menyatu) (Menyatu) Ada Tidak Ada (Menyatu) Ada Tidak Ada (Menyatu) Ada Tidak Ada (Menyatu)

PEMBAHASAN Protein merupakan komponen penting atau komponen utama

sel hewan atau manusia. Oleh karena itu sel merupakan pembentukan tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Poedjadi, 1994).

97

Uj Xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan adanya gugus benzena (cincin fenil). Asam amino yang menunjukkan reaksi positif untuk uji ini adalah tyrosin, phenilanin, dan tryptophan. Cara pengujiannya yaitu kedalam protein (yang dalam percobaan kali ini adalah albumin dan susu) ditambahakan asam nitrat pekat (HNO3 pekat) sehingga terbentuk endapan putih karena terjandi proses nitrasi terhadap cincin benzena. Jika ditambahakan NaOH, maka akan terjadi perubahan warna menjadi merah bata yang belarti hasil positif. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, 2ml albumin + 1 ml HNO3 pekat + NaOH (9 tetes) menghasilkan endapan putih saat albumin ditambahkan HNO3 pekat adalah terjadi perubahan menjadi warna merah bata yang belarti hasilnya positif. Lalu 2 ml susu + 1 ml HNO3 + NaOH (15 tetes) menghasilkan hasil endapan putih saat suhu ditambahan HNO3 pekat adalah terbentuk endapan putih dan saat di tambahankan NaOH (15 tetes) adalah terjadi perubahan warna menjadi warna merah bata yang belarti hasilnya positif. Fungsi penambahan pereaksi HNO3 pekat adalah agar terjadi nitrasi pada inti benzena yang terdapat dalam molekul protein sehingga terjadi endapan putih. Fungsi NaOH 4N adalah untuk mempertegas warna akhir (hasil). Beralih ke uji yang kedua pada percobaan kali ini, uji Ninhidrin merupakan uji protein yang spesifik untuk asam amino. Ninhidrin merupakan reaksi pengoksidasi kuat yang bereaksi dengan seluruh asam amino. Ninhidrin ini zat yang bereaksinya adalah dengan protein triketohydrindene hidrat. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, protein dan hidrokasiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning-merah. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, 2 ml albumin + 5 tetes pereaksi ninhidrin + dipanaskan dalam penangas air hingga mendidih selama 5 menit hasilnya adalah terbentuk cincin berwarna

98

merah dan adanya gumpalan. Lalu 2 ml susu + 5 tetes pereaksi ninhidrin + dipanaskan dalam penangas air hingga mendidih selama 5 menit hasilnya adalah terbentuk cincin berwarna ungu. Seperti yang telah diketahui, adapun prinsip kerja uji ninhidrin ini, menguji ada atau tidaknya protein dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen ninhidrin. untuk mengethaui jumlah kadar asam amino bebas yang terkandung di dalamnya, dimana asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin dan memebentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Karena sampel susu warna setelah dipanaskannya adalah berwarna ungu, maka sampel susu positif mengandung asam amino bebas. Sedangkan sampel albumin tidak mengandung asam amino bebas karena membentuk cincin berwarna merah. Beralih ke uji yang ketiga, pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan garam. Apabila terdapat garam-garam anorganik dalam konsentrasi tinggi dalam larutan protein (albumin dan susu), maka kelarutan protein akan berkurang sehingga terjadi pengendapan protein. Teori menyebutkan bahwa sifat tersebut terjadi karena ion garam mampu mengikat air sehingga berkompetensi dengan molekul protein dalam mengikat air. Berdasarkan hasil percobaan uji salting out dapat disimpulkan bahwa tidak semua sampel positif mengandung endapan protein dan terdapat ikatan peptida. Hal tersebut dilihat dari perubahan warna masing-masing sampel yang terjadi pengendapan. Bila suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan tepisah sebagai endapan. Peristiwa ini disebut salting out. Dalam percobaan ini NaCl, BaCl2, CaCl2, MgSO4, HgCL2, dan CuSO4 berperan sebagai garam yang akan mengendapkan protein. Ada 12 perlakuan pa uji salting out ini, pada larutan protein albumin ada 6 perlakuan dan pada larutan protein susu ada 6 perlakuan. Perlakuan 1 adalah 2mL albumin + NaCl yang hasilnya adalah sebelum dan sesudah ditambahkan kembali secara

99

berlebihan NaCl dikocok adalah terbentuk endapan. Perlakuan 2 adalah 2mL albumin + BaCl2 yang hasilnya adalah sebelum ditambahkan BaCl2 secara berlebih dan dikocok adalah terbentuk endapan, namun setelahnya larutan menyatu (tidak terjadi endapan). Perlakuan 3 adalah 2mL albumin + CaCl2 yang hasilnya adalah sebelum dan sesudah ditambahkan kembali secara berlebihan CaCl2 dan dikocok adalah terbentuk endapan. Perlakuan 4 adalah 2mL albumin + MgSO4 yang hasilnya adalah sebelum ditambahkan MgSO4 secara berlebih dan dikocok adalah terbentuk endapan, namun setelahnya larutan menyatu (tidak terjadi endapan). Perlakuan 5 adalah 2mL albumin + HgCL2 yang hasilnya adalah sebelum dan sesudah ditambahkan kembali secara berlebihan HgCL2 dan dikocok adalah terbentuk endapan. Perlakuan 5 adalah 2mL albumin + CuSO 4 yang hasilnya adalah sebelum dan sesudah ditambahkan kembali secara berlebihan CuSO4 dan dikocok adalah terbentuk endapan. Pada larutan protein susu, perlakuan 1 adalah 2ml susu+NaCl yang hasilnya adalah sebelum dan sesudah ditambak kembali NaCl secara berlebihan dan dikocok adalah terbentuk endapan. Perlakuan 2 adalag 2ml susu+BaCl2 yang hasilnya adalah sebelum ditambah kembali BaCl2 secara berlebihan dan dokocok adalah terbebtuk endapan, namun setelah menyatu (tidak terjadi endapan). Perlakuan 3 adalah 2ml susu+CaCl2

yang

hasilnya

adalah

sebelum

dan

sesudah

ditambahkan kembali CaCl2 secra berlebihan dan dikocok adalah tidak terbentuk endapan. Perlakuan 4 2ml susu+MgSO4 yang hasilnya adalah sebelum ditambahkan kembali MgSO4 secara berlebihan dan dikocok adalah terbentuk endapan, namun setelah menyatu (tidak terjadi endapan). Perlakuan 5 2ml susu+HgCl2 yang hasilnya adalah sebelum ditambahkan kembali HgCl2 secara berlebihan dan dikocok adalah terbentuk endapan, namun setelah menyatu (tidak terjadi endapan). Perlakuan 6 yang terakhir 2ml susu+CuSO4 yang hasilnya adalah sebelum ditambahkan kembali

100

CuSO4 secara berlebihan dan dikocok adalah terbentuk endapan, namun setelahnya menyatu ( tidak terjadi endapan). Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbesa-beda, tergantung pada kosentrasi dan jumblah muatan ion nya dalam larutan. Semkin tinggi jumblah kosentrasi dan ionnya, semkain efektif garam mengendapkan protein. VIII. Kesimpulan : 1.

Prtoen adalah sumber asam amino yang mengandung unsurunsur C,H,O dan Nyang tidak dimiliki lemak atau karbohidrat .

2.

Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukan adanya gugus benzene (cincin fenil). Uji xantoprotein menggunakan larutan albumin. Dan susu hasilnya adalah positif.

3.

Uji Ninhidrin merupakan uji yang spesifik untuk asam amino. Semua asam amino yang menggandung asam amino bebas

akan

beraksi

dengan

ninhidrin.uji

ninhidrin

menggunakan larutan albumin tidak mengandung asam amino bebas (negatif) dan uji ninhidrin menggunakan larutan protein susu adalah menggandung asam amino bebas (positif). 4.

Uji pengendapan protein dengan garam (salting out) adalah proses penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergabtung pada jumblah kosentrasi dan jumblah muatan ionnya dalam larutan. Dalam percobaan ini, NaCl, BaCl2, CaCl2, MgSO4, HgCl2, CuSO4, berperan sebagai garam yang mengendapkan protein. Semakin tinggi jumblah kosentrasi dan jumblah garam semakin efektif garam dalam mengendapkan protein.

IX. Daftar Pustaka

101

1) Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 2) Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset 3) Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya 4) Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta 5) Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta X. Lampiran 1). Pertanyaan a. Untuk asam amino jenis apakah uji xantoprotein ? jawab: Tyrosin, Phenilalanin, dan Tryptophan b. Jelaskan mengapa penambahan garam dapat menyebabkan kelarutan protein menjadi berkurang sehingga dapat mengendap ? jawab: Pengaruh penambahan garam trhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ion nya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah ion nya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein.

102

103

104

105

106

107

1. Uji Xantroprotein 22ml mlAlbumin Albumin

mlHNO3 HNO3Pekat Pekat(Endapan (EndapanPutih) Putih) 11ml

Dipanaskan sampai warna kuning Dipanaskan sampai warna kuning Dinginkan dibawah kran air Dinginkan dibawah kran air Tetes NAOH Tetes NAOH

Perubahan warna\\ Perubahan warna

2. Uji Ninhidrin 22ml mlAlbumin/Susu Albumin/Susu

55 tetes tetes pereaksi pereaksi Ninhidrin Ninhidrin

Perubahan warna

108

3. Uji Pengendapan Protein 22ml mlAlbumin/Susu Albumin/Susu66tabu

Setetes BaCl2, CaCl2, MgSo4, Setetes NaCl,NaCl, BaCl2, CaCl2, MgSo4, HgCl2, CuSO4 Larutan Gram

Larutan Garam

Perubahan Perubahan

109

PERCOBAAN KE-VIII PEMISAHAN PROTEIN I. Judul praktikum

: Pemisahan protein

II. Tujuan Praktikum

:

Memperlihatkan bahwa protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya menggunakan etanol absolut. III.Dasar Teori Proten merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan serta manusia. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kerng sel terdiri atas protein . protein adalah senyawa organik kompleks yang terdiri atas unsur-unsur karbon ( 5055% ), hidrogen ( +_ 7% ), oksigen ( 13% ), dan nitrogen ( 16% ).Banyak pula protein yang mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi ( De men 1997 ). Didalam tubuh, protein mempunyai peranan yang penting. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun/pembentuk struktur sel, misalnnya untuk

pembentukan

kulit,

otot,

rambut,

membran

sel,jantung,hati,gunal,dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian , terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus,yaitu protein yang aktif. Kekurangan protein dalam jangka waktu lama dapat mengganggu berbagai proses metabolisme didalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit . Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasaldari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protein dari beberapa bahan makananadalah, daging, telu, susu, ikan , beras, kacang, dan buah-buahan . Protein dalam makanan yang dikonsumsi anusia akan dipceah menjadi asam amino dalam proses pencernaan dsengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin. Asam- asam amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa kearah hati atau didistribusikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein

110

juga dapat pula digunakan sebagian bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbihidrat dan lemak . Secara kimaiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan-satuan asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat atas satu sama lain melaui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karbohidrat ( - COOH ) asam amino yang satu dengan gugus amino ( - NH2 ) dari asam amino yang lain dengan melepaskan stau molekul air, peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya peptida yang erdiri atas tiga, empat atau lebih asam amino, masing-masing disebut tripeptida, tetrapeptida dan seterusnya. Protein adalah suatu polipeptida yang emiliki kira-kira 100 sampai 1800 atau lebih asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap protein tertentu , urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunya sangat spesifik. Suau protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimia lain disebut protein sederhana Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia,sehinga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, ph, tekanan, aliran listrik ,dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol atau sabun . proses denaturasi kadang berlangsung secara revesible, tetapi ada pula yang ineversible, tergantung pada penyebabnya sehingga mudah mengendap . IV. Alat Dan Bahan Alat : 1. Tabung reaksi

4 Buah

2. Pipet ukur

1 Buah

3. Pipet tetes

1 Buah

4. Corong

1 Buah

5. Gelas beaker

1 Buah

111

6. Kertas Saring

1 Buah

Bahan : 1. Larutan albumin telur 2. Susu 3. Larutan NaOH 10% 4. Larutan CuSO4 0,2% 5. Etanol absolut

V. CARA KERJA 1. 2 ml albumin dimasukkan kedalam tabung reaksi 2. 1 ml etanol absolut ditambahkan, diperhatikan ada/ tidaknya endapan. 3. Jika ada endapan, endapan dipisahkan denga menyaring 4. Uji biuret dilakukan terhadap filtrat dan endapannya. 5. Percobaan diulangi menggunakan susu. VI.HASIL PENGAMATAN N O 1 2

PERLAKUAN 2 ml susu + 1 ml etanol absolut Uji biuret

a. Filtrat susu b. Endapan susu

HASIL Sebelum Sesudah Etanol Etanol Tidak ada Terjadi endapan endapan Sebelum Setelah ditambah ditambah NaOH 7 NaoH 1 ml + tetes + CuSO4 3 CuSO4 1 tetes tetes Putih Ungu Jingga Jingga

112

VII. Pembahasan Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan gugua MINO (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air. Pepti yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya peptida yang terdiri atas tiga empat, atau lebih dua asam amino masing-masing disebut tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya (Sirajuddin dan Najmuddin, 2011). Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk memperlihatkan bahwa sebagai makromolekul yang larut, protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan penambahan etanol absolut. Dimana prinsip dasar dari percobaan ini yaitu pegendapan protein oleh pelarut organik (etanol absolut). Ptotein yang digunakan dalamm percobaan ini yaiut protein susu. 2mL susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi + 1mL etanol absolut ditambahkan, perhatikan ada atau tidaknya endapan. Adapun tujuan penambahan etanol absolut yaitu untuk menghilangkan molekul-molekul air yang terdapat pada susu, dimana diketahui sifat dari etanol abolut sangat kuat dalam menarik air atau dengan kata lain higroskopis. Adapun hasil diperoleh, setelah penambahan etanol absolut, terbentuk endapan putih pada larutan. Terbentuknya endapan ini disebabkan penambahan etanol absolut pada larutan protein yang menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan molekul protein melalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol absolut, akibatnya molekul-molekul protein beragregasi satu sama lainnya sehingga emngendap. Dan bila agregat partikel protein tersebut dibiarkan bersentuhan dengan etanol absolut untuk waktu yang lama endapan yang terbentuk tidak dapat dilarutkan lagi sehingga denaturasi yang terjadi irreversibel (Pembina Mata Kuliah, 2013).

113

Perlakuan selanjutnya yaiut melakukan penyairngan pada sampel, untuk memisahkan filtrat dan endapan, kemudian menguji keduanya dengan metode uji biuret. Dimana pengujian ini betujuan untuk mengetahui ada tidaknya ikatan peptida serta jumlah ikatan peptida dari protein yang akan dipisahkan. Uji positifnya yaitu larutan berawrana ungu untuk tripeptida dan biru untuk dipeptida. Hasil yang dipereoleh pada filtrat nya adalah menujukkan hasil positif yang ditandai terbentuknya warna ungu pada sampel. Warna ungu yang terbentuk merupakan kompleks Cu dengan susu yang dihubungkan dengan ikatan koordinasi dan Cu bertindak sebagai atom pusat dan sus sebagai ligan. Hasil pada endpan susu, setelah ditambah NaOH + 3tetes CuSO4 1 tetes. Warna tetap jingga seperti sebelum ditambahkan uji biuret tersebut. Berdasrakan literatur, seharusnya filtrat tidak memberikan warna ungu, namun yang seharusnya berawarna ungu adalah endapan. Sebab semua protein sehausnya sudah terendapkan atau terdenaturasi oleh pelarut etanol absolut sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena protein (susu) belum trendapkan secara menyeluruh karena waktu pendiaman yanng kurnag lama (Rejebi,, 2010). VIII. Kesimpulan. Secara kimiawi, proten merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan asam-asam amino sebagai monomernya. Asamasam amino trikat satu sama lain melalui ikatan peptida. Berdasarkan tujuan dan aisl pengamatan, dapat ditarik kesimpulan yaitu protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan menggunakan etanol absolut, karena etanol absolut bersifat higroskopis atau sangat kuat menarik air sehingga menyebbakan molekul air yang berinteraksi dengan molekul protein melalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol, akibatnya molekul-molekul protein beragregasi satu sama lain sehingga mengendap.

114

IX. daftar pustaka 1. Rejeki, Sri.2010. Gambaran Faktor sosial Ekonomi, Kebiasaan Makan, Asupan Gizi, Konsumsi Tablet Fe, dan Status Gizi Ibu Hamil di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. KTI DIII Gizi. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar. 2. De Man, John M., 1997. Kimia Makanan Edisi Kedua. IITB Bandung 3. Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara 4. Lehninger, A.L., 1982. Principles of Brochemistry, diterjemahkan oleh Maggy Thenawidjaya, Jakarta : Penerbit Erlangga 5. Prijanti, A.R. dkk,1999, Penuntun Praktikum Biokimia, Jakarta : Widya Medika X. lampiran : pertanyaan 1. jelaskan proses apa yang terjadi dengan penambahan etanol absolute pada protein ? Jawaban : proses pemisahan protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan menggunakan etanol absolut. Karena etanol absolut bersifat higroskopis atau sangat kuat menarik air sehingga menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan molekul protein melalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol, akibatnya molekul-molekul protein beragregasi satu sama lain sehingga mengendap.

115

116

117

118

119

FLOW CART

mlAlbumin/Susu Albumin/Susu 22ml

1 ml1 Etaanol (endapan ml Etaanol (endapan) Pisahkan dengan dengan penyaring penyaring Pisahkan

UjiBiuret Biuret(filtrate (filtratedan danendapan) endapan Uji

120

PERCOBAAN KE-IX ENZIM I.

Judul Praktikum

: Enzim

II.

Tujuan Praktikum

:

a) Membuktikan bahwa liur Mengandung Protein b) Membuktikan bahwa liur mengandung enzim amiluse III. Dasar Teori

:

Enzim merupakan golongan protein yang banyak terdapat dalam sel hidup. Liur atau saliva atau getah pencernaan yang ada dirongga mulut dan berasal dari tiga kelenjar. Fungsi liur yang utama adalah sebagai bahan pelincir sehingga makan mudah dikunyah dan ditelan selain itu juga mempunyai fungsi pencernaan karena adanya ena perencanaan yaitu amylase yang memecah pati dalam menahan menjadi maltose. Enzim merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam sel. Orang yang pertama menemukan enzim adalah Edward dan Hans Bucheier. Oleh karena enzim dapat mempercepat reaksi kimia, berarti enzim merupakan reaksi katalis. Enzim merupakan katalisator organik dan dibuat dalam sel mahluk hidup sehingga enzim disebut juga biokatalisator. Enzim juga memiliki sifat diantaranya, selektif, karena enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu (Cartono, 2004). Fungsi satu enzim adalah sebagai katalis untuk proses kimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10-11 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi enderorganik) dan ada pula yang menghasilkan energi /mengeluarkan energi (eksergonik).

121

Proses (reaksi kimia) yang berlangsung dengan baik dalam tubuh dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim. Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urense dari kata pedang (Jack Bean). Urerse adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi Co2 dan NH3. IV.

Alat Dan Bahan Alat : 1) Tabung Reaksi 2) Pipet ukur/pipet tetes Bahan 1) Enzim Amilase (Saliva) 2) Larutan CU SO4 0,2% 3) Larutan Na UH 10% 4) Larutan Na UH 10% 5) Amilum 1% 6) Larutan Lugol

V.

Cara Kerja 1. Uji Protein -

Dimasukan 1 ml saliva kedalam tabung reaksi

-

Kemudian ditambahkan 1 ml Na oH dan 3 tetes CU SO4

-

Lalu campurlah dengan baik, amati perubahan warna yang terjadi.

2. Uji Amilase -

Dimasukan masing-masing 1 ml amilum kedalam 2 tabung reaksi

-

Kemudian masukan 1 ml liur pada tabung pertama dan 1 ml air suling pada tabung kedua

-

Lalu masukan 1 ml larutan lugol kedalam kedua tabung, perhatikan perubahan yang terjadi pada setiap tabung.

122

VI.

Hasil Pengamatan A. Uji Protein No. 1.

Larutan I ml saliva + I ml NaoH + 3 tetes CUSo4

Hasil Ungu

B. Uji Amilase No. 1.

Larutan 1 ml amilum + 1 ml air liur + 1 ml lodium

No. 2.

Larutan 1 ml amilum + 1 ml air suling + 1 ml lodium

Sebelum diberi lodium Keruh

Sebelum diberi lodium Bening

Setelah diberi lodium Coklat Muda Setelah diberi lodium Coklat Tua

VII. Pembahasan Enzim merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam sel O karena enzim dapat mempercepat reaksi kimia, berarti enzim merupakan reaksi katalis enzim merupakan katalisator organik dan dibuat dalam sel mahluk hidup sehingga enzim disebut juga biokatalisator. Enzim juga memiliki sifat diantaranya, selektif, karena enzim hanya dapat bekerja pada substansi tertentu. Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 sampai 11 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Pembahasan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu : 1. Uji Protein 2. Uji Amilase

123

Pada

percobaan

ini

dilakukan

bertujuan

untuk

memperlihatkan bahwa sebagian miurosmolekol yang larut dapat

dipisahkan

dengan

mengendapkannya

dengan

penambahan etatonol absolut. Dimana prinsip dasar dari percobaan ini yaitu pengendapan protein oleh pelarut organik (etanol absolut). Protein yang digunakan dalam percobaan adalah protein albumin telur dan susu. Albumin (bahasa latin albus/white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein, monomer yang larut dalam air dan larut garam, dan mengalami keagulari saat tupapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur disebut albuminoid. Pada percobaan ini yang berjudul pemisahan protein dan pada percobaan ini kami menggunakan larutan albumin telur dan susu, larutan NaoH 10%, larutan CUSO4 dan etanol absolut.

VIII. Kesimpulan Pada suhu sangat rendah aktivitas enzim dapat terhenti secara

reversible

kenaikan

suhu

lingkungan

akan

meningkatkan energi kinetik enzim dan frekuensi tumbuhan antara molekul enzim dan substrat. Pada suhu ruang (240 C) aktifitas enzim terhenti secara reversible dilihat karena adanya endapan. Pada suhu dari 800 C terjadinya denaturasi enzim, dilihat

dari

perubahan

warna

yang

kecoklatan

dan

penggumpalan saliva.

124

IX.

Daftar Pustaka 1) Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 2) Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset 3) Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya 4) Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta 5) Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta

1)

Lampiran Soal 1. Sebutkan 3 contoh protein yang terdapat pada air liur ! 2. Mengapa aktivitas amilasi di dalam lambung terhambat ? Jawab 1. -

Enzim Amilasi

-

Matose

-

Mucin

2. Karena

begitu

makanan

mencapai

lambung,

fokus

kepencernaan makanan akan bergeser dan karbohidrat kepencernaan protein, dan karena kadar keasaman atau PH optimum untuk amylase saliva adalah sekitar 6,6 (mendekati PH mulut). Kondisi lambung lebih asam menyebabkan aktivitas amylase melambat dan terhambat.

125

126

127

1. Uji Protein 1ml Saliva ↓

kedalam tabung reaksi

( + ) 1ml NaOH dan 3 tetes CuSO4 ↓ Campur dengan baik, amati perubahan warna nya 1. Uji Amilase 1 ml Amilum ↓ kedalam 2 tabung reaksi 1ml liur di tabung 1 dan 1 ml aquadest tabung 2 ↓ ( + ) 1ml lugol kedalam kedua tabung ↓ Amati perubahan warna yang terjadi

128

PERCOBAAN KE-X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM I. Judul Praktikum

: Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja

enzim II. Tujuan Praktikum : Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim III.Dasar Teori

: Enzim adalah biomolekul yang berfungsi

sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda yang disebut produk. Hampir semua proses biologis

sel

memerlukan

enzim

agar

dapat

berlangsung dengan lebih cepat. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zatzat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses pereaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan

energi

pengaktifan

dan

dengan

sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Beberapa enzim mempunyai struktur yang agak sederhana, namun sebagian besar enzim mempunyai struktur yang rumit. Banyak enzim yang strukturnya belum diketahui. Untuk aktifitas biologis, beberapa enzim

memerlukan

gugus-gugus

prostetik

atau

129

kofaktor. Kofaktor merupakan bagian non-protein dari enzim. Gugus prostetik organic seringkali dirujuk sebagai suatu koenzim. Enzim memiliki beray molekul mulai dari 12000-120000 atau lebih Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar diberbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim amilase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia. Saliva yang diekskresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan Musin yang bekerja sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan

dalam

mulut

akan

terhenti

apabil;a

lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan. Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh tiga kelenjar utama yakni kelenjar parotis, kelenjar sublingualis, dan kelenjar Submandibularis. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,51,5

liter

setiap

hari

tergantung

pada

tingkat

perangsangannya. Air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung pytalin (Suatu alfa Amilase) dan sekresi mucus yang mengandung musin atau tujuan pelumasam atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis. Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai pecah sebagian

130

kecil dalam mulut oleh enzim pytalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amilum) menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Enzim amilase dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada 3 macam enzim amilase, yaitu α amylase, β amylase, dan γ amylase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dam disebut endo amylase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. β amylase terutama terdapat pada tumbuha dan dinamakan ekso amilase. Sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa. IV.

Alat dan bahan Alat

: - Tabung reaksi - Pipet Ukur - Alat pemanas dan pendingin - Gelas kimia - Rak tabung - Termometer - Ball pipet

Bahan

: - Enzim amilase (saliva) - Pereaksi Benedict - Larutan amilum - Larutan Iodium -Aquadest (pH = 7) - HCl 0,4% (pH = 1) - Na2CO3 1% (pH = 9)

131

V.

Cara kerja 1. Dengan suhu a) Disediakan 5 tabung reaksi, diisi masing-masing dengan 1 ml enzim amilase dan 2 ml larutan amilum 2%. b) Pada tabung ke 1 dimasukan dalam gelas kimia yang berisi es. Pada tabung ke 2 disimpan pada suhu kamar Pada tabung ke 3 dimasukan kedalam penangas air pada suhu 37-40oC Pada tabung ke 4 dimasukan kedalam penangas air pada suhu 75-80oC Pada tabung ke 5 dimasukan kedalam penangas air mendidih c) Dibiarkan

masing-masing

tabung

pada

tempatnya selama 15 menit d) Kemudian uji dengan larutan Iodium dan pereaksi Benedict e) Lalu catat dan amati perubahan warna yang terjadi 2. Pengaruh pH a) Disediakan 3 tabung reaksi, kemudian isilah masing-masing secara berturut-turut dengan 2 ml HCl 0,4%, 2 ml Na2CO3 1% dan 2 ml aquadest. b) Ditambahkan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim kedalam tiap tabung c) Kemudian dicampur hingga homogen dan biarkan selama 15 menit d) Kemudian uji dengan larutan Iodium dan pereaksi Benedict

132

e) Lalu amati dan catat perubahan warna yang terjadi 3. Pengaruh konsentrasi substrat a) Disediakan 4 tabung reksi, kemudian isilah berturut-turut dengan larutan amilum: tbg 1: 1 ml, tbg 2: 2 ml, tbg 3: 4 ml, tbg 4: 6 ml b) Kemudian ditambahkan 1 ml enzim amilase kedalam tiap tabung c) Lalu campurkan dengan baik dan biarkan selama 15 menit d) Kemudian uji dengan larutan Iodium dan pereaksi benedict e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi VI.

Hasi Pengamatan 1. Uji Iodium a. Pengaruh suhu

N o 1 2 3 4 5

1 ml enzim + 2 ml larutan amilum Tbg 1 (air es) Tbg 2 (suhu kamar) Tbg 3 (suhu 37-40oC) Tbg 4 (suhu 75-80oC) Tbg 5 (air mendidih)

Sebelum uji Iodium Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh

Setelah uji Iodium Ungu Ungu Muda Keruh Ungu Putih/jernih

b. Pengaruh pH No

Perlakuan

1 2 3

2 ml HCl 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim 2 ml Na2CO3 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim 2 ml aquadest 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim

No 1 2 3 4

c. Pengaruh konsentrasi substrat Perlakuan Sebelum uji Iodium larutan amilum 1 ml + 1 ml enzim Keruh larutan amilum 2 ml + 1 ml enzim Keruh larutan amilum 4 ml + 1 ml enzim Bening larutan amilum 6 ml + 1 ml enzim Keruh

Sebelum uji Iodium Jernih Keruh Keruh

Setelah uji Iodium Kuning Ungu Kekuningan Ungu

133

Setelah uji Iodium Ungu Tua Keruh Ungu Muda

Uji Benedict a. Pengaruh suhu N o 1 2 3 4 5

1 ml enzim + 2 ml larutan amilum Tbg 1 (air es) Tbg 2 (suhu kamar) Tbg 3 (suhu 37-40oC) Tbg 4 (suhu 75-80oC) Tbg 5 (air mendidih)

Sebelum uji Benedict Biru Biru Biru Biru Biru

Setelah uji Benedict Hijau kekuningan + endapan Kuning + endapan Kuning jernih Merah bata Hijau keruh

b. Pengaruh pH No 1 2 3

Perlakuan

Sebelum uji Benedict 2 ml HCl 0,4% + 2 ml larutan Biru amilum + 1 ml enzim 2 ml Na2CO3 0,4% + 2 ml larutan Biru amilum + 1 ml enzim 2 ml aquadest 0,4% + 2 ml Biru larutan amilum + 1 ml enzim

Setelah uji Benedict Biru kehijauan + endapan Kuning Kehijauan + endapan Kuning Kehijauan + endapan

c. Pengaruh konsentrasi substrat No

Perlakuan

1 2 3 4

larutan amilum 1 ml + 1 ml enzim larutan amilum 2 ml + 1 ml enzim larutan amilum 4 ml + 1 ml enzim larutan amilum 6 ml + 1 ml enzim

VII.

Sebelum uji Benedict Biru Biru Biru Biru

Setelah uji Benedict Biru kehijauan dan endapan Kuning + endapan merah bata Biru kehijauan + sedikit endapan Ungu

Pembahasan Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai biokatalistor, yaitu senyawa yangmeningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan yang disebut substrat, mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk, selain meningkatkan kecepatan reaksi dalam jalur metabolik tubuh. Faktor-faktor penting yang mempengaruhilaju reaksi enzim adalah konsentrasi enzim dan substrat, pH, suhu dan ada tidaknya kofaktor.

134

Percobaaan pertama yaitu suhu. Percobaan pertama dilakukan dengan5 tabung reaksiyang masing-masing berisi 1 ml enzim + 2 ml larutan amilum 2%. Tabung pertama dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi es, tabung kedua dibiarkan dalam suhu kamar, tabung ketiga ditempatkan

pada

suhu

37-40oC,

tabung

keempat

ditempatkan pada suhu 75-80oC dan tabung kelima ditempatkan pada air mendidih.. Dan kemudian dilihat waktu yang diperlukan untuk terbentuk gumpalan pada sampel yang diuji. Hasil dan percobaan ini adalah tabung pertama yang diletakan di gelas kimia yang berisi es adalah berubah menjadi warna ungu ketika diberi Iodium dan berubah menjadi hijau kekuningan + terdapat endapan ketika duji menggunakan Benedict. Tabung kedua yang ditempatkan pada suhu kamar berubah warna menjadi ungu muda ketika diberi uji Iodium dan berubah warna kuning + terdapat endapan ketika diberi benedict. Tabung ketiga yang ditempatkan pada suhu 37-40oC tidak terjadi perubahan warna atau tetap keruh dan berubah warna kuning jernih ketika diberi benedict. Tabung keempat yang ditempatkan pada suhu 75-80oC berubah menjadi warna ungu ketika diberi Iodium dan berubah warna menjadi merah bata ketika diuji dengan Benedict, dan pada tabung kelima yang ditempatkan dalam suhu air mendidih berubah warna menjadi putih jernih ketika diuji dengan Iodium dan berubah warna menjadi hijau keruh ketika diberi benedict. Hal ini dikarenakan menunjukkan bahwa suhu sangat mempengaruhi kecepatan reaksi enzim setiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu suhu dimana enzim memiliki aktivitas maksimal. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimal 37oC, karena pada suhu tersebut enzim dapat bekerja optimal. Jika enzim berada dibawah

135

atau diatas suhu optimum, aktivitas enzim akan menurun. Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak aktif. Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim akan meningkat. Namun hal ini dapat menyebabkan enzim mengalam denaturasi dan mematikan aktivitas katalisnya. Percobaan kedua yaitu mengamati pengaruh pH enzim. Percobaan dengan 3 tabung reaksi yang masingmasing berisi, tabung 1 (2 ml HCl 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim), tabung 2 (2 ml Na2CO3 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim), dan tabung 3 (2 ml aquadest 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim). Pada saat 2 ml HCl 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim diuji menggunakan Iodium, larutan berubah warna menjadi ungu tua dan berubah warna menjadi biru kehijauan dan terdapat endapanketika diuji menggunakan benedict, pada larutan 2 ml Na2CO3 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim dan diuji denga Iodium tidak terjadi perubahan warna tetap keruh dan berubah warna kuning kehijauan dan terdapat endapan ketika diuji dengan benedict. Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml aquadest 0,4% + 2 ml larutan amilum + 1 ml enzim terjadi perubahan warna ungu muda ketika diuji dengan Iodium dan ketika diuji menggunakan benedict terjadi perubahan warna hijau keruh. Pada percobaan ketiga taitu pengaruh konsentrasi substrat. Percobaan dilakukan dengan 4 (empat) tabung reaksi yang masing-masing berisi: tabung 1 (larutan amilum 1 ml + 1 ml enzim), tabung 2 (larutan amilum 2 ml + 1 ml enzim), tabung 3 (larutan amilum 4 ml + 1 ml enzim), dan tabung 4 (larutan amilum 6 ml + 1 ml enzim). Ketika larutan amilum 1 enzim diuji menggunakan Iodium

136

dan berubah warna menjadi kuning dan berubah warna menjadi biru kehijauan dan terdapat endapan merah bata ketika diuji menggunakan benedict. Tabung kedua berisi larutan amilum 2 ml + 1 ml enzim berubah warna ungu ketika diuji menggunakan Iodium dan berubah warna kuning dan terdapat endapan merah bata ketika diuji dengan benedict. Tabung ketiga yang berisi larutan amilum 4 ml + 1 ml enzim berubah warna menjdi kekuningan ketika diuji dengan Iodium dan berubah warna menjadi biru kehiijauan dan terdapat sedikit endapan ketika diuji menggunakan benedict. Tabung keempat yang berisi larutan amilum 6 ml + 1 ml enzim berubah warna menjadi ungu ketika diuji dengan Iodium dan berubah warna menjadi

ungu

dan

terdapt

endapan

ketika

diuji

menggunakan benedict. Berdasarkan percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa

meningkatnya

meningkatkan

kecepatan

konsentrasi reaksi

substrat enzim.

dapat

Pengaruh

penamahan konsentrasi substrat pada awalnya adalah pada saat

konsentrasi

(bereaksi)

dengan

substrat.

Bila

konsentrasi substrat diperbesar, maka semakin banyak substrat yang dapat kelihatan denagn sisi aktif enzim. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim substrat semakin besar menyebaban semakin cepatnya kecepatan reaksi , tapi pada saat sampai pada titik konsentrasi tertentu yaitu ketika bagian sisi aktif enzim telah dipeuhi oleh subsrat atau jenuh dengan substrat maka kecepatan akan tetap konstan walaupun konsentrasinya terus ditambah. VIII. Kesimpulan Enzim akan bekerja dengan optimalpada suhu optimumnya yakni pada suhu 37-40oC. Bila suhu terlalu

137

rendah, aktivitas enzim akan menurun dan pada suhu yang terlalu tinggi enzim akan terdenaturasi. Konsentrasi

enzim

berbanding

lurus

dengan

kecepatan reaksi enzim, semakin tinggi konsentrasi substrat, maka laju reaksi enzim juga meningkat. IX.

Daftar Pustaka

1) Ngsli, yohanes Biokimia (metabolisme dan biogenetika). edisi pertama , yogyakarta : graha ilmu 2009 2) Yazid E. & nursanti , L , 2006, penuntun praktikum biokimia yogyakarta :, andi offset 3) Jaya mahar mallgan, 2014, kimia penganalisis karbohidrat progam studi ilmu dan teknologi pangan, universitas Brawijaya 4) Page, D.S (1998).prinsip-prinsip biokimia tag. R. soandoro erlangga: jakarta 5) Sudar madji, B.,at.al. (1982) analisa bahan makanan dan pangan liberty: Yogyakarta

138

139

140

141

142

1. Pengaruh suhu Sediakan 5 Tabung Reaksi ↓ 5 taung reaksi masing-masing isilah dengan 1 ml Enzim Amilase + 2ml larutan Amilum 2% ↓ Tabung 1 : dimasukan ke gelas kimia berisi es Tabung 2 : pada suhu kamar Tabung 3 : dalam penangas air suhu 37-40oC Tabung 4 : dalam penangas air suhu 75-80oC Tabung 5 : dalam penangas air mendidih ↓ Biarkan 15 menit ↓ Uji dengan larutan Iodium dan pereaksi Benedict ↓ Amati yang terjadi. 2. Pengaruh pH 3 tabung reaksi isi berturut-turut



tabung 1 : 2ml HCl 0,4% tabung 2 : 2ml Na2CO2 tabung 3 : 2ml aquades

+2ml larutan Amilum ↓ + 1ml enzim ↓ Homogenkan, diamkan 15 menit ↓ Uji dengan larutan Iodium dan pereaksi Benedict ↓ Amati yang terjadi.

143

3. Pengaruh Konsentrasi substrat Sediakan 4 Tabung Reaksi ↓ Masing-Masing isilah dengan 1 ml Amilum, 2ml Amilum,4ml Amilum, dan 6ml Amilum ↓ + 1ml enzim amilase ↓ Campur dengan baik ↓ Uji dengan larutan Iodium dan pereaksi Benedict ↓ Amati yang terjadi.

144

Related Documents


More Documents from "Lucky Apocalypse"